• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Pertumbuhan Ekonomi Regional

Pertumbuhan ekonomi dapat di nilai sebagai dampak kebijaksanaan pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang di bentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan yang terjadi dan sebagai indikator penting bagi daerah untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan (Sirojuzilam, 2008).

Dalam teori pertumbuhan ekonomi wilayah dilakukan analisis terhadap suatu wilayah sejauh mana sistem ekonomi terbuka yang dimilikinya berhubungan dengan wilayah-wilayah sekitarnya dengan melihat arus perpindahan berbagai faktor produksi yang dimiliknya. Pembangunan dalam suatu wilayah akan mempengaruhi pertumbuhan wilayah lain dalam bentuk permintaan sektor wilayah lain yang akan mendorong pembangunan wilayah tersebut atau suatu pembangunan ekonomi dari wilayah lain akan mengurangi tingkat kegiatan ekonomi di suatu wilayah serta interrelasi.

Kebijaksanaan Pemerintah yang menyangkut ekonomi sangat berpengaruh terhadap Pertumbahan ekonomi wilayah itu sendiri. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang di bentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan yang terjadi dan sebagai indikator penting bagi daerah untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan (Sirojuzilam, 2008).

Perekonomian suatu daerah dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan bila hasil dari kegiatan ekonomi disuatu tahun lebih tinggi dari pada yang dicapai pada tahun sebelumnya, dengan kata lain pertumbuhan dapat tercipta apabila jumlah fisik barang dan jasa yang dihasilkan dalam kegiatan ekonomi menjadi bertambah besar pada tahun berikutnya.

Perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi daerah semakin meningkat dalam era otonomi daerah. Hal ini cukup logis, karena dalam era otonomi daerah masing-masing daerah berlomba-lomba meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya, guna meningkat kemakmuran masyarakat. Oleh karena itu, pembahasan tentang struktur dan faktor penentu pertumbuhan daerah akan sangat penting artinya bagi pemerintah daerah dalam menentukan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mendorong ekonomi di daerahnya (Sjafizal, 2008).

Pola pembangunan daerah dan sisitem perencanaan yang selama ini cenderung seragam dikarenakan system yang sentralisasi di mana setiap kebijakan pembangunan yang dilakukan selalu berasal dari satu arah yakni top-dwon, telah

berubah menjadi lebih bervariasi tergantung pada potensi dan permasalahan pokok yang di hadapi di daerah hal ini diakibatkan oleh Perubahan sistem pemerintah yang sangat mempengaruhi penerapan kebijakan didaerah. Penetapan kebijaksanaan sekarang sudah disesuaikan dengan potensi dan aspirasi yang berkembang didaerah. Kondisi ini juga memicu persaingan antara daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi daerah akan lebih cepat apabila memiliki keuntungan absolute kaya akan sumberdaya alam dan memiliki keuntungan komparatif apabila daerah tersebut lebih efisien dari daerah lain dalam melakukan kegiatan produksi dan perdagangan (Sirojuzilam, 2008).

Dalam hal ini, daerah dan kabupaten kota bisa mengambil peran mendorong perekonomiannya dengan memanfaatkan sumberdaya ekonomi didaerah (sumberdaya lokal) berdasarkan konsep lokal dan wilayah. Tiap daerah atau wilayah mempunyai potensi lokal yang berbeda. Dari potensi lokal inilah daerah/wilayah menggerakkan perekonomiannya, khususnya dari sudut keunggulan yang dimiliki (Miraza, 2010)

Identifikasi sektor dan sub sektor yang dapat menunjukan keunggulan komparatif daerah merupakan tugas utama pemerintah daerah sebab dengan mengetahui sektor yang menjadi unggulan akan menjadi dasar dalam menetapkan kebijakan yang tepat oleh Pemerintah Daerah.

2.4. Pendapatan Regional

Dalam menilai keberhasilan pembangunan ekonomi pada suatu daerah selalu dilihat dari penyajian angka-angka pendapatan regional yang dimiliki daerah tersebut, dengan melihat angka tersebut akan dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk mengevaluasi kebijakan pembangunan yang telah dilakukan serta bahan dalam perencanaan pembangunan.

Pendapatan regional didefinisikan sebagai nilai produk barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu pereokonomian dalam suatu wilayah selama satu tahun (Sukirno, 1985). Sedangkan menurut Tarigan (2007), pendapatan regional adalah tingkat pendapatan masyarakat pada suatu wilayah analisis. Tingkat pendapatan regional dapat di ukur dari total pendapatan wilayah ataupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut.

Beberapa istilah yang sering di gunakan untuk menggambarkan pendapatan regional, di antaranya adalah:

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Pengertian nilai tambah bruto adalah nilai produk (output) di kurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Komponen-komponen nilai tambah bruto mencakup kompone-komponenfaktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dari pajak tidak langsung netto. Jadi dengan

menghitung nilai tambah bruto dari masing-masing sektor dan kemudian menjumlahkannya akan menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sektor-sektor perekonomian berdasarkan lapangan usaha yang tercakup dalam PDRB, yaitu:

a. Pertanian.

b. Pertambangan dan penggalian. c. Industri pengolahan.

d. Listrik, gas dan air bersih. e. Bangunan/konstruksi.

f. Perdagangan, hotel dan restoran. g. Pengangkutan dan komunikasi.

h. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. i. Jasa-jasa.

2. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar harga pasar.

PDRN dapat diperoleh dengan cara mengurangi PDRB dengan penyusutan. Penyusutan yang dimaksud disini adalah nilai susut (aus) atau pengurangan nilai barang-barang modal (mesin-mesin, peralatan, kendaraan dan lain-lainnya) karena barang modal tersebut dipakai dalam proses produksi. Jika nilai susut barang-barang modal dari seluruh sektor ekonomi dijumlahkan, hasilnya merupakan penyusutun keseluruhan.

3. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar biaya faktor.

Jika pajak tidak langsung netto dikeluarkan dari PDRN atas dasar harga pasar, maka di dapatkan produk regional netto atas dasar biaya faktor produksi. Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan,bea ekspor.bea cukai dan pajak lain-lain,kecuali pajak pendapatan dan pajak perseroan.

Perhitungan pendapatan regional metode langsung dapat dilakukan melalui tiga pendekatan (Tarigan,2007), yaitu:

1. Pendekatan pengeluaran (expenditure approach)

Pendekatan pengeluaran adalah penentuan pendapatan regional dengan menjumlahkan seluruh nilai penggunaan akhir dari barang dan jasa yang di produksi di dalam suatu wilayah. Total penyedian barang dan jasa dipergunakan untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (investasi), perubahan stok dan ekspor netto (ekspor-impor).

2. Pendekatan produksi (prodiction approach).

Perhitungan pendapatan regional berdasarkan pendekatan produksi dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai produksi yang diciptakan oleh tipa-tiap sektor produksi yang ada dalam perekonomian. Maka itu, untuk menghitung pendapatan regional berdasarkan pendapatan produksi, maka pertama-tama yang harus dilakukan ialah nilai produksi yang diciptakan oleh tiap-tiap sektor diatas. Pendapatan regional diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai prodiksi yang

diciptakan oleh tiap-tiap sektor diatas. Pendapatan regional diperoleh dengan caraa menjumlahkan nilai produksi yang tercipta dari tiap-tiap sektor.

3. Pendekatan penerimaan (income approach).

Dengan cara ini pendapatan regional di hitung dengan menjumlahkan pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa, jadi yang di jumlahkan adalah: upah dan gaji, surplus usaha ,penyusutan, dan pajak tidak langsung netto.

2.5. Teori Basis Ekonomi (Economi Base Theory)

Teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu utama perumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad 1999).

Menurut Tarigan (2007), menyatakan bahwa teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari daerah sumber.

Ekonomi Base berdasarkan pendekatan dengan berasumsi bahwa lokal ekonomi dapat dibagi menjadi dua sektor besar yaitu :

1. Sektor basis (non-lokal sektor), yaitu sektor atau kegiatan ekonomi yang melayani baik pasar domestik maupun pasar luar daerah itu sendiri yang berarti daerah secara tidak langsung mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dalam daerah serta mampu mengekspor barang maupun jasa keluar daerah itu sendiri.

2. Sektor non basis (lokal sektor), yaitu sektor atau kegiatan yang mampu melayani pasar dalam daerah tersebut.

Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayan ke wilayah lain akan semakin maju pertumbuhan wilayah tersebut, dan demikian sebaliknya. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan efek ganda (multiplier effect) dalam perekonomian regional (Adisasmita, 2005).

Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunya keuntungan kompetitif (competitife advantage) yang cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sktor lainya yang kurang potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service industries (Sjafrizal, 2008).

Perbedaan sektoral dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) diakibatkan oleh kebijakan pembangunan yang didasarkan pada potensi daerah. Semakin besar peranan potensi sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDRB di suatu daerah, maka semakin tinggi laju pertumbuhan PDRB daerah tersebut.

2.6. Konsep dan Pengertian Sektor Unggulan

Pengertian sektor unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional, maupun nasional. Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor

tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan Negara lain. Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor dapat di kategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik.

Menurut Tumenggung (1996) memberi batasan bahwa sektor unggulan adalah sektor yang memiliki keunggulan komparatif (comparative advantages) dan keunggulan kompetitif (competitiv advantage) dengan produk sektor sejenis dari daerah lain serta mampu memberikan nilai manfaat yang lebih besar. Sedangkan Mawardi (1997) mengartikan sektor unggulan adalah sektor yang memiliki nilai tambah yang besar terhadap perekonomian lain, serta memiliki permintaan yang tinggi, baik pasar lokal maupun pasar ekspor.

Menurut Rachbini (2001) ada empat syarat agar suatu sektor tertentu menjadi sektor prioritas, yakni (1) sektor tersebut harus menghasilkan produk yang mempunyai permintaan yang cukup besar, sehingga laju pertumbuhan berkembang cepat akibat dari efek permintaan tersebut; (2) karena ada perubahan teknologi yang teradopsi secara kreatif, maka fungsi produksi baru bergeser dengan pengembangan kapasitas yang lebih luas; (3) harus terjadi peningkatan investasi kembali dari hasil-hasil produksi sektor yang menjadi prioritas tersebut, baik swasta maupun pemerintah; (4) sektor tersebut harus berkembang, sehingga mampu memberi pengaruh terhadap sektor-sektor lainnya.

Data PDRB merupakan informasi yang sangat penting untuk mengetahui output pada sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di suatu wilayah tertentu (provinsi/kabupaten/kota). Dengan bantuan data PDRB, maka dapat di tentukannya sektor unggulan (leading sector) di suatu daerah/wilayah. Sektor unggulan adalah satu grup sektor/subsektor yang mampu mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan di suatu daerah terutama melalui produksi, ekspor dan penciptaan lapangan pekerjaan, sehingga identifikasi sektor unggulan sangat penting terutama dalam rangka menetukan prioritas dan perencanaan pembangunan ekonomi di daerah.

2.7. Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu dapat dijadikan dasar dan bahan pertimbangan dalam mengkaji penelitian ini.

Penelitian Tampubolon Tahun 2001, dengan judul pembangunan dan ketimpangan wilayah pantai barat dan pantai tirmur sumatera utara, menyimpulkan bahwa karakteristik wilayah mempengaruhi ketimpangan pendapatan antar wilayah. Potensi sektor-sektor wilayah mempengaruhi perubahan struktur okonomi. Struktur ekonomi wilayah pantai barat menuju industri pengolahan hasil pertanian dan struktur ekonomi wilayah pantai timur menuju industri pengolahan barang jadi.

Penelitian Supangkat tahun 2002, dengan judul Penelitian Analisis Penentuan sektor Prioritas dalam Peningkatan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan dengan menggunakan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa sektor pertanian dan industri pengolahan berpeluang untuk dijadikan sektor prioritas bagi peningkatan pembangunan daerah Kabupaten Asahan, terutama sub sektor perkebunan, perikanan dan industri besar, serta sedang.

Penelitian yang dilakukan oleh Marhayanie tahun 2003, dengan judul Identifikasi Sektor Ekonomi Potensial dalam Perencanaan Pembangunan Kota Medan. Hasil Penelitian dengan menganalisisi kontribusi per sektor, analisis lingkage, analisis angka pengganda diperoleh bahwa sektor ekonomi yang potensial dalam pembangunan Kota Medan adalah sektor industri pengolahan.

Dokumen terkait