• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. Pertimbangan Auditor

Audit berasal dari bahasa latin yaitu “audire” yang berarti

mendengarkan. Mendengarkan dalam hal ini adalah memperhatikan

dan mengamati pertanggungjawaban keuangan yang disampaikan oleh

penanggungjawab keuangan yakni manajemen perusahaan. Fungsi ini

perlahan-lahan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman yang

semakin maju. Orang yang melaksanakan oleh auditor dinamakan

auditing.

Whittington (2001 : 5), mengemukakan pendapatanya mengenai

pengertian auditing

Auditing is an examination of a company’s financial statements by a firm of independent public accountants. The audit consists of searching investigation of the accounting records and other evidence supporting those financial statements. By obtaining an

understanding of the company’s internal control, and by inspecting documents, observing of assets, making inquiries within and outside the company, and performing other auditing procedures, the auditors will gather the evidence necessary to determine wether the financial statements provide a fair and reasonably complete picture of the company’s financial position and it’s activites during the period being audited.

Terdapat beberapa unsur-unsur penting yang mendasari

istilah auditing, yaitu :

1) Proses sistematik. Auditing merupakan suatu proses

sistematik, yaitu berupa suatu rangkaian langkah atau prosedur

yang logis, terstruktur dan jelas tujuannya bagi pengambilan

keputusan dan audit bukan merupakan proses yang tidak

terancang dan asal jadi.

2) Pengumpulan dan pengevaluasian bukti secara objektif. Audit

berkaitan dengan pengumpulan bukti-bukti tentang informasi

yang akan mempengaruhi proses keputusan auditor. Bukti

diartikan sebagai semua informasi yang digunakan auditor

dalam menentukan kesesuaian informasi yang sedang diaudit

dengan kriteria yang telah ditetapkan. Bukti audit dapat

diperoleh dalam berbagai bentuk, seperti pernyataan lisan dari

pihak yang diaudit (klien), komunikasi tertulis dengan pihak

ketiga dan hasil pengamatan auditor. Demi tercapainya

sasaran dari kegiatan auditing ini diperlukan bukti-bukti

dengan jumlah dan mutu yang memadai. Proses penentuan

informasi sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan, yang

merupakan bagian penting dari audit.

3) Pernyataan mengenai kejadian atau kegiatan ekonomi. Yang

dimaksud dengan pernyataan mengenai kejadian atau kegiatan

ekonomi adalah hasil proses akuntansi. Akuntansi merupakan

proses pengidentifikasian, pengukuran dan penyampaian

informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang dalam

bentuk yang teratur dan logis dengan tujuan menyajikan

informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan.

Setiap kali audit dilakukan ruang lingkup pertanggungjawaban

auditor harus dinyatakan dengan jelas. Yang terutama harus

dilakukan adalah menegaskan entitas atau satuan usaha yang

dimaksud dengan periode waktunya.

4) Tingkat kesesuaian antara pernyataan dengan kriteria yang

telah ditetapkan. Ketika melakukan proses audit, tujuan

auditor adalah menentukan apakah pernyataan pihak yang

diaudit sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria

atau standar yang dipakai sebagai dasar untuk menilai

pernyataan (yang berupa proses Akuntansi) dapat berupa :

a. Peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan tertentu

b. Anggaran atau ukuran prestasi pemilik satuan usaha

pada umumnya auditor yang bekerja di instansi pajak, di

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP),

dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menggunakan

kriteria undang-undang, prinsip akuntansi yang berlaku

umum dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh

pemerintah, perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara,

Badan Usaha Milik Swasta, serta insatansi pajak yang terkait.

Jadi, kriteria yang dipakai dalam suatu audit tergantung

kepada tujuan audit yang bersangkutan.

5) Penyampaian hasil kepada pihak yang berkepentingan.

Penyampaian hasil ini dilakukan dengan secara tertulis dalam

bentuk laporan audit (audit report) yang merupakan hasil-

hasil temuan kepada para pemakai laporan. Laporan yang

satu dapat berbeda dengan laporan yang lainnya, tetapi pada

dasarnya semuanya harus mampu menyampaikan kepada

pihak yang berkepentingan seberapa jauh tingkat kesesuaian

dari informasi yang sedang mereka periksa dengan kriteria

yang telah ditetapkan sebelumnya.

b. Jenis Audit

Menurut Arthur W. Holmes seperti yang dikutip dari Singh

(2008 : 12) “Audit dikelompokkan menjadi general audit dan special

audit. General audit adalah pemeriksaan terhadap laporan keuangan,

Audit yang dilakukan auditor atau profesi akuntan sangant

banyak macamnya, antara lain audit operasional, audit manajemen,

audit kinerja, financial audit, fraud and forensic audit, quality audit,

tax audit, compliance audit, banking audit dan internal control system audit.

Berdasarkan tujuan atau objektif, audit dapat dikelompokkan

menjadi beberapa macam audit, antara lain:

1)Compliance Audit, antara lain financial audit, legal audit,

fraud and forensic audit.

2)Recommendation, antara lain operational audit,

management audit, internal control system audit.

3)Quality Assurance, antara lain evaluated audit dan Quality

Audit.

Menurut Agoes (2004:9), ditinjau dari luasnya pemeriksaan,

audit bisa dibedakan atas

1) General Audit (Pemeriksaan Umum)

Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang

dilakukan oleh kantor akuntan publik yang indenpenden,

dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai

kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.

Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sesuai Standar Profesi

akuntan Indonesia yang telah ditetapka oleh Ikatan Akuntan

Indonesia.

2) Special Audit (pemeriksaan khusus)

Suatu pemeriksaan khusus atau terbatas (sesuai dengan

permintaan auditor) yang dilakukan oleh kantor akuntan

publik yang independen dan pada akhir pemerikasaannya

auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran

keuangan secara kesseluruhan. Pendapat yang diberikan

terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa,

karena prosedur audit yang dilakukannya terbatas.

c. Pengertian Pertimbangan Auditor

Jamilah et.al (2007) mendefinisikan pertimbangan auditor

sebagai berikut :

Pertimbangan auditor merupakan kebijakaan auditor dalam menentukan pendapat mengenai hasil auditnya, yang mengacu pada pembentukan suatu keputusan, gagasan, pendapat atau perkiraan tentang suatu objek, peristiwa, status, atau jenis peristiwa lain.

Kemudian Hogarth (1992) dalam Jamilah et.al, (2007)

mengartikan pertimbangan auditor itu sebagai proses kognitif yang

merupakan perilaku pemilihan dan pembentukan keputusan, dimana

pertimbangan itu sendiri merupakan suatu proses yang terus menerus

dalam perolehan informasi (termasuk umpan balik dari tindakan

informasi lebih lanjut. Jika informasi terus-menerus datang, akan

muncul pertimbangan dan keputusan baru.

Bonner (1994) dalam Zulaikha (2006) mengatakan bahwa inti

keputusan yang bersumber dari berbagai informasi dapat digunakan

oleh auditor untuk membuat judgment dalam suatu penugasan audit

independen. Auditor dapat mengidentifikasi salah saji dalam laporan

keuangan, mempelajari dan menganalisis informasi kunci tentang

risiko yang ada (inharent risk), risiko pengendalian (control risk), hasil

prosedur analitis, pengujian pengendalian, dan hasil dari pengujian

substantif.

Dokumen terkait