• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Remaja

4. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja Perempuan

Soetjiningsih (2007) dalam bukunya menjelaskan bahwa remaja mengalami pertumbuhan tubuh yang lebih cepat dibandingkan pada masa kanak-kanak. Kecepatan pertumbuhan antara remaja pun bervariasi satu sama lain karena terdapat remaja yang tumbuh lebih

cepat dan remaja yang tumbuh lebih lambat. Pertumbuhan melibatkan interaksi antara endokrin dan sistem tulang. Banyak hormon yang mempengaruhi pertumbuhan, termasuk hormon pertumbuhan (GH), tiroksin, insulin, dan kortikosteroid (semuanya mempengaruhi kecepatan pertumbuhan); leptin (mempengaruhi komposisi tubuh); dan hormon paratiroid, 1,25-dihidroxy vitamin D, dan calcitonin (semuanya mempengaruhi mineralisasi tulang). Pada masa pubertas, hormon seks steroid dan hormon pertumbuhan berperan pada pacu tumbuh pubertas. Sebelum mulai pacu tumbuh, remaja perempuan tumbuh dengan kecepatan 5,5 cm/tahun (4-7,5 cm). Sekitar 2 tahun setelah mulai pacu tumbuh, remaja perempuan mencapai kecepatan tinggi badannya dengan kecepatan sekitar 8 cm/tahun (6-10,5 cm). Kecepatan maksimal dicapai 6-12 bulan sebelum menarche dan ini dipertahankan hanya untuk beberapa bulan.

b) Perkembangan remaja perempuan

Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dalam kehidupan manusia. Perkembangan biasanya digambarkan dalam periode-periode tertentu (Santrock, 2003). Konsep perkembangan remaja terbagi menjadi 2, yaitu: nature dan nurture. Nature berarti tekanan maupun gejolak yang banyak dijumpai oleh remaja atau biasa disebut dengan masa badai. Tekanan tersebut didapat baik dari diri sendiri maupun lingkungan. Konsep nurture adalah kebalikan dari nature yang mengungkapkan bahwa tidak semua remaja akan mengalami suatu tekanan karena hal itu tergantung dari lingkungan di

sekitarnya maupun pola asuhnya (Kusmiran, 2011). Aspek perkembangan pada remaja dibagi menjadi:

1) Perkembangan biologis

Perkembangan biologis perempuan yang memasuki masa remaja, pada awalnya ditandai pembesaran payudara atau mulai tumbuhnya rambut kemaluan kemudian tumbuh rambut ketiak. Sejalan dengan perubahan tersebut, tinggi badan bertambah dan pinggul menjadi lebih lebar dari bahu. Menstruasi pertama (menarche) datang di akhir siklus pubertas (Santrock, 2003).

Hurlock (2010) pun menjelaskan bahwa selama pertumbuhan pesat masa pubertas, terjadi empat perubahan fisik penting di mana tubuh remaja perempuan mengalami: perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsional tubuh, perkembangan ciri-ciri seks primer dan perkembangan ciri-ciri-ciri-ciri seks sekunder.

a. Perubahan ukuran tubuh

Perubahan fisik utama masa puber adalah perubahan ukuran tubuh dalam tinggi badan (TB) dan berat badan (BB). Rata-rata peningkatan per tahun di antara remaja-remaja perempuan sebelum menstruasi adalah 3 inci tetapi peningkatan itu bisa juga terjadi dari 5 sampai 6 inci. Tingkat pertumbuhan setelah menstruasi menurun sampai kira-kira 1 inci setahun dan berhenti sekitar delapan belas tahun.

b. Perubahan proporsi tubuh

Perubahan fisik yang kedua adalah perubahan proporsi tubuh. Badan yang kurus dan panjang mulai melebar di bagian pinggul dan bahu, serta ukuran pinggang juga berkembang. Lebar pinggul dan bahu dipengaruhi oleh usia kematangan. Remaja yang lebih lambat matang mempunyai pinggul yang sedikit lebih besar daripada remaja yang cepat matur.

c. Ciri-ciri seks primer

Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi remaja perempuan menjadi matang adalah datangnya menstruasi. Pada saat ini, terjadi pertumbuhan pesat terhadap panjangnya uterus dan beratnya ovarium.

d. Ciri-ciri seks sekunder

Perubahan fisik keempat adalah perkembangan ciri-ciri seks sekunder. Ciri-ciri seks sekunder yang penting pada remaja perempuan diantaranya, yakni: bertambah lebarnya pinggul, pembesaran payudara, tumbuhnya rambut kemaluan, kulit menjadi lebih kasar dan lebih tebal, kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif, otot semakin membesar dan kuat. Pertumbuhan payudara dapat terlihat ketika anak berusia antara 8-14 tahun. Tahap-tahap perkembangan payudara pada perempuan menurut Marshall dan Tanner dalam Heffner dan Schust (2008) dibagi menjadi 5 tahap, yakni:

2) Tahap permulaan/pucuk payudara: payudara dan papila menonjol seperti gundukan kecil dan diameter areola membesar

3) Pembesaran lebih lanjut pada payudara dan areola tanpa perbedaan kontur

4) Areola dan papila menonjol untuk membentuk gundukan sekonder di atas payudara

5) Tahap matur: penonjolan hanya pada papila karena kembalinya areola ke kontur umum payudara

Daniawati (2003) pun mengemukakan bahwa pada tahapan perkembangan payudara, puting susu setiap perempuan berbeda dalam bentuk, ukuran, dan warna. Hal ini karena faktor keturunan. Payudara juga akan terasa sakit (jika tersentuh sesuatu) dan gatal sebelum menjadi bentuk yang sempurna. Payudara yang sudah melewati masa sakit akan terlihat bulat penuh dan berisi. Ini berarti, lemak dan saluran susu sudah mencapai tingkat kesempurnaan. Saluran-saluran penghasil susu pun sudah terbentuk sehingga sudah dapat digunakan sesuai dengan fungsinya, seperti menyusui bayi jika telah siap.

Selain perkembangan payudara, remaja perempuan juga akan mengalami pertumbuhan rambut kemaluan akibat dari peran kelenjar adrenal. Rambut kemaluan biasanya mulai muncul setelah payudara mulai berkembang, tetapi tidak selalu (Collins, 2011). Pertumbuhan rambut kemaluan pada remaja perempuan

juga dibagi menjadi 5 tahap menurut sistem yang dikembangkan oleh Marshall dan Tanner, yaitu:

1) Praremaja: tidak terdapat rambut kemaluan (tidak lebih tebal dari dinding abdomen).

2) Pertumbuhan yang tipis dari rambut halus, panjang, dan sedikit berpigmen terutama di sepanjang labia.

3) Rambut menghitam, menebal, dan sebagian besar keriting. 4) Rambut kini tampak seperti pada orang dewasa, namun

areanya lebih kecil dari orang dewasa. Tidak ada penyebaran ke permukaan medial paha.

5) Penampakan dan jumlah rambut sepserti pada orang dewasa. Bentuk menyerupai segitiga terbalik seperti pada orang dewasa. Penyebaran ke permukaan medial paha namun tidak melebihi dasar segitiga (Heffner dan Schust, 2008).

Semua perubahan ini terjadi karena perubahan hormonal dalam tubuh saat hipotalamus memulai memproduksi gonadotropin-releasing hormones yang merupakan sinyal bagi hipotalamus mulai memproduksi hormon gonadotropik. Hormon gonadotropik menstimulasi sel ovarian untuk memproduksi estrogen. Hormon ini berperan dalam perkembangan karakteristik seks sekunder serta memainkan peran penting dalam reproduksi (Potter dan Perry, 2005). Progesteron juga bekerja pada semua organ dalam sistem reproduksi tetapi kerjanya hanya terjadi jika progesteron sedang atau sudah dipengaruhi oleh estrogen. Progesteron juga

mempengaruhi jaringan tubuh lainnya yang menyebabkan penumpukkan lemak (Farrer, 2001).

2) Perkembangan kognitif

Teori perkembangan kognitif dari Piaget (1954) dalam Santrock (2003) memandang remaja berada pada tahap operasional formal. Remaja akan berpikir lebih abstrak serta logis pada tahap ini. Remaja mengembangkan citra tentang hal-hal yang ideal sebagai bagian dari kemampuan berpikir abstraknya. Berkaitan dengan perkembangan kognitif, umumnya remaja menampilkan tingkah laku yang sering ditunjukkan dengan pemikiran yang kritis, rasa ingin tahu yang kuat, serta jalan pikir remaja yang mengarah pada tipe egosentris. Remaja pada perkembangan ini, memiliki perasaan selalu diperhatikan dan menjadi pusat perhatian orang lain (imagery audience) serta perasaan bahwa dirinya unik dan berbeda dengan orang lain (personal fables) (Kusmiran, 2011).

3) Perkembangan sosial

Keinginan menjadi mandiri akan timbul dalam diri remaja. Salah satu bentuk kemandirian itu adalah dengan mulai melepaskan diri dari pengaruh orang tua dan ketergantungan secara emosional pada orang tua. Remaja pun mulai mencari pengakuan dari luar rumah dan lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman sebayanya sehingga wajar jika tingkah laku dan norma yang dipegang remaja banyak dipengaruhi oleh teman sebayanya. Remaja, di sisi lain, masih tergantung pada orang tuanya

(Kusmiran, 2011). Pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku, lebih besar dibandingkan pengaruh keluarga, hal itu dapat dimengerti karena remaja lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah (Hurlock, 2010).

4) Perkembangan emosional

Perkembangan emosi pada remaja awal menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung/marah atau mudah sedih/murung), sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya. Pencapaian kematangan emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya. Apabila kurang dipersiapkan untuk memahami peran-perannya dan kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tua atau pengakuan dari teman sebaya, mereka cenderung akan mengalami kecemasan, perasaan tertekan, atau ketidaknyamanan emosional (Yusuf, 2010).

Hurlock (2010) juga menjelaskan perubahan emosi juga dipengaruhi oleh kondisi sosial. Adapun meningginya emosi terutama karena remaja berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia

kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu. Ketidakstabilan emosi tersebut terjadi sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku yang baru dan harapan sosial yang baru. Hurlock (2010) dalam bukunya juga menambahkan bahwa kemurungan, merajuk, ledakan amarah dan kecenderungan untuk menangis karena hasutan yang sangat kecil juga merupakan ciri-ciri bagian awal masa pubertas. Remaja, pada masa ini merasa khawatir, gelisah, dan cepat marah. Sedih, mudah marah, dan suasana hati yang negatif sangat sering terjadi selama masa pramenstruasi dan awal periode menstruasi.

5) Perkembangan moral

Salah satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok. Remaja juga perlu membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak. Remaja diharapkan dapat mengganti konsep-konsep moral yang berlaku khusus di masa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya (Hurlock, 2010).

Tingkat moralitas remaja sudah lebih matang jika dibandingkan dengan anak melalui pengalaman atau interaksi sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya. Mereka sudah mengenal tentang nilai-nilai moral atau

konsep-konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan. Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi psikologis (rasa puas adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain tentang perbuatannya) (Yusuf, 2010).

6) Perkembangan kepribadian

Masa remaja merupakan masa berkembangnyaidentity (jati diri). Jati diri ini dapat dikatakan sebagai aspek sentral bagi kepribadian yang sehat yang merefleksikan kesadaran diri, kemampuan mengidentifikasi orang lain, dan mempelajari tujuan-tujuan agar dapat berpartisipasi dalam kebudayaannya. Faktor-faktor dan pengalaman yang tampak membuat terjadinya perubahan kepribadian, meliputi:

• Perolehan pertumbuhan fisik seperti orang dewasa

• Kematangan seksual yang disertai dorongan dan emosi baru • Kesadaran terhadap diri sendiri

• Kebutuhan akan persahabatan yang bersifat heteroseksual • Munculnya konflik sebagai dampak dari masa transisi remaja

(Yusuf, 2010).

7) Perkembangan heteroseksual

Ciri penting dari perkembangan heteroseksual remaja, yaitu adanya minat terhadap lawan jenis yang semakin kuat disertai keinginan kuat untuk memperoleh dukungan dari lawan jenis.

Remaja juga mulai mencari-cari informasi tentang kehidupan seksual orang dewasa bahkan juga muncul rasa ingin tahu dan keinginan bereksplorasi melakukannya. Adanya dorongan seksual dan ketertarikan terhadap lawan jenis membuat perilaku remaja mulai diarahkan untuk menarik perhatian lawan jenis (Kusmiran, 2011).

C. Menarche

1. PengertianMenarche

Balitbankes RI dalam Riskesdas (2010) mengemukakanmenarche sebagai tanda awal masuknya seorang perempuan dalam masa reproduksi. Manuaba dkk (2007) mengungkapkan bahwa menarche adalah menstruasi pertama perempuan yang umumnya terjadi pada usia sekitar 10-11 tahun. Menarche dapat juga dikatakan sebagai onset menstruasi yang terjadi pada usia rata-rata 12 tahun, dengan kisaran normal 8-16 tahun (Norwitz dan Schorge, 2008), sedangkan di dalam kamus Mosby (2006) dijelaskan bahwa menarche sebagai permulaan siklus menstruasi dan biasanya terjadi antara usia 9-17 tahun. Oleh karena itu, menarche dapat disimpulkan sebagai onset menstruasi pertama yang dialami remaja perempuan yang dapat terjadi pada rentang usia 8-17 tahun.

Bagi banyak perempuan, menarcheterjadi tepat waktu tetapi bagi yang lain menarche terjadi lebih cepat atau lambat (Santrock, 2003). Remaja perempuan rata-rata mengalami menarche pada usia 12 tahun

namun ada kecenderungan bahwa menarche kini mulai lebih awal daripada 30 atau 40 tahun lalu. Usia menarche dan mungkin masa pubertas telah mengikuti tren sekuler, yaitu terjadi lebih awal rata-rata 2-3 bulan per dekade (Collins, 2011). Banyak remaja perempuan yang perkembangannya juga mengalami keterlambatan, seperti yang belum mengalami menstruasi sampai berusia 15 tahun, yang biasanya akan datang meminta pertolongan dokter (Santrock, 2003). Collins (2011) juga menjelaskan dalam bukunya bahwa remaja perempuan juga dapat mengalami menarche terlambat yang perlu diwaspadai bila menstruasi belum terjadi dalam jangka waktu 5 tahun setelah payudara tumbuh.

Dokumen terkait