• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Fenomenologi Pengalaman Menarche pada Remaja Perempuan di RW 07 Kelurahan Cakung Barat Jakarta Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Fenomenologi Pengalaman Menarche pada Remaja Perempuan di RW 07 Kelurahan Cakung Barat Jakarta Timur"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

iii Puspita Palupi, S.Kep., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat

N NIP. 198011192011012006

(4)

iv

Puspita Palupi, S.Kep., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat Jamaludin, S.Kp., M.Kep

NIP. 198011192011012006 NIP. 196805222008011007

Penguji I Penguji II

Yenita Agus, M.Kep., Sp.Mat., Ph.D Jamaludin, S.Kp., M.Kep

NIP. 197206082006042001 NIP. 196805222008011007

(5)
(6)

vi

Nama : Adelia Inggar Dewati

Tempat, Tanggal Lahir : Surakarta, 08 Juli 1991 Status Pernikahan : Belum menikah

Alamat : Jalan Haji Buang No.151, RT 007/RW 005, Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, 13810

Telepon : 085773911064

Email : analyst_vx@yahoo.co.id

Riwayat Pendidikan

1. Tk Yusufiyah [1996-1997]

2. SD Angkasa IV Halim Perdana Kusuma [1997-2003]

3. SMP Negeri 81 Jakarta Timur [2003-2006]

4. SMA Negeri 48 Jakarta Timur [2006-2009]

5. S-1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta [2009-2014]

Pengalaman Pelatihan, Seminar, dan Workshop:

1. Seminar “Cultural Approach In Holistic Nursing Care In Globalization Era”, Jakarta, 2009

2. Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok” Jakarta, 2009

(7)

vii

5. Seminar Profesi “Keperawatan Islami, Penerapan dalam Praktek dan Kurikulum Pendidikan Perawat di Indonesia”,Jakarta, 2010

6. Second International Nursing Student Forum “Nursing Challanges in the Global Society”, Thailand, 2010

7. Seminar Kesehatan“Peran Kebijakan Standardisasi Internasional Rumah Sakit dalam Meningkatkan Profesionalisme Pelayanan Kesehatan”, Jakarta, 2011

8. Seminar Keperawatan “Nursing as Partner Society and Delivering Public Health”,Jakarta, 2011

9. Emergency Nursing Seminar dan Workshop “Peran Perawat dalam Tatalaksana Trauma Thoraks Berbasis Pasien Safety”, Jakarta, 2012 10. Seminar Nasional “Uji Kompetensi Nasional Perawat: Meningkatkan

Peran dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan

Global”, Jakarta, 2012

11. Seminar Keperawatan “Update Diagnsa NANDA, Aplikasi ISDA dan Diagnostic Reasoning”,Jakarta, 2012

12. Seminar Nasional Keperawatan “NANDA, NIC, NOC: Concept, Implementation and Innovation for Better Quality of Nursing Service in

Indonesia”,Jakarta, 2013

(8)

viii Skripsi, Januari 2014

Adelia Inggar Dewati, NIM : 109104000029

Studi Fenomenologi Pengalaman Menarchepada Remaja Perempuan di RW 07 Kelurahan Cakung Barat Jakarta Timur

xviii + 103 halaman + 1 gambar + 2 bagan + 1 tabel + 4 lampiran

ABSTRAK

Menarche merupakan menstruasi pertama kali yang menunjukkan kematangan reproduksi seorang perempuan. Menarche berdampak pada perubahan fisik maupun psikologis pada remaja perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman menarche remaja perempuan di RW 07 kelurahan Cakung Barat Jakarta Timur. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif yang dilakukan melalui wawancara mendalam. Partisipan penelitian ini terdiri dari enam partisipan berusia 13-17 tahun yang telah mengalami menarche. Pemilihan partisipan penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling berdasarkan asas kesesuaian dan kecukupan. Data didapat dari hasil rekaman wawancara mendalam dan dianalisis dengan metode Colaizzi. Penelitian ini mengidentifikasi sembilan tema, yaitu:1) maknamenarche pada remaja perempuan, 2) dominasi perasaan remaja perempuan saat menarche, 3) kesiapan remaja perempuan saat menarche, 4) perubahan remaja perempuan setelah menarche, 5) ketidaknyamanan remaja perempuan saat menarche, 6) upaya remaja perempuan dalam mengatasi ketidaknyamanan saat menarche, 7) dukungan remaja perempuan saat menarche, 8) perawatan diri remaja perempuan saat menstruasi, 9) mitos-mitos menstruasi yang menghantui remaja perempuan. Remaja perempuan yang terlibat dalam penelitian ini cenderung memiliki persiapan yang kurang dan pemahaman yang terbatas saat mengalami menarche sehingga hal itu dapat berdampak pada penyesuaian diri saatmenarche. Dukungan keluarga, sekolah, maupun pelayanan kesehatan diperlukan dengan memberikan bimbingan sedini mungkin kepada remaja perempuan agar dapat mempersiapkan diri dengan baik saat menghadapi menarche. Penelitian lebih lanjut juga dapat dilakukan untuk mengeksplorasi secara mendalam, khususnya partisipan pendukung, seperti orang tua maupun remaja perempuan yang mengalami menarcheterlambat agar didapatkan data yang lebih bervariasi dari sebelumnya. Kata kunci: Pengalaman,Menarche, Remaja Perempuan

(9)

ix JAKARTA

Undergraduates Thesis, January 2014

Adelia Inggar Dewati, NIM : 109104000029

Fenomenolgy Study Experience of Menarche in Adolescent Girls at Neighboorhoods 07 Cakung Barat Village East Jakarta

xviii + 103 pages + 1 image + 2 schemes + 1 table + 4 attachements

ABSTRACT

Menarche is the first menstruation which indicate a female reproductive maturity. Menarche has implication to physical and psychological changes in adolescent girls. The aim of this study was to explore experience of menarche in adolescent girls at neighboorhoods 07 Cakung Barat Village East Jakarta. This study used qualitative research with descriptive phenomenological design through in-depth interview. Participants of this study consisted of six participants, aged 13-17 who had menarche. Participants were selected using purposive sampling technique based on the principles of suitability and adequacy. Data was obtained from the recording of in-depth interview and analyzed with Colaizzi method. This study identified nine themes, namely: 1) the meaning of menarche in adolescent girls, 2) domination’s feeling of adolescent girls at menarche, 3) the readiness of adolescent girls in the dealing with menarche, 4) adolescent girls changes after menarche, 5) the inconvenience of adolescent girls at menarche, 6) the attempts of adolescent girls to overcome the inconvenience at menarche, 7) the adolescent girls support at menarche, 8) adolescent girls self-care during menstruation, 9) menstrual myths that haunted adolescent girls. Adolescent girls who involved in this study tended has less preparation and lack of understanding when they had menarche and it can have impact on adjusment at menarche. Support from family, schools, and health services is required to provide guidance as early as possible to adolescent girls in order to prepare themselves well when facing the menarche. Further study can be also carried out to explore deeply, especially to support participants, such as parents, and also adolescent girls who had late menarche in order to obtain varied data.

(10)

x

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, serta anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Studi Fenomenologi Pengalaman Menarche pada Remaja Perempuan di RW 07 Kelurahan Cakung Barat Jakarta Timur”. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan dengan melakukan penelitian pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis banyak memperoleh pelajaran melalui penyusunan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini juga terselesaikan tidak lain karena bantuan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. DR. (hc). dr. MK Tadjudin Sp.And., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., M.KM. selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Ita Yuanita, S.Kp., M.Kp. selaku pembimbing akademik.

(11)

xi

6. Segenap Bapak/Ibu dosen PSIK UIN Jakarta yang telah memberikan banyak bekal ilmu pengetahuan kepada penulis serta seluruh staff dan karyawan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang juga telah banyak membantu dalam urusan administrasi.

7. Keluarga tercinta, terutama orang tua penulis yang selalu memberikansupport tiada henti untuk menyemangati dan mengingatkan dalam menyelesaikan tugas akhir ini serta kakak dan adik penulisi yang turut memberikan dorongan motivasi kepada penulis.

8. Sahabat-sahabat penulis angkatan 2009 yang telah bersama-sama berjuang selama proses perkuliahan hingga penyelesaian akademik di Program Studi Ilmu Keperawatan.

9. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini, baik dari persiapan, pelaksanaan, hingga penyelesaiannya yang tidak dapat disebutkan satu per satu pada kesempatan ini.

Penulis menyadari penelitian ini masih banyak kekurangan, baik dari bentuk, isi, maupun teknik penyajiannya. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun agar penelitian ini bisa menjadi lebih baik lagi.

Jakarta, Januari 2014

(12)

xii

HALAMAN JUDUL ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman ... 8

B. Remaja ... 9

1. Pengertian ... 9

2. Tahapan Masa Remaja ... 10

3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja ... 11

(13)

xiii

2. Fisiologi Menstruasi ... 25

3. Siklus Menstruasi ... 26

D. Kerangka Teori ... 31

BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 32

B. Definisi Istilah ... 33

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 34

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 35

C. Partisipan Penelitian ... 36

D. Instrumen Penelitian ... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

1. Pengumpulan Data ... 37

2. Proses Pengumpulan Data ... 37

F. Keabsahan Data ... 39

G. Teknik Analisis Data ... 43

H. Etika Penelitian ... 46

BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 47

B. Hasil Penelitian ... 48

1. Karakteristik Partisipan………….……….……….…… 48

2. Hasil Analisis Tematik………..…….………. 49

BAB VI PEMBAHASAN A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi ... 74

(14)

xiv

B. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA

(15)
[image:15.595.124.537.65.492.2]

xv

(16)

xvi

(17)

xvii

(18)

xviii Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 2. Surat Permohonan Persetujuan Partisipan Lampiran 3. Pedoman Wawancara Mendalam

(19)

1 A. Latar Belakang

Remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Populasi remaja di dunia saat ini mencapai 1,2 miliar penduduk atau 1 dari 5 orang di dunia berusia 10-19 tahun menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2012). Hasil sensus penduduk di Indonesia tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa jumlah remaja usia 10-24 tahun sebesar 63,4 juta jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 32.151.398 jiwa dan perempuan sebanyak 31.275.595 jiwa (BPS, 2010). Rentang usia remaja berada antara usia 10-19 tahun menurut World Health Organization (WHO, 2013). Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak membatasi remaja sebagai individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2010). BKKBN menambahkan bahwa batasan usia remaja berada pada 10-24 tahun (BKKBN, 2011).

(20)

memungkinkan mereka untuk mengandung atau melahirkan anak (Mar’at,

2010).

Usiamenarche pada remaja perempuan antara yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Usia rata-rata untuk menarche pada perempuan Kaukasia adalah 12,8±1,2 tahun dan sekitar 4-8 bulan lebih awal pada perempuan Afrika-Amerika (Heffner dan Schust, 2008). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2010) menunjukkan bahwa rata-rata usia menarchedi Indonesia adalah 13 tahun dengan kejadian lebih awal pada usia kurang dari 9 tahun dan ada yang lebih lambat sampai 20 tahun.

Menarcheumumnya terjadi secara tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi. Menarche dikatakan sebagai peristiwa penting bagi kehidupan perempuan (Chang, Chen, Hayter, dan Lin, 2008; Gunarsa dan Gunarsa, 2008). Studi literatur yang dilakukan Chang, Hayter, dan Wu (2010) menyebutkan bahwa remaja yang mulai mengalami menarche akan mengalami perubahan, baik fisik, psikologis, maupun sosial-budaya.

(21)

Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi (Yusuf, 2010). Peningkatan emosi dikaitkan dengan perubahan hormonal dalam tubuh remaja, sehingga remaja cenderung memperlihatkan ketidakstabilan emosi. Hal ini tampak pada reaksi emosional remaja yang sering gelisah, cepat tersinggung, melamun, sedih tetapi di sisi lain akan gembira, tertawa, ataupun marah-marah (Kusmiran, 2011). Suasana hati atau mood remaja pun dapat berubah-ubah dengan sangat cepat (Mahfiana, Rohmah, dan Widyaningrum 2009).

Respon psikologis remaja perempuan dalam menghadapi menarche berbeda-beda satu sama lain. Mereka umumnya berespon negatif yang ditandai dengan rasa malu dan menyangkal. Hasil studi kualitatif yang dilakukan Golchin, Hamzehgardeshi, Fakhri, dan Hamzehgardeshi (2012) pada remaja perempuan di Iran mengungkapkan bahwa mayoritas reponden menyatakan menarche sebagai peristiwa pubertas yang sangat tidak menyenangkan. Studi analisis naratif yang dilakukan Lee (2009) di USA juga melaporkan bahwa terdapat responden yang menganggap menarche sebagai hal yang memalukan, yaitu sebesar 12%.

(22)

lebih baik pada mahasiswa dibandingkan dengan murid SMA. Deng et.al. (2011) pada penelitiannya itu menganalisis bahwa menarche dini merupakan faktor risiko yang menyebabkan gangguan mental.

Studi terkait menarche yang juga dilakukan oleh Ruble and Brooks-Gunn (1982) dalam Chang, Hayter, dan Wu (2010) menyatakan bahwa kurangnya persiapan remaja perempuan menghadapi menarche juga dapat menimbulkan reaksi negatif dalam diri remaja. Penelitian yang dilakukan di SLTP Charitas Jakarta pun melaporkan bahwa sebagian besar remaja perempuan yang belum mendapatkan persiapan yang baik, lebih banyak menampilkan perasaan negatif (takut, panik, kaget, sedih, marah, bingung, dan merasa direpotkan) dibandingkan perasaan positif saat memasuki menarche (Indriyani, Limbong, dan R. Puspita, 2009). Studi yang dilakukan oleh Mulyani (2010) memberikan hasil bahwa remaja perempuan perlu mendapatkan dukungan psikososial dari keluarga pada saat remaja perempuan menghadapimenarche.

Remaja perempuan saat mengalami menarche biasanya takut membicarakan peristiwa tersebut kepada orang lain. Mayoritas remaja perempuan selektif untuk menceritakan dan mendiskusikan tentang pengalaman menarchenya (Chang, Chen, Hayter, dan Lin, 2008; Rembeck dan Hermansson, 2008). Mereka cenderung menganggap menarche sebagai peristiwa pribadi (personal event) dan mereka hanya akan menceritakannya kepada orang yang mereka percaya (Chang, Chen, Hayter, dan Lin, 2008).

(23)

pengalaman menarche di luar negeri sudah cukup banyak dilakukan akan tetapi penelitian tentang pengalaman menarche di Indonesia masih belum banyak dilakukan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan eksplorasi secara mendalam mengenai pengalaman menarche pada remaja perempuan, khususnya di rukun warga (RW) 07 kelurahan Cakung Barat Jakarta Timur, dengan jumlah remaja perempuan (usia 10-19 tahun) yang terbilang cukup banyak di kelurahan tersebut, yakni mencapai 8.156 orang.

B. Rumusan Masalah

Menarche merupakan menstruasi pertama yang secara umum dialami oleh remaja perempuan dalam tahap perkembangan reproduksinya. Menarche dialami oleh remaja perempuan pada rentang usia yang berbeda-beda. Remaja perempuan yang mengalamimenarchedapat berpengaruh terhadap perubahan fisik, diantaranya seperti perkembangan payudara, pinggul maupun perubahan pada aspek psikologisnya. Remaja perempuan yang kurang dapat menerima segala perubahan yang terjadi pada tubuhnya dapat menimbulkan harga diri yang rendah.

(24)

Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti ingin menggali secara mendalam tentang bagaimana pengalaman menarchepada remaja perempuan di RW 07 kelurahan Cakung Barat Jakarta Timur.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalamanmenarche pada remaja perempuan di RW 07 kelurahan Cakung Barat Jakarta Timur.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat ilmiah

a) Sebagai bahan kajian dan landasan untuk peneliti selanjutnya dalam mengembangkan penelitian mengenai pengalaman menarche pada remaja perempuan.

b) Memberikan informasi mengenai pengalaman menarchepada remaja perempuan sehingga dapat menjadi masukan dalam peningkatan pelayanan kesehatan reproduksi remaja.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi institusi pendidikan keperawatan

(25)

b) Bagi pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan tenaga kesehatan tentang pengalaman menarche pada remaja perempuan sehingga dapat meningkatkan strategi dalam upaya promotif untuk memberikan edukasi mengenai kesehatan reproduksi pada remaja perempuan.

c) Bagi masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada masyarakat tentang pengalaman menarche pada remaja perempuan. Masyarakat diharapkan dapat mendukung perkembangan seksual remaja perempuan dan membantu mereka melewati masa tersebut dengan baik.

E. Ruang Lingkup Penelitian

(26)

8 A. Pengalaman

Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung, dsb) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2013). Husserl (1970) dalam Smith (2009) mengungkapkan bahwa pengalaman merupakan suatu sistem makna-makna yang saling terkait yang terangkum dalam suatu totalitas yang disebut “dunia kehidupan”. Miler dan

Boud (1994) mengartikan pengalaman sebagai totalitas dari cara-cara di mana manusia merasakan dunia dan membuat dunia merasakan apa yang mereka rasakan (Jarvis, 2004)

(27)

Pengalaman merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi persepsi seseorang (Notoatmodjo, 2005). Pengalaman juga mempengaruhi pengetahuan seseorang, walaupun seseorang dapat mempelajari suatu hal dengan menghafal, pengalaman sebelumnya dapat dijadikan pengalaman belajar bila dapat bermanfaat (Swansburg, 2001). Perilaku individu yang berbeda-beda pun juga salah satunya dipengaruhi oleh pengalaman (Sunaryo, 2004). Pengalaman, di sisi lain, dapat dipengaruhi oleh memori/ingatan seseorang dalam variasi cara yang berbeda (Jarvis, 2004).

Penelitian ini meneliti tentang pengalaman menarche pada remaja perempuan. Studi yang dilakukan Chang, Hayter, dan Wu (2010) menyebutkan bahwa remaja yang mulai mengalami menarche akan mengalami perubahan, baik fisik, psikologis, maupun sosial-budaya. Mereka juga menjelaskan bahwa kesiapan menarche remaja perempuan dipengaruhi oleh dukungan pengetahuan dari ibu, ayah, teman sekelas laki-laki, serta dipengaruhi latar belakang sosial-budaya.

B. Remaja

1. Pengertian

Remaja dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan adolescent. Kata tersebut berasal dari bahasa latin, yakni adalescere yang artinya “bertumbuh”. WHO (2013) menjelaskan arti remaja sebagai seseorang

(28)

waktu individu beralih dari fase anak ke fase dewasa. Hall (1904), yang biasa disebut oleh para ahli sejarah sebagai Bapak studi ilmiah remaja, mengartikan remaja sebagai masa antara usia 12 sampai 23 tahun dan masa yang penuh dengan topan dan tekanan, yang ditandai dengan konflik dan perubahan nuansa hati (Santrock, 2003). Remaja, dengan demikian dapat disimpulkan sebagai suatu periode anak yang mulai meninggalkan masa kanak-kanaknya menuju masa dewasa yang penuh perubahan, dengan rata-rata usia yaitu antara 10 hingga 24 tahun.

2. Tahapan Masa Remaja

Banyak sumber yang berbeda pendapat tentang batasan usia remaja dan penggolongan remaja. Monks, Knoers, dan Haditono (2001) dalamMar’at(2010) membagi tahapan remaja menjadi 4 tahap, yaitu: 1) masa praremaja atau prapubertas (10-12 tahun), 2) masa remaja awal atau pubertas (12-15 tahun), 3) masa remaja pertengahan (15-18 tahun), dan 4) masa remaja akhir (18-21 tahun). Remaja awal hingga remaja akhir inilah yang disebut masaadolescent.

Bobak (2004) dalam bukunya juga menjelaskan bahwa perkembangan remaja terbagi menjadi 3 tahap, yaitu:

a) Remaja tahap awal (usia 10-14 tahun)

(29)

b) Remaja tahap menengah (usia 15-16 tahun)

Sikap mandiri dan ingin bebas dari orang tua merupakan ciri dari tahap ini. Remaja menjadi lebih sering bergaul dengan teman sebayanya dibandingkan bersama keluarga. Emosi remaja yang suka meledak-ledak atau biasa disebut labil juga turut mewarnai tahapan ini.

c) Remaja tahap akhir (usia 17-21 tahun)

Remaja pada rentang usia ini sering berpacaran. Remaja pun mulai mengembangkan pemikiran abstraknya. Pemikiran remaja tentang masa depannya kelak juga telah dipikirkannya karena pada tahapan ini mereka cenderung sudah bersikap dewasa. Hal ini ditunjukkan dengan pemikirannya yang ingin dapat hidup mandiri baik secara emosional ataupun finansial.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia (Balitbankes RI) dalam Riskesdas (2010) membagi remaja menjadi 2 kelompok umur, yaitu usia praremaja (13-15 tahun) dan usia remaja (16-18 tahun). Oleh karena itu, pembagian tahapan remaja dapat disimpulkan menjadi beberapa tahap, yaitu dimulai dari tahapan praremaja, remaja awal, remaja menengah, hingga remaja akhir.

3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja

(30)

atau diberikan oleh remaja dan dipengaruhi oleh harapan sosial (Kusmiran, 2011).

Remaja memiliki tugas perkembangannya sendiri setelah melewati masa kanak-kanak. Tugas perkembangan remaja menurut Bobak (2004) diantaranya, yaitu remaja dapat menerima citra tubuh maupun identitas seksualnya. Tugas perkembangan remaja yang lain, yaitu remaja diharapkan dapat belajar mandiri dan mengambil keputusannya sendiri. Remaja juga dituntut untuk dapat mengembangkan sistem nilai personal dan identitas seorang yang dewasa.

Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Beberapa tugas perkembangan menurut Hurlock (2010) yang perlu dikuasai remaja, yaitu:

a) Menerima keadaan fisiknya

Para remaja terkadang sulit untuk menerima keadaan fisiknya karena pada masa kanak-kanak, mereka telah memiliki konsep tersendiri tentang penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Remaja pada saatnya perlu untuk memperbaiki konsep tersebut dan mempelajari cara-cara memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan.

b) Menerima peran sesuai jenis kelamin

(31)

tugas pokok remaja yang memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-tahun.

c) Membina hubungan yang lebih matang kepada sesama jenis maupun lawan jenis

Tugas perkembangan ini tergolong tidak mudah untuk dilalui karena pertentangan lawan jenis sering berkembang selama akhir masa kanak-kanak dan masa puber, maka untuk mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis perlu dimulai dari nol. Pengembangan hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya sesama jenis juga tidak mudah dilakukan.

d) Mencapai kemandirian emosional dan mempersiapkan kemandirian ekonomi

(32)

e) Mengembangkan keterampilan intelektual

Sekolah dan pendidikan tinggi menekankan perkembangan keterampilan intelektual dan konsep penting bagi kecakapan sosial. Sekolah dan pendidikan tinggi juga mencoba untuk membentuk nilai-nilai yang sesuai dengan nilai-nilai-nilai-nilai dewasa dan orang tua berperan banyak dalam perkembangan ini.

f) Mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung jawab

Sebagian besar remaja ingin diterima oleh teman-teman sebaya tetapi hal ini seringkali diperoleh dengan perilaku yang oleh orang dewasa dianggap tidak bertanggung jawab.

g) Mempersiapkan perkawinan di kemudian hari

Kecenderungan kawin muda menyebabkan persiapan perkawinan merupakan tugas perkembangan yang paling penting dalam tahun-tahun remaja. Persiapan tentang tugas-tugas dan tanggung jawab kehidupan keluarga yang persiapannya kurang merupakan salah satu penyebab dari masalah yang tidak terselesaikan, yang oleh remaja di bawa ke dalam masa dewasa.

4. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja Perempuan a) Pertumbuhan remaja perempuan

(33)

cepat dan remaja yang tumbuh lebih lambat. Pertumbuhan melibatkan interaksi antara endokrin dan sistem tulang. Banyak hormon yang mempengaruhi pertumbuhan, termasuk hormon pertumbuhan (GH), tiroksin, insulin, dan kortikosteroid (semuanya mempengaruhi kecepatan pertumbuhan); leptin (mempengaruhi komposisi tubuh); dan hormon paratiroid, 1,25-dihidroxy vitamin D, dan calcitonin (semuanya mempengaruhi mineralisasi tulang). Pada masa pubertas, hormon seks steroid dan hormon pertumbuhan berperan pada pacu tumbuh pubertas. Sebelum mulai pacu tumbuh, remaja perempuan tumbuh dengan kecepatan 5,5 cm/tahun (4-7,5 cm). Sekitar 2 tahun setelah mulai pacu tumbuh, remaja perempuan mencapai kecepatan tinggi badannya dengan kecepatan sekitar 8 cm/tahun (6-10,5 cm). Kecepatan maksimal dicapai 6-12 bulan sebelum menarche dan ini dipertahankan hanya untuk beberapa bulan.

b) Perkembangan remaja perempuan

(34)

sekitarnya maupun pola asuhnya (Kusmiran, 2011). Aspek perkembangan pada remaja dibagi menjadi:

1) Perkembangan biologis

Perkembangan biologis perempuan yang memasuki masa remaja, pada awalnya ditandai pembesaran payudara atau mulai tumbuhnya rambut kemaluan kemudian tumbuh rambut ketiak. Sejalan dengan perubahan tersebut, tinggi badan bertambah dan pinggul menjadi lebih lebar dari bahu. Menstruasi pertama (menarche) datang di akhir siklus pubertas (Santrock, 2003).

Hurlock (2010) pun menjelaskan bahwa selama pertumbuhan pesat masa pubertas, terjadi empat perubahan fisik penting di mana tubuh remaja perempuan mengalami: perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsional tubuh, perkembangan ciri-ciri seks primer dan perkembangan ciri-ciri-ciri-ciri seks sekunder.

a. Perubahan ukuran tubuh

(35)

b. Perubahan proporsi tubuh

Perubahan fisik yang kedua adalah perubahan proporsi tubuh. Badan yang kurus dan panjang mulai melebar di bagian pinggul dan bahu, serta ukuran pinggang juga berkembang. Lebar pinggul dan bahu dipengaruhi oleh usia kematangan. Remaja yang lebih lambat matang mempunyai pinggul yang sedikit lebih besar daripada remaja yang cepat matur.

c. Ciri-ciri seks primer

Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi remaja perempuan menjadi matang adalah datangnya menstruasi. Pada saat ini, terjadi pertumbuhan pesat terhadap panjangnya uterus dan beratnya ovarium.

d. Ciri-ciri seks sekunder

Perubahan fisik keempat adalah perkembangan ciri-ciri seks sekunder. Ciri-ciri seks sekunder yang penting pada remaja perempuan diantaranya, yakni: bertambah lebarnya pinggul, pembesaran payudara, tumbuhnya rambut kemaluan, kulit menjadi lebih kasar dan lebih tebal, kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif, otot semakin membesar dan kuat. Pertumbuhan payudara dapat terlihat ketika anak berusia antara 8-14 tahun. Tahap-tahap perkembangan payudara pada perempuan menurut Marshall dan Tanner dalam Heffner dan Schust (2008) dibagi menjadi 5 tahap, yakni:

(36)

2) Tahap permulaan/pucuk payudara: payudara dan papila menonjol seperti gundukan kecil dan diameter areola membesar

3) Pembesaran lebih lanjut pada payudara dan areola tanpa perbedaan kontur

4) Areola dan papila menonjol untuk membentuk gundukan sekonder di atas payudara

5) Tahap matur: penonjolan hanya pada papila karena kembalinya areola ke kontur umum payudara

Daniawati (2003) pun mengemukakan bahwa pada tahapan perkembangan payudara, puting susu setiap perempuan berbeda dalam bentuk, ukuran, dan warna. Hal ini karena faktor keturunan. Payudara juga akan terasa sakit (jika tersentuh sesuatu) dan gatal sebelum menjadi bentuk yang sempurna. Payudara yang sudah melewati masa sakit akan terlihat bulat penuh dan berisi. Ini berarti, lemak dan saluran susu sudah mencapai tingkat kesempurnaan. Saluran-saluran penghasil susu pun sudah terbentuk sehingga sudah dapat digunakan sesuai dengan fungsinya, seperti menyusui bayi jika telah siap.

(37)

juga dibagi menjadi 5 tahap menurut sistem yang dikembangkan oleh Marshall dan Tanner, yaitu:

1) Praremaja: tidak terdapat rambut kemaluan (tidak lebih tebal dari dinding abdomen).

2) Pertumbuhan yang tipis dari rambut halus, panjang, dan sedikit berpigmen terutama di sepanjang labia.

3) Rambut menghitam, menebal, dan sebagian besar keriting. 4) Rambut kini tampak seperti pada orang dewasa, namun

areanya lebih kecil dari orang dewasa. Tidak ada penyebaran ke permukaan medial paha.

5) Penampakan dan jumlah rambut sepserti pada orang dewasa. Bentuk menyerupai segitiga terbalik seperti pada orang dewasa. Penyebaran ke permukaan medial paha namun tidak melebihi dasar segitiga (Heffner dan Schust, 2008).

(38)

mempengaruhi jaringan tubuh lainnya yang menyebabkan penumpukkan lemak (Farrer, 2001).

2) Perkembangan kognitif

Teori perkembangan kognitif dari Piaget (1954) dalam Santrock (2003) memandang remaja berada pada tahap operasional formal. Remaja akan berpikir lebih abstrak serta logis pada tahap ini. Remaja mengembangkan citra tentang hal-hal yang ideal sebagai bagian dari kemampuan berpikir abstraknya. Berkaitan dengan perkembangan kognitif, umumnya remaja menampilkan tingkah laku yang sering ditunjukkan dengan pemikiran yang kritis, rasa ingin tahu yang kuat, serta jalan pikir remaja yang mengarah pada tipe egosentris. Remaja pada perkembangan ini, memiliki perasaan selalu diperhatikan dan menjadi pusat perhatian orang lain (imagery audience) serta perasaan bahwa dirinya unik dan berbeda dengan orang lain (personal fables) (Kusmiran, 2011).

3) Perkembangan sosial

(39)

(Kusmiran, 2011). Pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku, lebih besar dibandingkan pengaruh keluarga, hal itu dapat dimengerti karena remaja lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah (Hurlock, 2010).

4) Perkembangan emosional

Perkembangan emosi pada remaja awal menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung/marah atau mudah sedih/murung), sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya. Pencapaian kematangan emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya. Apabila kurang dipersiapkan untuk memahami peran-perannya dan kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tua atau pengakuan dari teman sebaya, mereka cenderung akan mengalami kecemasan, perasaan tertekan, atau ketidaknyamanan emosional (Yusuf, 2010).

(40)

kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu. Ketidakstabilan emosi tersebut terjadi sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku yang baru dan harapan sosial yang baru. Hurlock (2010) dalam bukunya juga menambahkan bahwa kemurungan, merajuk, ledakan amarah dan kecenderungan untuk menangis karena hasutan yang sangat kecil juga merupakan ciri-ciri bagian awal masa pubertas. Remaja, pada masa ini merasa khawatir, gelisah, dan cepat marah. Sedih, mudah marah, dan suasana hati yang negatif sangat sering terjadi selama masa pramenstruasi dan awal periode menstruasi.

5) Perkembangan moral

Salah satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok. Remaja juga perlu membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak. Remaja diharapkan dapat mengganti konsep-konsep moral yang berlaku khusus di masa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya (Hurlock, 2010).

(41)

konsep-konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan. Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi psikologis (rasa puas adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain tentang perbuatannya) (Yusuf, 2010).

6) Perkembangan kepribadian

Masa remaja merupakan masa berkembangnyaidentity (jati diri). Jati diri ini dapat dikatakan sebagai aspek sentral bagi kepribadian yang sehat yang merefleksikan kesadaran diri, kemampuan mengidentifikasi orang lain, dan mempelajari tujuan-tujuan agar dapat berpartisipasi dalam kebudayaannya. Faktor-faktor dan pengalaman yang tampak membuat terjadinya perubahan kepribadian, meliputi:

• Perolehan pertumbuhan fisik seperti orang dewasa

• Kematangan seksual yang disertai dorongan dan emosi baru

• Kesadaran terhadap diri sendiri

• Kebutuhan akan persahabatan yang bersifat heteroseksual • Munculnya konflik sebagai dampak dari masa transisi remaja

(Yusuf, 2010).

7) Perkembangan heteroseksual

(42)

Remaja juga mulai mencari-cari informasi tentang kehidupan seksual orang dewasa bahkan juga muncul rasa ingin tahu dan keinginan bereksplorasi melakukannya. Adanya dorongan seksual dan ketertarikan terhadap lawan jenis membuat perilaku remaja mulai diarahkan untuk menarik perhatian lawan jenis (Kusmiran, 2011).

C. Menarche

1. PengertianMenarche

Balitbankes RI dalam Riskesdas (2010) mengemukakanmenarche sebagai tanda awal masuknya seorang perempuan dalam masa reproduksi. Manuaba dkk (2007) mengungkapkan bahwa menarche adalah menstruasi pertama perempuan yang umumnya terjadi pada usia sekitar 10-11 tahun. Menarche dapat juga dikatakan sebagai onset menstruasi yang terjadi pada usia rata-rata 12 tahun, dengan kisaran normal 8-16 tahun (Norwitz dan Schorge, 2008), sedangkan di dalam kamus Mosby (2006) dijelaskan bahwa menarche sebagai permulaan siklus menstruasi dan biasanya terjadi antara usia 9-17 tahun. Oleh karena itu, menarche dapat disimpulkan sebagai onset menstruasi pertama yang dialami remaja perempuan yang dapat terjadi pada rentang usia 8-17 tahun.

(43)

namun ada kecenderungan bahwa menarche kini mulai lebih awal daripada 30 atau 40 tahun lalu. Usia menarche dan mungkin masa pubertas telah mengikuti tren sekuler, yaitu terjadi lebih awal rata-rata 2-3 bulan per dekade (Collins, 2011). Banyak remaja perempuan yang perkembangannya juga mengalami keterlambatan, seperti yang belum mengalami menstruasi sampai berusia 15 tahun, yang biasanya akan datang meminta pertolongan dokter (Santrock, 2003). Collins (2011) juga menjelaskan dalam bukunya bahwa remaja perempuan juga dapat mengalami menarche terlambat yang perlu diwaspadai bila menstruasi belum terjadi dalam jangka waktu 5 tahun setelah payudara tumbuh.

2. Fisiologi Menstruasi

(44)

Sebagian besar menarche berlangsung tanpa diikuti ovulasi pada tahun pertama. Siklus menstruasi pada awalnya pun tidak teratur. Siklus tersebut akan menjadi teratur setelah satu tahun atau lebih hingga pada saatnya terjadi ovulasi. Proses ovulasi akan berlangsung terus menerus sepanjang tahun sejak menarche sampai menopause (Cunningham et.al., 2005).

3. Siklus Menstruasi

Hari pertama menstruasi didefinisikan sebagai hari pertama siklus menstruasi (Breslin dan Lucas, 2003; Norwitz dan Schorge, 2008). Lama siklus menstruasi umumnya 28 hari walaupun bervariasi pada tiap perempuan. Perbedaan siklus menstruasi tersebut disebabkan karena variasi perkembangan folikular (Breslin dan Lucas, 2003)

Rata-rata durasi aliran menstruasi adalah 5 hari (dengan range 3-6 hari) dan rata-rata kehilangan darah yaitu 50 ml (dengan range antara 20-80 ml) (Wilson dan Perry, 2006). Ovarium akan mengeluarkan 300.000 ovum (sel telur) selama masa perkembangan reproduksi remaja perempuan. Jumlah ovum yang matur pun hanya 500 ovum dan dikeluarkan 1 buah setiap siklus menstruasi (Setiadi, 2007).

(45)
(46)

ovulasi memblok pematangan lebih lanjut dari folikel yang kurang berkembang (Murray dan McKinney, 2006).

2) Fase luteal

Fase luteal dimulai segera setelah ovulasi dan berakhir pada awal menstruasi. Fase pascaovulasi pada siklus ovarium ini biasanya berlangsung selama 14 hari (rentang 13 sampai 15 hari). Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi dan menyekresi hormon estrogen steroid maupun progesteron steroid. Bersamaan dengan waktu fungsi luteal puncak ini, ovum yang dibuahi akan berimplantasi di endometrium. Jika tidak terjadi fertilisasi dan implantasi, korpus luteum akan mengalami regresi dan kadar hormon akan menurun. Lapisan fungsional endometrium pada rahim (uterus) akan luruh selama menstruasi (Bobak dkk, 2004). Penurunan estrogen dan progesteron menstimulasi kelenjar pituitari anterior kembali untuk mensekresi FSH dan LH yang menginisiasi siklus reproduksi perempuan yang baru (Murray dan McKinney, 2006).

b) Siklus endometrium

Siklus endometrium dibagi menjadi empat fase, yaitu: 1) Fase menstruasi

(47)

menjelang akhir siklus (Bobak dkk, 2004). Durasi fase menstruasi ini sekitar 5 hari dan selama periode menstruasi, perempuan akan kehilangan darah sekitar 40 ml. Karena proses kehilangan darah terjadi berulang-ulang (recurrent), banyak perempuan yang mengalami anemia ringan saat masa reproduksi mereka, terutama jika diet mereka rendah asupan zat gizinya (Murray dan McKinney, 2006).

2) Fase proliferatif

Permukaan endometrium pada fase ini secara lengkap kembali normal dalam waktu sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Fase ini berakhir dengan pematangan folikel ovarium (de graaf) dan ovulasi sekitar hari ke-14 (Brooker, 2008).

3) Fase sekretori

(48)

untuk menerima ovum yang matang pada fase ini (Murray dan McKinney, 2006).

4) Fase Iskemik

(49)

D. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Dimodifikasi dari Hurlock (2010); Santrock (2003); Kusmiran (2011); Yusuf (2010); Chang, Hayter, dan Wu (2010)

Pengalaman menarche pada remaja perempuan Perkembangan sosial Perkembangan kepribadian Perkembangan moral Perkembangan emosi Remaja perempuan Perkembangan kognitif Perkembangan biologis Perkembangan heteroseksual

Masa berkembangnya jati diri

Sensitif dan reaktif terhadap peristiwa, perubahan mood, gelisah, sedih, cepat marah

Banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya Nilai moral atau konsep moralitas sudah dikenal oleh remaja

Berpikir abstrak dan logis, egosentris,imagery audience

personal fables

Minat dan keinginan mendapatkan dukungan lawan jenis semakin kuat

- Perubahan ukuran tubuh (TB dan BB) - Pinggul dan bahu

mulai melebar

- Pembesaran payudara, rambut pubis mulai tumbuh - Menarche Faktor yang mempengaruhi kesiapan menarche: dukungan keluarga, teman sekelas

laki-laki, dan latar belakang sosial

(50)

32 A. Kerangka Konsep

Definisi kerangka konsep menurut Hidayat (2008), yaitu kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. Berdasarkan tinjauan pustaka sebelumnya, menarche merupakan peristiwa penting bagi kehidupan perempuan (Chang, Chen, Hayter, dan Lin, 2008; Gunarsa dan Gunarsa, 2008). Remaja perempuan yang mengalami menarche akan mengalami berbagai perubahan, baik fisik, psikologis, maupun sosial budaya (Chang, Hayter, dan Wu, 2010). Respon psikologis remaja perempuan dalam menghadapi menarche pun bermacam-macam. Remaja perempuan umumnya berespon negatif yang ditandai dengan rasa malu dan menyangkal saat menarche.

(51)

B. Definisi Istilah

1. Pengalaman yang diteliti dalam penelitian ini yaitu mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan pengalaman menarche dalam kehidupan seorang perempuan.

2. Remaja perempuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seseorang yang memasuki periode masa remaja yang berjenis kelamin perempuan dan yang sedang pubertas.

(52)

34 A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2010). Penelitian ini biasanya digunakan untuk menggali fenomena yang dibahas secara mendalam.

(53)

menarche yang terkandung dari pengalaman yang dialami oleh remaja perempuan.

Spiegelberg (1975) dalam Streubert dan Carpenter (2003) menjelaskan bahwa fenomenologi deskriptif menstimulasi persepsi tentang pengalaman hidup dengan menekankan pada kekayaan, keluasan, dan kedalaman pengalaman itu sendiri. Spiegelberg mengidentifikasi tiga tahapan proses untuk fenomenologi deskriptif, yaitu tahap intuisi, analisis, dan deskripsi. Langkah pertama, yaitu intuisi, menjadikan peneliti terlibat penuh dalam mengeksplorasi tentang fenomena mengenai pengalaman menarche remaja perempuan. Peneliti pada tahap ini sebagai instrumen melalui proses wawancara mendalam. Langkah kedua, yaitu analisis dan dalam langkah ini peneliti mendengarkan deskripsi individu tentang pengalamannya dari hasil transkripsi kemudian mengidentifikasi esensi fenomena berdasarkan data yang diperoleh. Peneliti kemudian mengeksplorasi hubungan dan keterkaitan antara elemen-elemen tertentu yang ada dalam fenomena tersebut. Tahap ketiga adalah deskripsi, yang bertujuan untuk mengkomunikasikan unsur penting fenomena ke dalam uraian tertulis maupun lisan yang berbeda. Peneliti menguraikan laporan penelitian dalam bentuk narasi dengan didasarkan pada pengklarifikasian dan pengelompokkan pada tiap fenomena.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

(54)

menarche di daerah tersebut dan jumlah remaja perempuan usia 10-19 tahun di kelurahan Cakung Barat tahun 2013 pun cukup banyak, yaitu mencapai 8.126 orang.

C. Partisipan Penelitian

Pemilihan partisipan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling berdasarkan asas kesesuaian dan kecukupan. Teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Partisipan pada penelitian ini yaitu remaja perempuan di RW 07 kelurahan Cakung Barat Jakarta Timur, dengan kriteria inklusi partisipan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Remaja perempuan yang berdomisili di RW 07 kelurahan Cakung Barat Jakarta Timur

2. Memiliki pengalamanmenarcheminimal satu tahun 3. Bersedia menjadi partisipan

D. Instrumen Penelitian

(55)

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2013. Peneliti melakukan wawancara mendalam berdasarkan pedoman wawancara yang telah disiapkan sebelumnya. Pengumpulan data juga dilakukan peneliti menggunakan bantuan alat perekam, alat pencatat, dan membuat catatan lapangan saat wawancara berlangsung.

2. Proses Pengumpulan Data

a) Tahap Persiapan Pengumpulan Data

Rangkaian proses pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus izin penelitian kepada pihak-pihak terkait, seperti kepala kelurahan Cakung Barat.

2) Setelah mendapat persetujuan dari pihak kelurahan, peneliti menemui pihak RW 07 untuk menjelaskan bahwa peneliti ingin melakukan penelitian di tempat tersebut serta mendapatkan persetujuan dari pihak RW.

(56)

4) Peneliti melakukan wawancara mendalam kepada partisipan sesuai kesepakatan waktu dan tempat, setelah mendapat hasil rekaman wawancara mendalam, peneliti mentranskrip data yang diperoleh. b) Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam kepada partisipan Wawancara mendalam (in-depth interview) secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Bungin, 2007). Pelaksanaan wawancara mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari. Wawancara biasanya berjalan lama dan seringkali dilanjutkan pada kesempatan berikutnya (Moleong, 2010). Wawancara mendalam yang dilakukan peneliti kepada partisipan berlangsung selama sekitar 30-50 menit. Peneliti juga tidak hanya melakukan satu kali wawancara dan rata-rata peneliti melakukan wawancara kepada partisipan sebanyak 2-3 kali pertemuan. Peneliti saat melakukan wawancara memperhatikan proses pelaksanaan wawancara, seperti memperhatikan penampilan, memperkenalkan diri terlebih dahulu serta menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan peneliti dengan singkat dan jelas. Peneliti juga membuat kontrak waktu dan tempat sebelum memulai wawancara.

(57)

menunjang pemecahan masalah penelitian (Moleong, 2010). Beberapa hal yang juga perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai partisipan adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal (Saryono dan Anggraeni, 2010). Kemampuan yang dipersiapkan di atas dapat membuat partisipan lebih terbuka dan meningkatkan kepercayaannya untuk menceritakan pengalamanmenarchenya.

F. Keabsahan Data

Data yang peneliti peroleh dalam penelitian kualitatif perlu diuji validitas dan reliabilitas untuk mengukur keabsahan data. Hal ini dikarenakan hal yang diuji validitas dan reliabilitas pada penelitian kualitatif adalah datanya (Sugiyono, 2010). Data yang valid mengandung arti bahwa data yang dilaporkan peneliti sesuai dengan data yang memang ada pada obyek penelitian. Reliabilitas data berkaitan dengan konsistensi data yang diperoleh, di mana data yang didapat akan selalu sama hasilnya walaupun dilakukan oleh peneliti yang berbeda. Dengan demikian, keabsahan data dalam penelitian kualitatif penting diperhatikan agar mendapatkan hasil yang akurat dan obyektif. Uji keabsahan dalam penelitian kualitatif, meliputi:

1. Kredibilitas (Credibility)

(58)

(member check). Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian menurut Saryono dan Anggraeni (2010), yaitu:

a) Memperpanjang masa pengamatan

Perpanjangan pengamatan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari partisipan serta untuk membangun kepercayaan para partisipan terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri. Perpanjangan pengamatan juga membuat peneliti dan partisipan semakin membentuk hubungan yang akrab, terbuka, dan saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi (Sugiyono, 2010).

b) Pengamatan yang terus menerus (persistent observation)

Pengamatan ini diperlukan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

c) Triangulasi

(59)

d) Diskusi dengan teman sejawat (peer debriefing)

Diskusi dengan teman sejawat yaitu mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Rekan diskusi sebaiknya yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam bidang yang dipersoalkan, terutama tentang isi maupun metodologinya (Moleong, 2010).

e) Mengadakan pengecekan anggota (member check)

Cara ini yaitu dengan menguji kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujian-pengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya pada data serta dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data (Sugiyono, 2010). Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut valid, tetapi jika data tidak disepakati pemberi data maka peneliti perlu melakukan diskusi pada pemberi data.

f) Analisis kasus negatif (negative casa analysis)

Teknik analisis kasus negatif dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding (Moleong, 2010).

(60)

wawancara yang perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara (Sugiyono, 2010).

Uji kredibilitas yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara peer debriefing, dengan cara berdiskusi kepada orang yang berpengalaman terhadap isi dan metodologi penelitian, yaitu kepada pembimbing. Peneliti juga melakukan member check, di mana peneliti kembali ke lapangan dan melakukan konfirmasi atau klarifikasi terhadap data yang sudah diperoleh dengan menanyakan kembali kepada partisipan.

2. Transferabilitas (Transferability)

Uji ini mengandung arti bahwa data yang dilaporkan dapat diterapkan atau diberlakukan di tempat yang lain. Tempat lain tersebut juga harus memiliki karakter yang hampir sama dengan obyek penelitian sebelumnya (Lapau, 2012). Peneliti dalam melakukan uji transferabilitas harus memberikan uraiaan yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian pembaca dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain. 3. Dependabilitas (Dependability)

(61)

diperlukan dan bahan-bahan penelitian yang tersedia untuk dipelajari oleh pembimbing (auditor), dalam hal ini melibatkan pembimbing I dan II untuk mereview hasil penelitian.

4. Konfirmabilitas (Confirmability)

Pengujian ini disebut juga uji obyektivitas penelitian. Hasil penelitian dikatakan obyektif bila disepakati oleh banyak orang. Uji konfirmabilitas ini berarti menguji hasil penelitian dikaitkan dengan proses penelitian yang telah dilakukan (Sugiyono, 2010). Pada penelitian ini, hasil penelitian ditelusuri oleh pembimbing untuk memastikan bahwa hasil temuan sesuai dengan data, melihat derajat ketelitian peneliti, dan menelaah kegiatan peneliti dalam memeriksakan keabsahan data.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Colaizzi (1978). Langkah-langkah analisis data berdasarkan Colaizzi (1978) dalam Streubert dan Carpenter (2003), meliputi: 1. Peneliti mengorganisasikan data atau gambaran tentang fenomena yang

diteliti, yaitu mengenai pengalamanmenarcheremaja perempuan.

2. Peneliti mengumpulkan data melalui wawancara kepada partisipan dan membuat transkrip dari hasil wawancara partisipan sesuai fenomena yang diteliti, yaitu mengenai pengalamanmenarcheremaja perempuan.

(62)

4. Peneliti membaca transkrip kembali dan mencari pernyatan-pernyataan penting dari setiap pernyataan partisipan.

5. Peneliti menentukan makna dari setiap pernyataan penting dari semua partisipan.

6. Peneliti mengorganisasikan data yang terkumpul dan mengelompokkannya ke dalam suatu kelompok tema.

7. Peneliti menulis hasil secara keseluruhan ke dalam bentuk deskriptif secara lengkap, dengan melakukan analisis detail tentang perasaan partisipan dan perspektif yang terkandung dalam tema.

8. Peneliti kembali ke lapangan dan menanyakan partisipan kembali untuk validasi dari hasil deskripsi yang telah dibuat

(63)

Bagan 4.1. Teknik Analisis Data

Sumber: Colaizzi (1978) dalam Streubert dan Carpenter (2003) Menentukan makna dari setiap pernyataan

penting dari semua partisipan Membaca semua hasil transkrip partisipan

secara berulang-ulang

Mencari pernyataan-pernyataan penting dari setiap pernyataan partisipan

Menulis hasil secara keseluruhan ke dalam bentuk deskriptif secara lengkap Memiliki gambaran fenomena yang diteliti

secara jelas

Mengumpulkan data melalui wawancara dan membuat transkrip hasil wawancara dengan partisipan

Mengelompokkannya ke dalam suatu kelompok tema

Kembali ke partisipan untuk validasi data deskripsi yang dibuat

(64)

H. Etika Penelitian

Setiap penelitian harus menjunjung tinggi etika penelitian. Notoatmojdo (2010) mengemukakan prinsip dasar etika penelitian, meliputi : 1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Prinsip ini mengedepankan pemberian penjelasan agar partisipan mengetahui maksud, tujuan, maupun manfaat penelitian. Peneliti meminta ijin terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan partisipan (inform consent).

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy and confidentiality)

Setiap individu memiliki hak privasi. dalam hal ini untuk menjaga kerahasiaan, peneliti akan merahasiakan identitas partisipan. Peneliti menggunakan inisial dalam penyajian data hasil penelitian.

3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice/inclusiveness)

Peneliti menjaga prinsip keadilan dengan memberikan perlakuan yang sama pada setiap partisipan dan tidak membeda-bedakan ras, suku, agama, dsb. Prinsip keterbukaan (inklusivitas) dilakukan peneliti dengan terbuka menjelaskan prosedur penelitian.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harm and benefits)

(65)

47

Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang “Pengalaman Menarchepada

Remaja Perempuan di RW 07 kelurahan Cakung Barat Jakarta Timur” yang telah dilakukan kepada enam partisipan melalui wawancara mendalam. Hasil wawancara kemudian diolah melalui proses analisis data sehingga ditemukan beberapa tema yang muncul. Hasil penelitian ini ditampilkan peneliti dengan mendeskripsikan tema-tema yang muncul dari hasil penelitian secara naratif dengan penyajian hasil penelitian sebagai berikut.

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

[image:65.595.114.536.92.486.2]
(66)

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Partisipan

[image:66.595.134.535.192.483.2]

Partisipan dalam penelitian ini adalah remaja perempuan yang bertempat tinggal di RW 07 kelurahan Cakung Barat Jakarta Timur yang telah memiliki pengalaman menarche dengan karakteristik masing-masing partisipan yaitu:

Tabel 5.1 Karakteristik Partisipan

Partisipan pertama (P1) berusia 16 tahun, beragama Islam, pendidikan saat ini kelas 2 SMK, suku Betawi, usia pertama kalimenarche13 tahun Partisipan kedua (P2) berusia 17 tahun, beragama Islam, pendidikan saat ini kelas 2 SMA, suku Batak, usia pertama kalimenarche12 tahun Partisipan ketiga (P3) berusia 16 tahun, beragama Islam, pendidikan saat ini kelas 2 SMA, suku Batak, usia pertama kalimenarche13 tahun Partisipan keempat (P4) berusia 13 tahun, beragama Islam, pendidikan saat ini kelas 2 MTs, suku Betawi, usia pertama kalimenarche9 tahun

Partisipan

Karakteristik

Usia Agama Pendidikan saat ini

Suku Bangsa

Usia menarche P1 16 tahun Islam Kelas 2 SMK Betawi 13 tahun

(67)

Partisipan kelima (P5) berusia 13 tahun, beragama Islam, pendidikan saat ini kelas 2 MTs, suku Betawi, usia pertama kalimenarche9 tahun Partisipan keenam (P6) berusia 13 tahun, beragama Islam, pendidikan saat ini kelas 2 MTs, suku Jawa, usia pertama kalimenarche12 tahun

2. Hasil Analisis Tematik

Hasil analisis tematik mengidentifikasi sembilan tema pada penelitian ini. Berbagai tema yang didapat terkait pengalamanmenarche remaja perempuan, yaitu: 1) maknamenarchepada remaja perempuan, 2) dominasi perasaan remaja perempuan saat menarche, 3) kesiapan remaja perempuan saat menarche, 4) perubahan remaja perempuan setelah menarche, 5) ketidaknyamanan remaja perempuan saat menarche, 6)

upaya remaja perempuan dalam mengatasi ketidaknyamanan saat menarche, 7) dukungan remaja perempuan saat menarche, 8) perawatan

diri remaja perempuan saat menstruasi, serta 9) mitos-mitos menstruasi yang menghantui remaja perempuan. Berikut penjelasan lebih rinci tentang tema-tema tersebut.

Tema 1. MaknaMenarchepada Remaja Perempuan

(68)

mulai memikul dosa. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing makna:

a) Peristiwa keluarnya darah

Empat dari enam partisipan memaknai menarche sebagai peristiwa keluarnya darah. Adapun salah satu ungkapan dari partisipan yang mengalamimenarchedi usia 12 tahun, yakni sebagai berikut:

“...haid pertama itu ya pertama kali mengalami menstruasi… keluar darah, dari, dari situ, dari vagina...”(P2)

b) Peristiwa menuju masa kedewasaan

Semua partisipan berpendapat bahwa menarche merupakan peristiwa menuju masa kedewasaan. Partisipan mengungkapkan bahwa setelah mengalami menarche, merasa mulai menjadi orang dewasa karena sebelumnya menganggap bahwa diri mereka masih sebagai anak-anak, seperti yang diungkapkan partisipan berikut ini:

“...ngerasa kayak udah bener-bener kayak orang dewasa, kayak kita udah ngelewatin masa kanak-kanak, masa kanak-kanaknya itu emang bener-bener ditinggalin kayak mau maen ama anak kecil lagi aja kayaknya udah ngerasa ga pantes aja, kayaknya udah dewasa gitu...” (P2)

“Hmm, itu tanda-tanda mau dewasa kan jadi harus berubah… kan kalo, mungkin kalo belum itu (menstruasi) kan, hmm, masih kayak anak-anak terus kan setelah menstruasi kayak udah dewasa…”(P4)

c) Menjadi seorang perempuan

(69)

tersenyum) terus pas udah ngerasa lain (menstruasi) kayaknya ya bener-bener cewe banget gitu…” (P2)

d) Tanda fertilitas

Dua dari enam partisipan mengatakan bahwa remaja perempuan memiliki risiko untuk hamil setelah mengalami menarche. Partisipan juga mengungkapkan bahwa hal itu terjadi akibat dari pergaulan yang bebas. Berikut adalah ungkapan partisipan:

“…setau Aku kalo udah haid itu, maksudnya kalo pergaulannya udah itu, bisa hamil gitu kan, soalnya kita udah haid, setau Aku kalo pergaulannya terlalu bebas gitu kan bisa hamil...” (P3)

“...biasanya sih harus jaga baik-baik gitu, jangan main-main yang bergaul sembarangan, nanti misalkan udah bergaul sembarangan takutnya hamil gitu...” (P6)

e) Tanda mulai memikul dosa

Lima dari enam partisipan mengungkapkan bahwa setelah mengalami menache, segala perbuatan dan dosa yang dilakukan akan dipertanggungjawabkan oleh diri sendiri. Salah satu partisipan pun ada yang mengungkapkan bahwa sebelum menarche dosa ditanggung oleh orang tua namun setelah menarche segala sesuatunya akan ditanggung diri sendiri. Adapun pernyataan yang diungkapkan oleh partisipan terkait maknamenarcheini, yaitu:

“…udah nanggung jawab dosa sendiri, ga ditanggungjawabin lagi sama orang tua...” (P1)

“...kalo udah haid itu kan dosanya udah ditanggung sendiri jadi sholatnya ga boleh ditinggalin...” (P3)

(70)

Tema 2. Dominasi Perasaan Remaja Perempuan saatMenarche Keadaan psikologis remaja perempuan saat mengalami menarche dihadapi dengan berbagai macam perasaan. Para partisipan penelitian ini mengungkapkan perasaannya saat menarche, didominasi dengan perasaan bingung, kaget, panik, takut, bad mood, dan hanya sebagian kecil yang merasa senang. Adapun ungkapan rinci partisipan sebagai berikut.

a) Merasa bingung

Lima dari enam partisipan menyatakan bahwa mereka merasa bingung saat mengalami menarche. Sebagian besar partisipan masih belum mengetahui apa yang harus dilakukannya pada saat itu. Berikut adalah beberapa ungkapan partisipan:

“…kok keluar kayak gini gitu, terus pas itu kan bingung juga tuh, terus kalo keluar kayak gini pake apa, gitu kan… ” (P3)

“...bingung hehe pertamanya… ya dikirain itu apaan, namanya juga anak kecil jadi dikiranya itu kayak apa ya, kan ada gumpalan darah gitu, kirain apa…” (P5)

b) Merasa kaget

Empat dari enam partisipan pada penelitian ini mengungkapkan bahwa pada saat mengalami menarche, mereka merasa kaget, seperti yang diungkapkan partisipan berusia 16 tahun dengan pengalaman menarchenya 3 tahun yang lalu, yaitu:

(71)

c) Merasa panik

Dua orang partisipan dalam penelitian ini merasa panik saat mengalamimenarchedan masih belum meyakini bawa dirinya sedang mengalamimenarche, seperti yang dikemukakan salah satu partisipan berusia 17 tahun, dengan ungkapan sebagai berikut:

“...pertama-tama itu kan ngerasa kayak... kayak ada yang keluar begitu aja terus ga tau itu apa, pas ke toilet pas mau berangkat sekolah kan langsung ke toilet, langsung kayak ada gitu kan, panik ya, terus langsung panik…”(P2)

d) Merasa takut

Empat dari enam partisipan menyebutkan bahwa mereka merasa takut saat menghadapi menarche. Salah satu dari partisipan merasa takut karena mengira jika darah yang keluar tersebut akibat adanya pendarahan atau luka di bagian dalam tubuhnya. Ungkapan yang diutarakan partisipan, antara lain:

“...perasaannya takut sih…” (P6)

“...takutnya tuh kayak yang pendarahan-pendarahan kayak gitu, takut luka dari dalemnya kan terus takut kayak apa ya namanya, kayak ga subur gitu lah (raut wajah tampak meringis), pokoknya takut ga subur gitu lah kesuburannya...” (P1)

e) MerasaBad mood

(72)

Beberapa ungkapan dari partisipan yang saat ini berada di kelas 2 SMA, yaitu:

“...perasaannya itu kayak bête terus males ngapa-ngapain, rasanya ngeliat orang aja males gitu, makanya kalo sekolah waktu itu maunya tiduran aja di bangku, males keluar gitu kan...” (P2)

“...pokoknya itu perasaannya ga enak, pokoknya kalo lagi haid gitu bad mood mulu, iya, semuanya tuh males, orang kalo udah duduk aja tuh berdiri males, maunya duduk, udah PW aja...” (P3)

f) Merasa senang

Salah seorang partisipan mengungkapkan bahwa ia turut senang ketika sudah mengalami menarche. Hal itu dikarenakan diantara teman-temannya hanya dia saja yang belum menstruasi saat itu sehingga setelah merasakan bagaimana itu menarche ia pun merasa senang, seperti yang diungkapkan remaja yang bersekolah di SMK kelas 2 saat ini, sebagai berikut:

“...iya seneng… udah kayak temen-temen, udah sama lah satu ituan, pokoknya diantara temen-temen Aku doang yang belum, ya makasih bangetlah gitu, udah, udah sama…” (P1)

Tema 3. Kesiapan Remaja Perempuan saatMenarche

Lima dari enam partisipan dalam penelitian ini belum siap saat menghadapi menarche dan hanya satu partisipan yang menyatakan siap saat menghadapi menarche. Sebagian besar partisipan masih belum mengerti tentang menstruasi saat mengalami menarche. Adapun ungkapan, yang diutarakan partisipan, yakni:

“...belum siap apa-apa, belum ngerti pokoknya, belum ngerti pengetahuan itunya, pokoknya masih polos lah” (P1)

(73)

cuma sedikit atau kayak gimana ternyata ampe beberapa hari kan ampe seminggu...” (P2)

Dua diantara partisipan tersebut, ada yang mengalami menarche di umur 9 tahun dan merasa belum siap karena tidak menyangka akan mengalami menarchedi usianya saat itu yang dianggap tergolong cepat, seperti yang diutarakan salah satu partisipan yang saat ini berada di jenjang pendidikan kelas 2 MTs, yakni:

“...belum siap sih sebenernya, tapi ya udah, udah keluar, waktu itu kan ga, ga nyangka gitu kalo mensnya bakalan cepet banget...”(P4)

Satu dari enam partisipan, di sisi lain mengatakan bahwa sudah merasa siap pada saat menarche. Partisipan tersebut mengatakan bahwa ia sudah siap karena sudah mengetahui informasi tentang menstruasi, seperti yang diutarakan partisipan yang mengalami menarche pada usia 12 tahun, sebagai berikut:

“...udah siap… ya karena udah pada.. hm.. soalnya udah tau gitu kalo.. kalo apa namanya, kalo haid itu bagaimana gitu... (P6)

Tema 4. Perubahan Remaja Perempuan setelahMenarche

(74)

a) Perubahan fisik

Semua partisipan mengemukakan bahwa mereka juga merasakan macam-macam perubahan fisik yang terjadi setelah menarche. Setiap partisipan mengungkapkan adanya perubahan pada

bentuk tubuh yang dirasakan setelah menarche, meliputi badan bertambah besar atau gemuk, payudara bertambah besar, pinggul membesar, tumbuh rambut-rambut di sekitar kemaluan.

1) Badan bertambah besar atau gemuk

Lima dari enam partisipan mengatakan tubuhnya bertambah besar atau gemuk secara perlahan setelah mengalami menarche hingga terjadi kenaikan pada berat badannya. Hal itu seperti ungkapan partisipan berusia 16 tahun dan 13 tahun, yakni:

“...rada gemuk, ya gemuk banget, kayak gede di sini nih (sambil memegang paha), pake bajunya sempit, pake celana juga sempit…”(P1)

“...badannya... lebih gemukan...tadinya 38 jadi 41...” (P6) 2) Payudara bertambah besar

Lima partisipan menyebutkan payudaranya semakin lama turut mengalami perkembangan, seperti yang diutarakan oleh partisipan yang saat ini bersekolah di SMA kelas 2, yaitu:

(75)

karena turut merasakan nyeri saat payudara tersentuh. Berikut adalah ungkapan partisipan berusia 16 tahun, yakni:

“...kayaknya tuh berasa aneh juga jadinya… kayak misalkan ininya (payudara) lebih menonjol gitu ya tapi ga enak juga gitu waktu pertama-tamanya itu, kalo pertama-tamanya itu kalo kena bantal dikit aja sakit banget...” (P3)

3) Pinggul membesar

Semua partisipan penelitian ini mengungkapkan bahwa pinggul pun mengalami perkembangan yang dirasakan semakin besar. Hal ini seperti yang dinyatakan salah satu partisipan yang mengalami menarchepada usia 9 tahun, yakni sebagai berikut:

“…terus pinggul membesar, pinggulnya besar…” (P4) 4)

Gambar

Gambar 2.1 Siklus Menstruasi ..............................................................
Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Tabel 5.1 Karakteristik Partisipan
gambaran premenstrual syndrome pada responden, beberapa diantaranya

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, perhitungan penggunaan material dapat diketahui secara lebih akurat dengan menggunakan data aktual yang tercatat pada checksheet pengisian material F1 dan

Serangan DoS (bahasa Inggris: denial-of-service attacks’) adalah jenis serangan terhadap sebuah komputer atau server di dalam jaringan internet dengan cara menghabiskan

Ringkasan Penelitian dilakukan dengan tu- juan untuk mengidentifikasi dan memban- dingkan keragaman jenis ektoparasit pada ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan mas- koki

Pada penelitian ini dilakukan perancangan aplikasi laporan kecelakaan berbasis web yang digunakan untuk sarana pelaporan serta penyampaian informasi dari pelapor maupun

To answer this question, I start with the following hypothesis: Christian faith (Catholicity) was easily accepted by Manggarain people, because Christianity (missionaries)

Pernyataan seorang laki-laki yang harus menjadi pemimpin serta pemenuh kebutuhan ekonomi keluarga dan juga pernyataan yang mengharuskan seorang perempuan mengurus masalah

[r]

Tämä on laadullinen tutkimus Suomen evankelis-luterilaisen kirkon Espanjan Aurinkorannikon suomalaisen seurakunnan vapaaehtoistyöstä ja sen merkityksestä.. seurakunnalle