• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

2. Pertemanan

a. Pengertian Pertemanan

Dalam kehidupan ini pasti kebutuhan akan teman sangatlah penting karena teman merupakan relasi yang memiliki peran yang sangat penting untuk kita dapat bersama-sama melakukan suatu hal, misalnya dalam bermain sewaktu kecil kita memerlukan teman untuk bermain hal itu tidak mungkin kita lakukan dengan seorang diri karena kurang menyenangkan kita sering bermain dengan orang tua kita atau dengan teman yang seumuran dengan kita untuk belajar berinteraksi satu sama lain.

Menurut Desmita, (2012: 227) “karakteristik lain dari pola hubungan anak usia sekolah adalah munculnya keinginan untuk menjalin hubungan pertemanan yang lebih akrab atau yang dalam kajian psikologi perkembangan disebut dengan istilah (persahabatan)”.

McDevitt dan Ormrod (2002), mendefinisikan friendship sebagai: “peer relationship that is voluntary and recipro and includes shared routines and customs.”

Jadi, persahabatan lebih dari sekedar pertemanan biasa. Menurut MCDevitt dan Ormrod (2002), setidak nya terdapat tiga kualitas yang membedakan persahabatan dengan bentuk hubungan teman sebaya lainnya, yaitu:

1. They are voluntary relationship (adanya hubungan yang dibangun atas dasar suka rela)

2. They are powered by shared routines and customs (hubungan persahabatan dibangun atas dasar kesamaan kebiasaan).

3. They are reciprocal relationship (persahabatan dibangun atas dsar hubungan timbal balik).

Menurut Santrock, (2007: 68) menyatakan bahwa, Sahabat (friends) adalah sekumpulan kawan yang terlibat dalam kebersamaan, saling mendukung, dan memiliki keakraban (intimasi). Dengan demikian relasi yang terjalin dengan kawan-kawan akan terasa lebih dekat dan terlibat dibandingkan relasi yang terjalin dengan kelompok sebaya.

Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pertemanan dan persahabatan memiliki makna dan fungsi yang sama yaitu memungkinkan anak-anak memiliki pasangan bermain yang dikenal, seseorang yang bersedia meluangkan waktu bersama mereka dan bergabung dalam aktivitas kerja sama akan tetapi kualitas persahabatan lebih dari sekedar pertemanan biasa karena istilah persahabatan menggambarkan suatu hubungan yang melibatkan pengetahuan, penghargaan, dukungan fisik, dukungan ego, perbandingan sosial, dan relasi.

b. Fungsi Pertemanan

Pertemanan merupakan hal yang sangat penting dari kita lahir hingga menjadi dewasa teman merupakan sosok yang sangat penting, karena pada umum nya manusia saling membutuhkan satu sama lain karena itu peran teman sangatlah dibutuhkan bukan hanya untuk bermain bersama akan tetapi juga untuk saling berbagi saling membantu serta saling mengasihi satu sama lain.

Menurut Santrock (2007: 220-221), pertemanan memiliki enam fungsi (Gotman & Parker, 1987):

1. Persahabatan (companhionship). Dengan pertemanan, anak-anak menemukan seorang mitra yang familiar, seseorang yang mau menghabiskan waktu dengan mereka dan bergabung dam aktivitas kolaboratif.

2. Stimulasi. Dengan pertemanan, anak-anak mendapatkan informasi yang menarik, kesenangan, dan hiburan.

3. Dukungan fisik. Dalam pertemanan, terdapat sumber daya dan bantuan.

4. Dukungan Ego. Dalam pertemanan, terdapat harapan akan

dukungan, semangat, dan umpan balikyang membantu anak-anak memelihara kesan diri mereka sendiri sebagai individu yang kompeten, menarik, dan pantas ditemani.

5. Perbandingan social. Pertemanan menyediakan informasi tentang posisi anak-anak terhadap orang lain dan apakah anak-anak tersebut berlaku baik.

6. Keintiman/afeksi. Dalam pertemanan, anak-anak mengalami

hubungan yang hangat, dekat, dan saling memercaya dengan individu lain, yaitu hubungan yang melibatkan keterbukaan diri.

Sementara itu menurut Hurlock (2011: 288) menyatakan bahwa, Kebuhan akan teman sudah tampak diawal kehidupan ketika bayi berhenti menangis bila seseorang mendatanginya. Pada saat bayi bertambah dewasa, kebutuhan akan teman meningkat. Anak-anak membutuhkan teman tidak hanya untuk kepuasan pribadi tetapi juga untuk memperoleh pengalaman belajar. Dari kebersamaan dengan orang lain, anak belajar tentang apa yang dianggap sebagai perilaku yang dapat diterima dan apa yang dianggap sebagai perilaku yang

tidak dapat diterima dan apa yang dianggap sebagai perilaku yang tidak dapat diterima oleh kelompok.

Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi pertemanan adalah sebagai tahap awal untuk menjalin sebuah relasi dan akan terciptanya hubungan kebersamaan, saling mendukung dan saling belajar baik dan buruk suatu perilaku satu sama lain.

c. Pertemanan Sebaya Peserta Didik

Menurut Santrock (2012: 304) menyatakan bahwa “Ketika anak-anak semakin besar, mereka semakin banyak meluangkan waktu dengan kawan-kawan sebayanya yakni anak-anak yang kurang lebih berusia atau memiliki level kematangan yang sama”. Pertemanan sebaya memegang peranan penting dalam perkembangan anak untuk saling belajar satu sama lain dan dan dapat diartikan bahwa teman sebaya merupakan teman yang memiliki kesamaan usia tidak jauh berbeda satu sama lain. Menurut Desmita, (2012: 224) “Teman bisa memberikan ketenangan ketika mengalami kekhawatiran. Tidak jarang terjadi seorang anak yang tadinya penakut berubah menjadi pemberani”. Berikut ini akan diuraikan beberapa aspek perkembangan hubungan peserta didik dengan teman sebayanya: 1. Karakteristik Hubungan Anak Usia Sekolah dengan Teman Sebayanya

Seperti halnya dengan masa awal anak-anak, berinteraksi dengan teman sebaya merupakan aktivitas yang banyak menyita waktu anak selama masa pertengahan dan akhir anak-anak. Barker dan Wright (dalam Santrock, 1995) mencatat bahwa anak-anak usia 2 tahun menghabiskan 10% dari waktu siangnya untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Pada usia 4 tahun, waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi dengan teman sebaya mrningkat menjadi 20%. Sedangkan anak usia 7 hingga 11 meluangkan lebih dari 40% waktunya untuk berinteraksi dengan teman sebaya.

Interaksi teman sebaya dari kebanyakan anak usia sekolah ini terjadi dalam grup atau kelompok, sehingga periode ini disebut”usia kelompok”. Pada masa ini, anak tidak lagi puas bermain sendirian di rumah, atau melaksanakan kegiatan-kegiatandengan anggota keluarga. Hal ini adalah karena anak memiliki keinginan kuat untuk diterima sebgai anggota kelompok, serta merasa tidak puas bila tidak bersama teman-temannya.

3. Popularitas , Penerimaan Sosial, dan Penolakan

Pada anak usia sekolah dasar mulai terlihat adanya usaha untuk mengembangkan suatu penilaian terhadap orang lain dengan berbagai cara. Hal ini terlihat pada anak-anak kelas dua atau kelas tiga yang telah memiliki stereotip budaya tentang tubuh. Dalam hal ini mereka misalnya, menilai bahwa laki-laki yang tegap ( berotot) lebih disenangi daripada anak lak-laki yang gemuk atau kurus. Kemudian pemilihan teman dari anak-anak ini terus meningkat dengan lebih mendasarkanpada kualitas pribadi, seperti kejujuran, kebaikan hati, humor, dan, kreativitas.

Berdasarkan informasi ini kemudian para peneliti membedakan anak-anak yang popular dan yang cenderung tidak disukai. Menurut Santrock (2012: 381) para ahli perkembangan membedakan lima status kawan sebaya (Wentzel & Asher, 1995) :

a) Anak-anak yang popular (popular children) sering kali dipilih sebagai sahabat dan jarak tidak disukai leh kawan sebayanya. b) Anak yang rata-rata (average children) memperoleh angka

rata-rata untuk dipilih secara positif maupun negative oleh kawan sebayanya.

c) Anak yang diabaikan (neglected children) jarang dipilih sebgai sahabat namun bukan karena tidak disukai oleh kawan sebayanya. d) Anak yang ditolak (rejected children) jarang dipilih sebgai sahabat

oleh seseorang dan sevara aktif tidak disukai oleh kawan sebayanya.

e) Anak yang kontroversial (controversial children) sering dipilih sebagai kawan terbaik seseorang namun umumnya tidak disukai oleh kawan sebayanya.

Jadi dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan pertemanan sebaya merupakan hal penting terutama pada anak usia sekolah pada usia sekolah pertemanan sebaya dibutuhkan oleh peserta didik untuk

berinteraksi pada masa ini anak memiliki kelompok atau grup untk melakukan kegiatan bersama-sama.

Akan tetapi dalam hal ini anak usia sekolah mulai terlihat melakukan perbandingan antara anak yang disukai dan yang cenderung tidak disukai.

d. Pengaruh Smartphone Terhadap Pertemanan di Sekolah

Penggunaan Handphone pada saat ini bukan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan akan tetapi merupakan gaya hidup terutama bagi peserta didik. Blackberry merupakan Smartphone yang banyak dimiliki oleh peserta didik pada saat ini Smartphone memiliki sisi positif dan juga negatif sisi negatifnya adalah ketika Smartphone menjadi jarak yang bisa memisahkan antara peserta didik yang memiliki Smartphone dan yang tidak memiliki Smartphone hal ini bisa membuat perbedaan yang menyebabkan para peserta didik jadi memilih-milih dalam beteman.

Menurut Fitri Saraswati / Ike Devi Sulistyaningtyas dalam skripsi ‘Pengaruh Intensitas Penggunaan Teknologi Komunikasi Terhadap Tingkat Keintiman Komunikas Interpersonal (Kasus penggunaan Smartphone Blackberry Pada Mahasiswa Universitas Atma Jaya Program Studi Ilmu Komunikasi Angkatan 2009 dalam hubungan pertemanan) tahun 2009 :

Komunikasi antar-pribadi dengan alat elektronik sebagai medianya dapat menimbulkan banyak efek yang akan terjadi.

(1997:63) mengemukakan:

“Apabila dengan perkembangan teknologi dewasa ini, manusia dapat berhubungan satu dengan yang lain melalui telepon,, telegrap, radio, suratkabar sehingga tidak memerlukan hubungan badaniah; maka manusia modern tidak membutuhkan kontak sebagai syarat utama dalam memulai hubungan antarpribadi.”

Menurut B.Santoso (2009: 2) menyatakan bahwa tingkat ketergantungan pemakai Blackberry sudah luar biasa. Sampai ada pendapat mengatakan bahwa Blackberry mendekatkan teman yang jauh dan menjauhkan teman yang dekat.

Berbagai fenomena yang telah dijelaskan menunjukkan bahwa bila ketergantungan pada pengguna Blackberry ini sudah di luar batas kewajaran maka akan mengakibatkan seseorang menjadi anti sosial. Padahal manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Individu tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya orang lain, sehingga sangat dibutuhkannya interaksi sosial diantara yang satu dengan lainnya. Interaksi sosial merupakan proses komunikasi diantara orang-orang untuk saling mempengaruhi perasaan, pikiran dan tindakan. Interaksi sosial akan berlangsung apabila seorang individu melakukan tindakan dan dari , sehingga tindakan tersebut akan menimbulkan reaksi dari individu yang lain. Interaksi sosial terjadi jika dua orang atau lebih saling berhadapan, bekerja sama, berbicara, berjabat tangan atau bahkan terjadi persaingan dan pertikaian. Pengguna Blackberry di Indonesia benar-benar membeli gadget tersebut karena fungsi utama yang dimiliki atau hanya karena gengsi. Banyak yang hingga hari ini menganggap bahwa perangkat Blackberry dengan harganya yang tinggi bisa menjadi alat untuk meningkatkan daya tawar seseorang di hadapan rekan kerja atau

bisnisnya atau bagi yang masih duduk di bangku sekolah dengan memiliki Blackberry dapat dianggap setara atau memiliki nilai lebih oleh teman-temannya yang lebih dahulu telah memiliki Blackberry. Jika dilihat dari biaya lebih yang harus digunakan seseorang untuk menebus sebuah gadget Blackberry idamannya, padahal pada saat yang sama ia bisa membeli Smartphone dari vendor lain dengan kemampuan dan aplikasi yang jauh lebih lengkap, maka jawaban bahwa fenomena booming Blackberry di Indonesia adalah sebuah pertaruhan gengsi cukup bisa dipertanggung jawabkan. Tidak jarang orangtua membelikan Blackberry agar sang anak mendapatkan penghargaan dari teman maupun lingkungan sosialnya. Penghargaan disini bermacam-macam bentuknya. Membelikan Blackberry agar sang anak dapat diterima dalam kelompok yang mungkin kelompok tersebut mayoritas merupakan pengguna Blackberry. Atau agar anak dipandang lebih oleh teman-temannya. Semua dapat saja terjadi dan itu merupakan salah satu alasan mengapa orangtua memberi Blackberry untuk sang anak. Hanya ada satu orang informan yang mempunyai tujuan memberi Blackberry agar anak mendapatkan penghargaan dari orang tua.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa bagi seorang pelajar memiliki Smartphone khususnya Blackberry mulai dari SMU, SMP bahkan anak SD pun sudah tidak asing lagi dengan Smartphone yang satu ini terkadang penggunaanya bukan lagi untuk kepentingan semata akan tetapi sudah mulai menjadi gaya hidup bahkan yang lebih parahnya lagi bias menyebabkan pemakainya menjadi anti sosial serta memilih-milih

dalam berteman. Bahkan sekarang bias kita lihat para remaja atau pengguna smartphone khususnya sudah tidak terlalu mementingkan komonikasi baik itu dengan teman secara face to face atau tatap muka komonikasi lebih kepada dengan teman yang jauh karena kecanggihan Smartphone saat ini dan yang lebih berbahayanya lagi terkadang tanpa mengenali teman atau orang tersebut. Ini lah mengapa Blackberry disebut Smartphone karena bukan hanya mampu mengubah teknologi saja tapi juga mampu sedikit demi sedikit merubah gaya pertemanan zaman sekarang.

Dalam dokumen ANALISA PENGGUNAAN SMARTPHONE DALAM PERT (Halaman 27-35)

Dokumen terkait