• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah sebagaimana terurai diatas ;

Menimbang, bahwa Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat oleh Penggugat untuk dinyatakan batal atau tidak sah adalah :

“Surat Bupati Rokan Hulu Nomor 100/Pem/2013/398 tanggal 03 Desember 2013 perihal: Pengosongan Lahan di Propinsi Riau, Kabupaten Rokan Hulu, Kecamatan Kepenuhan, Kelurahan/Desa Kepenuhan Tengah Rukun Tetangga II, Rukun Warga VII, Sei Bilah-bilah Jernih”

Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut Pihak Tergugat telah mengajukan eksepsi sebagaimana termuat dalam Surat Jawaban tertanggal 04 Februari 2014 sedangkan Tergugat II Intervensi-1 dan Tergugat II Intervensi-2 mengajukan eksepsi sebagaimana termuat dalam surat jawaban tertanggal 11 Maret 2014,

hukum serta tidak berkualitas mengajukan gugatan (tidak mempunyai Legal Standing) ;

Menimbang, bahwa dalam perkara aquo masuk pihak ketiga (H. ZULYADAINI) dengan kemauan sendiri ingin mempertahankan atau membela hak dan kepentingannya dengan mengajukan gugatan intervensi tertanggal 11 Februari 2014 ;

Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat Intervensi tersebut Pihak Tergugat telah mengajukan eksepsi sebagaimana termuat dalam Surat Jawaban tertanggal 11 Maret 2014 sedangkan Tergugat II Intervensi-1 dan Tergugat II Intervensi-2 mengajukan eksepsi sebagaimana termuat dalam surat jawaban tertanggal 11 Maret 2014, yang pada pokoknya berisi sebagai berikut :

- Bahwa Penggugat tidak mempunyai kepentingan dan kapasitas hukum serta tidak berkualitas mengajukan gugatan (tidak mempunyai Legal Standing).;

Menimbang, bahwa terhadap eksepsi Tergugat, Tergugat II Intervensi-1, dan Tergugat II Intervensi-2 dibantah oleh Penggugat dan Penggugat Intervensi dalam Repliknya tertanggal 25 Maret 2014;

Menimbang, bahwa atas Replik Penggugat dan Penggugat Intervensi tersebut Tergugat, Tergugat II Intervensi-1 dan Tergugat II Intervensi-2 telah menyampaikan Dupliknya tertanggal 03 April 2014 ; Menimbang, bahwa untuk menguatkan dasar gugatannya di persidangan Penggugat mengajukan bukti-bukti surat bertanda P-1 sampai dengan P-194 dan mengajukan 4 (empat) orang saksi, dan

T.II.INT.1-1 sampai dengan T.II.INT.1-13, sedangkan Tergugat II Intervensi-2 mengajukan bukti-buti surat bertanda T.II.INT.2-1 sampai dengan T.II.INT.2-11 dan mengajukan 2 (dua) orang saksi ;

Menimbang, bahwa terhadap eksepsi Tergugat, Tergugat II Intervensi-1 dan Tergugat II Intervensi-2, yang dibantah oleh Penggugat dan Penggugat Intervensi, maka sebelum Majelis Hakim memberikan pertimbangan hukum terhadap pokok perkara, terlebih dahulu Majelis Hakim akan mempertimbangkan eksepsi tersebut di atas dengan pertimbangan hukum sebagai berikut :

Dalam Eksepsi :

Menimbang, bahwa Majelis Hakim akan mempertimbangkan eksepsi Tergugat, Tergugat II Intervensi-1 dan Tergugat II Intervensi-2 tentang Penggugat dan Penggugat Intervensi tidak mempunyai Legal Standing atau kepentingan serta mempunyai kapasitas hukum atau tidak untuk mengajukan gugatan;

Menimbang, bahwa yang disebut Penggugat berdasarkan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang berbunyi : “Orang atau badan Hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis ke Pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau

menentukan orang atau badan hukum perdata dapat menggunakan hak menggugat harus ada kepentingan yang dirugikan oleh keluarnya suatu Keputusan Tata Usaha Negara adagiumnya menyebutkan tiada kepentingan maka tiada gugatan (Point d`interest point d`action);

Menimbang, bahwa persoalan hukumnya apakah Penggugat dan Penggugat Intervensi mempunyai Legal Standing atau kepentingan serta mempunyai kapasitas hukum atau tidak untuk mengajukan gugatan a quo, maka Majelis Hakim mempertimbangkan sebagai berikut :

Menimbang, bahwa setelah mencermati isi dari obyek sengketa aquo ( vide bukti P-185 ) yaitu Tergugat meminta Penggugat untuk menghentikan aktivitas diatas lahan seluas 700 ha di Desa Kepenuhan Timur, Kecamatan Kepenuhan , Kabupaten Rokan Hulu dengan dasar Tergugat dalam suratnya nomor : 100/Pem/2008/476 tanggal 21 Mei 2007 telah mencabut rekomendasi Persetujuan Prinsip Percadangan areal Perkebunan Sawit seluas 700 Ha di Desa Kepenuhan Timur, Kecamatan Kepenuhan , Kabupaten Rokan Hulu

dan diatas lahan tersebut juga telah dibebani Perizinan kepada PT. Agro Mitra Rokan, Majelis Hakim menemukan fakta hukum bahwa

Penggugat harus menghentikan aktivitasnya diatas lahan seluas 700 ha di Desa Kepenuhan Timur, Kecamatan Kepenuhan, Kabupaten

Rokan Hulu ;

Menimbang, bahwa alas hak kepemilikan tanah Penggugat

seluas 300 (tiga ratus) hektar diperoleh dari jual beli dengan H. Zulyadaini (Penggugat Intervensi) dengan alas hak berupa Surat

Keterangan Tanah/Surat Keterangan Ganti Kerugian sebanyak 150 (seratus lima puluh) surat yang dikeluarkan oleh Lurah Kepenuhan

Akta Surat Kuasa Nomor : 24/Leg/2007 tanggal 11 April 2007 dihadapan Notaris Nurhayati, SH (vide bukti P-182) ;

Menimbang, bahwa terhadap lahan milik Penggugat tersebut, Penggugat melakukan kewajiban dengan membayar pajak bumi dan bangunan tahun pajak 2010 sampai dengan 2013 (vide bukti P-175 s/d P-178) ;

Menimbang, bahwa Bupati Rokan Hulu (Tergugat) pernah memberikan surat kepada Pengggugat Nomor: 525/PEM/2007/IV/35 Perihal: Rekomendasi Persetujuan Prinsip Pencadangan Lahan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit seluas 700 Ha di Kelurahan Kepenuhan Tengah Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu tanggal 26 April 2007 (vide bukti P-183 dan T-17) ;

Menimbang, bahwa Bupati Rokan Hulu (Tergugat) mencabut

surat tersebut dengan surat nomor: 100/PEM/2008/476 tanggal 21 Mei 2007 Perihal: Pencabutan Surat Nomor : 525/PEM/2007/IV/35

tanggal 26 April 2007 dengan alasan terdapat kekeliruan lokasi yang Penggugat mohonkan berada di Desa Kepenuhan Timur (vide

bukti T-18) ;

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi dipersidangan sdr Usman Leo selaku Ketua RW 007 dan Bikri selaku Ketua RT 003 RW 007 pada Kelurahan Kepenuhan Tengah yang menandatangani surat-surat keterangan yang berkaitan dengan penerbitan Surat Keterangan Ganti Kerugian atas nama H. Zulyadaini, menerangkan bahwa lahan milik H.Zulyadaini (Penggugat Intervensi) yang dahulu seluas 700 Ha terletak di Kelurahan Kepenuhan Tengah

Intervensi dahulu seluas 700 Ha yang diperoleh dengan cara ganti rugi dengan masyarakat, dan sekarang lahan milik Penggugat Intervensi seluas 400 Ha berdasarkan 200 (dua ratus) Surat Keterangan Ganti Kerugian (SKGR) yang diterbitkan oleh Lurah Kepenuhan Tengah (vide bukti P.Intv-4 sampai dengan P.Intv-202) ;

Menimbang, bahwa bila dihubungkan dengan lahan milik Penggugat dan Penggugat Intervensi berdasarkan Surat Keterangan Ganti Kerugian sebanyak 350 (tiga ratus lima puluh) surat yang diterbitkan di Kelurahan Kepenuhan Tengah Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu dan bukti pembayaran pajak dari tahun 2010 s/d 2013 terhadap lahan seluas 700 Ha, maka Penggugat dan Penggugat Intervensi memiliki hak keperdataan terhadap lahan yang disengketakan ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum diatas Majelis Hakim berpendapat, oleh karena Penggugat dan Penggugat Intervensi masih memiliki hak keperdataan terhadap lahan seluas 700 Ha sebagaimana yang dimaksud dalam obyek sengketa dan berdasarkan surat keputusan obyek sengketa aquo Penggugat dan Penguggat Intervensi diminta untuk menghentikan aktivitas diatas lahannya karena lahan yang dimaksud telah dibebani perizinan atas nama PT. Agro Mitra Rokan (Tergugat II Intervensi-1), maka dengan demikian Penggugat dan Penggugat Intervensi terdapat kepentingan yang dirugikan ;

5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, sehingga oleh karenanya menurut Majelis Hakim eksepsi Tergugat, Tergugat II Intervensi-1 dan Tergugat II Intervensi-2 tentang Legal Standing atau kepentingan serta mempunyai kapasitas hukum atau tidak untuk mengajukan gugatan haruslah ditolak ;

Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan dan memberi penilaian hukum terhadap pokok perkara, Majelis terlebih dahulu akan mempertimbangkan tentang syarat-syarat formal yang harus dipenuhi dalam pengajuan gugatan pada Peradilan Tata Usaha Negara, antara lain terpenuhinya unsur tenggang waktu dan unsur keputusan tata usaha negara yang bersifat konkret, individual dan final serta telah menimbulkan akibat hukum sehingga menjadi kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikannya. Selanjutnya Majelis Hakim terlebih dahulu akan mempertimbangkan apakah obyek sengketa merupakan Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang nomor 51 Tahun 2009 sehingga menjadi kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikannya ? ;

Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 77 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara ditegaskan bahwa “Eksepsi tentang kewenangan absolut Pengadilan dapat diajukan setiap waktu selama pemeriksaan dan meskipun tidak ada eksepsi tentang kewenangan absolut Pengadilan apabila Hakim mengetahui hal itu, ia karena jabatannya wajib

mengetahui perihal kewenangan absolute Peradilan Tata Usaha Negara dalam memeriksa dan mengadilii perkara a quo pada saat acara pembuktian, maka Majelis Hakim mempertimbangkan sebagai berikut : Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, telah diatur tentang kompetensi Pengadilan Tata Usaha Negara, dimana Pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara ;

Menimbang, bahwa kompetensi absolut suatu badan pengadilan adalah kewenangan yang berkaitan untuk mengadili suatu perkara menurut objek atau materi atau pokok sengketanya ;

Menimbang, bahwa kompetensi absolute Pengadilan Tata Usaha Negara diatur dalam Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang menyebutkan :

“Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau Badan Hukum Perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik dipusat maupun didaerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku”

Menimbang, bahwa yang dimaksud Keputusan Tata Usaha Negara menurut ketentuan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51

perundang-undangan yang berlaku yang bersifat konkret, individual, dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata”

Menimbang, bahwa selain itu kompetensi Peradilaan Tata Usaha Negara termasuk pula ketentuan yang terdapat dalam ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yaitu dalam hal Badan/Pejabat Tata Usaha Negara Tidak mengeluarkan suatu keputusan yang dimohonkan kepadanya sedangkan hal itu merupakan kewajibannya ;

Menimbang, bahwa akan tetapi kompetensi Pengadilan Tata Usaha Negara dibatasi oleh ketentuan Pasal 2, Pasal 48, Pasal 49 dan Pasal 142 Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara, sehingga pembatasan terhadap objek sengketa Pengadilan Tata Usaha Negara tersebut dibedakan menjadi: Pembatasan langsung, pembatasan tidak langsung dan pembatasan langsung bersifat sementara ;

Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim mempelajari dengan seksama gugatan Penggugat dan Penggugat Intervensi, jawaban Tergugat, Tergugat II 1 dan Tergugat II Intervensi-2, alat-alat bukti yang diajukan para pihak di persidangan dan mendengar keterangan saksi di persidangan, maka Majelis Hakim memperoleh fakta – fakta sebagai berikut :

Menimbang, bahwa alas hak kepemilikan tanah Penggugat

(seratus lima puluh) surat atas nama Penggugat Intervensi yang dikeluarkan oleh Lurah Kepenuhan Tengah (vide bukti P-12 sampai dengan P-161) dan hal tersebut berdasarkan Akta Perjanjian Nomor: 23/Leg/2007 tanggal 11 April 2007 dihadapan Notaris Nurhayati, SH (vide bukti P-181) ;

Menimbang, bahwa terhadap lahan milik Penggugat tersebut, Penggugat melakukan kewajiban dengan membayar pajak bumi dan bangunan tahun pajak 2010 sampai dengan 2013 untuk lahan seluas 700 hektar (vide bukti P-175 s/d P-178) ;

Menimbang, bahwa alas hak lahan milik Penggugat Intervensi dahulu seluas 700 Ha yang diperoleh dengan cara ganti rugi dengan masyarakat, dan sekarang lahan milik Penggugat Intervensi seluas 400 Ha berdasarkan 200 (dua ratus) Surat Keterangan Ganti Kerugian (SKGR) atas nama Penggugat Intervensi yang dikeluarkan oleh Lurah Kepenuhan Tengah (vide bukti P.Intervensi-4 sampai dengan P. Intervensi-202) ;

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi dipersidangan sdr Usman Leo selaku Ketua RW 007 dan Bikri selaku Ketua RT 003 pada Kelurahan Kepenuhan Tengah yang menandatangani yang menandatangani surat – surat keterangan yang berkaitan dengan Surat Keterangan Ganti Kerugian, menerangkan bahwa lahan milik H.Zulyadaini (Penggugat Intervensi) yang dahulu seluas 700 Ha terletak di Kelurahan Kepenuhan Tengah Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu ;

Menimbang, bahwa Tergugat menerbitkan surat Nomor: 100/Pem/2013/398 Perihal: Pengosongan Lahan tanggal 03 Desember 2013 (vide bukti P-185 dan T-3a) yang menjadi obyek sengketa oleh karena lahan yang dipersengketakan terletak di Desa Kepenuhan

(Memorandum Of Understanding) No. 001/MOU/AMR-KTJ/VI/06 tanggal 10 Juni 2006 (vide bukti T.II.INT.1-13) ;

Menimbang, bahwa penyerahan lahan seluas 4.815 Ha oleh Koperasi Timur Jaya (Tergugat II Intervensi-2) kepada PT. Agro Mitra Rokan (Tergugat II Intervensi-1) berdasarkan Surat Pernyataan Lahan

No. 08/KTJ/IV/2007 tanggal 08 Mei 2007 (vide bukti T-5 dan T.II.INT.2-4);

Menimbang, bahwa Koperasi Sawit Timur Jaya (Tergugat II Intervensi-2) diberikan izin rekomendasi berdasarkan surat Bupati Rokan Hulu dengan surat nomor: 525/Pem/2007/629 Perihal Rekomendasi Persetujuan Prinsip Pencadangan Lahan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit seluas ± 4.815 Ha di Desa Kepenuhan Timur dan Desa Kepenuhan Hilir Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu tanggal 30 Nopember 2007 (vide bukti T-11 dan T.II.INT.2-5) ;

Menimbang, bahwa Perizinan Perizinan yang diberikan oleh Bupati Rokan Hulu (Tergugat) kepada PT. Agro Mitra Rokan (Tergugat II Intervensi-1) berdasarkan surat Keputusan Bupati Rokan Hulu Nomor:238 Tahun 2008 tentang Pemberian Izin Lokasi Izin Usaha Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Agro Mitra Rokan di Desa Kepenuhan Timur Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu tanggal 28 Juli 2008 (vide bukti T-12 dan T.II.INT.1-12) dan diperpanjang dengan Surat Keputusan Bupati Rokan Hulu Nomor 254 Tahun 2011 Tentang Perpanjangan Izin Lokasi Perkebunan Kelapa

Rokan Hulu tanggal 17 Juni 2011 (vide bukti T-13 dan T.II.INT.1-8) serta Izin Usaha Perkebunan Budidaya (IUP-B) PT. Agro Mitra Rokan berdasarkan surat Keputusan Bupati Rokan Hulu Nomor 334 Tahun 2009 tanggal 23 Juli 2009 (vide bukti T.II.INT.1-7) masing – masing seluas 4.250 hektar dan sampai dengan sekarang izin-izin tersebut belum ditingkatkan statusnya oleh PT. Agro Mitra Rokan (Tergugat II Intervensi-1) baik Sertipikat Hak Guna Usaha untuk lahan perkebunan sawit maupun Sertipikat Hak Guna bangunan untuk fasilitas pabriknya dalam hal ini untuk membuktikan/mengetahui berapa luas lahan yang telah diperoleh Tergugat II Intervensi 1 ;

Menimbang, bahwa dalam persidangan Koperasi Sawit Timur Jaya (Tergugat II Intervensi-2) selaku perpanjangan tangan dari masyarakat desa Kepenuhan Timur yang menyerahkan lahannya seluas 4.250 Ha kepada PT. Agro Mitra Rokan tidak dapat membuktikan lahan seluas 4.250 Ha, berasal dari mana, apakah berasal dari ganti rugi atau berasal dari izin tebang tebas, dan juga apakah lahan seluas 4.250 Ha benar-benar ada ;

Menimbang, bahwa untuk menentukan status hukum kepemilikan atas tanah tersebut dan termasuk menentukan asal usul tanah dari Penggugat dan Penggugat Intervensi maupun Tergugat II Intervensi-2 dimana lahan tersebut merupakan tanah dari masyarakat Kelurahan Kepenuhan Tengah yang sudah diganti rugi oleh Penggugat dan Penggugat Intervensi ataukah memang milik PT. Agro Mitra Rokan (Tergugat II Intervensi 1) yang berasal dari penyerahan lahan oleh

dahulu oleh para pihak adalah tentang sengketa kepemilikan terhadap lahan yang disengketakan ;

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 142 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang menyebutkan :

“Sengketa Tata Usaha Negara yang pada saat terbentuknya Pengadilan menurut Undang-Undang ini belum diputus oleh Pengadilan dilingkungan Peradilan Umum tetap diperiksa dan diputus oleh Pengadilan di lingkungan Peradilan Umum”

Menimbang, bahwa pembatasan kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara karena Yurisprudensi MARI, dimana sengketa kepemilikan tanah kaidah hukumnya adalah bahwa Keputusan Tata Usaha Negara yang berkaitan dengan kepemilikan tanah tidak termasuk dalam wewenang Peradilan Tata Usaha Negara, melainkan wewenang Peradilan umum dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan. Putusan Mahkamah Agung (No. 22 K/TUN/1998

tanggal 27-7-2001 jo No. 16 K/TUN/2000 tanggal 28-2-2001 jo No. 93 K/TUN/1996, tanggal 24-2-1998) ;

Menimbang, bahwa berdasarkan keseluruhan pertimbangan diatas, maka Majelis Hakim berpendapat, bahwa pokok gugatan yang mendasari Penggugat dan Penggugat Intervensi dan dalil bantahan Tergugat, Tergugat II Intervensi-1 dan Tergugat II Intervensi-2, merupakan sengketa hukum dalam ranah hukum perdata dan bukan sengketa Tata Usaha Negara yang dapat diajukan di Pengadilan Tata Usaha Negara tetapi harus diselesaikan melalui Peradilan Umum, oleh karena itu Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru harus

Dokumen terkait