• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persyaratan Usulan Kegiatan yang dibiayai dari Hibah 16

rPH rPjmN

2.4. Persyaratan Usulan Kegiatan yang dibiayai dari Hibah 16

2.4.1. Persyaratan Umum 17

Persyaratan umum yang harus dipenuhi pada saat penyampaian usulan kegiatan yang dibiayai dari Hibah mencakup:

a. Daftar Isian Pengusulan Kegiatan (DIPK), adalah dokumen yang berisi ringkasan informasi untuk pengusulan kegiatan yang dibiayai dari hibah

b. Dokumen Usulan Kegiatan (DUK), adalah dokumen yang memuat latar belakang, tujuan, ruang lingkup, sumber daya yang dibutuhkan dan hasil yang diharapkan termasuk rencana pelaksanaan untuk mendapatkan gambaran kelayakan atas usulan kegiatan yang dibiayai dari Hibah.

c. Untuk usulan kegiatan Instansi Pengusul Hibah yang direncanakan untuk diterushibahkan kepada Pemerintah Daerah, harus dilampiri dengan surat minat Pemerintah Daerah calon penerima penerusan Hibah.

2.4.2. Persyaratan Khusus

Persyaratan khusus yang harus dipenuhi pada saat penyampaian usulan kegiatan yang dibiayai dari Hibah mencakup:

a. Dilaksanakan Sendiri oleh Instansi Pengusul Hibah (Kementerian/Lembaga)

Kementerian/Lembaga dapat mengusulkan kegiatan dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsinya dengan mempertimbangkan:

i. Tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga;

ii. Prioritas Kementerian/Lembaga yang tercantum dalam Rencana Strategis. b. Sebagian Atau Seluruhnya Dilaksanakan Dihibahkan ke Pemerintah Daerah

Kriteria untuk kegiatan yang diusulkan oleh Kementerian Negara/Lembaga untuk diterushibahkan kepada Pemda, harus mempertimbangkan:

i. Urusan Pemerintah Daerah dan diprioritaskan untuk Pemerintah Daerah yang memiliki kapasitas fiskal rendah;

ii. Manfaat bagi masyarakat di daerah calon Penerima Hibah; iii. Bidang tugas Kementerian/Lembaga yang mengusulkan.

Jenis dan persyaratan usulan kegiatan yang dibiayai dari Hibah luar negeri dijelaskan sesuai dengan Tabel 2.1

16 Permen PPN/Ka Bappenas no. 4 tahun 2011, Pasal 47 17 Ibid, Pasal 47 ayat 1

1. Merupakan Tugas Pokok dan ungsi Instansi Pengusul Hibah;dan 2. Merupakan Prioritas Instansi Pengusul Hibah yang tercantum

dalam Rencana Strategis.

1. Merupakan Urusan Pemerintahan Daerah dan diprioritaskan untuk Pemerintah Daerah yang memiliki kapasitas fiskal rendah; 2. Memberikan manfaat bagi masyarakat di daerah tersebut 3. Kegiatan pendukung pelaksanaan hibah merupakan kewajiban

dari Pemda

4. Merupakan bidang tugas Instansi Pengusul Hibah 1. Mengikuti peraturan perundangan yang berlaku

1. Daftar Isian Pengusulan Kegiatan (DIPK); dan 2. Dokumen Usulan Kegiatan (DUK Dilaksanakan Sendiri Diteruskan ke Pemerintah Daerah Dipinjamkan kepada BUMN Persyaratan Jenis Usulan

Kegiatan Khusus Umum

1. Usulan Kementerian/ Lembaga

2.5. Mekanisme Pengelolaan Hibah Langsung Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 191/ PMK.5/ 2011

Hibah langsung dapat dicatat sebagai penerimaan Negara Indonesia dilakukan melalui pengesahan pendapatan dan pencatatan belanja/pengeluaran pembiayaan yang bersumber dari Hibah Langsung yang dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Pengajuan permohonan nomor register;

2. Penandatanganan BAST dan penatausahaan dokumen pendukung lainnya;

3. Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung bentuk barang/jasa/surat berharga ke DJPU; 4. Pencatatan hibah bentuk barang/jasa/surat berharga ke KPPN.

2.5.1. Permohonan Penerbitan Nomor Register Hibah

Registrasi merupakan proses pendaftaran hibah yang diajukan oleh K/L kepada Dit. EAS, Ditjen Pengelolaan Utang, Kementerian Keuangan untuk mendapatkan nomor register hibah. Nomor register merupakan nomor unique yang diberikan oleh Dit. EAS, Ditjen Pengelolaan Utang, Kementerian Keuangan dalam rangka membedakan satu hibah dengan hibah yang lainnya. Proses registerasi hibah merupakan entry point untuk memasukan hibah dalam mekanisme

Tabel 2.1. Jenis dan Persyaratan Usulan Kegiatan yang dibiayai Hibah Luar Negeri

Gambar 2.2. Proses Penerbitan Nomor Registrasi Hibah

Kementerian/

Lembaga Direktorat PH(DjPu) Direktorat eas (DjPu) Dja & DjPBN

Proses Permintaan Nomor Register

APBN, tanpa adanya nomor register akan berpengaruh terhadap proses pelaksanaan dan pertanggungjawaban hibah selanjutnya. Nomor register yang telah diperoleh dari Dit. EAS, Ditjen Pengelolaan Utang, Kementerian Keuangan merupakan dasar pengajuan ijin pembukaan rekening dan pencantuman nomor register ke dalam Dokumen Anggaran (DIPA). Registrasi dilakukan untuk hibah yang berasal dari luar negeri dan dalam negeri, serta wajib dilakukan atas hibah yang diterima secara terencana (pencairan dananya melalui KPPN) maupun hibah yang diterima secara langsung oleh K/L (pencairan dananya tidak melalui KPPN)

2.5.1.1. Pengajuan Nomor Register Hibah Langsung Dalam Bentuk Uang18

Proses pengajuan nomor register hibah langsung dalam bentuk uang dilakukan dengan alur sebagai berikut:

1. Pimpinan Lembaga/Satker selaku PA/Kuasa PA mengajukan surat permohonan nomor register atas hibah langsung bentuk uang kepada Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) c.q. Direktur Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen (EAS), format surat permohonan sesuai dengan Lampiran PMK Nomor 191/PMK.05/2011. 2. Permohonan nomor register dilampiri:

a. Perjanjian Hibah (Grant Agreement) atau dokumen lain yang dipersamakan; b. Ringkasan Hibah (Grant Summary).

(Dalam hal tidak terdapat perjanjian hibah/dokumen yang dipersamakan maka registrasi harus dilampiri dengan Berita Acara Serah Terima (BAST)/Berita Acara Penyerahan Hibah (BAPH) dan Surat Pernyataan Telah Menerima Hibah Langsung (SPTMHL))

c. Jumlah yang diregister: sejumlah yang tercantum dalam Perjanjian Hibah atau dokumen lain yang dipersamakan.

2.5.1.2. Pengajuan Nomor Register Hibah Langsung Dalam Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga19

Proses pengajuan nomor register hibah langsung dalam bentuk barang/jasa/surat berharga dilakukan dengan alur sebagai berikut:

1. Menteri/pimpinan lembaga/kepala kantor/Satker selaku PA/KPA mengajukan surat permohonan nomor register kepada DJPU c.q. Direktur Evaluasi Akuntansi dan Setelmen (EAS), format surat permohonan sesuai dengan ketentuan dalam Lampiran PMK Nomor 191/PMK.05/2011.

2. Permohonan nomor dilampiri:

a. Perjanjian Hibah (Grant Agreement) atau dokumen lain yang dipersamakan; b. Ringkasan Hibah (Grant Summary).

Dalam hal tidak terdapat perjanjian hibah/dokumen yang dipersamakan maka registrasi harus dilampiri dengan Berita Acara Serah Terima (BAST)/Berita Acara Penyerahan Hibah (BAPH) dan Surat Pernyataan Telah Menerima Hibah Langsung (SPTMHL).

3. Estimasi nilai wajar atas barang/jasa/surat berharga yang diterima

(PA/KPA tidak dapat mengajukan permohonan nomor register jika tidak terdapat estimasi nilai wajar atas barang/jasa/surat berharga yang diterima).

18 Peraturan Menteri Keuangan no. 191/PMK.05/2011, Pasal 7 19 Ibid, Pasal 18

2.5.2. Proses Pengajuan BAST atau BAPH

Berita Acara Serah Terima (BAST)/Berita Acara Penyerahan Hibah (BAPH) adalah dokumen yang merupakan bukti penyerahan barang/jasa antara satu pihak dengan pihak lainnya.

Fungsi BAST/BAPH bagi Pihak Penerima Hibah adalah sebagai: a. dokumen sumber pencatatan.

b. dokumen penerimaan hibah (disbursement plan). c. dokumen perencanaan.

Fungsi BAST/BAPH bagi Pihak Pemberi Hibah adalah sebagai: a. dokumen sumber pencatatan.

b. dokumen bukti penyerahan Hibah.

Komponen minimal yang harus ada di dalam dokumen BAST/BAPH adalah: a. Tanggal serah terima.

b. Pihak Pemberi dan Penerima Hibah. c. Tujuan Penyerahan Barang.

d. Nilai Nominal Hibah (valas dan rupiah). e. Bentuk Hibah.

f. Rincian Harga per barang.

2.5.3 Proses Pengesahan Pendapatan Hibah

2.5.3.1. Proses Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung Dalam Bentuk Uang dan Belanja Yang Bersumber Dari Hibah Langsung20

Proses Pengesahan dan Pencatatan Hibah dalam bentuk Uang dan Belanja dilakukan sebagai berikut:

1. PA/KPA mengajukan SP2HL atas seluruh Pendapatan Hibah Langsung yang bersumber dari luar negeri dalam bentuk uang sebesar yang telah diterima dan belanja yang bersumber dari hibah langsung yang bersumber dari luar negeri sebesar yang telah dibelanjakan pada tahun anggaran berjalan kepada KPPN Khusus Jakarta VI

2. PA/KPA mengajukan SP2HL atas seluruh Pendapatan Hibah Langsung yang bersumber dari dalam negeri dalam bentuk uang sebesar yang telah diterima dan belanja yang bersumber dari hibah langsung yang bersumber dari dalam negeri sebesar yang telah dibelanjakan pada tahun anggaran berjalan kepada

3. KPPN mitra kerjanya. (Batas waktu penyampaian surat perintah diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan).

4. Atas Pendapatan Hibah Langsung bentuk uang dan/atau belanja yang bersumber dari hibah langsung, PA/KPA membuat dan menyampaikan SP2HL ke KPPN dengan dilampiri:

a. copy Rekening atas Rekening Hibah; b. SPTMHL;

c. SPTJM; dan

d. copy surat persetujuan pembukaan rekening untuk pengajuan SP2HL pertama kali.

5. KPPN menerbitkan SPHL dalam rangkap 3 (tiga) dengan ketentuan: a. lembar ke-1, untuk PA/KPA;

b. lembar ke-2, untuk DJPU dengan dilampiri copy SP2HL; dan c. lembar ke-3, untuk pertinggal KPPN.

6. Atas dasar SPHL, KPPN membukukan Pendapatan Hibah

7. Langsung dan belanja yang bersumber dari hibah langsung serta saldo kas di K/L dari hibah.

8. Atas dasar SPHL yang diterima dari KPPN, DJPU membukukan Pendapatan Hibah Langsung.

9. Atas dasar SPHL yang diterima dari KPPN, PA/KPA membukukan belanja yang bersumber dari hibah langsung dan saldo kas di K/L dari hibah.

2.5.3.2. Proses Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung Dalam Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga ke Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, Kementerian Keuangan21

Proses pengesahan Pendapatan Hibah Langsung Dalam Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga ke DJPU dilakukan dengan alur sebagai berikut:

1. Menteri/pimpinan lembaga/kepala kantor/Satker selaku PA/KPA mengajukan SP3HL-BJS dalam rangkap 3 (tiga) kepada DJPU c.q. Direktur Evaluasi Akuntansi dan Setelmen dengan dilampiri:

a. BAST; dan b. SPTMHL.

2. SPTMHL telah mencantumkan nilai barang/jasa/surat berharga yang diterima dalam satuan mata uang Rupiah. Nilai barang/jasa/surat diperoleh dari BAST/dokumen pendukung hibah lainnya.

a. Apabila nilai barang/jasa/surat berharga dalam mata uang asing, maka harus dikonversi ke mata uang Rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal BAST.

b. Apabila dalam BAST atau dokumen pendukung hibah lainnya tidak terdapat nilai barang/jasa/surat berharga,menteri/pimpinan lembaga/kepala kantor/Satker selaku PA/KPA penerima hibah melakukan estimasi nilai wajar atas barang/jasa/ surat berharga yang diterima.

3. DJPU mengesahkan SP3HL-BJS dalam rangkap 3 (tiga) dengan ketentuan: a. lembar ke-1, untuk PA/KPA;

b. lembar ke-2, untuk PA/KPA guna dilampirkan pada pengajuan MPHL-BJS; dan c. lembar ke-3, untuk pertinggal DJPU.

4. SP3HL-BJS dibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalam Lampiran III PMK No. 191/PMK.05/2011

2.5.3.3. Proses Pencatatan Hibah Dalam Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga ke KPPN22

Proses Pengesahan dan Pencatatan Hibah dalam bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga di DJ Perbendaharaan/KPPN adalah sebagai berikut:

1. PA/KPA mengajukan MPHL-BJS atas seluruh belanja barang untuk pencatatan persediaan dari hibah/belanja modal untuk pencatatan asset tetap atau asset lainnya dari hibah/pengeluaran pembiayaan untuk pencatatan surat berharga dari hibah dan Pendapatan Hibah Langsung bentuk barang/jasa/surat berharga baik

21 Peraturan Menteri Keuangan no. 191/PMK.05/2011, Pasal 19 22 Peraturan Menteri Keuangan no. 191/PMK.05/2011, Pasal 21

dari luar negeri sebesar nilai barang/jasa/surat berharga seperti yang tercantum dalam SP3HL-BJS pada tahun anggaran berjalan kepada DJ Perbendaharaan/KPPN mitra kerjanya.

2. Dalam rangka pencatatan asset tetap atau asset lainnya dari hibah, PA/KPA membuat dan menyampaikan MPHL-BJS ke DJ Perbendaharaan/KPPN dengan melampirkan: a. SPTMHL

b. SP3HL-BJS lembar kedua c. SPTJM

3. Atas MPHL-BJS, KPPN menerbitkan Persetujuan MPHL-BJS dalam rangkap 3 (tiga) dengan ketentuan:

a. Lembar ke-1 : untuk PA/KPA

b. Lembar ke-2 : untuk Ditjen Pengelolaan Utang, Kementerian Keuangan cq. Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen dengan dilampiri copy MPHL-BJS

c. Lembar ke-3 : untuk pertinggal KPPN

4. Atas dasar Persetujuan MPHL-BJS, KPPN membukukan belanja barang untuk pencatatan persediaan dari hibah/belanja modal untuk pencatatan asset tetap atau asset lainnya dari hibah dan Pendapatan Hibah.

5. Atas dasar Persetujuan MPHL-BJS, PA/KPA membukukan belanja barang untuk pencatatan persediaan dari hibah/belanja modal untuk pencatatan asset tetap atau asset lainnya dari hibah.

6. Atas Pendapatan Hibah Langsung

7. Untuk Hibah Langsung, PA/KPA tidak dapat mengajukan pengesahan Penerimaan Hibah jika tidak terdapat estimasi nilai wajar atas barang/jasa/surat berharga yang diterima, baik ke Ditjen Pengelolaan Utang, Kementerian Keuangan maupun ke KPPN.

8. Atas Pendapatan Hibah Langsung akan diungkapkan secara memadai pada Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) oleh Ditjen Pengelolaan Utang, Kementerian Keuangan.

2.5.4. Penyesuaian Pagu Hibah Dalam DIPA untuk Hibah Terencana

1. PA/KPA pada K/L melakukan penyesuaian pagu belanja yang bersumber dari hibah langsung dalam bentuk uang dalam DIPA K/L.

2. DJPU melakukan penyesuaian pagu Pendapatan Hibah dalam DIPA Bagian Anggaran 999.02 berdasarkan rencana penarikan hibah.

3. Penyesuaian pagu belanja dilakukan melalui revisi DIPA yang diajukan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) DJPB untuk disahkan sesuai Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara revisi anggaran.

4. Penyesuaian pagu belanja adalah sebesar yang direncanakan akan dilaksanakan sampai dengan akhir tahun anggaran berjalan, paling tinggi sebesar perjanjian hibah atau dokumen yang dipersamakan.

5. Penyesuaian pagu pendapatan tersebut, dilakukan melalui revisi DIPA yang diajukan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan

6. untuk disahkan sesuai ketentuan perundang-undangan.

7. Revisi pagu belanjar tersebut menambah pagu DIPA tahun anggaran berjalan.

8. Hibah langsung yang sudah diterima tetapi belum dilakukan penyesuaian pagu DIPA diproses melalui mekanisme revisi sebagaimana dimaksud pada poin (3) dan ayat (4) pada kesempatan pertama.

9. K/L dapat langsung menggunakan uang yang berasal dari hibah langsung tanpa menunggu terbitnya revisi DIPA.

2.6. Prosedur Pengusulan dan Pengelolaan Hibah Luar Negeri di Lingkungan Direktorat Jenderal

Dokumen terkait