• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertandingan Kenaikan Peringkat

Dalam dokumen Sistem Kenaikan Peringkat Dalam Sumo (Halaman 51-61)

BAB III KENAIKAN PERINGKAT DALAM SUMO

3.3 Pertandingan Kenaikan Peringkat

Rikishi yang menempati peringkat sekitori harus bertanding satu kali dalam satu hari, sedangkan rikishi berperingkat lebih rendah bertanding sebanyak 7 kali (1 pertandingan setiap 2 hari).

Pada hari-hari pelaksanaan turnamen, jadwal acara dibuat sedemikian rupa sehingga pertandingan antara rikishi sumo peringkat atas selalu merupakan puncak acara sekaligus pertandingan penutup pada hari itu. Pertandingan dimulai di pagi hari bagi rikishi sumo peringkat paling bawah (Jonokuchi) dan diakhiri sekitar jam 18:00 sore dengan pertarungan antara Yokozuna atau Ozeki (jika yokozuna tidak hadir). Rikishi yang memenangkan pertandingan paling banyak selama 15 hari menjadi juara turnamen. Pertandingan tambahan diadakan antar dua orang rikishi yang mempunyai jumlah kemenangan yang berimbang dan pemenang pertandingan menjadi juara turnamen.

Rikishi sumo (rikishi) berperingkat Makuuchi tiba di gelanggang sumo pada siang hari dan memasuki ruang ganti. Ruang ganti dibagi menjadi ruang ganti kubu Timur dan ruang ganti kubu Barat. Ruang ganti dibuat terpisah agar rikishi tidak saling bertemu muka sebelum pertandingan. Rikishi lalu membuka baju dan menggantinya dengan semacam mawashi sewaktu mengikuti upacara memasuki ring yang disebut dohyōiri. Prosesi yang diikuti para rikishi berlangsung dari ruang ganti masing-masing kubu menuju ke ring. Pada hari-hari penyelenggaraan turnamen, upacara dohyōiri dilakukan sebanyak 4 kali, 2 kali untuk rikishi kelas Juryo dan 2 kali untuk rikishi kelas Makuuchi. Pada upacara dohyōiri, nama-nama rikishi diumumkan satu- persatu ke hadapan penonton, dimulai dari rikishi berperingkat paling rendah hingga rikishi berperingkat paling tinggi. Setelah rikishi dengan peringkat tertinggi diumumkan, para rikishi membentuk lingkaran mengelilingi wasit untuk mengikuti ritual dan berakhir dengan kembalinya para rikishi ke ruang ganti

masing-masing. Yokozuna mempunyai ritual dohyōiri tersendiri yang diadakan secara terpisah dari rikishi kelas yang lebih rendah.

Rikishi yang sudah sampai di ruang ganti menanggalkan kesho mawashi untuk menggantinya dengan memasuki arena sebelum waktu pertandingan yang dijadwalkan dan harus duduk di pinggir ring menanti giliran bertanding sejak dua pertandingan sebelumnya masih berlangsung. Pada saat giliran bertanding tiba, kedua rikishi yang akan bertarung. Pertandingan dipimpin oleh wasit yang disebut

dohyō, rikishi mempertontonkan serangkaian

gerakan ritual berupa hentakan kaki dan tepukan tangan yang dilakukan sambil menghadap ke penonton. Rikishi juga harus mencuci mulut dengan air yang disebut chikara mizu (air kuat). Sejumlah garam kemudian dilemparkan kedua rikishi ke dalam dohyō sebagai simbol penolak bala dan agar tidak terjadi cedera sewaktu bertanding.

Setelah itu, kedua rikishi melakukan ritual singkat berupa saling berhadapan dan mengambil posisi seperti setengah mau berjongkok (posisi untuk "mengukur" kekuatan lawan. Pada kesempatan pertama "mengukur" kekuatan lawan, kedua rikishi tidak perlu mengambil posisi tachiai tapi bisa dengan saling melototkan mata sebelum kembali ke sudut masing-masing. Ritual mengukur kekuatan lawan bisa berlangsung berkali-kali (sekitar 4 kali atau lebih pada rikishi kelas atas). Wasit (gyoji) lalu menyatakan ritual saling mengukur kekuatan lawan harus diakhiri dan pertarungan harus segera dimulai. Waktu yang dibutuhkan masing-masing rikishi untuk melakukan ritual "menakut-nakuti

lawan" sambil mempersiapkan diri sendiri secara mental adalah sekitar 4 menit, tapi rikishi peringkat rendah biasanya langsung diminta untuk segera bertanding.

Pada kesempatan mengukur kekuatan lawan (tachiai), kedua rikishi harus maju secara bersamaan. Wasit (gyoji) bisa meminta kedua pengulat untuk mengulangi tachiai jika prosedur belum dianggap benar. Pada saat pertandingan berakhir, wasit mengacungkan gunbai (kipas perang) ke arah rikishi yang menang. Kedua rikishi harus kembali pada posisi awal untuk saling membungkuk sebelum pertandingan dinyatakan selesai. Jika pertandingan diselenggarakan atas bantuan sponsor, rikishi yang menang biasanya menerima hadiah uang dalam diserahkan oleh wasit. Wasit mempunyai kewajiban untuk segera mengumumkan sang pemenang walaupun pertandingan mungkin berakhir seri. Pertandingan sumo hampir tidak pernah berakhir dengan hasil seri.

Pada semua pertandingan sumo diperlukan 5 orang juri berada di sekeliling ring. Juri dapat saja mempertanyakan keputusan wasit. Jika juri meragukan keputusan yang diambil wasit, juri dan wasit bertemu di tengah ring untuk mengadakan perundingan yang disebut mono ii (secara harafiah berarti "omong-omong") untuk menentukan rikishi yang menang. Hasil perundingan dapat berupa penangguhan atau pembatalan keputusan wasit dan bahkan perintah untuk melakukan pertandingan ulang yang disebut

Berbeda dengan ritual yang dilakukan kedua rikishi untuk "mengukur" kekuatan lawan yang memakan waktu lama, pertarungan antara kedua rikishi berlangsung sangat singkat dan biasanya tidak lebih dari sat hanya berlangsung beberapa berlangsung bermenit-menit karena wasit biasanya akan memisahkan kedua

rikishi untuk beristirahat minum yang disebut mizuiri. Kedua rikishi setelah beristirahat sejenak akan kembali ke posisi terakhir sebelum wasit datang memisahkan. Wasit berkewajiban untuk membetulkan posisi akhir kedua rikishi jika posisi masih dianggap belum benar. Jika pertandingan masih belum bisa menentukan pihak yang menang sedangkan pertarungan sudah berlangsung bermenit-menit, wasit akan memisahkan lagi kedua rikishi untuk istirahat minum tahap kedua. Setelah istirahat sejenak, kedua rikishi akan memulai lagi pertarungan dari awal.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan maka penulis menyimpulkan beberapa hal, antara lain:

1. Pada awalnya, Sumo adalah ritual untuk menghormati dewa yang telah memberkati pertanian yang ditampilkan bersama tari-tarian di halaman kuil. Kemudian Kaisar mengubah sumo menjadi salah satu hiburan istana yang hanya dapat ditonton oleh para para bangsawan dan pejabat penting. Barulah pada awal zaman Edo (tahun 1600-an) teknik dan aturan sumo mulai dirumuskan dan dikembangkan sehingga pertandingan sumo lebih mirip dengan yang ada sekarang.

2. Sumo sering dikaitkan dengan ritual dalam agama sekarang ini, di beberapa antara rikishi sumo denga yang terdapat dalam ajaran Shinto, yaitu terlihat pada arena (dohyo), kain cawat (mawashi), rencengan tali (sagari), dan atap (yakata).

3. Di zaman sekarang, rikishi sumo profesional diatur oleh Nihon Sumō Kyōkai). Anggo ta asosiasi terdiri dari Oyakata yang semuanya merupakan mantan rikishi sumo. Oyakata adalah pimpinan pusat latihan (heya) tempat bernaung para rikishi sumo profesional. Peraturan asosiasi menetapkan bahwa perekrutan calon dan pelatihan

rikishi sumo hanya berhak dilakukan oleh Oyakata. Saat ini terdapat sekitar 54 pusat latihan sumo (heya) tempat bernaung sekitar 700 rikishi sumo.

4. Asosiasi Sumo Jepang (Nihon Sumo Kyokai) terdiri dari 105 mantan rikishi yang terkenal dengan sebutan toshiyori, dan termasuk juga wakil- wakil dari golongan petugas yang terdiri dari rikishi yang aktif, para wasit dan para pengawas jalannya pertandingan dari empat penjuru ring (yobidashi). Asosiasi Sumo Jepang juga terdiri dari enam divisi yang mengurusi masalah-masalah bisnis, perwasitan, turnamen-turnamen di luar masa turnamen (jungyo), turnamen diluar Tokyo (chiho basho), latihan dan bimbingan. Semua ini disupervisi oleh sebuah badan direktur yang terdiri dari 10 orang hasil piihan Asosiasi. Badan ini diketuai oleh seorang presiden atau manajer (rijicho).

5. Sumo mempunyai sistem peringkat yang sangat terinci berdasarkan prestasi dalam pertandingan. Sistem peringkat dalam sumo sudah digunakan beratus-ratus tahun sej atau bisa turun bergantung pada hasil pertandingan yang diikuti. Banzuke adalah nama untuk daftar peringkat rikishi sumo yang diterbitkan 2 minggu sebelum turnamen sumo dibuka.

6. Pada dasarnya ada 6 peringkat dalam sumo, yaitu : Makuuchi atau makunouchi (42 rikishi), Jūryō (28 rikishi), Makushita (120 rikishi), Sandanme (200 rikishi), Jonidan (230 rikishi), Jonokuchi (80 rikishi). Makuuchi terbagi lagi atas 5 tingkatan dari yang tertinggi : yokozuna, ozeki, sekiwake, komusubi, maegashira.

7. Kenaikan atau penurunan peringkat rikishi sumo profesional bergantung pada prestasi rikishi dalam turnamen sumo profesional yang berlangsung selama 15 hari. Tujuan utama setiap rikishi sumo adalah mencetak kachikoshi agar peringkatnya bisa naik dan menghindari makekoshi. Makekoshi berarti lebih banyak kalah daripada menang dalam turnamen daripada kalah dalam turnamen

8. Sistem heya sumo merupakan sebuah lembaga yang berfungsi mendidik para rikishi muda agar dapat menjadi juara sumo. Pada lembaga ini para calon juara juga dididik untuk memahami etiket, disiplin dan nilai-nilai khusus yang menjadi pedoman olahraga sumo, yang tidak sama dengan yang berlaku dalam masyarakat Jepang pada umumnya. Secara fisik, heya atau istal yang secara harfiah berarti “kamar” adalah sebuah kompleks lengkap dengan segala fasilitas hidup dan latihan.

9. Ada enam turnamen Grand Sumo

dalam setahun. Turnamen bulan Januari, Mei dan September dilakukan di Arena Sumo (Kokugikan) di Ryogoku November d yang berlangsung selama 15 hari dan ditutup juga pada hari Minggu. Hari terakhir turnamen disebut senshuraku (secara harafiah berarti "kegembiraan 1.000 musim gugur") sebagai bentuk suka cita atas keberhasilan pemenang dalam turnamen.

10. Turnamen amatir diselenggarakan di Jepang untuk rikishi sumo amatir dari sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Pertandingan pada tingkat amatir tidak menggunakan segala macam ritual seperti pertandingan sumo profesional. Rikishi sumo amatir yang ingin menjadi rikishi sumo profesional diharuskan berusia muda (23 tahun ke bawah).

4.2. Saran

Setelah membaca dan membahas tentang sumo, maka penulis berpendapat bahwa sumo merupakan olahraga tradisonal bangsa Jepang yang hingga zaman sekarang masih sangat terpelihara dengan baik. Hal ini berbeda dengan kita bangsa Indonesia, walaupun kita memiliki olahraga tradisional tapi di zaman sekarang sudah terlupakan. Maka sebaiknya generasi muda harus menggali dan mempertahankan olahraga tradisonal yang kita miliki.

Pemerintah khususnya harus memberikan perhatian yang lebih terhadap kebudayaan kita yang dapat dikatakan mulai terancam keberadaannya pada masa sekarang ini. Serta menjamin kehidupan para olahragawannya sehingga banyak orang yang tertarik untuk menjadi seorang olahragawan/atlet khususnya bagi generasi muda.

DAFTAR PUSTAKA

Bellah, Robert N. 1992. Religi Tokugawa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Benedict, Ruth. 1982. Pedang Samurai dan Bunga Seruni. Jakarta: Sinar

Harapan.

Buckingham, Dorothea N. 1994. The essential guide to sumo. Hawaii: Bress Press. Chie, Nakane. 1981. Masyarakat Jepang. Jakarta : Sinar Harapan.

Chandra, T. 1990. Kamus Indonesia – Jepang. Jakarta: Evergreen Course. Cuyler, PL. 1979. Sumo: from rite to sport. New York : Weatherhill.

Danandjaja, James. Foklor Jepang: Dilihat dari Kacamata Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Dewi B, Fitria. 2004. Nilai-Nilai Ritual Shinto dalam Aktifitas Pertandingan Sumo. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Edwin, Reischaves. 1988. Manusia Jepang. Jakarta : Sinar Harapan

Fukutake, Tadashi. 1989. Masyarakat Jepang Dewasa Ini. Jakarta: PT. Gramedia. Gutman, Bill. 1995. Sumo wrestling. Minneapolis : Capstone Press.

Kontjaraningrat. 1980. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara baru.

Kontjaraningrat. 1985. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Nasution, M. Arif. 2001. Metode Penelitian. Jakarta: Gramedia.

Sargeant, JA. 1959. Sumo: the sport and the tradition. Rutland, Vt., CE Tuttle Co. Shapiro, David. 1998. Sumo a Pocket Guide. Tokyo: Charles E. Tuttle Company. Situmorang, Hamzon. 2006. Ilmu Kejepangan 1. Medan : USU Press.

Suryohadiprojo, Sayidiman. 1982. Manusia dan Masyarakat Jepang dalam Perjuangan Hidup. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Takamiyama, Daigoro. 1973. Takamiyama; the world of Sumo. Tokyo: Kodansha International.

Taniguchi, Goro. 1999. Kamus Standar Bahasa Jepang-Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.

Wikipedia. 2009. Sekiwake Wikipedia. 2009. Ozeki

Wikipedia. 2009. Profesional Sumo Divisions.

Dalam dokumen Sistem Kenaikan Peringkat Dalam Sumo (Halaman 51-61)

Dokumen terkait