• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI MATA PENCAHARIAN DESA PARBULUAN 1 (1959-1998)

3.1 Pertanian Nilam

Pertanian Nilam di Desa parbuluan dimulai sejak tahun 1959 yang awalnya ditanam oleh Parhullang. Kemudian Parhullang tadi memberikan bibit kepada Gustav sinaga yang jumlahnya sekuntum tangan. Bibit nilam ini kemudian ditanam Gustav pada lahan seluas 1 rante sebagai percobaan . Untuk penanamanya dibuat tidak mempunyai jarak hanya ditanam asal-asalan saja. Akan tetapi, rupanya cara seperti ini dapat menurunkan kualitas minyak nilam.

Hasil minyak nilam dari 1 rante tersebut adalah sekitar 3 ons. Harga 1 ons bisa mencapai dua ratus ribu. Dengan melihat kondisi seperti itu, masyarakat desa Parbuluan mulai mencari bibit ke Gustav sinaga dengan syarat harus menyisakan bibit untuk beliau. Cara memperoleh bibit tersebut adalah berupa stek yang diambil dari induk nilam tersebut . Kemudian mulailah masyarakat Desa parbuluan menanam nilam.6

Sebelum melakukan penanaman nilam masyarakat terlebih dahulu harus membuka hutan. Tanah hutan diperlukan karna mengandung unsur hara yang tinggi atau subur. Jadi, bila dilakukan penanaman maka masyarakat tidak perlu memberi pupuk cukup humus tanah hutan tersebut. Hal lain yang membuat demikian adalah sebab pupuk pada waktu belum ada dijumpai di desa Parbuluan. Ada beberapa alat yang digunakan dalam membuka hutan seperti kapak yang fungsinya untuk menebang kayu dan cangkul untuk mengolah tanah, selain itu kayu yang runcing yang fungsinya untuk membuat lubang tanaman. Penanaman nilam di

6

Desa Parbuluan membutuhkan tanah yang lembab pada masa pertumbuhannya. Oleh karena itu, penanaman dilakukan pada awal musim hujan.

Petani Desa parbuluan 1 kurang menerapkan teknis usaha tani nilam yang sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan petani belum tersedia modal serta alat-alat pertanian seperti pupuk dan mesin penebang kayu. Oleh karena itu, untuk menghemat biaya, waktu, resiko yang berat, petani memilih penanaman nilam secara langsung tanpa mengadakan pembibitan.

Pemeliharaan tanaman nilam di Desa Parbuluan meliputi pemupukan, penyulaman, penyiangan, pemangkasan, pembumbunan. Hasil yang maksimal tergantung bagaimana cara pemeliharaan tanaman yang efektif yang dapat membuat umur produktif tanaman sampai 3 tahun. Dengan kata lain bahwa kunci kesuksesan adalah tergantung pada kesungguhan melakukan pemeliharaan tanaman. Hal ini merupakan langkah baru untuk meningkatakan produksi nilam karena setiap penanaman nilam wajib membuka hutan lagi.

Pada awal pengembangannya tanaman nilam di Desa Parbuluan belum mengandalkan penggunaan pupuk. Akan tetapi, lambat laun mulai menggunakan pupuk karena unsur hara tanah mulai berkurang. Pemupukan dilakukan dalam bentuk pupuk organik (kompos, pupuk kandang) dan pupuk anorganik (NPK, KCL, TSP dan sebagainnya). Proses pemupukan secara optimal pada tanaman nilam dilakukan dua kali. Pemupukan pertama dilakukan sebelum tanam, atau pupuk dasar dan pemupukan selanjutnya saat tanaman berumur sekitar 2 bulan. Kebutuhan ini tergantung pada kondisi dan tingkat kesuburan tanah yang akan ditanam. Pemupukan ini dapat dilakukan dengan penebaran keseluruh area budidaya atau hanya pada lubang-lubang tanaman saja. Waktu pemupukan dilakukan minimal 1 minggu sebelum tanam.

Penyulaman dilakukan dengan tujuan menggantikan tanaman yang mati. Pergantian ini dilakukan agar hasil panen dapat tetap maksimum. Selain itu juga dapat mempertahankan

tingkat keseragaman pertumbuhan nilam. Penyulaman dekerjakan kurang lebih satu bulan sesudah penanaman. Karena pada saat itu sudah tampak bibit yang mati.

Penyiangan dilakukan setelah tanaman nilam berumur 2 bulan. Pada saat ini tanaman nilam biasannya telah mencapai ketinggian 25-35 cm dan mempunyai cabang sampai 20 cm. Penyiangan dilakukan agar tanaman nilam tidak terganggu oleh tanaman gulma serta hama dan penyakit tanaman. Termasuk di dalamnya proses pengambilan makanan dan sinar matahari. Kegiatan dilakukan dengan dua cara yaitu secara mekanis (alat pertanian seperti cangkul, sabit) dan secara herbisida (kimiawi), pembersihan gulma maupun tanaman pengganggu tidak merusak tanaman nilamnya.

Pemangkasan dilakukan minimal satu kali per periode panen yaitu pada saat panen. Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan alat pangkas yang tajam. Tanaman yang dipangkas tidak boleh tergoyang terlalu keras. Penjagaan terhadap batang dan perakaran tanaman juga diperhatikan.

Pemangkasan terhadap tanaman juga meninggalkan 1-2 batang nilam muda untuk perangsangan pertumbuhan tunas selanjutnya. Memangkas habis tidak boleh dilakukan bila tanaman nilam akan diteruskan pemeliharaan selanjutnya. Pola pemangkasan yang baik membuat umur produktif tanaman nilam sampai 3 tahun atau 10 kali panen. Selain itu, pemangkasan yang dilakukan para petani juga dapat mengurangi kelembapan dalam tanaman sehingga dapat menghindari serangan dan penyakit tanaman.

Kemudian setelah itu dilakukan pembumbunan. Cara ini sebagai suatu sistem pemindahan vegetasi tanpa pemindahan areal tanaman. Pembumbunan biasanya dilakukan setelah panen. Adapun caranya adalah seagai berikut : Cabang-cabang yang ditinggalkan sesudah panen dan letaknya dengan tanah ditimbun dengan tanah dekat ujungnya setinggi 10-15 cm. Sedangkan cabang-cabang yang letaknya jauh dari tanah dipatahkan dibagian ujungnya, tetapi tidak terputus dari batangnya, sesudah itu bagian yang patah ditimbun

dengan tanah. Dengan pembumbunan ini, maka akan terbentuk rumpun tanaman nilam yang padat dengan anaknya.

Tanaman nilam yang tumbuh dan terpelihara dengan baik, sudah dapat dipanen pada umur 6 sampai 8 bulan setelah penanaman. Pemanenan dilakukan dengan memangkas atau memotong cabang-cabang, ranting-ranting dan daun-daun tanaman nilam. Sebaiknya pada setiap panen dibiarkan satu cabang tumbuh untuk mempercepat tumbuhnya tunas baru.

Untuk teknis pemanenan atau pemetikan daun nilam biasanya masyarakat Desa Parbuluan dilakukan pada saat pagi hari atau dapat juga dilakukan menjelang malam hari. Satu hal yang perlu untuk diperhatikan bahwa mereka melakukan pemetikan daun dilakukan pada siang hari. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga daun agar tetap mengandung minyak atsiri yang tinggi.

Untuk pemanenan masyarakat Desa Parbuluan 1 biasannya memperhatikan penanganan pasca panen.Alat yang digunakan untuk panenan tanaman nilam adalah sabit, gunting, atau parang yang tajam. Fungsinya adalah untuk memotong tangkai nilam.

Pada panen pertama, bagian yang boleh dipangkas dari tanaman nilam adalah cabang-cabang dari tingkat dua ke atas, sedangkan cabang-cabang-cabang-cabang dari tingkat pertama ditinggalkan. Setelah selesai pemanenan pertama, pekerjaan selanjutnya adalah pembumbunan atau menumbut cabang pertama tadi. Pembumbunan cabang tersebut sistem pemindahan vegetasi tanpa pemindahan areal.

Pamanenan daun-daun nilam dipotong-potong sepanjang 3-5 cm, kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Menjemur hasil panenan biasanya adalah dengan menggelarnya di atas tikar atau tempat lainnya atau juga di tanah pekarangan rumah yang bersih dan bebas dari daun tanaman lain. Penjemuran dilakukan selama 4 jam (10.00 – 14.00). Setelah dijemur dianginkan di tempat yang sejuk/teduh (dalam ruangan) dengan tebal lapisan 50 cm. Lapisan

ini harus dibalik 2-3 kali sehari selama 3-4 hari, sehingga diperoleh kadar air bahan 15%. Setelah itu sudah dapat dimulai disuling.

Pengeringan yang terlalu cepat atau terlalu lambat dapat membuat masalah baru.. Pengeringan yang terlalu cepat dapat menyebabkan daun terlalu rapuh dan sulit untuk disuling. Sedangkan pengeringan yang terlalu lambat menyebabkan daun menjadi lembab dan mudah diserang jamur, dan dapat membuat mutu minyak yang dihasilkan akan menurun.

Penyulingan nilam di desa Parbuluan biasanya dilakukan siang dan malam hari. Artinya dalam 1 hari bisa dilakukan 2 kali pengukusan. Akan tetapi dalam 1 minggu pengukusan hanya dilakukan 8 kali karena 2 hari lagi adalah untuk mengambil kayu bakar. Peralatan yang digunakan adalah seperti drum, kapak, dan kayu bakar. Drum fungsinya untuk tempat air dimasak, kapak digunakan untuk mengambil kayu bakar, sementara kayu bakar adalah untuk memanaskan air di dalam drum tersebut. Pengukusan ini biasanya dilakukan dengan bantuan keluarga terdekat dan sebagai gantinya adalah dengan menyumbangkan tenaga setelah satu keluarga sudah siap mengukus. Bagi ibu-ibu yang mengukus nilam tersebut terlebih dahulu harus menitipkan anak-anaknya bagi keluarga yang tinggal di desa sebab mereka mengukus berada di hutan. Sebelum melakukan penyulingan terlebih dahulu orang yang dituakan meletakkan persembahan di atas batu dan di bawah pohon besar berupa nitak gurgur 7

Pemasaran adalah salah satu hal penting dalam produksi pertanian nilam di Desa Parbuluan. Pemasaran nilam tersebut biasanya dijual ke Toke Cina di Sidikalang yang lebih

supaya dijaga oleh penghuni hutan tersebut dari marabahaya.

Dari drum tersebut akan keluar uap, kemudian dialirkan lewat pipa yang terhubung dengan pendingin. Uap berubah menjadi air. Air yang sesungguhnya merupakan campuran air dan minyak itu akan menetes di ujung pipa dan ditampung dalam wadah. Selanjutnya, dilakukan proses pemisahaan sehingga diperoleh minyak nilam murni.

7

Nitak Gurgur adalah makanan yang terbuat dari tepung beras yang tidak diberi gula ataupun kelapa parut. Hal ini dilakukan karna kerap binatang buas bisa mendatangi pengukusan nilam seperti harimau, dan juga ular.

dahulu dikumpulkan di Desa Parbuluan. Kemudian dari Sidikalang dikirim ke luar negeri. Pemasaran pada tingkat petani tersebut dijual ke pengumpul atau pengusaha pemilik kilang minyak nilam, para petani menjual produknya dalam dua produk yaitu:

1) penjualan daun kering dari petani kepada para pemilik kilang dan selanjutnya pemasaran minyak atsiri dilakukan oleh pemilik kilang;

2) penjualan minyak nilam oleh petani setelah diolah di kilang kepada para pengumpul lokal. Harga pada masing-masing tingkatan ditentukan oleh harga tingkatan ke 3 yaitu harga penjualan ekspor. Para pengumpul/lokal biasanya memperoleh informasi harga dengan mengadakan penawaran kepada beberapa eksportir dan menjual kepada penawaran tertinggi. Sistem pemasaran yang terbuka ini, akan menguntungkan para pemasok lokal namun belum tentu menguntungkan petani karena informasi harga ekspor ke petani tidak pernah sampai ke mereka.

Sebagai bahan baku minyak wewangian, minyak nilam ini diekspor ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, Perancis, Belanda, Swiss, Jerman, Singapura, Inggris, Jepang, India, Spanyol, Hongkong, Malaysia, Italia dan Argentina.

Menjelang tahun 1975 tanaman nilam mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan karena daunnya berguguran. Gejala Penyakit Di lapangan, penyakit layu bakteri nilam menyebar secara merata pada satu areal pertanaman dengan gejala daun layu dan diakhiri dengan kematian tanaman dalam waktu singkat. Sehingga keadaan ini menurunkan produksi nilam. Oleh karena itu, masyarakat mulai mengolah kayu balok sebagai mata pencahariannya dan perlahan-lahan meninggalkan tanaman nilam.

3.2 Pengolahan Hasil Hutan

Dokumen terkait