• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertukaran Sosial dalam Pelayanan yang diberikan kepada

BAB III PERTUKARAN SOSIAL DALAM PELAKSANAAN PROGRAM

1. Pertukaran Sosial dalam Pelayanan yang diberikan kepada

a. Pertukaran Sosial dalam Pelayanan Kesehatan yang diberikan oleh Dokter, petugas Puskesmas, petugas Rumah Sakit, kepada peserta Jamkesmas.

Untuk memenuhi kebutuhannya manusia berusaha baik melalui aktivitas sendiri maupun secara tidak langsung melalui aktivitas orang lain. Proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung disebut pelayanan. Pelayanan merupakan perbuatan melayani apa yang diperlukan dan diharapkan oleh orang lain dengan bantuan pihak lain yang menyediakan sesuatu yang diperlukan oleh orang lain.

Ada 2 pandangan mengenai sistem pelayanan sosial antara lain:

1. Sistem pelayanan sosial merupakan sebuah kumpulan dari pilihan program-program yang berlainan yang disediakan untuk klien yang memenuhi syarat.

2. Sistem pelayanan sosial sebagai sebuah sistem yang terkoordinasi dari pelayanan yang ditujukan pada kualitas persoalan hidup dan tanggapannya tergantung pada kebutuhan klien.

Pelayanan sosial merupakan kumpulan dari program-program kegiatan yang dibuat untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan respon terhadap pelayanan tergantung pada konsumen.

Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah mempertimbangkan prinsip kemanusiaan dan kepatutan dengan memberikan

commit to user

perhatian khusus kepada masyarakat yang bertempat tinggal di daerah potensial dalam menghadapi masalah kesehatan. Untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan, pemerintah telah membangun Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) di setiap daerah. Pelaksanaan program Jamkesmas dilaksanakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang timbul di dalam masyarakat, terutama masyarakat miskin atau tidak mampu.

Tokoh kunci dalam proses pengobatan atau penyembuhan suatu penyakit ialah petugas kesehatan atau lebih khusus lagi dokter. Bagi masyarakat awam seorang dianggap mempunyai pengetahuan dan ketrampilan untuk mendiagnosa dan menyembuhkan penyakit sehingga dia mempunyai wewenang melakukan tindakan terhadap diri pasien demi pencapaian kesembuhannya. Berdasarkan pandangan dan harapan pasien terhadap fungsi dokter terjadilah hubungan yang sering kali bersifat tidak seimbang. Dokter aktif memberikan gagasan tindakan dan mengambil inisiatif bertindak, sedangkan pasien secara pasif menerima saran dan mematuhi instruksi dokter.

Dalam melakukan tugasnya sebagai seseorang yang memiliki kompetensi untuk mengobati orang yang sakit, dokter melaksanakan lima fungsi utama antara lain:

1. Menerapkan peraturan umum atau khusus yang harus ditaati oleh pasien. 2. Membina interaksi dengan pasien secara luas dan membaur atau terbatas

pada fungsinya sebagai dokter

3. Melibatkan emosi atau perasaannya dan bersikap netral dalam hubungannya dengan sang pasien.

commit to user

4. Mengutamakan kepentingan diri sendiri atau kepentingan bersama

5. Memandang manusia berdasarkan kualitasnya atau prestasinya. (Solita Sarwono, 1993: 41- 42)

Tugas utama seorang dokter adalah menerapkan pengetahuannya tentang pengobatan penyakit terhadap pasien pada umumnya. Dokter diharapkan bersikap idealis artinya mengupayakan mencapai kondisi sebaik mungkin bagi pasien. Namun dokter seyogyanya membatasi diri pada bidang spesialisasi yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya dan kemampuannya. Artinya seorang dokter sebaiknya tidak bersikap sebagai orang yang serba tahu dan dapat memberikan nasihat dalam segala hal. Hubungan dengan pasien pun hendaknya dijaga sebatas hubungan profesional. Perasaan simpati dan emosi lainnya seharusnya dijauhkan dalam merawat seorang pasien.

Dokter sebaiknya tidak bersikap membedakan sikapnya antara satu pasien dengan pasien lain karena alasan pribadi ataupun alasan sosial lainnya. Jadi dokter sebaiknya bersikap netral kepada semua pasien. Selanjutnya dokter harus mengutamakan kepentingan pasien di atas kepentingan pribadinya. Kebutuhan dan kesembuhan pasiennya adalah tujuan yang harus dicapai oleh dokter. Seorang dokter tidak boleh mempromosikan kemahirannya untuk menarik pasien ataupun membuat persaingan dengan temannya dalam suatu kelompok.

Pengetahuan dan ketrampilan khusus yang dimiliki seorang dokter dalam menyembuhkan penyakit mendapat kepercayaan dari pasiennya untuk melakukan tindakan yang dalam situasi biasa tidak dapat diterima oleh norma sosial (misalnya memeriksa bagian tubuh yang paling pribadi). Orientasi terhadap

commit to user

kepentingan bersama melindungi pasien dari penyalahgunaan posisinya yang lemah dan ketidaktahuannya tentang penyakit yang dideritanya. Maka jika dokter memenuhi tugasnya dengan baik, hubungan dokter dan pasien akan terjalin secara terpadu dan harmonis.

Dalam tugasnya di lapangan seorang dokter tidak saja harus menghadapi masalah yang dipelajarinya di bangku kuliah, melainkan harus pula memecahkan segala masalah sosial dan kemanusiaan. Masyarakat tidak membedakan apakah keluhan yang dideritanya merupakan masalah medis atau fisik ataukah karena masalah sosial. Seorang dokter diharapkan dapat menyembuhkan segala penyakit masyarakat (fungsi yang membaur). Tugas- tugas dokterpun kadang-kadang memaksa mereka memperlakukan pasiennya secara berbeda, tergantung dari tingkat sosial si pasien. Kesuksesan dokter dalam menangani keluhan pasien-pasiennya tidak saja terletak pada hasil pendidikan dan kemahirannya dalam bidang kedokteran, melainkan ditentukan oleh unsur-unsur pribadi dokter itu sendiri dan harapan dan pandangan pasien atau masyarakat yang dilayani.

Pelayanan kesehatan tentunya tidak terlepas dari hubungan yang baik antara dokter dan pasien yang merupakan praktik utama kedokteran. Ada beberapa pandangan mengenai hubungan ini karena pada dasarnya tugas seorang dokter adalah berperan sebagai ahli biologi manusia. Oleh karena itu seorang dokter harus paham benar bagaimana keadaan normal dari manusia sehingga ia dapat menentukan sejauh mana kondisi kesehatan pasien. Proses inilah yang dikenal sebagai diagnosis. Seorang dokter mempelajari tanda- tanda, masalah dan

commit to user

nilai-nilai dari pasien, maka dari itu dokter memeriksa pasien, menginterpretasikan tanda-tanda klinis dan membuat sebuah diagnosis yang kemudian digunakan sebagai penjelasan kepada pasien dan merencanakan perawatan dan pengobatan.

Ketika bertemu dengan dokter, pasien memaparkan keadaan dirinya kepada dokter, yang nantinya akan menjadi berbagai informasi tentang tanda- tanda klinis tersebut. Kemudian dokter akan memeriksa, mencatat segala yang ditemukannya pada diri pasien dan memperkirakan berbagai kemungkinan diagnosis. Bersama pasien, dokter akan menyusun perawatan berikutnya atau tes laboratorium berikutnya bila diagnosis belum dapat dipastikan. Bila diagnosis telah disusun, maka dokter akan memberikan nasihat medis.

Dokter dan pasien mempunyai hubungan yang dapat dianalisa dari pandangan masalah etika yang dipengaruhi oleh pemahaman terhadap nilai moral dan budaya. Misalnya pemahaman masyarakat bahwa profesi dokter memiliki status yang lebih tinggi, karena dokter dipercaya melakukan tindakan kesehatan dalam kesehatan masyarakat. Kualitas relasi pasien dan dokter sangat penting bagi kedua belah pihak, adanya rasa percaya terhadap petugas kesehatan, pertukaran pendapat mengenai penyakit, ketersediaan waktu yang cukup, mempertajam ketepatan diagnosis dan memperkaya wawasan pasien tentang penyakit yang dideritanya, semua ini dilakukan agar relasi diantara dokter, perawat, dan pasien semakin baik.

commit to user

Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta Jamkesmas dapat diketahui dari pendapat peserta Jamkesmas berikut ini:

Pendapat dari Ibu Sutinah berikut ini:

”Pelayanannya baik karena kalau berobat di puskesmas Pajang, saya mendapatkan pelayanan dan obat-obatan yang cocok.” (wawancara, 27 Maret 2010)

Pendapat yang disampaikan oleh Bapak Salimin berikut ini:

”Pelayanan yang diberikan baik karena pelayanan yang diberikan sama kepada semua pasien tidak membedakan pasien Jamkesmas dengan pasien lain.” (wawancara, 27 Maret 2010)

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa peserta Jamkesmas mempunyai pendapat bahwa pelayanan yang diberikan yaitu baik. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas menunjukkan hubungan sosial yang baik. Pertukaran sosial dalam pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta Jamkesmas dikaitkan dengan proposisi Homans maka termasuk proposisi sukses. Adanya pelayanan yang baik kepada peserta Jamkesmas maka ada pengulangan tindakan berobat karena mendapat pelayanan yang baik.

Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter kepada peserta Jamkesmas dapat diketahui dari pendapat peserta Jamkesmas. Berikut ini adalah pendapat dari Ibu Sutinah:

”Dokternya baik karena sabar saat memberikan pelayanan kesehatan.” (wawancara, 27 Maret 2010)

Pendapat disampaikan oleh Ibu Warjinem berikut ini:

”Dokternya baik karena memberikan pelayanan kepada pasien dengan sabar.” (wawancara, 30 Maret 2010)

commit to user Pendapat disampaikan oleh Bapak Juri berikut ini:

”Dokternya baik karena memberi pengarahan dan penjelasan yang berguna tentang kesehatan dengan baik.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Kadarsari berikut ini:

”Dokternya baik karena dapat mengerti kebutuhan pasien sehingga pasien bisa senang dan bebas mengungkapkan semua keluhan yang dialaminya.” (wawancara, 30 Maret 2010)

Pendapat disampaikan oleh Ibu Kaswanti berikut ini:

”Dokternya baik karena sabar dalam menghadapi keluhan pasien dan sabar memberi pengarahan untuk kesembuhan pasien.” (wawancara, 30 Maret 2010)

Pendapat disampaikan oleh Ibu Nur Lasmi berikut ini:

”Dokternya baik dan ramah karena selalu menghargai kebutuhan pasien dan berkomunikasi dengan pasien dengan nyaman dan enak.”(wawancara, 6 April 2010)

Pendapat disampaikan oleh Bapak Hardiman berikut ini:

”Dokternya baik karena memberikan pelayanan dengan sabar sehingga pasien senang.” (wawancara, 6 April 2010)

Pendapat disampaikan oleh Ibu Mulyani berikut ini:

”Dokternya ramah karena kata katanya halus dan lemah lembut waktu berbicara dengan pasien sehingga saya bebas mengungkapkan semua keluhan yang saya alami.” (wawancara, 30 Maret 2010)

Pendapat disampaikan oleh Bapak Margono berikut ini:

”Dokternya ramah karena bisa berkomunikasi dengan nyaman kepada pasien, jadi pasien bisa mengungkapkan keluhannya dengan nyaman juga.” (wawancara, 30 Maret 2010)

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa peserta Jamkesmas mempunyai pendapat bahwa dokternya baik dan ramah. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan dokter menunjukkan hubungan sosial yang baik.

commit to user

Pertukaran sosial dalam pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter kepada peserta Jamkesmas dikaitkan dengan proposisi Homans maka termasuk proposisi sukses. Adanya pelayanan yang baik dari dokter kepada peserta Jamkesmas maka ada pengulangan tindakan berobat karena mendapat pelayanan yang baik.

Pelayanan yang diberikan oleh petugas Puskesmas dan Rumah Sakit kepada peserta Jamkesmas dapat diketahui dari pendapat peserta Jamkesmas berikut ini. Seperti pendapat dari Ibu Sutinah ini:

”Petugasnya baik karena tidak membedakan peserta Jamkesmas dengan pasien lainnya.” (wawancara, 27 Maret 2010)

Pendapat disampaikan oleh Bapak Salimin berikut ini:

”Petugas baik karena selalu memberikan penjelasan dengan sabar apabila pasien belum mengerti tentang pelayanan di Puskesmas.” (wawancara, 27 Maret 2010)

Pendapat diungkapkan oleh Ibu Warjinem berikut ini:

”Petugas baik karena memberikan pelayanan dengan nyaman bagi pasien.” (wawancara, 30 Maret 2010)

Pendapat disampaikan oleh Ibu Kaswanti berikut ini:

”Petugasnya baik karena melayani pasien dengan tertib dan nyaman.” (wawancara, 30 Maret 2010)

Pendapat disampaikan oleh Bapak Sutarno berikut ini:

”Petugasnya baik karena selalu mengutamakan kebutuhan pasien.” (wawancara, 6 April 2010)

Pendapat diungkapkan oleh Ibu Mulyani berikut ini:

”Petugasnya sopan karena selalu menghargai pasien terutama pasien Jamkesmas.” (wawancara, 30 Maret 2010)

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa peserta Jamkesmas mempunyai pendapat bahwa petugas Puskesmas dan petugas Rumah Sakit baik

commit to user

dan sopan. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas dan peserta Jamkesmas dengan petugas Rumah Sakit yaitu menunjukkan hubungan sosial yang baik. Pertukaran sosial dalam pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas Puskesmas dan petugas Rumah Sakit kepada peserta Jamkesmas dikaitkan dengan proposisi Homans maka termasuk proposisi sukses. Adanya pelayanan yang baik dari petugas Puskesmas dan petugas Rumah Sakit kepada peserta Jamkesmas maka ada pengulangan tindakan berobat ke Puskesmas atau Rumah Sakit karena mendapat pelayanan yang baik.

b. Pertukaran Sosial dalam Pelayanan Antrian di Puskesmas dan Rumah Sakit.

Suatu proses antrian adalah suatu proses yang berhubungan dengan kedatangan seorang pelanggan pada suatu fasilitas pelayanan, kemudian menunggu dalam suatu baris atau antrian jika semua pelayannya sibuk, dan akhirnya meninggalkan fasilitas tersebut. Sebuah sistem antrian adalah suatu himpunan pelanggan, pelayan dan suatu aturan yang mengatur kedatangan pada pelanggan dan pemrosesan masalahnya. Sebuah sistem antrian adalah suatu proses kelahiran-kematian dengan suatu populasi yang terdiri atas para pelanggan yang sedang menunggu mendapatkan pelayanan atau yang sedang dilayani. Suatu kelahiran terjadi apabila seorang pelanggan tiba di suatu fasilitas pelayanan, sedangkan apabila pelanggannya meninggalkan fasilitas tersebut maka terjadi suatu kematian. Keadaan sistem adalah jumlah pelanggan dalam suatu fasilitas pelayanan. Sistem-sistem antrian dicirikan oleh lima buah komponen yaitu pola

commit to user

kedatangan para pelanggan, pola pelayanan, jumlah pelayanan, kapasitas fasilitas untuk menampung para pelanggan dan aturan dimana para pelanggan dilayani. Selain itu sistem antrian adalah sistem yang sering dipelajari melalui simulasi karena analisa matematik sulit dan simulasi dapat memberikan performansi sistem. (www.google.com)

Puskesmas Pajang mempunyai satu tempat pendaftaran. Pasien yang akan berobat di Puskesmas Pajang mendaftarkan diri di tempat pendaftaran dan mendapatkan nomor urut. Setelah mendapat nomor urut, pasien duduk di ruang tunggu dan antri menunggu giliran untuk dipanggil dan mendapat pelayanan kesehatan. Pasien yang datang lebih awal akan mendapat pelayanan lebih dulu. Semua pasien yang antri di ruang tunggu mendapatkan pelayanan yang sama, jadi tidak membeda- bedakan antara pasien yang satu dengan pasien yang lain.

Antrian di Puskesmas Pajang dapat dilihat di tempat pendaftaran dan ruang tunggu pasien di Puskesmas Pajang. Pelaksanaan antrian dapat diketahui dari pendapat masyarakat peserta Jamkesmas. Berikut ini adalah pendapat dari Ibu Sutinah berikut ini:

”Antrinya urut nomor pendaftaran. Antrinya jadi satu dengan pasien lain karena tempat pendaftaran di Puskesmas Pajang cuma ada satu. Saya mau antri karena sudah peraturan di Puskesmas itu, jadi kalau tidak antri takut kalau tidak dilayani.” (wawancara, 27 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Bapak Salimin berikut ini:

”Kalau berobat di Puskesmas Pajang biasanya langsung menuju ke tempat pendaftaran, menunjukkan kartu Jamkesmas, setelah itu mendapat nomor urut pendaftaran, antri di ruang tunggu dan menunggu dipanggil berdasarkan nomor urut itu untuk mendapatkan pelayanan berikutnya. Saya mau antri karena sudah urutannya seperti itu, jadi tidak bisa langsung harus antri dulu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.” (wawancara, 27 Maret 2010)

commit to user Pendapat diungkapkan oleh Ibu Mulyani berikut ini:

”Antrinya urut nomor pendaftaran jadi yang datang terlebih dulu akan mendapat pelayanan lebih awal, antrinya jadi satu dengan pasien lain karena tempat pendaftaran cuma ada satu. Saya mau antri karena saya ingin tertib dalam pelayanan di Puskesmas.” (wawancara, 30 Maret 2010)

Pendapat disampaikan oleh Bapak Waluyo berikut ini:

”Antri sama dengan pasien lain, urut sesuai nomor urut pendaftaran di Puskesmas. Saya mau antri karena sudah peraturan di Puskesmas itu agar mendapat pelayanan di Puskesmas maka harus mau antri dulu.” (wawancara, 30 Maret 2010)

Pendapat diungkapkan oleh Ibu Warjinem berikut ini:

”Antrinya sama dengan pasien lain karena tempatnya sama dan hanya ada satu jadi semua pasien antri disitu. Dipanggil urut berdasarkan nomor urut pendaftaran. Saya mau antri supaya tertib dan teratur.” (wawancara, 30 Maret 2010)

Pendapat diungkapkan oleh Ibu Kaswanti berikut ini:

”Antrinya sama dengan yang lain, meskipun hanya mencari surat rujukan ke Rumah Sakit harus mau antri karena kalau tidak antri takut tidak diberi surat rujukan.” (wawancara, 30 Maret 2010)

Pendapat diungkapkan oleh Ibu Sri Maryani berikut ini:

”Antrinya sama dengan yang pasien lain. Saya mau antri karena sudah urutannya seperti itu, jadi harus antri untuk mendapatkan pelayanan di Puskesmas.” (wawancara, 12 April 2010)

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa antrian yang dialami peserta Jamkesmas di Puskesmas dan Rumah Sakit yaitu sama dengan pasien lain. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas dan peserta Jamkesmas dengan petugas Rumah Sakit menunjukkan hubungan sosial yang baik. Pertukaran sosial dalam pelayanan antrian di Puskesmas dan Rumah

commit to user

Sakit dikaitkan proposisi Homans termasuk proposisi sukses. Adanya pelayanan antrian yang baik dari petugas Puskesmas dan petugas Rumah Sakit kepada peserta Jamkesmas maka ada pengulangan tindakan berobat ke Puskesmas atau Rumah Sakit karena pelayanan antrian yang baik, sama dengan pasien lain. Sehingga tidak ada perbedaan antara peserta Jamkesmas dengan pasien lainnya.

c. Pertukaran Sosial dalam Prosedur untuk mendapatkan kartu Jamkesmas yang dialami peserta Jamkesmas.

Mengenai prosedur untuk mendapatkan kartu Jamkesmas, peserta Jamkesmas banyak yang mengetahui prosedur untuk mendapatkan kartu Jamkesmas, namun ada juga peserta Jamkesmas yang hanya tahu kalau kartu Jamkesmas sudah langsung jadi dan langsung mendapatkan kartu Jamkesmas. Peserta Jamkesmas yang mengetahui prosedur untuk mendapatkan kartu Jamkesmas antara lain pendapat Ibu Sutinah berikut ini:

“Saya menyerahkan fotocopy KK dan foto lalu mengajukan ke RT lalu ke Kelurahan. Tidak ada hambatan untuk mendapatkan kartu Jamkesmas karena syarat- syarat untuk mendapatkan kartu Jamkesmas mudah.” (wawancara, 27 Maret 2010)

Pendapat yang disampaikan oleh Bapak Salimin berikut ini:

“Untuk mendapatkan kartu Jamkesmas saya membawa fotocopy KK dan mengajukan ke Kelurahan. Tidak ada hambatan untuk mendapatkan kartu Jamkesmas karena petugas yang mengurus kartu Jamkesmas itu baik dan ramah.”(wawancara, 27 Maret 2010)

commit to user Pendapat yang disampaikan oleh Bapak Juri berikut ini:

“Menunjukkan KK dan KTP waktu disurvey petugas itu, serta dilihat tentang kondisi ekonomi keluarga, petugasnya melihat keluarga ini berhak mendapat kartu Jamkesmas atau tidak. Ternyata keluarga kami berhak mendapat kartu Jamkesmas. Tidak ada hambatan dalam prosedur untuk mendapatkan kartu Jamkesmas karena kartu Jamkesmasnya yang sudah jadi langsung dibagikan oleh Pak RT.” (wawancara, 30 Maret 2010)

Pendapat disampaikan oleh Ibu Kadarsari berikut ini:

“Menyerahkan fotocopy KK dan KTP kepada ketua RT dan dilanjutkan ke Kelurahan. Tidak ada hambatan dan berjalan lancar.” (wawancara, 30 Maret 2010)

Pendapat disampaikan oleh Ibu Nur Lasmi berikut ini:

“Menyerahkan fotocopy KTP dan KK, serta surat keterangan dari RT/RW dan dibawa ke Kelurahan. Tidak ada hambatan dalam prosedur untuk mendapatkan kartu Jamkesmas.” (wawancara, 6 April 2010)

Peserta Jamkesmas yang mempunyai pendapat bahwa tidak ada prosedur khusus untuk mendapatkan kartu Jamkesmas dapat diketahui dari pendapat yang disampaikan oleh Ibu Mulyani berikut ini:

“Setahu saya tidak ada prosedur khusus untuk mendapatkan kartu Jamkesmas. Data penerima Jamkesmas sama dengan data penerima BLT. Saya dapat BLT jadi otomatis saya mendapat Jamkesmas. Jadi dari pemerintah sudah ada datanya. Tidak ada hambatan karena langsung dapat dari pemerintah.” (wawancara, 30 Maret 2010)

Pendapat disampaikan oleh Ibu Kaswanti berikut ini:

“Kartunya sudah jadi dan tinggal ambil di Kelurahan, waktu mengambilnya membawa fotocopy KK. Tidak ada hambatan dalam mendapatkan kartu Jamkesmas karena langsung dapat diambil.” (wawancara, 30 Maret 2010)

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa peserta Jamkesmas mengetahui bahwa prosedur untuk mendapatkan kartu Jamkesmas mudah bahkan

commit to user

bisa langsung mendapatkan kartu Jamkesmas. Dalam prosedur untuk mendapatkan kartu Jamkesmas tidak ada hambatan. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan ketua RT dan peserta Jamkesmas dengan petugas Kelurahan menunjukkan hubungan sosial yang baik. Pertukaran sosial dalam prosedur untuk mendapatkan kartu Jamkesmas dikaitkan dengan proposisi Homans termasuk proposisi sukses. Adanya pengulangan tindakan untuk berobat menggunakan Jamkesmas karena prosedur untuk memperoleh kartunya tidak ada hambatan.

d. Pertukaran Sosial dalam Pengalaman sakit yang dialami Peserta Jamkesmas dalam Penggunaan Kartu Jamkesmas.

Peserta Jamkesmas mempunyai pengalaman dalam memanfaatkan Jamkesmas dan sakit yang berbeda-beda antara peserta Jamkesmas yang satu dengan peserta Jamkesmas yang lainnya. Hal ini dapat diketahui dari pendapat peserta Jamkesmas berikut ini.

Seperti pendapat Ibu Sutinah berikut ini:

”Pernah, waktu berobat ke Puskesmas Pajang saya sakit batuk dan pilek.” (wawancara, 27 Maret 2010)

Pendapat disampaikan oleh Bapak Salimin berikut ini:

”Iya saya pernah pakai Jamkesmas pada waktu sakit pinggang.” (wawancara, 27 Maret 2010)

Pendapat disampaikan oleh Ibu Mulyani berikut ini:

”Saya sering menggunakan Jamkesmas untuk periksa ke Puskesmas Pajang, sakit flu dan pusing biasanya.” (wawancara, 30 Maret 2010)

commit to user Pendapat disampaikan oleh Ibu Warjinem berikut ini:

”Iya saya pernah pakai Jamkesmas waktu sakit demam dan sakit gigi.” (wawancara, 30 Maret 2010)

Pendapat disampaikan oleh bapak Juri berikut ini:

”Iya, saya pernah sakit telinga, di Puskesmas tidak bisa melayani maka mendapat rujukan ke Rumah Sakit bagian THT.” (wawancara, 30 Maret 2010)

Pendapat disampaikan oleh Ibu Kadarsari berikut ini:

”Saya pernah sakit gigi dan sakit perut.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh ibu Kaswanti berikut ini:

”Pernah sakit demam dan flu waktu ke Puskesmas, sakit mata dan harus operasi yang sampai ke Rumah Sakit.” (wawancara, 30 Maret 2010)

Pendapat lain disampaikan oleh Bapak Margono berikut ini:

”Pernah sakit demam waktu berobat di Puskesmas dan sakit hepatitis A mendapat rujukan ke Rumah Sakit.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Winarti berikut ini:

”Iya, saya pernah sakit batuk dan sakit darah tinggi waktu berobat ke Puskesmas dengan kartu Jamkesmas.” (wawancara, 6 April 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Sri Maryani berikut ini:

”Iya saya pernah sakit pegal- pegal di bagian tangan.” (wawancara, 12 April 2010)

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa peserta Jamkesmas mempunyai pengalaman sakit yang berbeda-beda dalam menggunakan Jamkesmas untuk berobat. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas dan peserta Jamkesmas dengan petugas Rumah Sakit menunjukkan hubungan sosial yang baik. Pertukaran sosial dalam pengalaman

commit to user

sakit yang dialami peserta Jamkesmas dalam penggunaan kartu Jamkesmas dikaitkan dengan proposisi Homans termasuk proposisi sukses. Adanya pengulangan tindakan yang dilakukan peserta Jamkesmas pada saat sakit yaitu berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dengan menggunakan Jamkesmas.

Dari uraian di atas maka dapat ditemukan domain yaitu pengetahuan.

Dokumen terkait