• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Penentuan Sektor Prioritas Dalam Pembangunan Perekonomian Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Penentuan Sektor Prioritas Dalam Pembangunan Perekonomian Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PENENTUAN SEKTOR PRIORITAS DALAM

PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN WILAYAH

KABUPATEN TAPANULI UTARA

TESIS

Oleh

SAHAT MARULI SILALAHI

097003006/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

S

E K

O L

A H

P A

S C

A S A R JA N

(2)

ANALISA PENENTUAN SEKTOR PRIORITAS DALAM

PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN WILAYAH

KABUPATEN TAPANULI UTARA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SAHAT MARULI SILALAHI

097003006/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISA PENENTUAN SEKTOR PRIORITAS DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN TAPANULI UTARA

Nama Mahasiswa : Sahat Maruli Silalahi Nomor Pokok : 097003006

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE) K e t u a

(Kasyful Mahalli, SE, M.Si) (Drs. Rujiman, M.A) Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 16 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Bachtiar Hassan Miraza

Anggota : 1.Kasyful Mahalli, SE.M.Si

2. Drs. Rujiman. M.A

3. Dr. Ir. Rahmanta, M.Si

(5)

ANALISA PENENTUAN SEKTOR PRIORITAS DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN TAPANULI UTARA

ABSTRAK

Pertumbuhan ekonomi merupakan target utama dalam proses pembangunan wilayah dimana untuk mencapai ini dilakukan perencanaan yang akan diimplementasikan dalam berbagai bentuk kegiatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi itu sendiri dengan memanfaatkan potensi unggulan yang dimiliki daerah tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penentuan sektor prioritas dalam pembangunan perekonomian wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.

Laju pertumbuhan dan struktur di Kabupaten Tapanuli Utara selama periode 2005 – 2009 dipengaruhi oleh besarnya nilai tambah dari sektor pertanian dan jasa-jasa meningkat, maka laju pertumbuhan Kabupaten Tapanuli Utara juga meningkat. Tiga besar sektor yang mempengaruhi pembentukan PDRB Kabupaten Tapanuli Utara adalah sektor pertanian, sektor perdagangan dan jasa-jasa..

Secara umum Kabupaten Tapanuli Utara memiliki sektor prioritas yakni sektor pertanian, hal ini terlihat dari hasil analisis MRP dan LQ yang menunjukkan bahwa beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara harus memprioritaskan pembangunan sektor pertanian, sedangkan berdasarkan shift share (allocation effect) bahwa sektor pertanian menjadi sektor yang spesialis di Kabupaten Tapanuli Utara namun tidak memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan provinsi Sumatera Utara. Maka sektor unggulan dan potensial di Kabupaten Tapanuli Utara adalah sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor LGA

(6)

ANALYSIS OF PRIORITY SECTOR DECISION IN REGIONAL ECONOMIC DEVELOPMENT OF TAPANULI UTARA DISTRICT

ABSTRACT

Economic growth is the main target in the process of regional development;

therefore, to achieve this, a planning is done to be implemented in various forms of activities to encourage the economic growth itself by using the superior potentials owned by the region.

The purpose of this study was to analyze the priority sector decision in regional economic development of Tapanuli Utara District.

The rate of growth and structure in Tapanuli Utara District from 2005 to 2009 was influence by the amount of value added resulted from the increasing agricultural and service sectors. In line with this, the rate of growth of Tapanuli Utara District also increased. The three biggest sectors which influenced the Gross Regional Income of Tapanuli Utara District were agriculture, trade and services.

In general, Tapanuli Utara District has its priority sector – agriculture. We can see this from the result of MRP and LQ analysis showing that several subdistrict in Tapanuli Utara District must prioritize agricultural sector, while according to the shift share (allocation effect), agricultural sectors is a special sector in Tapanuli Utara District, yet it does not have any competitive superiority compared to that of Sumatera Utara Province. Thus, superior and potential sectors in Tapanuli Utara District are agriculture, service and LGA.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan

berkatNya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan tesis ini yang

berjudul “Analisa Penentuan Sektor Prioritas dalam Pembangunan Perekonomian

Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara” yang disusun untuk melengkapi kewajiban

dalam memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan Wilayah

dan Pedesaan (PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Selesainya penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik

langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dalam lembaran pengantar ini saya

menyampaikan terima kasih yang tulus dari lubuk hati saya yang paling dalam

kepada Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan

Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si., dan Bapak Drs. Rujiman, M.A, selaku Anggota

Komisi Pembimbing yang bersedia memberikan bimbingan kepada penulis dalam

penyelesaian tesis ini.

Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE. selaku Ketua Program Studi Perencanaan

Wilayah dan Pedesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara, Medan.

3. Bapak/Ibu Dosen Pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan

saran bagi kesempurnaan tesis ini.

4. Seluruh Dosen Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan

Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas segala

(8)

5. Istriku tercinta Agustina Pardosi, SST terima kasih buat doa dan dukunganmu

baik materi dan moril, terlebih disaat engkau mengambil peran besar dalam

menyelesaikan tulisan ini, saya dedikasikan tesis ini buat keluarga kita sebagai

sebuah jawaban dari pengorbanan kalian, Terimakasih ya sayang….

6. Anak-anakku Michael Jonathan Silalahi dan Vianna Jovita Silalahi terima kasih

buat doanya yang selalu menyebut “Tuhan, Jagain Daddy kami di Medan yang lagi sekolah” dan pengertiannya buat berkurangnya waktu Daddy diakhir pekan bersama kalian, Daddy bangga sama kalian berdua.

7. Orangtuaku Drs.G.Silalahi dan H br Panjaitan serta Mertuaku P. Pardosi dan H

br Simanjuntak yang memberi dukungan Doa dan moril untuk menyelesaikan

tulisan ini.

8. Seluruh mahasiswa PWK Angkatan 2009 khususnya “Team Dencis” sebagai

sebuah team yang penuh keakraban dan saling mendukung serta staf administrasi

PWD–USU atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan selama ini.

9. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, Khususnya Bupati Tapanuli Utara

Torang Lumbantobing dan Wakil Bupati Tapanuli Utara Bangkit Silaban, SE

yang telah memberikan izin belajar, semoga tesis ini bisa menjadi masukan

dalam menentukan kebijakan pembangunan di Kab. Taput.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna, oleh karena itu

penulis mengharapkan kritikan yang sehat, serta saran dan masukan dari semua pihak.

Akhir kata, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan

khususnya Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara.

Medan, 16 Agustus 2011

Penulis

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Dolok Sanggul pada tanggal 18 Mei 1975, anak kedua dari

lima bersaudara dari Ayahanda Drs. G. Silalahi dan Ibunda H. br. Panjaitan. Penulis

memiliki dua orang anak, Satu Putra bernama Michael Jonathan Silalahi dan Satu

Putri bernama Vianna Jovita Silalahi buah Pernikahan dari Istri Tercinta Agustina

Pardosi, SST.

Pendidikan Penulis dimulai dari Pendidikan di Sekolah Dasar di SD Negeri

Parsoburan dan tamat tahun 1987, Kemudian melanjutkan sekolah di Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP/SMP) di sekolah SMP Negeri Parsoburan dan tamat

pada Tahun 1990, kemudian melanjutkan lagi pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA/SMA) di sekolah SMA Negeri 5 Medan yang tamat pada Tahun 1993 dan

Pada Tahun 1994 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Riau Jurusan Sosial

Ekonomi Pertanian dan tamat tahun 1999 dengan menyandang gelar Sarjana

Pertanian (SP).

Pada Tahun 2003 penulis diterima bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil

Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara dan bertugas di Dinas Pertanian dan

Perkebunan Kabupaten Tapanuli Utara. Pada Tahun 2007 penulis dipercaya untuk

memegang jabatan Kasie Produksi Perkebunan dan Tahun 2008 penulis di percaya

menjadi Kasubag Program pada Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Tapanuli

Utara.

Kemudian pada tahun 2009 Penulis melanjutkan pendidikan di Pascasarjana

Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara dan pada tanggal 16 Agustus 2011 penulis

mempertahankan Tesis dengan Judul “Analisa Penentuan Sektor Prioritas dalam

(10)

DAFTAR ISI

2.1. Perencanaan Pembangunan Wilayah ... 7

2.2. Pembangunan Ekonomi Regional ... 9

2.3. Pertumbuhan Ekonomi Regional ... 11

2.4. Pendapatan Regional……….. ... 13

2.5. Teori Basis Ekonomi (Economi Base Theory) ……… . 17

2.6. Konsep dan Pengertian Sektor Unggulan ... 18

2.7. Peneliti Terdahulu……… . 20

2.8. Kerangka Pemikiran………. 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1. Lokasi Penelitian ... 24

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 24

(11)

3.3.1. Analisis Tipologi Klasen ... 26

3.3.2. Analisis Shift Share (Shift Share Analysis) ... 27

3.3.3. Model Rasio Pertumbuhan ... 33

3.3.4. Analisa Location Quotient (LQ) ... 35

3.3.5. Kombinasi MRP dan LQ Berdasarkan Tipologi Klasen ... 37

3.4. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 38

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Tapanuli Utara ... 39

4.2. Gambaran Perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara ... 41

4.2.1.Pertumbuhan Ekonomi ... 41

4.2.2. Struktur Ekonomi ... 44

4.2.3. PDRB Perkapita ... 48

4.2.4. Analisis Sektoral Kecamatan ... 49

4.3. Klasifikasi Daerah Menurut Klasen Typology ... 62

4.4. Pergeseran dan Peranan Sektor Ekonomi Daerah ... 64

4.4.1. Efek Pertumbuhan (Provincial Share) ... 65

4.4.2. Efek Bauran Industri (Industrial Mix) ... 66

4.4.3. Regional Shift (Differential Shift) ... 67

4.5. Klasifikasi Sektor Menurut Kriteria Pertumbuhan ... 70

4.6. Analisis Basis Ekonomi ... 72

4.7. Deskripsi Sektor Ekonomi Potensial (Kombinasi MRP dan LQ) ... 76

4.8. Deskripsi Sektor Unggulan (Kombinasi MRP, LQ dan Shift Share) ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

5.1. Kesimpulan ... 90

5.2. Saran ... 91

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Klasifikasi Daerah Menurut Klasen Typology ... 27 3.2 Klasifikasi Sektor Ekonomi Menurut Kombinasi MRP dan LQ ... 37

4.2 Struktur Ekonomi Menurut Lapangan Usaha (ADHB)

Tahun 2000-2009 ... 46

4.3 Analisis Shift Share Sektor-sektor Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2009 (Juta Rupiah)... 65

4.4 Klasifikasi Sektor Menurut Efek Alokasi di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2009 ... 68

4.5 MRP dalam Konteks Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-

2009 ... 71

4.6 MRP dalam Konteks Kecamatan Kabupaten Tapanuli Utara

Tahun 2005-2009 ... 72

4.7 Analisis Location Quotient Kabupaten Tapanuli Utara

Tahun 2005-2009 ... 74

4.8 Kategori Kombinasi MRP dan LQ ... 76

4.9 Kombinasi MRP dan LQ Kabupaten Tapanuli Utara Tahun

2005-2009 ... 77

4.10 Kombinasi MRP dan LQ dan Shift Share (Allocation Effect

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 24

4.1 Posisi Kabupaten Tapanuli Utara ... 39

4.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008-2009 ... 43

4.3 Distribusi Presentase PDRB Kabupaten Tapanuli Utara atas

dasar Harga Berlaku Tahun 2009 ... 47

4.4 Struktur Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara Menurut

Kelompok Sektor (Persen) ... 48

4.5 Perkembangan PDRB Kabupaten Tapanuli Utara Atas Dasar

Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2000-2009 ... 49

4.6 Klasifikasi Kecamatan Berdasarkan Klasen Tipology di

Kabupaten Tapanuli Tahun 2005-2009 ... 63

4.7 Klasifikasi Sektor Pertanian Berdasarkan Kombinasi MRP dan LQ Tiap Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2009 ... 78

4.8 Klasifikasi Sektor Pertambangan dan Penggalian Berdasarkan Kombinasi MRP dan LQ Tiap Kecamatan di Kabupaten

Tapanuli Utara Tahun 2005-2009 ... 79

4.9 Klasifikasi Sektor Industri Pengolahan Berdasarkan

Kombinasi MRP dan LQ ... 82

4.10 Klasifikasi Sektor Listrik, Gas dan Air Berdasarkan Kombinasi MRP dan LQ Tiap Kecamatan di Kabupaten

Tapanuli Utara Tahun 2005-2009 ... 81

4.11 Klasifikasi Sektor Bangunan Berdasarkan Kombinasi

MRP dan LQ Tiap Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara

Tahun 2005-2009 ... 82

4.12 Klasifikasi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Berdasarkan Kombinasi MRP dan LQ Tiap Kecamatan di

Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2009 ... 83

(14)

Berdasarkan Kombinasi MRP dan LQ Tiap Kecamatan

di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2009 ... 84

4.14 Klasifikasi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Berdasarkan Kombinasi MRP dan LQ Tiap Kecamatan di

Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2009 ... 85

4.15 Klasifikasi Sektor Jasa-jasa Berdasarkan Kombinasi

MRP dan LQ Tiap Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tapanuli

Utara Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005–2009... 96

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tapanuli

Utara Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005–2009 ... 97

3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sumatera Utara

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005–2009 ... 98

4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sumatera Utara

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 ... 99

5. Distribusi PDRB Kecamatan Sektor Pertanian Tahun 2005-2009…… 100

6. Laju PDRB Kecamatan Sektor Pertanian Tahun 2005-2009 ………….. 101

7. Distribusi PDRB Kecamatan Sektor Pertambangan dan

Penggalian Tahun 2005-2009………. 102

8. Laju PDRB Kecamatan Sektor Pertambangan dan Penggalian

Tahun 2005-2009 ... 103

9. Distribusi PDRB Kecamatan Sektor Industri Pengolahan Tahun

2005-2009 ... 104

10. Distribusi PDRB Kecamatan sektor Industri Pengolahan Tahun

2005-2009 ... 105

11. Distribusi PDRB Kecamatan Sektor Listrik, Gas, dan Air Minum

Tahun 2005-2009 ... 106

12. Laju PDRB Kecamatan Sektor Listrik, Gas, dan Air Minum Tahun

2005-2009 ………... 107

(16)

14. Laju PDRB Kecamatan Sektor Bangunan Tahun 2005-2009 ………….. 109

15. Distribusi PDRB Kecamatan Sektor Perdagangan, Hotel, dan

Restoran Tahun 2005-2009... 110

16. Laju PDRB Kecamatan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Tahun 2005-2009 ………... 111

17. Distribusi PDRB Kecamatan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Tahun 2005-2009 ……… 112

18. Laju PDRB Kecamatan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Tahun

2005-2009 ... 113

19. Distribusi PDRB Kecamatan Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa

Perusahaan Tahun 2005-2009 ... 114

20. Laju PDRB Kecamatan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan Tahun 2005-2009 ………. 115

21. Distribusi PDRB Kecamatan Sektor Jasa-Jasa Tahun 2005-2009 ……. 116

22. Laju PDRB Kecamatan Sektor Jasa-Jasa Tahun 2005-2009 ……… 117

23. Location Quotient tiap kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun

2005-2009 ……… 118

24. Location Quotient tiap kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun

2005-2009 ……….. 119

25. Kombinasi MRP dan LQ dalam Konteks Kecamatan di Kabupaten

(17)

ANALISA PENENTUAN SEKTOR PRIORITAS DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN TAPANULI UTARA

ABSTRAK

Pertumbuhan ekonomi merupakan target utama dalam proses pembangunan wilayah dimana untuk mencapai ini dilakukan perencanaan yang akan diimplementasikan dalam berbagai bentuk kegiatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi itu sendiri dengan memanfaatkan potensi unggulan yang dimiliki daerah tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penentuan sektor prioritas dalam pembangunan perekonomian wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.

Laju pertumbuhan dan struktur di Kabupaten Tapanuli Utara selama periode 2005 – 2009 dipengaruhi oleh besarnya nilai tambah dari sektor pertanian dan jasa-jasa meningkat, maka laju pertumbuhan Kabupaten Tapanuli Utara juga meningkat. Tiga besar sektor yang mempengaruhi pembentukan PDRB Kabupaten Tapanuli Utara adalah sektor pertanian, sektor perdagangan dan jasa-jasa..

Secara umum Kabupaten Tapanuli Utara memiliki sektor prioritas yakni sektor pertanian, hal ini terlihat dari hasil analisis MRP dan LQ yang menunjukkan bahwa beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara harus memprioritaskan pembangunan sektor pertanian, sedangkan berdasarkan shift share (allocation effect) bahwa sektor pertanian menjadi sektor yang spesialis di Kabupaten Tapanuli Utara namun tidak memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan provinsi Sumatera Utara. Maka sektor unggulan dan potensial di Kabupaten Tapanuli Utara adalah sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor LGA

(18)

ANALYSIS OF PRIORITY SECTOR DECISION IN REGIONAL ECONOMIC DEVELOPMENT OF TAPANULI UTARA DISTRICT

ABSTRACT

Economic growth is the main target in the process of regional development;

therefore, to achieve this, a planning is done to be implemented in various forms of activities to encourage the economic growth itself by using the superior potentials owned by the region.

The purpose of this study was to analyze the priority sector decision in regional economic development of Tapanuli Utara District.

The rate of growth and structure in Tapanuli Utara District from 2005 to 2009 was influence by the amount of value added resulted from the increasing agricultural and service sectors. In line with this, the rate of growth of Tapanuli Utara District also increased. The three biggest sectors which influenced the Gross Regional Income of Tapanuli Utara District were agriculture, trade and services.

In general, Tapanuli Utara District has its priority sector – agriculture. We can see this from the result of MRP and LQ analysis showing that several subdistrict in Tapanuli Utara District must prioritize agricultural sector, while according to the shift share (allocation effect), agricultural sectors is a special sector in Tapanuli Utara District, yet it does not have any competitive superiority compared to that of Sumatera Utara Province. Thus, superior and potential sectors in Tapanuli Utara District are agriculture, service and LGA.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

berkembang hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi yang

mengakibatkan lambatnya berkembang negara tersebut. Pembangunan di bidang

ekonomi diharapkan dapat merubah keadaan menuju yang lebih baik dengan harapan

terjadinya peningkatan kesejahteraaan .

Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Siagian (1984) bahwa

keterbelakangan utama yang di hadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang

adalah dibidang ekonomi. Oleh karena itu tidak mengherankan, bahkan dapat

dikatakan merupakan tuntutan sejarah apabila pembangunan ekonomi mendapat

perhatian utama.

Tujuan Pembangunan ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat

yang biasa diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riel per kapita. Dengan

demikian tujuan pembangunan di samping untuk meningkatkan pendapatan nasional

juga untuk meningkatkan produktivitas. Pada umummnya dapat dikatakan bahwa

tingkat output pada suatu saat tertentu ditentukan oleh tersedianya atau digunakannya baik sumber daya alam maupun sumberdaya manusia, tingkat teknologi, keadaan

pasar dan kerangka kehidupan ekonomi (sistem perekonomian) serta sikap dari output

(20)

adalah suatu proses meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat ketaraf yang lebih

baik/tinggi (Hulu,1988).

Pembangunan Ekonomi yang akan dilaksanakan oleh daerah harus didasarkan

pada potensi yang berasal dari daerah tersebut, guna menciptakan lapangan kerja dan

menyerap tenaga kerja sehingga masyarakat merasa diikut sertakan dalam

membangun daerahnya, karena tujuan pembangunan ekonomi daerah adalah untuk

meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah.

Berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian diganti dengan UU No.

32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas untuk mengatur dan mengelola berbagai urusan

penyelenggaraan pemerintah bagi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat daerah

yang bersangkutan. Sedangkan dalam hal pembiayaan dan keuangan daerah yang

diatur dalam UU Nomor 25 Tahun 1999 yang kemudian diganti dengan UU No. 33

Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah tidak hanya

kesiapan aparat pemerintah saja, tetapi juga masyarakat untuk mendukung

pelaksanaan Otonomi daerah dengan pemanfaatan sumberdaya-sumberdaya secara

optimal.

Otonomi Daerah menuntut pemerintah daerah untuk lebih kreatif memacu

pertumbuhan perekonomian didaerahnya dengan melibatkan bisa berbagai lini yang

ada yang dianggap potensial bisa membangkitkan pertumbuhan perekonomian daerah

(21)

Pertumbuhan ekonomi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi

utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Karena jumlah penduduk

terus bertambah dan berarti kebutuhan ekonomi juga bertambah, sehingga dibutuhkan

penambahan pendapatan setiap tahun. Hal ini dapat diperoleh dengan peningkatan

output agregat (barang dan jasa) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) setiap tahun (Tambunan, 2001).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Indonesia pada dasarnya terdiri

atas 9 (Sembilan) sektor, yaitu (1) sektor pertanian; (2) pertambangan dan

penggalian; (3) industri pengolahan; (4) listrik dan air minum; (5) Pembangunan dan

konstruksi; (6) perdagangan, hotel dan restoran; (7) pengangkutan dan komunikasi;

(8) keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, dan (9) jasa-jasa.

Tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2009 menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Jutaan Rupiah)

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009

Pertanian 698.907,32 725.474,63 757.288,33 790.550,34 819.379,08 Pertambangan dan

Penggalian 962,13 1.018,05 1.073,11 1.120,22 1.183,67 Industri Pengolahan 28.221,23 28.593,81 30.885,04 32.351,40 33.074,94 Listrik dan Air

Minum 9.043,64 9.517,68 10.461,73 11.053,19 11.604,06 Bangunan dan

Konstruksi 74.600,03 80.926,79 87.999,28 95.428,83 101.164,95 Perdagangan, Hotel

dan Restoran 163.747,87 172.100,80 182.265,22 192.402,75 202.816,34 Pengangkutan dan

Komunikasi 47.387,35 50.228,32 52.992,49 55.241,51 58.286,85 Bank dan Lembaga

(22)

Jasa-jasa 162.266,78 183.068,75 205.003,16 228.061,40 250.129,34 Sumber: BPS Kabupaten Tapanuli Utara

Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten dari 33

kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Sebagai salah satu daerah otonom yang

memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan

serta, memiliki kewenangan yang luas untuk mengelola, merencanakan dan

memanfaatkan potensi ekonomi secara optimal, yang dapat dinikmati oleh seluruh

masyarakat di Kabupaten Tapanuli Utara.

Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa Kabupaten Tapanuli Utara memiliki

produk domestik regional bruto menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan

tahun 2000 yang terbesar adalah pada sektor pertanian pada kondisi tahun 2009

sebesar Rp.819.379,08 juta. Sedangkan sektor yang paling rendah kontribusinya pada

tahun 2009 adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp 1.183 juta.

Dalam proses perencanaan pembangunan perlu diamati potensi ekonomi suatu

daerah. Untuk itu perencanaan pembangunan ekonomi daerah merupakan hal yang

penting diperhatikan pemerintah karena bisa dianggap sebagai perencanaan untuk

memperbaiki penggunaan sumberdaya-sumberdaya publik yang tersedia dan untuk

memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai

sumberdaya-sumberdaya secara bertanggungjawab (Arsyad, 1999)

Perencanaan pembangunan penting bagi daerah untuk melakukan identifikasi

(23)

dijadikan sebagai basis untuk mengetahui prospek pembangunan ekonomi daerah.

Apabila hal ini tidak dilakukan oleh pemerintah daerah maka pelaksanaan

pembangunan akan sangat berat bahkan bisa menemui kegagalan dalam

pembangunan daerah.

Kewenangan dalam perencanaan pembangunan ekonomi yang telah beralih

dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dimaksudkan untuk meningkatkan atau

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah. Keunggulan daerah tentu

akan menunjang aktivitas dan pertumbuhan ekonomi yang stabil secara khusus dan

menunjang kesejahteraan rakyat secara umum.

Penelitian ini mencoba menjelaskan sektor-sektor ekonomi mana yang

menjadi sektor unggulan dan memiliki prospek dalam pembangunan ekonomi dan

pengembangan wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini, yaitu:

1. Mengidentifikasi sektor-sektor apa yang menjadi sektor unggulan perekonomian

wilayah Kabupaten Tapanuli Utara?

2. Bagaimanakah Transformasi sektor perekonomian wilayah Kabupaten Tapanulil

Utara?

3. Bagaimana Tipologi pertumbuhan sektor perekonomian wilayah Kabupaten

(24)

1.3. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan di atas, maka di tetapkan tujuan penelitian, yaitu:

1. Untuk menentukan sektor-sektor unggulan perekonomian wilayah Kabupaten

Tapanuli Utara.

2. Untuk mengetahui Transformasi sektor perekonomian wilayah Kabupaten

Tapanuli Utara.

3. Untuk mengetahui Tipologi pertumbuhan sektor perekonomian wilayah

Kabupaten Tapanuli Utara

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberi manfaat untuk:

1. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara

Sebagai bahan informasi dalam menyusun perencanaan pembangunan dan

menjadi bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan pembangunan ekonomi

dan Pengembangan wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara.

2. Para Peneliti

Sebagai bahan referensi dan memperluas khasanah pengkajian bagi peneliti yang

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perencanaan Pembangunan Wilayah

Dalam Pembangunan suatu wilayah perencanaan adalah suatu hal yang utama

sebab dengan perencanaan yang tepat akan menimbulkan dampak positif terhadap

daerah itu sendiri. Perencanan yang tepat adalah sebuah perencanaan yang dibuat atas

dasar potensi atau keunggulan yang dimiliki daerah itu sendiri. Perencanaan juga

akan menjadi bahan dalam membuat sebuah kebijakan pembangunan yang

mendukung perencanaan tersebut.

Konsep perencanaan wilayah merupakan tindak lanjut dari kegiatan

perencanaan yang dilakukan karena adanya perbedaan kepentingan, permasalahan,

ciri dan karateristik dari masing-masing daerah/wilayah yang menuntut adanya

campur tangan pihak pemerintah pada tingkat wilayah. Perecanaan wilayah dilakukan

sebagai upaya untuk mengantisipasi permasalahan dimasing-masing wilayah dan

mengupayakan keseimbangan pembangunan antar wilayah. Peran utamanya adalah

mengatasi secara langsung persoalan-persoalan yang berkenaan dengan pembangunan

ditingkat wilayah.

Perencanaan wilayah mencakup pada berbagai segi kehidupan yang

komprehensif dan satu sama lain saling bersentuhan, yang semuanya bermuara pada

(26)

ekonomi, politik, dan sosial serta budaya maupun adat istiadat berbaur dalam

perencanaan wilayah yang cukup kompleks. Semua faktor harus dipertimbangkan dan

diupayakan berjalan seiring bahkan saling mendukung (Miraza, 2010).

Menurut (Arsyad, 1999), fungsi-fungsi perencanaan pembangunan secara

umum adalah:

1. Dengan perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengaruh kegiatan, adanya

pedoman bagi pelaksana kegiatan-kegiatan.

2. Dengan perencanaan, dapat dilakukan dengan suatu perkiraan potensi,

prospek-prospek pengembangan, hambatan, serta resiko yang mungkin dihadapi pada

masa yang akan datang.

3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk mengadakan pilihan yang terbaik.

4. Dengan perencanaan, dilakukan penyusunan skala prioritas dari segi pentingnya

tujuan.

5. Perencanaan sebagai alat untuk mengukur atau standar untuk mengadakan

evaluasi.

Nugroho dalam sirojuzilam (2008) menyatakan bahwa pendekatan perencanaan regional di titikberatkan pada aspek lokasi di mana kegiatan dilakukan

pemerintah daerah mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dan instansi-instansi

dipusat dalam melihat aspek ruang di suatu daerah. Artinya bahwa dengan adanya

(27)

Menurut Arsyad (1999), Perencanaan pembangunan ekonomi daerah memiliki

beberapa implikasi antara lain:

1. Perencanaan pembangunan ekonomi yang realistik memerlukan pemahaman

tentang hubungan antara daerah dengan lingkungan nasional baik horizontal

maupun vertikal yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.

2. Sesuatu yang baik secara nasional belum tentu baik untuk daerah dan demikian

sebaliknya sesuatu yang baik untuk daerah belum tentu baik secara nasional.

3. Perangkat kelembagaan yang tersedia untuk pembangunan daerah misalnya

administrasi, proses pengambilan keputusan, otoritas biasanya sangat berbeda

pada tingkat daerah dengan yang tersedia pada tingkat pusat. Selain itu derajat

pengendalian kebijakan sangat berbeda pada dua tingkat tersebut.

Oleh karena itu perencanaan daerah yang efektif harus bisa menggunakan

sumberdaya-sumberdaya pembangunan sebaik mungkin yang benar-benar dapat

dicapai.

2.2. Pembangunan Ekonomi Regional

Teori Pertumbuhan ekonomi bisa didefinisikan sebagai penjelasan mengenai

faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, dan penjelasan bagaimana faktor-faktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan

Boediono (1999). Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2002), ada perbedaan dalam istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi.

(28)

stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada

sebelumnya, sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka secara

perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk. Hicks

mengemukakan masalah negara terbelakang menyangkut pengembangan

sumber-sumber yang tidak ada atau belum dipergunakan, kendati penggunaannya telah cukup

dikenal.

Pertumbuhan ekonomi merupakan target utama dalam proses pembangunan

wilayah di mana untuk mencapai ini dilakukan perencanaan yang akan

diimplementasikan dalam berbagai bentuk kegiatan yang mendorong pertumbuhan

ekonomi itu sendiri. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila

terjadi pertumbuhan output riil kenaikan ini akan diiringi dengan kenaikan pendapatan riil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan

ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang Pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan pendapatan masyarakat secara

keseluruhan sebagai cerminan kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang tercipta disuatu wilayah.

Todaro dalam Sirojuzilam (2008), mendefinisikan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bersifat multidimensional, yang melibatkan kepada

perubahan besar, baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial,

mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan

(29)

Menurut Adisamita (2008), pembangunan wilayah (regional) merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi

modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan kmunikasi, kemampuan

pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan (kewirasuastaan),

kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas.

2.3. Pertumbuhan Ekonomi Regional

Pertumbuhan ekonomi dapat di nilai sebagai dampak kebijaksanaan

pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan

laju pertumbuhan yang di bentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara

tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan yang terjadi dan sebagai

indikator penting bagi daerah untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan

(Sirojuzilam, 2008).

Dalam teori pertumbuhan ekonomi wilayah dilakukan analisis terhadap suatu

wilayah sejauh mana sistem ekonomi terbuka yang dimilikinya berhubungan dengan

wilayah-wilayah sekitarnya dengan melihat arus perpindahan berbagai faktor

produksi yang dimiliknya. Pembangunan dalam suatu wilayah akan mempengaruhi

pertumbuhan wilayah lain dalam bentuk permintaan sektor wilayah lain yang akan

mendorong pembangunan wilayah tersebut atau suatu pembangunan ekonomi dari

wilayah lain akan mengurangi tingkat kegiatan ekonomi di suatu wilayah serta

(30)

Kebijaksanaan Pemerintah yang menyangkut ekonomi sangat berpengaruh

terhadap Pertumbahan ekonomi wilayah itu sendiri. Pertumbuhan ekonomi

merupakan laju pertumbuhan yang di bentuk dari berbagai macam sektor ekonomi

yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan yang terjadi dan

sebagai indikator penting bagi daerah untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan

(Sirojuzilam, 2008).

Perekonomian suatu daerah dikatakan mengalami pertumbuhan atau

perkembangan bila hasil dari kegiatan ekonomi disuatu tahun lebih tinggi dari pada

yang dicapai pada tahun sebelumnya, dengan kata lain pertumbuhan dapat tercipta

apabila jumlah fisik barang dan jasa yang dihasilkan dalam kegiatan ekonomi

menjadi bertambah besar pada tahun berikutnya.

Perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi daerah semakin meningkat dalam

era otonomi daerah. Hal ini cukup logis, karena dalam era otonomi daerah

masing-masing daerah berlomba-lomba meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya,

guna meningkat kemakmuran masyarakat. Oleh karena itu, pembahasan tentang

struktur dan faktor penentu pertumbuhan daerah akan sangat penting artinya bagi

pemerintah daerah dalam menentukan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk

mendorong ekonomi di daerahnya (Sjafizal, 2008).

Pola pembangunan daerah dan sisitem perencanaan yang selama ini

cenderung seragam dikarenakan system yang sentralisasi di mana setiap kebijakan

(31)

berubah menjadi lebih bervariasi tergantung pada potensi dan permasalahan pokok

yang di hadapi di daerah hal ini diakibatkan oleh Perubahan sistem pemerintah yang

sangat mempengaruhi penerapan kebijakan didaerah. Penetapan kebijaksanaan

sekarang sudah disesuaikan dengan potensi dan aspirasi yang berkembang didaerah.

Kondisi ini juga memicu persaingan antara daerah untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi daerah akan lebih cepat apabila

memiliki keuntungan absolute kaya akan sumberdaya alam dan memiliki keuntungan komparatif apabila daerah tersebut lebih efisien dari daerah lain dalam melakukan

kegiatan produksi dan perdagangan (Sirojuzilam, 2008).

Dalam hal ini, daerah dan kabupaten kota bisa mengambil peran mendorong

perekonomiannya dengan memanfaatkan sumberdaya ekonomi didaerah (sumberdaya

lokal) berdasarkan konsep lokal dan wilayah. Tiap daerah atau wilayah mempunyai

potensi lokal yang berbeda. Dari potensi lokal inilah daerah/wilayah menggerakkan

perekonomiannya, khususnya dari sudut keunggulan yang dimiliki (Miraza, 2010)

Identifikasi sektor dan sub sektor yang dapat menunjukan keunggulan

komparatif daerah merupakan tugas utama pemerintah daerah sebab dengan

mengetahui sektor yang menjadi unggulan akan menjadi dasar dalam menetapkan

(32)

2.4. Pendapatan Regional

Dalam menilai keberhasilan pembangunan ekonomi pada suatu daerah selalu

dilihat dari penyajian angka-angka pendapatan regional yang dimiliki daerah tersebut,

dengan melihat angka tersebut akan dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk

mengevaluasi kebijakan pembangunan yang telah dilakukan serta bahan dalam

perencanaan pembangunan.

Pendapatan regional didefinisikan sebagai nilai produk barang-barang dan

jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu pereokonomian dalam suatu wilayah selama

satu tahun (Sukirno, 1985). Sedangkan menurut Tarigan (2007), pendapatan regional

adalah tingkat pendapatan masyarakat pada suatu wilayah analisis. Tingkat

pendapatan regional dapat di ukur dari total pendapatan wilayah ataupun pendapatan

rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut.

Beberapa istilah yang sering di gunakan untuk menggambarkan pendapatan

regional, di antaranya adalah:

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu.

Pengertian nilai tambah bruto adalah nilai produk (output) di kurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Komponen-komponen nilai tambah bruto mencakup kompone-komponenfaktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa

(33)

menghitung nilai tambah bruto dari masing-masing sektor dan kemudian

menjumlahkannya akan menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Sektor-sektor perekonomian berdasarkan lapangan usaha yang tercakup dalam

PDRB, yaitu:

a. Pertanian.

b. Pertambangan dan penggalian.

c. Industri pengolahan.

d. Listrik, gas dan air bersih.

e. Bangunan/konstruksi.

f. Perdagangan, hotel dan restoran.

g. Pengangkutan dan komunikasi.

h. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

i. Jasa-jasa.

2. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar harga pasar.

PDRN dapat diperoleh dengan cara mengurangi PDRB dengan penyusutan.

Penyusutan yang dimaksud disini adalah nilai susut (aus) atau pengurangan nilai

barang-barang modal (mesin-mesin, peralatan, kendaraan dan lain-lainnya) karena

barang modal tersebut dipakai dalam proses produksi. Jika nilai susut

barang-barang modal dari seluruh sektor ekonomi dijumlahkan, hasilnya merupakan

(34)

3. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar biaya faktor.

Jika pajak tidak langsung netto dikeluarkan dari PDRN atas dasar harga pasar,

maka di dapatkan produk regional netto atas dasar biaya faktor produksi. Pajak

tidak langsung meliputi pajak penjualan,bea ekspor.bea cukai dan pajak

lain-lain,kecuali pajak pendapatan dan pajak perseroan.

Perhitungan pendapatan regional metode langsung dapat dilakukan melalui

tiga pendekatan (Tarigan,2007), yaitu:

1. Pendekatan pengeluaran (expenditure approach)

Pendekatan pengeluaran adalah penentuan pendapatan regional dengan

menjumlahkan seluruh nilai penggunaan akhir dari barang dan jasa yang di

produksi di dalam suatu wilayah. Total penyedian barang dan jasa dipergunakan

untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari

untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (investasi),

perubahan stok dan ekspor netto (ekspor-impor).

2. Pendekatan produksi (prodiction approach).

Perhitungan pendapatan regional berdasarkan pendekatan produksi dilakukan

dengan cara menjumlahkan nilai produksi yang diciptakan oleh tipa-tiap sektor

produksi yang ada dalam perekonomian. Maka itu, untuk menghitung pendapatan

regional berdasarkan pendapatan produksi, maka pertama-tama yang harus

dilakukan ialah nilai produksi yang diciptakan oleh tiap-tiap sektor diatas.

(35)

diciptakan oleh tiap-tiap sektor diatas. Pendapatan regional diperoleh dengan

caraa menjumlahkan nilai produksi yang tercipta dari tiap-tiap sektor.

3. Pendekatan penerimaan (income approach).

Dengan cara ini pendapatan regional di hitung dengan menjumlahkan pendapatan

faktor-faktor produksi yang digunakan dalam memproduksi barang-barang dan

jasa-jasa, jadi yang di jumlahkan adalah: upah dan gaji, surplus usaha

,penyusutan, dan pajak tidak langsung netto.

2.5. Teori Basis Ekonomi (Economi Base Theory)

Teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu utama perumbuhan

ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang

dan jasa dari luar daerah (Arsyad 1999).

Menurut Tarigan (2007), menyatakan bahwa teori basis ekonomi

mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah

ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari daerah sumber.

Ekonomi Base berdasarkan pendekatan dengan berasumsi bahwa lokal

ekonomi dapat dibagi menjadi dua sektor besar yaitu :

1. Sektor basis (non-lokal sektor), yaitu sektor atau kegiatan ekonomi yang

melayani baik pasar domestik maupun pasar luar daerah itu sendiri yang berarti

daerah secara tidak langsung mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan

dalam daerah serta mampu mengekspor barang maupun jasa keluar daerah itu

(36)

2. Sektor non basis (lokal sektor), yaitu sektor atau kegiatan yang mampu melayani

pasar dalam daerah tersebut.

Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayan ke wilayah

lain akan semakin maju pertumbuhan wilayah tersebut, dan demikian sebaliknya.

Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan efek ganda

(multiplier effect) dalam perekonomian regional (Adisasmita, 2005).

Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian

daerah karena mempunya keuntungan kompetitif (competitife advantage) yang cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sktor lainya yang kurang potensial

tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service industries (Sjafrizal, 2008).

Perbedaan sektoral dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) diakibatkan oleh kebijakan pembangunan yang didasarkan pada potensi

daerah. Semakin besar peranan potensi sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah

terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDRB di suatu daerah, maka semakin

tinggi laju pertumbuhan PDRB daerah tersebut.

2.6. Konsep dan Pengertian Sektor Unggulan

Pengertian sektor unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan suatu bentuk

perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional, maupun

(37)

tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan Negara lain. Sedangkan

pada lingkup nasional, suatu sektor dapat di kategorikan sebagai sektor unggulan

apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang

dihasilkan oleh wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik.

Menurut Tumenggung (1996) memberi batasan bahwa sektor unggulan adalah

sektor yang memiliki keunggulan komparatif (comparative advantages) dan keunggulan kompetitif (competitiv advantage) dengan produk sektor sejenis dari daerah lain serta mampu memberikan nilai manfaat yang lebih besar. Sedangkan

Mawardi (1997) mengartikan sektor unggulan adalah sektor yang memiliki nilai

tambah yang besar terhadap perekonomian lain, serta memiliki permintaan yang

tinggi, baik pasar lokal maupun pasar ekspor.

Menurut Rachbini (2001) ada empat syarat agar suatu sektor tertentu menjadi

sektor prioritas, yakni (1) sektor tersebut harus menghasilkan produk yang

mempunyai permintaan yang cukup besar, sehingga laju pertumbuhan berkembang

cepat akibat dari efek permintaan tersebut; (2) karena ada perubahan teknologi yang

teradopsi secara kreatif, maka fungsi produksi baru bergeser dengan pengembangan

kapasitas yang lebih luas; (3) harus terjadi peningkatan investasi kembali dari

hasil-hasil produksi sektor yang menjadi prioritas tersebut, baik swasta maupun

pemerintah; (4) sektor tersebut harus berkembang, sehingga mampu memberi

(38)

Data PDRB merupakan informasi yang sangat penting untuk mengetahui

output pada sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di suatu wilayah tertentu (provinsi/kabupaten/kota). Dengan bantuan data PDRB, maka dapat di tentukannya

sektor unggulan (leading sector) di suatu daerah/wilayah. Sektor unggulan adalah satu grup sektor/subsektor yang mampu mendorong kegiatan ekonomi dan

menciptakan kesejahteraan di suatu daerah terutama melalui produksi, ekspor dan

penciptaan lapangan pekerjaan, sehingga identifikasi sektor unggulan sangat penting

terutama dalam rangka menetukan prioritas dan perencanaan pembangunan ekonomi

di daerah.

2.7. Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu

dapat dijadikan dasar dan bahan pertimbangan dalam mengkaji penelitian ini.

Penelitian Tampubolon Tahun 2001, dengan judul pembangunan dan

ketimpangan wilayah pantai barat dan pantai tirmur sumatera utara, menyimpulkan

bahwa karakteristik wilayah mempengaruhi ketimpangan pendapatan antar wilayah.

Potensi sektor-sektor wilayah mempengaruhi perubahan struktur okonomi. Struktur

ekonomi wilayah pantai barat menuju industri pengolahan hasil pertanian dan struktur

ekonomi wilayah pantai timur menuju industri pengolahan barang jadi.

Penelitian Supangkat tahun 2002, dengan judul Penelitian Analisis Penentuan

sektor Prioritas dalam Peningkatan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan dengan

(39)

bahwa sektor pertanian dan industri pengolahan berpeluang untuk dijadikan sektor

prioritas bagi peningkatan pembangunan daerah Kabupaten Asahan, terutama sub

sektor perkebunan, perikanan dan industri besar, serta sedang.

Penelitian yang dilakukan oleh Marhayanie tahun 2003, dengan judul

Identifikasi Sektor Ekonomi Potensial dalam Perencanaan Pembangunan Kota

Medan. Hasil Penelitian dengan menganalisisi kontribusi per sektor, analisis

lingkage, analisis angka pengganda diperoleh bahwa sektor ekonomi yang potensial

dalam pembangunan Kota Medan adalah sektor industri pengolahan.

2.8. Kerangka Pemikiran

Adanya perbedaan laju pertumbuhan ekonomi antar daerah satu dengan

daerah lainnya merupakan fenomena yang umum dijumpai, terutama dinegara

berkembang. Namun tentunya bukan sebuah alasan yang tepat untuk kemudian

membiarkan situasi tersebut terus berlangsung. Perbedaan tingkat pembangunan

tersebut dipengaruhi oleh banyak hal seperti ketersediaan sumberdaya alam, tenaga

kerja, luas daerah, pasar ekspor, kebijakan pemerintah dan faktor-faktor lainnya.

Pertumbuhan pendapatan suatu daerah ditentukan dengan bagaimana daerah

yang bersangkutan berperan sebagai eksportir bagi daerah sekitarnya. Menurut teori

basis ekonomi kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi kegiatan basis dan non

basis. Sektor basis merupakan sektor pasar dari dalam maupun dari luar sedangkan

(40)

Analisis tentang faktor penentu pertumbuhan ekonomi daerah dibutuhkan

untuk perumusan kebijakan pembangunan ekonomi yang tepat pada daerah tersebut

dimasa mendatang. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka, kebijakan yang

tepat dapat dibuat sebagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada

wilayah itu.

Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu

indikator penting untuk melihat sebereapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu

wilayah. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang di gunakan

untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan. Oleh karena itu strategi pembangunan

di upayakan untuk menggali potensi yang ada, agar dapat memacu pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan di daerah.

Berdasarkan data informasi yang terkandung dalam PDRB, maka dapat

dilakukan beberapa analisis untuk memperoleh informasi tentang:

1. Klasifikasi Pertumbuhan Sektor

Analisis ini diperlukan untuk mengidentifikasi posisi perekonomian suatu daerah

dengan mengacu pada perekonomian daerah yang lebih tinggi. Hasil analisis

akan menunjukkan posisi sektor dalam PDRB yang di klasifikasikan atas sektor

maju dan tumbuh pesat, sektor potensial atau masih dapat berkembang, sektor

relatifi tertinggal, dan sektor maju tapi tertekan. Berdasarkan klasifikasi ini dapat

dijadikan dasar bagi penentu kebijakan pembangunan atau posisi perekonomian

(41)

2. Sektor basis dan non basis

Kegiatan ekonomi berdasarkan teori ekonomi basis diklasifikasikan kedalam dua

sektor, yaitu sektor basis dan non basis. Analisis ini diperlukan untuk

mengidentifikasi kegiatan ekonomi daerah yang bersifat ekspor dan non ekspor

dan mengetahui laju pertumbuhan sektor basis dari tahun ke tahun. Pertumbuhan

beberapa sektor basis akan menentukan pembangunan daerah secara keseluruhan,

Peningkatan pendapatan tidak hanya menyebabkan kenaikan permintaan

terhadap sektor non basis, tetapi juga akan meningkatkan permintaan terhadap

sektor non basis yang berarti juga mendorong kenaikan investasi sektor non

basis.

3. Perubahan dan Pergeseran Sektor

Analisis ini dibutuhkan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor pada

perekonomian suatu daerah. Hasil analisis akan menggambarkan kinerja

sektor-sektor dalam PDRB suatu daerah dibandingkan wilayah referensi. Apabila

penyimpangan positif, maka dikatakan suatu sektor dalam PDRB memiliki

keunggulan kompetitif atau sebaliknya.

Pembangunan yang berorientasi pada pencapaian target sektoral,

keberhasilannya dapat dilihat dari kontribusi sektor terhadap pembentukan PDRB

dari tahun ke tahun. Pertumbuhan perekonomian mengakibatkan terjadinya

(42)
(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada wilayah Kabupaten Tapanuli Utara yang

memiliki 15 Kecamatan, yang merupakan salah satu kabupaten dalam Provinsi

Sumatera Utara. Pertimbangan penelitian dilakukan di Kabupaten Tapanuli Utara,

agar hasil penelitian nantinya memberikan gambaran mengenai sektor-sektor

unggulan yang memiliki potensi untuk dikembangkan dan menjadi skala prioritas

dalam perencanaan pembangunan dan menjadi bahan pertimbangan dalam membuat

kebijakan pembangunan di Kabupaten Tapanuli Utara.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam periode 2005-2009. Data

tersebut diperoleh dari beberapa sumber yaitu:

1. Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHK Sumatera Utara, PDRB

Kabupaten Tapanuli Utara dan PDRB tiap kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara,

yang dirinci menurut lapangan usaha (sektor). Nilai PDRB tersebut didasarkan pada

harga konstan (PDRB riil) dengan tahun dasar 2000 dan PDRB atas harga berlaku.

Data pendapatan per kapita tahun 2005-2009. Data tersebut bersumber dari PDRB tiap

kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara 2005-2009 menurut lapangan usaha, yang

(44)

2. Data sekunder lainnya yang mendukung dan masih memiliki kaitan dengan

penelitian ini.

3. Peta wilayah Kabupaten Tapanuli Utara yang bersumber dan dipublikasikan oleh

BPS.

4. Tapanuli Utara Dalam Angka yang dipublikasikan oleh BPS.

3.3. Metode Analisis Data

Untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan, maka digunakan

beberapa metode analisis data, yaitu:

1. Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk memperoleh klasifikasi pertumbuhan

sektor perekonomian wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.

2. Analisis Shift share digunakan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor perekonomian wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.

3. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) digunakan untuk melihat perbandingan

pertumbuhan ekonomi antar satu daerah dengan daerah lain dengan mengamati

sektor-sektor ekonomi

4. Analisis Location Quotient digunakan untuk mengidentifikasi sektor unggulan perekonomian dalam perekonomian yang ada di wilayah Kabupaten Tapanuli

Utara.

5. Kombinasi MRP dan LQ berdasarkan Tipologi Klassen yaitu untuk melihat

(45)

kategori menurut tipologi Klassen.

3.3.1 Analisis Tipologi Klassen

Gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah merupakan

analisis yang cukup penting untuk melihat kondisi perekonomian suatu daerah.

Dengan melihat pola dan struktur pertumbuhan ekonomi akan dapat terlihat

bagaimana potensi relatif perekonomiannya suatu daerah baik secara agregat dan

sektoral terhadap daerah lain sekitarnya.

Untuk mengetahui gambaran tentang klasifikasi tiap kecamatan di Kabupaten

Tapanuli Utara digunakan klassen typology sebagai dasar analisis. Analisis ini didasarkan pada dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi dan pendapatan

per kapita di suatu daerah. Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi

sebagai sumbu vertical dan rata-rata pendapatan perkapita sebagai sumbu horizontal.

Menurut Sjafrizal (2008) melalui alat analisis ini dapat diperoleh empat

klasifikasi daerah yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda yaitu:

1. Kuadran I yaitu daerah maju dan cepat tumbuh (high growth and high income) merupakan daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan

per kapita yang lebih tinggi dibanding rata-rata kecamatan ataupun

kabupaten/kota.

(46)

pendapatan per kapita lebih tinggi dibanding rata-rata kecamatan ataupun

kabupaten/kota.

3. Kuadran III yaitu sektor sedang tumbuh (high growth but low income ) merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi tapi pendapatan per

kapitanya lebih rendah dibanding rata-rata kecamatan ataupun kabupaten/kota.

4. Kuadran IV yaitu sektor relatif tertinggal (low growth and low income ) merupakan daerah yang pertumbuhan ekonomi maupun pendapatan perkapitanya

lebih rendah dibanding rata-rata kecamatan ataupun kabupaten/kota.

Tabel 3.1. Klasifikasi Daerah Menurut Klassen Typology

_

> Daerah maju dan tumbuh cepatKuadran I

Kuadran III

< Daerah maju tapi tertekanKuadran II

Kuadran IV Daerah relatif tertinggal

Keterangan:

Rij adalah laju pertumbuhan PDRB ADHK 2000 tiap kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara

j

R

_

adalah rata-rata laju pertumbuhan PDRB ADHK 2000 Kabupaten Tapanuli Utara Yij adalah pendapatan per kapita tiap kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara.

Yi adalah rata-rata pendapatan per kapita Kabupaten Tapanuli Utara.

3.3.2. Analisis Shift Share (Shift Share Analysis)

(47)

serta peranan perekonomian di daerah. Metode ini dipakai untuk mengamati struktur

perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan pertumbuhan sektor di

daerah, yang dibandingkan dengan sektor yang sama pada tingkat daerah yang lebih

tinggi atau nasional

Analisis tersebut dapat digunakan untuk mengkaji pergeseran struktur

perekonomian daerah dalam kaitannya dengan peningkatan perekonomian daerah

yang bertingkat lebih tinggi. Perekonomian daerah yang didominasi oleh sektor yang

lamban pertumbuhannya akan tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan perekonomian

daerah di atasnya.

Oleh banyak peneliti regional, analisis shift share dianggap sebaga teknik yang sangat baik untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibanding

perekonomian nasional (Tambunan, 2001). Dengan pendekatan analisis ini dapat

ditentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian suatu daerah dengan

membandingkannya dengan daerah yang lebih besar. Teknik ini biasa digunakan

untuk berbagai hal yang terkait dengan masalah-masalah ekonomi regional, misalnya

untuk mengidentifikasi sumber-sumber pertumbuhan regional.

Data yang biasa digunakan untuk analisis shift-share adalah pendapatan per kapita (Y/P), PDRB (Y) atau tenaga kerja (e) dengan tahun pengamatan pada rentang

waktu tertentu, misalnya pada penelitian ini tahun 2005-2009.

(48)

usaha atas dasar harga konstan tahun 2000. Penggunaan data harga konstan dengan

tahun dasar yang sama agar bobot (nilai riilnya) bisa sama dan perbandingan menjadi

valid (Tarigan, 2007)

Pertumbuhan ekonomi dan pergeseran struktural suatu perekonomian daerah

ditentukan oleh tiga komponen (Richardson,1991):

1. Provincial Share, yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan atau pergeseran struktur perekonomian suatu daerah (kabupaten/kota) dengan melihat

nilai PDRB daerah pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh

pergeseran pertumbuhan perekonomian daerah yang lebih tinggi (provinsi). Hasil

perhitungan tersebut akan menggambarkan peranan wilayah provinsi yang

mempengaruhi pertumbuhan perekonomian daerah kabupaten. Jika pertumbuhan

kabupaten sama dengan pertumbuhan provinsi maka peranannya terhadap

provinsi tetap.

2. Proportional Shift (Sp) atau industrial mix adalah pengaruh bauran industri atau pergeseran proporsional sektor i pada Kabupaten Tapanuli Utara pada wilayah j

(Provinsi Sumatera Utara).

3. Differential Shift (Sd), adalah perbedaan antara pertumbuhan ekonomi daerah (kabupaten) dan nilai tambah sektor yang sama di tingkat provinsi. Komponen ini

juga digunakan untuk mengetahui daya saing suatu sektor dengan sektor yang

sama pada tingkat daerah yang lebih tinggi (provinsi).

(49)

karena lingkungan dapat mendorong sektor tertentu untuk tumbuh lebih cepat.

Menurut Glasson (1977), kedua komponen shift yaitu Sp dan Sd memisahkan unsur-unsur pertumbuhan regional yang bersifat eksternal dan internal;Sp merupakan akibat pengaruh unsur-unsur eksternal yang bekerja secara nasional (provinsi), sedangkan

Sd adalah akibat dari pengaruh faktor-faktor yang bekerja dalam daerah yang bersangkutan.

Apabila nilai Sd dan Sp positif maka sektor yang bersangkutan dalam perekonomian daerah menempati posisi yang baik untuk daerah yang bersangkutan.

Sebaliknya, bila nilainya negatif maka perekonomian daerah sektor tersebut masih

dapat diperbaiki, antara lain dengan membandingkannya terhadap struktur

perekonomian provinsi (Richardson, 1991).

Sektor-sektor yang memiliki differential shift (Sd) positif memiliki keunggulan komparatif terhadap sektor yang sama di daerah lain. Selain itu,

sektor-sektor yang memiliki Sd positif berarti bahwa sektor tersebut terkonsentrasi di daerah dan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan daerah lainnya.

Apabila Sd negatif maka tingkat pertumbuhan sektor tersebut relatif lamban.

(50)

Keterangan:

G

ij : Regional Economic Growth, untuk mengukur pertumbuhan PDRB sektor i wilayah j

ij

PS : Provincial Share atau R: Regional Share, untuk mengukur PDRB provinsi sektor i wilayah j

ij

IM : Industrial Mix atau Sp: Proportional Shift, untuk mengukur pengaruh bauran industri sektor i wilayah j

ij

RS : Regional Shift atau Sd: Differential Shift, untuk mengukur pengaruh persaingan/daya saing sektor i wilayah j.

Beberapa pakar merasakan perlu memperluas analisis yang memperhitungkan

efek komposisi industri dengan menguraikan differential (competitive) shift yang ada. Misalnya, Esteban-Marquillas menyatakan bahwa regional shift di atas perlu diuraikan lebih jauh. Untuk keperluan itu Esteban-Marquillas memperkenalkan

konsep homothetic employment yaitu jumlah atau perubahan pendapatan yang diharapkan di sektor i wilayah j, yang diberi notasi

E

"

ij Homothetic employment

dapat juga diartikan sebagai variabel wilayah (

E

ij) bila struktur wilayah sama

dengan struktur provinsi atau

E

ij yang diharapkan. Rumus yang dipakai untuk

memperoleh nilai homothetic employment

(HE) :

E

"

ij=

E

j 

(51)

oleh Esteban-Marquillas adalah:

1. AEij =

(

EijE"ij

)(

rijrin

)

2. RSEij = Eij(rijrn)

di mana:

(

EijE"ij

)

adalah spesialisasi yang muncul apabila variabel wilayah actual Eijlebih

besar dari variabel yang diharapkan.

(

rijrin

)

adalah keunggulan kompetitif yang muncul apabila laju pertumbuhan sektor

regional lebih besar dari laju pertumbuhan provinsi.

Modifikasi Esteban-Marquillas terhadap model shift-share (SS) adalah sebagai berikut:

r = ' − adalah pertumbuhan sektor i Kabupaten Tapanuli Utara

in

r = ' − adalah pertumbuhan sektor i Provinsi Sumatera Utara

n

r = ' − adalah pertumbuhan PDRB total Provinsi Sumatera Utara

(52)

ij

E' adalah PDRB sektor i Kabupaten Tapanuli Utara tahun akhir (2009)

in

E adalah PDRB sektor i Provinsi Sumatera Utara tahun awal (2005)

in

E' adalah PDRB sektor i Provinsi Sumatera Utara tahun akhir (2009)

j

E adalah total PDRB Kabupaten Tapanuli Utara tahun awal (2005)

n

E adalah total PDRB Provinsi Sumatera Utara tahun awal (2005)

n

E' adalah total PDRB Provinsi Sumatera Utara tahun akhir (2009)

ij

E" adalah variabel wilayah (Eij) yang diharapkan

Menurut Olsen dan Herzog (1977) allocation effect (AE) mempunyai empat kemungkinan (Soepono, 1993):

1. EijE"ij >0dan rijrin> 0 = specialized, competitive advantage (S, CA)

2. EijE"ij >0dan rijrin< 0 = specialized, competitive disadvantage (S, CD)

3. EijE"ij <0dan rijrin> 0 = not specialized, competitive advantage (NS, CA)

4.EijE"ij<0dan rijrin> 0 = not specialized, competitive disadvantage (NS, CD)

Sektor yang spesialisasi dan kompetitif adalah sektor unggulan daerah dan

mampu bersaing dengan sektor yang sama di daerah lain. Sektor yang spesialisasi

tetapi tidak kompetitif adalah sektor unggulan tetapi produk yang dihasilkan tidak

mampu bersaing dengan daerah lain. Sektor yang tidak spesialisasi tetapi kompetitif

adalah sektor yang bukan unggulan tetapi produk yang dihasilkan mampu bersaing

(53)

yang bukan unggulan dan tidak mampu bersaing dengan daerah lain.

3.2.3. Model Rasio Pertumbuhan

Model rasio pertumbuhan (MRP) merupakan modifikasi dari analisis shift share (Field dan MacGregor, 1993). Model rasio pertumbuhan (MRP) digunakan untuk melihat perbandingan pertumbuhan ekonomi antar satu daerah dengan daerah

lain dengan mengamati sektor-sektor ekonomi. Analisis ini untuk membandingkan

pertumbuhan suatu sektor yang dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu rasio

pertumbuhan referensi (RPR) dan rasio pertumbuhan studi (RPs).

)

RP adalah rasio pertumbuhan wilayah referensi

iR E

∆ = EiR(t)- EiR(0) adalah perubahan PDRB ADHK 2000 sektor i di wilayah

rerensi dari tahun dasar sampai tahun t

) 0 (

iR

E adalah PDRB ADHK 2000 sektor i di wilayah referensi pada tahun dasar

R E

∆ = ER(t)- ER(0)adalah perubahan total PDRB ADHK 2000 di wilayah referensi

dari tahun dasar sampai tahun t

) 0 (

R

(54)

)

RPs adalah rasio pertumbuhan wilayah studi

ij E

∆ = Eij(t)- Eij(0) adalah perubahan PDRB ADHK 2000 sektor i di wilayah studi j

dari tahun dasar sampai tahun t

) 0 (

ij

E adalah PDRB ADHK 2000 sektor i di wilayah studi j pada tahun dasar

iR E

∆ = EiR(t)- EiR(0)adalah perubahan PDRB ADHK 2000 sektor i di wilayah

referensi dari tahun dasar sampai tahun t

) 0 (

iR

E adalah PDRB ADHK 2000 sektor i di wilayah referensi pada tahun dasar

Jika nilai RP lebih besar dari satu dikatakan positif dan jika kurang dari satu

dikatakan negatif. RPR yang positif menunjukkan pertumbuhan suatu sektor pada

wilayah referensi lebih tinggi dari pada pertumbuhan PDRB wilayah referensi dan

demikian pula sebaliknya jika RPR negatif. RPsmembandingkan pertumbuhan sektor dalam wilayah studi dengan pertumbuhan sektor yang sama dalam wilayah

referensi. Bila pertumbuhan sektor wilayah studi lebih tinggi dari pertumbuhan sektor

wilayah referensi maka RPsbernilai positif. Bila pertumbuhan sektor wilayah studi lebih rendah dari pertumbuhan sektor wilayah referensi maka RPs bernilai negatif. 3.2.4. Analisis Location Quotient (LQ)

Gambar

Gambar 2.1.
Tabel 4.2.  Struktur Ekonomi Menurut Lapangan Usaha (ADHB) Tahun 2000-2009 (Persen)
Gambar 4.5. Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Tapanuli Utara Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2000-2009 4.2.4
Gambar 4.6.  Klasifikasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pertumbuhan penduduk yang begitu cepat akan berpengaruh terhadap berbagai macam aktivitas di dalam kota dan konsekuensi akan berdampak pada pembangunan perkotaan, sehingga

Menurut Adam Smith, terdapat dua aspek utama pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Pada pertumbuhan output total terdapat

Alat analisis yang digunakan dalam studi penelitian ini secara umum terdiri dari analisis Klassen Typologi untuk mengetahui klasifikasi pola pertumbuhan sektor ekonomi ,

Menurut Adam Smith, terdapat dua aspek utama pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Pada pertumbuhan output total terdapat

Namun di pihak lain, dalam menyusun strategi pembangunan ekonomi daerah, baikjangka pendek maupun jangka panjang, pemahaman mengenai teori pertumbuhan ekonomi wilayah,

Sub sektor tanaman pangan merupakan sub sektor pertanian unggulan yang menjadi prioritas utama dalam pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Parigi Moutong

Analisis Model Rasio Pertumbuhan merupakan alat analisis yang digunakan untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi (sektor ekonomi) yang potensial, terutama struktur

Analisis Sektor Unggulan Dalam Meningkatkan Perekonomian Dan Pembangunan Di Wilayah Kabupaten Probolinggo; Aisha Fitri Umaroh, 070810101152; 2011: 61 halaman;