• Tidak ada hasil yang ditemukan

DALAM POKOK PERKARA

D. Uraian singkat jumlah dan jenis pelanggaran

3. PERTIMBANGAN HUKUM

[3.1] Menimbang bahwa yang menjadi permasalahan utama permohonan

Pemohon adalah keberatan terhadap penetapan perolehan suara hasil pemilihan umum secara nasional oleh komisi pemilihan umum berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 411/kpts/KPU/2014 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Secara Nasional Dalam Pemilihan Umum Tahun 2014, bertanggal 9 Mei 2014; khususnya untuk calon anggota Dewan Perwakilan Daerah Provinsi Bengkulu atas nama Dinmar S., Kom.

[3.2] Menimbang bahwa sebelum mempertimbangkan pokok permohonan,

Mahkamah Konstitusi (selanjutnya disebut Mahkamah) terlebih dahulu mempertimbangkan hal-hal berikut:

1. kewenangan Mahkamah untuk mengadili permohonana quo;

2. kedudukan hukum (legal standing) Pemohon untuk mengajukan permohonan a quo;

Terhadap ketiga hal dimaksud, Mahkamah berpendapat sebagai berikut:

Kewenangan Mahkamah

[3.3] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945(selanjutnya disebut UUD 1945), Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5226, selanjutnya disingkat UU MK), Pasal 29 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076), dan Pasal 272 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5316), Mahkamah berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum;

[3.4] Menimbang bahwa oleh karena permohonan Pemohon adalah

mengenai keberatan terhadap penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional oleh Komisi Pemilihan Umum sebagaimana termuat dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 411/kpts/KPU/2014 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Secara Nasional Dalam Pemilihan Umum Tahun 2014, bertanggal 9 Mei 2014, dengan demikian Mahkamah berwenang untuk mengadili permohonan a quo;

Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon

[3.5] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 74 ayat (1) huruf a UU MK,

Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia calon anggota Dewan Perwakilan Daerah peserta pemilihan umum.

[3.6] Menimbang bahwa berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Nomor 679/Kpts/KPU/TAHUN 2013 tentang Penetapan Daftar Calon Tetap Anggota Dewan Perwakilan Daerah Pemilihan Umum Tahun 2014, Pemohon adalah salah satu peserta Pemilu calon anggota Dewan Perwakilan Daerah pada Tahun 2014 dari Provinsi Bengkulu, Nomor Urut 6, dengan demikian menurut Mahkamah, Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan a quo.

Tenggang Waktu Pengajuan Permohonan

[3.7] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 74 ayat (3) UU MK dan Pasal 9

Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (selanjutnya disebut PMK 1/2014), permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 X 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak Termohon mengumumkan penetapan hasil pemilihan umum secara nasional;

[3.8] Menimbang bahwa Termohon mengumumkan Keputusan Komisi

Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 411/kpts/KPU/2014 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Secara Nasional Dalam Pemilihan Umum Tahun 2014, bertanggal 9 Mei 2014 pada hari Jumat, tanggal 9 Mei 2014 pukul 23.50 WIB. Dengan demikian, batas waktu pengajuan permohonan ke Mahkamah paling lambat diajukan pada hari Senin, tanggal 12 Mei 2014, pukul 23.50 WIB;

[3.9] Menimbang bahwa Pemohon mengajukan permohonan penyelesaian

perselisihan hasil pemilihan umum terhadap penetapan perolehan suara hasil pemilihan umum secara nasional oleh Termohon ke Mahkamah pada tanggal 12 Mei 2014, pukul 23.50 WIB berdasarkan Akta Penerimaan Permohonan

Pemohon Nomor 10-1.c/PAN.MK/2014 bertanggal 12 Mei 2014, dengan demikian pemohonan Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundang-undangan;

[3.10] Menimbang bahwa oleh karena Mahkamah berwenang mengadili

permohonan a quo dan Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan, dan permohonan Pemohon diajukan masih memenuhi tenggang waktu yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan maka Mahkamah selanjutnya akan mempertimbangkan pokok permohonan;

Pendapat Mahkamah

[3.11] Menimbang bahwa setelah Mahkamah membaca dan meneliti dengan

saksama permohonan Pemohon, jawaban Termohon, keterangan Pihak Terkait, saksi-saksi Pemohon dan Termohon, bukti surat/tulisan Pemohon, Termohon, Pihak Terkait, Mahkamah mempertimbangkan sebagai berikut:

Dalam Eksepsi

[3.13] Menimbang bahwa terhadap permohonan Pemohon, Pihak Terkait

mengajukan eksepsi pada pokoknya menyatakan:

1. Mahkamah tidak berwenang mengadili permohonan Pemohon karena tidak menguraikan dengan jelas mengenai kesalahan dalam penghitungan suara dalam pemilihan umum calon anggota Dewan Perwakilan Daerah Provinsi Bengkulu. Serta tidak terdapat uraian yang jelas mengenai causalitas antara pelanggaran-pelanggaran tersebut dengan komposisi hasil perolehan suara dalam pemilihan umum calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah, daerah pemilihan Provinsi Bengkulu, sehingga menurut Pemohon permohonan Pemohon error in objecto;

2. Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum karena dengan jelas permohonan keberatan Pemohon adalah berkaitan dengan pelanggaran pemilihan umum yang merupakan kewenangan Badan Pengawas Pemilihan Umum beserta Gakkumdu dan tidak ada kaitannya dengan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah, daerah pemilihan Provinsi Bengkulu;

[3.14] Menimbang bahwa, terhadap eksepsi tersebut, menurut Mahkamah,

akan diputus bersama-sama dengan pokok permohonan. Dengan demikian, selanjutnya Mahkamah akan mempertimbangkan pokok permohonan;

Dalam Pokok Permohonan

[3.17] Menimbang bahwa pada pokoknya Pemohon mempersoalkan:

1) Perbedaan data pemilih dan data pengguna hak pilih pada Sertifikat Rekapitulasi Penggunaan Perolehan Suara Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014 dengan Formulir DB1-DPD;

2) Penambahan suara di TPS 3 Desa Rama Agung;

3) Penambahan suara untuk Calon Anggota DPD atas nama Ahmad Kanedi di TPS 2, Desa Pagar Bayu, Kecamatan Arma Jaya;

4) Keterlibatan Hj. Eni Khaerani (Pihak Terkait) menggunakan perangkat desa saat kampanye Pemilu, sehingga pemilih memilih Hj. Eni Khaerani (Pihak Terkait);

[3.18] Menimbang bahwa terhadap dalil Pemohon tersebut, Mahkamah

berpendapat sebagai berikut:

• Terhadap dalil Pemohon angka 1, berdasarkan jawaban Termohon dan keterangan Badan Pengawas Pemilu Provinsi Bengkulu adanya kesalahan data pemilih telah diperbaiki oleh Termohon (vide jawaban Termohon tanggal 26 Mei 2014 dan keterangan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Bengkulu Nomor 217/Bawaslu-Bkl/VI/2014, tanggal 7 Juni 2014). Hal tersebut dibuktikan dengan bukti Termohon T-6. Bengkulu 1 berupa Berita Acara Perbaikan Data Pemilih dan Data Pengguna Hak Pilih Pada Sertifikat Rekapitulasi Penghitungan Perolehan Suara Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2014, tanggal dua puluh bulan April tahun dua ribu empat belas dan bukti T-6. Bengkulu 2 berupa Tanda Terima Perbaikan Berita Acara Sertifikat, Dan Lampiran Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara Parpol dan Calon DPR, DPRD Provinsi, DPR Kabupaten dan DPD Kabupaten Lebong dimana Pemohon ikut menandatangani tanda terima tersebut. Berdasarkan pertimbangan tersebut, menurut Mahkamah dalil Pemohon a quo tidak beralasan menurut hukum

• Terhadap dalil Pemohon angka 2, berdasarkan jawaban Termohon adanya penambahan suara di TPS 3 Desa Rama Agung, KPU Kabupaten Bengkulu Utara berdasarkan rekomendasi Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Kabupaten Bengkulu Utara Nomor

06-Pleno/Panwaslukab-BU/IV/2014, tanggal 21 April 2014, Termohon telah melakukan penghitungan suara ulang untuk TPS tersebut pada saat pleno rekapitulasi pengitungan perolehan suara di Kabupaten Bengkulu Utara secara transparan dan disaksikan oleh para saksi dari partai politik yang hadir dan Panwaslu Kabupaten Bengkulu Utara. Dari hasil penghitungan suara ulang tersebut telah dilakukan perbaikan pada Formulir DA1-DPD (vide bukti T-6. Bengkulu 5 dan T-6. Bengkulu 6). Dengan demikian, menurut Mahkamah dalil Pemohon a quo tidak beralasan menurut hukum;

• Terhadap dalil Pemohon angka 3, berdasarkan jawaban Termohon, dalil Pemohon tersebut tidak benar karena tidak ada penambahan suara untuk Calon Anggota DPD atas nama Ahmad Kanedi. Berdasarkan Formulir C1 DPD TPS 2 Desa Pagar Banyu, Calon Anggota DPD atas nama Ahmad Kanedi mendapat 81 suara (vide bukti T-6. Bengkulu 7). Hal tersebut juga ditegaskan oleh Bawaslu Provinsi Bengkulu dalam keterangan tertulisnya yang menyatakan bahwa suara Calon Anggota DPD atas nama Ahmad Kanedi di TPS 2 Desa Pagar Bayu adalah 81 suara. Oleh karena itu, menurut Mahkamah, dalil Pemohon a quo tidak beralasan menurut hukum;

• Terhadap dalil Pemohon angka 4, sesuai fakta persidangan benar ada pelibatan perangkat desa oleh Pihak Terkait Hj. Eni Khaerani (vide keterangan saksi Pemohon Wasila, Alfiansyah, Hendra Kusman, dan Ansar Elahi Sinaga), namun berdasarkan keterangan Bawaslu Provinsi Bengkulu adanya dugaan tindak pidana Pemilu yang dilakukan oleh Pihak Terkait Hj. Eni Khaerani sudah diteruskan kepada Sentra Gakkumdu yang akhirnya terhadap hal tersebut kemudian diterbitkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) oleh Polres Bengkulu Utara (vide bukti P-9). Menurut Mahkamah sesuai fakta tersebut, tindakan Termohon tidak menghentikan proses penetapan calon terpilih adalah tindakan yang tidak dapat dipersalahkan. Kalaupun Hj. Eni Khaerani dinyatakan bersalah oleh pengadilan karena melakukan money politic tidaklah serta merta mengakibatkan batalnya pencalonan Hj. Eni Khaerani menjadi anggota DPD. Apalagi dalam kasus tersebut, secara juridis formal tidak ada putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap yang menyatakan Pihak Terkait Hj. Eni Khaerani secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana Pemilu. Selain itu, menurut Mahkamah, Mahkamah juga tidak berwenang menyatakan untuk memerintahkan mendiskualifikasi Pihak Terkait Hj. Eni Khaerani karena adanya pelanggaran politik uang. Lagi pula berdasarkan ketentuan Pasal 77 ayat (3) UU MK, Mahkamah hanya dapat menyatakan membatalkan hasil penghitungan suara yang diumumkan

oleh Komisi Pemilihan umum dan menetapkan hasil penghitungan suara yang benar. Oleh karena itu, menurut Mahkamah dalil Pemohon a quo tidak beralasan menurut hukum;

[3.19] Menimbang bahwa berdasarkan seluruh uraian pertimbangan di atas,

menurut Mahkamah, permohonan Pemohon tidak beralasan menurut hukum;

4. KONKLUSI

Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berkesimpulan:

[4.1] Mahkamah berwenang untuk mengadili permohonan a quo;

[4.2] Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan

permohonan a quo;

[4.3] Permohonan diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan oleh

peraturan perundang-undangan;

[4.4] Eksepsi Pihak Terkait tidak beralasan menurut hukum.

[4.5] Pokok Permohonan Pemohon tidak beralasan menurut hukum.

Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5226), dan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076), dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5316);

5. AMAR PUTUSAN