ANALISA PENENTUAN SEKTOR PRIORITAS DALAM
PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN WILAYAH
KABUPATEN TAPANULI UTARA
TESIS
Oleh
SAHAT MARULI SILALAHI
097003006/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
SE K
O L
A H
P A
S C
A S A R JA N
ANALISA PENENTUAN SEKTOR PRIORITAS DALAM
PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN WILAYAH
KABUPATEN TAPANULI UTARA
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
SAHAT MARULI SILALAHI
097003006/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISA PENENTUAN SEKTOR PRIORITAS DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
Nama Mahasiswa : Sahat Maruli Silalahi Nomor Pokok : 097003006
Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE) K e t u a
(Kasyful Mahalli, SE, M.Si) (Drs. Rujiman, M.A) Anggota Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
Telah diuji pada
Tanggal : 16 Agustus 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Bachtiar Hassan Miraza
Anggota : 1.Kasyful Mahalli, SE.M.Si
2. Drs. Rujiman. M.A
3. Dr. Ir. Rahmanta, M.Si
ANALISA PENENTUAN SEKTOR PRIORITAS DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi merupakan target utama dalam proses pembangunan wilayah dimana untuk mencapai ini dilakukan perencanaan yang akan diimplementasikan dalam berbagai bentuk kegiatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi itu sendiri dengan memanfaatkan potensi unggulan yang dimiliki daerah tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penentuan sektor prioritas dalam pembangunan perekonomian wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.
Laju pertumbuhan dan struktur di Kabupaten Tapanuli Utara selama periode 2005 – 2009 dipengaruhi oleh besarnya nilai tambah dari sektor pertanian dan jasa-jasa meningkat, maka laju pertumbuhan Kabupaten Tapanuli Utara juga meningkat. Tiga besar sektor yang mempengaruhi pembentukan PDRB Kabupaten Tapanuli Utara adalah sektor pertanian, sektor perdagangan dan jasa-jasa..
Secara umum Kabupaten Tapanuli Utara memiliki sektor prioritas yakni sektor pertanian, hal ini terlihat dari hasil analisis MRP dan LQ yang menunjukkan bahwa beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara harus memprioritaskan pembangunan sektor pertanian, sedangkan berdasarkan shift share (allocation effect) bahwa sektor pertanian menjadi sektor yang spesialis di Kabupaten Tapanuli Utara namun tidak memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan provinsi Sumatera Utara. Maka sektor unggulan dan potensial di Kabupaten Tapanuli Utara adalah sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor LGA
ANALYSIS OF PRIORITY SECTOR DECISION IN REGIONAL ECONOMIC DEVELOPMENT OF TAPANULI UTARA DISTRICT
ABSTRACT
Economic growth is the main target in the process of regional development;
therefore, to achieve this, a planning is done to be implemented in various forms of activities to encourage the economic growth itself by using the superior potentials owned by the region.
The purpose of this study was to analyze the priority sector decision in regional economic development of Tapanuli Utara District.
The rate of growth and structure in Tapanuli Utara District from 2005 to 2009 was influence by the amount of value added resulted from the increasing agricultural and service sectors. In line with this, the rate of growth of Tapanuli Utara District also increased. The three biggest sectors which influenced the Gross Regional Income of Tapanuli Utara District were agriculture, trade and services.
In general, Tapanuli Utara District has its priority sector – agriculture. We can see this from the result of MRP and LQ analysis showing that several subdistrict in Tapanuli Utara District must prioritize agricultural sector, while according to the shift share (allocation effect), agricultural sectors is a special sector in Tapanuli Utara District, yet it does not have any competitive superiority compared to that of Sumatera Utara Province. Thus, superior and potential sectors in Tapanuli Utara District are agriculture, service and LGA.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
berkatNya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan tesis ini yang
berjudul “Analisa Penentuan Sektor Prioritas dalam Pembangunan Perekonomian
Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara” yang disusun untuk melengkapi kewajiban
dalam memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan Wilayah
dan Pedesaan (PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Selesainya penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik
langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dalam lembaran pengantar ini saya
menyampaikan terima kasih yang tulus dari lubuk hati saya yang paling dalam
kepada Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan
Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si., dan Bapak Drs. Rujiman, M.A, selaku Anggota
Komisi Pembimbing yang bersedia memberikan bimbingan kepada penulis dalam
penyelesaian tesis ini.
Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE. selaku Ketua Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Pedesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara, Medan.
3. Bapak/Ibu Dosen Pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan
saran bagi kesempurnaan tesis ini.
4. Seluruh Dosen Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan
Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas segala
5. Istriku tercinta Agustina Pardosi, SST terima kasih buat doa dan dukunganmu
baik materi dan moril, terlebih disaat engkau mengambil peran besar dalam
menyelesaikan tulisan ini, saya dedikasikan tesis ini buat keluarga kita sebagai
sebuah jawaban dari pengorbanan kalian, Terimakasih ya sayang….
6. Anak-anakku Michael Jonathan Silalahi dan Vianna Jovita Silalahi terima kasih
buat doanya yang selalu menyebut “Tuhan, Jagain Daddy kami di Medan yang lagi sekolah” dan pengertiannya buat berkurangnya waktu Daddy diakhir pekan bersama kalian, Daddy bangga sama kalian berdua.
7. Orangtuaku Drs.G.Silalahi dan H br Panjaitan serta Mertuaku P. Pardosi dan H
br Simanjuntak yang memberi dukungan Doa dan moril untuk menyelesaikan
tulisan ini.
8. Seluruh mahasiswa PWK Angkatan 2009 khususnya “Team Dencis” sebagai
sebuah team yang penuh keakraban dan saling mendukung serta staf administrasi
PWD–USU atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan selama ini.
9. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, Khususnya Bupati Tapanuli Utara
Torang Lumbantobing dan Wakil Bupati Tapanuli Utara Bangkit Silaban, SE
yang telah memberikan izin belajar, semoga tesis ini bisa menjadi masukan
dalam menentukan kebijakan pembangunan di Kab. Taput.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritikan yang sehat, serta saran dan masukan dari semua pihak.
Akhir kata, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan
khususnya Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara.
Medan, 16 Agustus 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Dolok Sanggul pada tanggal 18 Mei 1975, anak kedua dari
lima bersaudara dari Ayahanda Drs. G. Silalahi dan Ibunda H. br. Panjaitan. Penulis
memiliki dua orang anak, Satu Putra bernama Michael Jonathan Silalahi dan Satu
Putri bernama Vianna Jovita Silalahi buah Pernikahan dari Istri Tercinta Agustina
Pardosi, SST.
Pendidikan Penulis dimulai dari Pendidikan di Sekolah Dasar di SD Negeri
Parsoburan dan tamat tahun 1987, Kemudian melanjutkan sekolah di Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP/SMP) di sekolah SMP Negeri Parsoburan dan tamat
pada Tahun 1990, kemudian melanjutkan lagi pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA/SMA) di sekolah SMA Negeri 5 Medan yang tamat pada Tahun 1993 dan
Pada Tahun 1994 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Riau Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian dan tamat tahun 1999 dengan menyandang gelar Sarjana
Pertanian (SP).
Pada Tahun 2003 penulis diterima bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara dan bertugas di Dinas Pertanian dan
Perkebunan Kabupaten Tapanuli Utara. Pada Tahun 2007 penulis dipercaya untuk
memegang jabatan Kasie Produksi Perkebunan dan Tahun 2008 penulis di percaya
menjadi Kasubag Program pada Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Tapanuli
Utara.
Kemudian pada tahun 2009 Penulis melanjutkan pendidikan di Pascasarjana
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara dan pada tanggal 16 Agustus 2011 penulis
mempertahankan Tesis dengan Judul “Analisa Penentuan Sektor Prioritas dalam
DAFTAR ISI
2.1. Perencanaan Pembangunan Wilayah ... 7
2.2. Pembangunan Ekonomi Regional ... 9
2.3. Pertumbuhan Ekonomi Regional ... 11
2.4. Pendapatan Regional……….. ... 13
2.5. Teori Basis Ekonomi (Economi Base Theory) ……… . 17
2.6. Konsep dan Pengertian Sektor Unggulan ... 18
2.7. Peneliti Terdahulu……… . 20
2.8. Kerangka Pemikiran………. 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 24
3.1. Lokasi Penelitian ... 24
3.2. Jenis dan Sumber Data ... 24
3.3.1. Analisis Tipologi Klasen ... 26
3.3.2. Analisis Shift Share (Shift Share Analysis) ... 27
3.3.3. Model Rasio Pertumbuhan ... 33
3.3.4. Analisa Location Quotient (LQ) ... 35
3.3.5. Kombinasi MRP dan LQ Berdasarkan Tipologi Klasen ... 37
3.4. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 38
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 39
4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Tapanuli Utara ... 39
4.2. Gambaran Perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara ... 41
4.2.1.Pertumbuhan Ekonomi ... 41
4.2.2. Struktur Ekonomi ... 44
4.2.3. PDRB Perkapita ... 48
4.2.4. Analisis Sektoral Kecamatan ... 49
4.3. Klasifikasi Daerah Menurut Klasen Typology ... 62
4.4. Pergeseran dan Peranan Sektor Ekonomi Daerah ... 64
4.4.1. Efek Pertumbuhan (Provincial Share) ... 65
4.4.2. Efek Bauran Industri (Industrial Mix) ... 66
4.4.3. Regional Shift (Differential Shift) ... 67
4.5. Klasifikasi Sektor Menurut Kriteria Pertumbuhan ... 70
4.6. Analisis Basis Ekonomi ... 72
4.7. Deskripsi Sektor Ekonomi Potensial (Kombinasi MRP dan LQ) ... 76
4.8. Deskripsi Sektor Unggulan (Kombinasi MRP, LQ dan Shift Share) ... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90
5.1. Kesimpulan ... 90
5.2. Saran ... 91
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1 Klasifikasi Daerah Menurut Klasen Typology ... 27 3.2 Klasifikasi Sektor Ekonomi Menurut Kombinasi MRP dan LQ ... 37
4.2 Struktur Ekonomi Menurut Lapangan Usaha (ADHB)
Tahun 2000-2009 ... 46
4.3 Analisis Shift Share Sektor-sektor Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2009 (Juta Rupiah)... 65
4.4 Klasifikasi Sektor Menurut Efek Alokasi di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2009 ... 68
4.5 MRP dalam Konteks Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-
2009 ... 71
4.6 MRP dalam Konteks Kecamatan Kabupaten Tapanuli Utara
Tahun 2005-2009 ... 72
4.7 Analisis Location Quotient Kabupaten Tapanuli Utara
Tahun 2005-2009 ... 74
4.8 Kategori Kombinasi MRP dan LQ ... 76
4.9 Kombinasi MRP dan LQ Kabupaten Tapanuli Utara Tahun
2005-2009 ... 77
4.10 Kombinasi MRP dan LQ dan Shift Share (Allocation Effect
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ... 24
4.1 Posisi Kabupaten Tapanuli Utara ... 39
4.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008-2009 ... 43
4.3 Distribusi Presentase PDRB Kabupaten Tapanuli Utara atas
dasar Harga Berlaku Tahun 2009 ... 47
4.4 Struktur Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara Menurut
Kelompok Sektor (Persen) ... 48
4.5 Perkembangan PDRB Kabupaten Tapanuli Utara Atas Dasar
Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2000-2009 ... 49
4.6 Klasifikasi Kecamatan Berdasarkan Klasen Tipology di
Kabupaten Tapanuli Tahun 2005-2009 ... 63
4.7 Klasifikasi Sektor Pertanian Berdasarkan Kombinasi MRP dan LQ Tiap Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2009 ... 78
4.8 Klasifikasi Sektor Pertambangan dan Penggalian Berdasarkan Kombinasi MRP dan LQ Tiap Kecamatan di Kabupaten
Tapanuli Utara Tahun 2005-2009 ... 79
4.9 Klasifikasi Sektor Industri Pengolahan Berdasarkan
Kombinasi MRP dan LQ ... 82
4.10 Klasifikasi Sektor Listrik, Gas dan Air Berdasarkan Kombinasi MRP dan LQ Tiap Kecamatan di Kabupaten
Tapanuli Utara Tahun 2005-2009 ... 81
4.11 Klasifikasi Sektor Bangunan Berdasarkan Kombinasi
MRP dan LQ Tiap Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara
Tahun 2005-2009 ... 82
4.12 Klasifikasi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Berdasarkan Kombinasi MRP dan LQ Tiap Kecamatan di
Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2009 ... 83
Berdasarkan Kombinasi MRP dan LQ Tiap Kecamatan
di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2009 ... 84
4.14 Klasifikasi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Berdasarkan Kombinasi MRP dan LQ Tiap Kecamatan di
Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2009 ... 85
4.15 Klasifikasi Sektor Jasa-jasa Berdasarkan Kombinasi
MRP dan LQ Tiap Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tapanuli
Utara Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005–2009... 96
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tapanuli
Utara Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005–2009 ... 97
3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sumatera Utara
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005–2009 ... 98
4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sumatera Utara
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 ... 99
5. Distribusi PDRB Kecamatan Sektor Pertanian Tahun 2005-2009…… 100
6. Laju PDRB Kecamatan Sektor Pertanian Tahun 2005-2009 ………….. 101
7. Distribusi PDRB Kecamatan Sektor Pertambangan dan
Penggalian Tahun 2005-2009………. 102
8. Laju PDRB Kecamatan Sektor Pertambangan dan Penggalian
Tahun 2005-2009 ... 103
9. Distribusi PDRB Kecamatan Sektor Industri Pengolahan Tahun
2005-2009 ... 104
10. Distribusi PDRB Kecamatan sektor Industri Pengolahan Tahun
2005-2009 ... 105
11. Distribusi PDRB Kecamatan Sektor Listrik, Gas, dan Air Minum
Tahun 2005-2009 ... 106
12. Laju PDRB Kecamatan Sektor Listrik, Gas, dan Air Minum Tahun
2005-2009 ………... 107
14. Laju PDRB Kecamatan Sektor Bangunan Tahun 2005-2009 ………….. 109
15. Distribusi PDRB Kecamatan Sektor Perdagangan, Hotel, dan
Restoran Tahun 2005-2009... 110
16. Laju PDRB Kecamatan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Tahun 2005-2009 ………... 111
17. Distribusi PDRB Kecamatan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Tahun 2005-2009 ……… 112
18. Laju PDRB Kecamatan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Tahun
2005-2009 ... 113
19. Distribusi PDRB Kecamatan Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa
Perusahaan Tahun 2005-2009 ... 114
20. Laju PDRB Kecamatan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Perusahaan Tahun 2005-2009 ………. 115
21. Distribusi PDRB Kecamatan Sektor Jasa-Jasa Tahun 2005-2009 ……. 116
22. Laju PDRB Kecamatan Sektor Jasa-Jasa Tahun 2005-2009 ……… 117
23. Location Quotient tiap kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun
2005-2009 ……… 118
24. Location Quotient tiap kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun
2005-2009 ……….. 119
25. Kombinasi MRP dan LQ dalam Konteks Kecamatan di Kabupaten
ANALISA PENENTUAN SEKTOR PRIORITAS DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi merupakan target utama dalam proses pembangunan wilayah dimana untuk mencapai ini dilakukan perencanaan yang akan diimplementasikan dalam berbagai bentuk kegiatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi itu sendiri dengan memanfaatkan potensi unggulan yang dimiliki daerah tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penentuan sektor prioritas dalam pembangunan perekonomian wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.
Laju pertumbuhan dan struktur di Kabupaten Tapanuli Utara selama periode 2005 – 2009 dipengaruhi oleh besarnya nilai tambah dari sektor pertanian dan jasa-jasa meningkat, maka laju pertumbuhan Kabupaten Tapanuli Utara juga meningkat. Tiga besar sektor yang mempengaruhi pembentukan PDRB Kabupaten Tapanuli Utara adalah sektor pertanian, sektor perdagangan dan jasa-jasa..
Secara umum Kabupaten Tapanuli Utara memiliki sektor prioritas yakni sektor pertanian, hal ini terlihat dari hasil analisis MRP dan LQ yang menunjukkan bahwa beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara harus memprioritaskan pembangunan sektor pertanian, sedangkan berdasarkan shift share (allocation effect) bahwa sektor pertanian menjadi sektor yang spesialis di Kabupaten Tapanuli Utara namun tidak memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan provinsi Sumatera Utara. Maka sektor unggulan dan potensial di Kabupaten Tapanuli Utara adalah sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor LGA
ANALYSIS OF PRIORITY SECTOR DECISION IN REGIONAL ECONOMIC DEVELOPMENT OF TAPANULI UTARA DISTRICT
ABSTRACT
Economic growth is the main target in the process of regional development;
therefore, to achieve this, a planning is done to be implemented in various forms of activities to encourage the economic growth itself by using the superior potentials owned by the region.
The purpose of this study was to analyze the priority sector decision in regional economic development of Tapanuli Utara District.
The rate of growth and structure in Tapanuli Utara District from 2005 to 2009 was influence by the amount of value added resulted from the increasing agricultural and service sectors. In line with this, the rate of growth of Tapanuli Utara District also increased. The three biggest sectors which influenced the Gross Regional Income of Tapanuli Utara District were agriculture, trade and services.
In general, Tapanuli Utara District has its priority sector – agriculture. We can see this from the result of MRP and LQ analysis showing that several subdistrict in Tapanuli Utara District must prioritize agricultural sector, while according to the shift share (allocation effect), agricultural sectors is a special sector in Tapanuli Utara District, yet it does not have any competitive superiority compared to that of Sumatera Utara Province. Thus, superior and potential sectors in Tapanuli Utara District are agriculture, service and LGA.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara
berkembang hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi yang
mengakibatkan lambatnya berkembang negara tersebut. Pembangunan di bidang
ekonomi diharapkan dapat merubah keadaan menuju yang lebih baik dengan harapan
terjadinya peningkatan kesejahteraaan .
Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Siagian (1984) bahwa
keterbelakangan utama yang di hadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang
adalah dibidang ekonomi. Oleh karena itu tidak mengherankan, bahkan dapat
dikatakan merupakan tuntutan sejarah apabila pembangunan ekonomi mendapat
perhatian utama.
Tujuan Pembangunan ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
yang biasa diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riel per kapita. Dengan
demikian tujuan pembangunan di samping untuk meningkatkan pendapatan nasional
juga untuk meningkatkan produktivitas. Pada umummnya dapat dikatakan bahwa
tingkat output pada suatu saat tertentu ditentukan oleh tersedianya atau digunakannya baik sumber daya alam maupun sumberdaya manusia, tingkat teknologi, keadaan
pasar dan kerangka kehidupan ekonomi (sistem perekonomian) serta sikap dari output
adalah suatu proses meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat ketaraf yang lebih
baik/tinggi (Hulu,1988).
Pembangunan Ekonomi yang akan dilaksanakan oleh daerah harus didasarkan
pada potensi yang berasal dari daerah tersebut, guna menciptakan lapangan kerja dan
menyerap tenaga kerja sehingga masyarakat merasa diikut sertakan dalam
membangun daerahnya, karena tujuan pembangunan ekonomi daerah adalah untuk
meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah.
Berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian diganti dengan UU No.
32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas untuk mengatur dan mengelola berbagai urusan
penyelenggaraan pemerintah bagi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat daerah
yang bersangkutan. Sedangkan dalam hal pembiayaan dan keuangan daerah yang
diatur dalam UU Nomor 25 Tahun 1999 yang kemudian diganti dengan UU No. 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah tidak hanya
kesiapan aparat pemerintah saja, tetapi juga masyarakat untuk mendukung
pelaksanaan Otonomi daerah dengan pemanfaatan sumberdaya-sumberdaya secara
optimal.
Otonomi Daerah menuntut pemerintah daerah untuk lebih kreatif memacu
pertumbuhan perekonomian didaerahnya dengan melibatkan bisa berbagai lini yang
ada yang dianggap potensial bisa membangkitkan pertumbuhan perekonomian daerah
Pertumbuhan ekonomi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi
utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Karena jumlah penduduk
terus bertambah dan berarti kebutuhan ekonomi juga bertambah, sehingga dibutuhkan
penambahan pendapatan setiap tahun. Hal ini dapat diperoleh dengan peningkatan
output agregat (barang dan jasa) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) setiap tahun (Tambunan, 2001).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Indonesia pada dasarnya terdiri
atas 9 (Sembilan) sektor, yaitu (1) sektor pertanian; (2) pertambangan dan
penggalian; (3) industri pengolahan; (4) listrik dan air minum; (5) Pembangunan dan
konstruksi; (6) perdagangan, hotel dan restoran; (7) pengangkutan dan komunikasi;
(8) keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, dan (9) jasa-jasa.
Tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2009 menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Jutaan Rupiah)
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009
Pertanian 698.907,32 725.474,63 757.288,33 790.550,34 819.379,08 Pertambangan dan
Penggalian 962,13 1.018,05 1.073,11 1.120,22 1.183,67 Industri Pengolahan 28.221,23 28.593,81 30.885,04 32.351,40 33.074,94 Listrik dan Air
Minum 9.043,64 9.517,68 10.461,73 11.053,19 11.604,06 Bangunan dan
Konstruksi 74.600,03 80.926,79 87.999,28 95.428,83 101.164,95 Perdagangan, Hotel
dan Restoran 163.747,87 172.100,80 182.265,22 192.402,75 202.816,34 Pengangkutan dan
Komunikasi 47.387,35 50.228,32 52.992,49 55.241,51 58.286,85 Bank dan Lembaga
Jasa-jasa 162.266,78 183.068,75 205.003,16 228.061,40 250.129,34 Sumber: BPS Kabupaten Tapanuli Utara
Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten dari 33
kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Sebagai salah satu daerah otonom yang
memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan
serta, memiliki kewenangan yang luas untuk mengelola, merencanakan dan
memanfaatkan potensi ekonomi secara optimal, yang dapat dinikmati oleh seluruh
masyarakat di Kabupaten Tapanuli Utara.
Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa Kabupaten Tapanuli Utara memiliki
produk domestik regional bruto menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan
tahun 2000 yang terbesar adalah pada sektor pertanian pada kondisi tahun 2009
sebesar Rp.819.379,08 juta. Sedangkan sektor yang paling rendah kontribusinya pada
tahun 2009 adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp 1.183 juta.
Dalam proses perencanaan pembangunan perlu diamati potensi ekonomi suatu
daerah. Untuk itu perencanaan pembangunan ekonomi daerah merupakan hal yang
penting diperhatikan pemerintah karena bisa dianggap sebagai perencanaan untuk
memperbaiki penggunaan sumberdaya-sumberdaya publik yang tersedia dan untuk
memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai
sumberdaya-sumberdaya secara bertanggungjawab (Arsyad, 1999)
Perencanaan pembangunan penting bagi daerah untuk melakukan identifikasi
dijadikan sebagai basis untuk mengetahui prospek pembangunan ekonomi daerah.
Apabila hal ini tidak dilakukan oleh pemerintah daerah maka pelaksanaan
pembangunan akan sangat berat bahkan bisa menemui kegagalan dalam
pembangunan daerah.
Kewenangan dalam perencanaan pembangunan ekonomi yang telah beralih
dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dimaksudkan untuk meningkatkan atau
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah. Keunggulan daerah tentu
akan menunjang aktivitas dan pertumbuhan ekonomi yang stabil secara khusus dan
menunjang kesejahteraan rakyat secara umum.
Penelitian ini mencoba menjelaskan sektor-sektor ekonomi mana yang
menjadi sektor unggulan dan memiliki prospek dalam pembangunan ekonomi dan
pengembangan wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Mengidentifikasi sektor-sektor apa yang menjadi sektor unggulan perekonomian
wilayah Kabupaten Tapanuli Utara?
2. Bagaimanakah Transformasi sektor perekonomian wilayah Kabupaten Tapanulil
Utara?
3. Bagaimana Tipologi pertumbuhan sektor perekonomian wilayah Kabupaten
1.3. Tujuan Penelitian
Dari permasalahan di atas, maka di tetapkan tujuan penelitian, yaitu:
1. Untuk menentukan sektor-sektor unggulan perekonomian wilayah Kabupaten
Tapanuli Utara.
2. Untuk mengetahui Transformasi sektor perekonomian wilayah Kabupaten
Tapanuli Utara.
3. Untuk mengetahui Tipologi pertumbuhan sektor perekonomian wilayah
Kabupaten Tapanuli Utara
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberi manfaat untuk:
1. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara
Sebagai bahan informasi dalam menyusun perencanaan pembangunan dan
menjadi bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan pembangunan ekonomi
dan Pengembangan wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara.
2. Para Peneliti
Sebagai bahan referensi dan memperluas khasanah pengkajian bagi peneliti yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perencanaan Pembangunan Wilayah
Dalam Pembangunan suatu wilayah perencanaan adalah suatu hal yang utama
sebab dengan perencanaan yang tepat akan menimbulkan dampak positif terhadap
daerah itu sendiri. Perencanan yang tepat adalah sebuah perencanaan yang dibuat atas
dasar potensi atau keunggulan yang dimiliki daerah itu sendiri. Perencanaan juga
akan menjadi bahan dalam membuat sebuah kebijakan pembangunan yang
mendukung perencanaan tersebut.
Konsep perencanaan wilayah merupakan tindak lanjut dari kegiatan
perencanaan yang dilakukan karena adanya perbedaan kepentingan, permasalahan,
ciri dan karateristik dari masing-masing daerah/wilayah yang menuntut adanya
campur tangan pihak pemerintah pada tingkat wilayah. Perecanaan wilayah dilakukan
sebagai upaya untuk mengantisipasi permasalahan dimasing-masing wilayah dan
mengupayakan keseimbangan pembangunan antar wilayah. Peran utamanya adalah
mengatasi secara langsung persoalan-persoalan yang berkenaan dengan pembangunan
ditingkat wilayah.
Perencanaan wilayah mencakup pada berbagai segi kehidupan yang
komprehensif dan satu sama lain saling bersentuhan, yang semuanya bermuara pada
ekonomi, politik, dan sosial serta budaya maupun adat istiadat berbaur dalam
perencanaan wilayah yang cukup kompleks. Semua faktor harus dipertimbangkan dan
diupayakan berjalan seiring bahkan saling mendukung (Miraza, 2010).
Menurut (Arsyad, 1999), fungsi-fungsi perencanaan pembangunan secara
umum adalah:
1. Dengan perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengaruh kegiatan, adanya
pedoman bagi pelaksana kegiatan-kegiatan.
2. Dengan perencanaan, dapat dilakukan dengan suatu perkiraan potensi,
prospek-prospek pengembangan, hambatan, serta resiko yang mungkin dihadapi pada
masa yang akan datang.
3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk mengadakan pilihan yang terbaik.
4. Dengan perencanaan, dilakukan penyusunan skala prioritas dari segi pentingnya
tujuan.
5. Perencanaan sebagai alat untuk mengukur atau standar untuk mengadakan
evaluasi.
Nugroho dalam sirojuzilam (2008) menyatakan bahwa pendekatan perencanaan regional di titikberatkan pada aspek lokasi di mana kegiatan dilakukan
pemerintah daerah mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dan instansi-instansi
dipusat dalam melihat aspek ruang di suatu daerah. Artinya bahwa dengan adanya
Menurut Arsyad (1999), Perencanaan pembangunan ekonomi daerah memiliki
beberapa implikasi antara lain:
1. Perencanaan pembangunan ekonomi yang realistik memerlukan pemahaman
tentang hubungan antara daerah dengan lingkungan nasional baik horizontal
maupun vertikal yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.
2. Sesuatu yang baik secara nasional belum tentu baik untuk daerah dan demikian
sebaliknya sesuatu yang baik untuk daerah belum tentu baik secara nasional.
3. Perangkat kelembagaan yang tersedia untuk pembangunan daerah misalnya
administrasi, proses pengambilan keputusan, otoritas biasanya sangat berbeda
pada tingkat daerah dengan yang tersedia pada tingkat pusat. Selain itu derajat
pengendalian kebijakan sangat berbeda pada dua tingkat tersebut.
Oleh karena itu perencanaan daerah yang efektif harus bisa menggunakan
sumberdaya-sumberdaya pembangunan sebaik mungkin yang benar-benar dapat
dicapai.
2.2. Pembangunan Ekonomi Regional
Teori Pertumbuhan ekonomi bisa didefinisikan sebagai penjelasan mengenai
faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, dan penjelasan bagaimana faktor-faktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan
Boediono (1999). Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2002), ada perbedaan dalam istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi.
stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada
sebelumnya, sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka secara
perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk. Hicks
mengemukakan masalah negara terbelakang menyangkut pengembangan
sumber-sumber yang tidak ada atau belum dipergunakan, kendati penggunaannya telah cukup
dikenal.
Pertumbuhan ekonomi merupakan target utama dalam proses pembangunan
wilayah di mana untuk mencapai ini dilakukan perencanaan yang akan
diimplementasikan dalam berbagai bentuk kegiatan yang mendorong pertumbuhan
ekonomi itu sendiri. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila
terjadi pertumbuhan output riil kenaikan ini akan diiringi dengan kenaikan pendapatan riil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan
ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang Pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan pendapatan masyarakat secara
keseluruhan sebagai cerminan kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang tercipta disuatu wilayah.
Todaro dalam Sirojuzilam (2008), mendefinisikan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bersifat multidimensional, yang melibatkan kepada
perubahan besar, baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial,
mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan
Menurut Adisamita (2008), pembangunan wilayah (regional) merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi
modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan kmunikasi, kemampuan
pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan (kewirasuastaan),
kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas.
2.3. Pertumbuhan Ekonomi Regional
Pertumbuhan ekonomi dapat di nilai sebagai dampak kebijaksanaan
pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan
laju pertumbuhan yang di bentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara
tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan yang terjadi dan sebagai
indikator penting bagi daerah untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan
(Sirojuzilam, 2008).
Dalam teori pertumbuhan ekonomi wilayah dilakukan analisis terhadap suatu
wilayah sejauh mana sistem ekonomi terbuka yang dimilikinya berhubungan dengan
wilayah-wilayah sekitarnya dengan melihat arus perpindahan berbagai faktor
produksi yang dimiliknya. Pembangunan dalam suatu wilayah akan mempengaruhi
pertumbuhan wilayah lain dalam bentuk permintaan sektor wilayah lain yang akan
mendorong pembangunan wilayah tersebut atau suatu pembangunan ekonomi dari
wilayah lain akan mengurangi tingkat kegiatan ekonomi di suatu wilayah serta
Kebijaksanaan Pemerintah yang menyangkut ekonomi sangat berpengaruh
terhadap Pertumbahan ekonomi wilayah itu sendiri. Pertumbuhan ekonomi
merupakan laju pertumbuhan yang di bentuk dari berbagai macam sektor ekonomi
yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan yang terjadi dan
sebagai indikator penting bagi daerah untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan
(Sirojuzilam, 2008).
Perekonomian suatu daerah dikatakan mengalami pertumbuhan atau
perkembangan bila hasil dari kegiatan ekonomi disuatu tahun lebih tinggi dari pada
yang dicapai pada tahun sebelumnya, dengan kata lain pertumbuhan dapat tercipta
apabila jumlah fisik barang dan jasa yang dihasilkan dalam kegiatan ekonomi
menjadi bertambah besar pada tahun berikutnya.
Perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi daerah semakin meningkat dalam
era otonomi daerah. Hal ini cukup logis, karena dalam era otonomi daerah
masing-masing daerah berlomba-lomba meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya,
guna meningkat kemakmuran masyarakat. Oleh karena itu, pembahasan tentang
struktur dan faktor penentu pertumbuhan daerah akan sangat penting artinya bagi
pemerintah daerah dalam menentukan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
mendorong ekonomi di daerahnya (Sjafizal, 2008).
Pola pembangunan daerah dan sisitem perencanaan yang selama ini
cenderung seragam dikarenakan system yang sentralisasi di mana setiap kebijakan
berubah menjadi lebih bervariasi tergantung pada potensi dan permasalahan pokok
yang di hadapi di daerah hal ini diakibatkan oleh Perubahan sistem pemerintah yang
sangat mempengaruhi penerapan kebijakan didaerah. Penetapan kebijaksanaan
sekarang sudah disesuaikan dengan potensi dan aspirasi yang berkembang didaerah.
Kondisi ini juga memicu persaingan antara daerah untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi daerah akan lebih cepat apabila
memiliki keuntungan absolute kaya akan sumberdaya alam dan memiliki keuntungan komparatif apabila daerah tersebut lebih efisien dari daerah lain dalam melakukan
kegiatan produksi dan perdagangan (Sirojuzilam, 2008).
Dalam hal ini, daerah dan kabupaten kota bisa mengambil peran mendorong
perekonomiannya dengan memanfaatkan sumberdaya ekonomi didaerah (sumberdaya
lokal) berdasarkan konsep lokal dan wilayah. Tiap daerah atau wilayah mempunyai
potensi lokal yang berbeda. Dari potensi lokal inilah daerah/wilayah menggerakkan
perekonomiannya, khususnya dari sudut keunggulan yang dimiliki (Miraza, 2010)
Identifikasi sektor dan sub sektor yang dapat menunjukan keunggulan
komparatif daerah merupakan tugas utama pemerintah daerah sebab dengan
mengetahui sektor yang menjadi unggulan akan menjadi dasar dalam menetapkan
2.4. Pendapatan Regional
Dalam menilai keberhasilan pembangunan ekonomi pada suatu daerah selalu
dilihat dari penyajian angka-angka pendapatan regional yang dimiliki daerah tersebut,
dengan melihat angka tersebut akan dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk
mengevaluasi kebijakan pembangunan yang telah dilakukan serta bahan dalam
perencanaan pembangunan.
Pendapatan regional didefinisikan sebagai nilai produk barang-barang dan
jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu pereokonomian dalam suatu wilayah selama
satu tahun (Sukirno, 1985). Sedangkan menurut Tarigan (2007), pendapatan regional
adalah tingkat pendapatan masyarakat pada suatu wilayah analisis. Tingkat
pendapatan regional dapat di ukur dari total pendapatan wilayah ataupun pendapatan
rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut.
Beberapa istilah yang sering di gunakan untuk menggambarkan pendapatan
regional, di antaranya adalah:
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu.
Pengertian nilai tambah bruto adalah nilai produk (output) di kurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Komponen-komponen nilai tambah bruto mencakup kompone-komponenfaktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa
menghitung nilai tambah bruto dari masing-masing sektor dan kemudian
menjumlahkannya akan menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Sektor-sektor perekonomian berdasarkan lapangan usaha yang tercakup dalam
PDRB, yaitu:
a. Pertanian.
b. Pertambangan dan penggalian.
c. Industri pengolahan.
d. Listrik, gas dan air bersih.
e. Bangunan/konstruksi.
f. Perdagangan, hotel dan restoran.
g. Pengangkutan dan komunikasi.
h. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
i. Jasa-jasa.
2. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar harga pasar.
PDRN dapat diperoleh dengan cara mengurangi PDRB dengan penyusutan.
Penyusutan yang dimaksud disini adalah nilai susut (aus) atau pengurangan nilai
barang-barang modal (mesin-mesin, peralatan, kendaraan dan lain-lainnya) karena
barang modal tersebut dipakai dalam proses produksi. Jika nilai susut
barang-barang modal dari seluruh sektor ekonomi dijumlahkan, hasilnya merupakan
3. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar biaya faktor.
Jika pajak tidak langsung netto dikeluarkan dari PDRN atas dasar harga pasar,
maka di dapatkan produk regional netto atas dasar biaya faktor produksi. Pajak
tidak langsung meliputi pajak penjualan,bea ekspor.bea cukai dan pajak
lain-lain,kecuali pajak pendapatan dan pajak perseroan.
Perhitungan pendapatan regional metode langsung dapat dilakukan melalui
tiga pendekatan (Tarigan,2007), yaitu:
1. Pendekatan pengeluaran (expenditure approach)
Pendekatan pengeluaran adalah penentuan pendapatan regional dengan
menjumlahkan seluruh nilai penggunaan akhir dari barang dan jasa yang di
produksi di dalam suatu wilayah. Total penyedian barang dan jasa dipergunakan
untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari
untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (investasi),
perubahan stok dan ekspor netto (ekspor-impor).
2. Pendekatan produksi (prodiction approach).
Perhitungan pendapatan regional berdasarkan pendekatan produksi dilakukan
dengan cara menjumlahkan nilai produksi yang diciptakan oleh tipa-tiap sektor
produksi yang ada dalam perekonomian. Maka itu, untuk menghitung pendapatan
regional berdasarkan pendapatan produksi, maka pertama-tama yang harus
dilakukan ialah nilai produksi yang diciptakan oleh tiap-tiap sektor diatas.
diciptakan oleh tiap-tiap sektor diatas. Pendapatan regional diperoleh dengan
caraa menjumlahkan nilai produksi yang tercipta dari tiap-tiap sektor.
3. Pendekatan penerimaan (income approach).
Dengan cara ini pendapatan regional di hitung dengan menjumlahkan pendapatan
faktor-faktor produksi yang digunakan dalam memproduksi barang-barang dan
jasa-jasa, jadi yang di jumlahkan adalah: upah dan gaji, surplus usaha
,penyusutan, dan pajak tidak langsung netto.
2.5. Teori Basis Ekonomi (Economi Base Theory)
Teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu utama perumbuhan
ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang
dan jasa dari luar daerah (Arsyad 1999).
Menurut Tarigan (2007), menyatakan bahwa teori basis ekonomi
mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah
ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari daerah sumber.
Ekonomi Base berdasarkan pendekatan dengan berasumsi bahwa lokal
ekonomi dapat dibagi menjadi dua sektor besar yaitu :
1. Sektor basis (non-lokal sektor), yaitu sektor atau kegiatan ekonomi yang
melayani baik pasar domestik maupun pasar luar daerah itu sendiri yang berarti
daerah secara tidak langsung mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan
dalam daerah serta mampu mengekspor barang maupun jasa keluar daerah itu
2. Sektor non basis (lokal sektor), yaitu sektor atau kegiatan yang mampu melayani
pasar dalam daerah tersebut.
Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayan ke wilayah
lain akan semakin maju pertumbuhan wilayah tersebut, dan demikian sebaliknya.
Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan efek ganda
(multiplier effect) dalam perekonomian regional (Adisasmita, 2005).
Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian
daerah karena mempunya keuntungan kompetitif (competitife advantage) yang cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sktor lainya yang kurang potensial
tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service industries (Sjafrizal, 2008).
Perbedaan sektoral dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) diakibatkan oleh kebijakan pembangunan yang didasarkan pada potensi
daerah. Semakin besar peranan potensi sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah
terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDRB di suatu daerah, maka semakin
tinggi laju pertumbuhan PDRB daerah tersebut.
2.6. Konsep dan Pengertian Sektor Unggulan
Pengertian sektor unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan suatu bentuk
perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional, maupun
tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan Negara lain. Sedangkan
pada lingkup nasional, suatu sektor dapat di kategorikan sebagai sektor unggulan
apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang
dihasilkan oleh wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik.
Menurut Tumenggung (1996) memberi batasan bahwa sektor unggulan adalah
sektor yang memiliki keunggulan komparatif (comparative advantages) dan keunggulan kompetitif (competitiv advantage) dengan produk sektor sejenis dari daerah lain serta mampu memberikan nilai manfaat yang lebih besar. Sedangkan
Mawardi (1997) mengartikan sektor unggulan adalah sektor yang memiliki nilai
tambah yang besar terhadap perekonomian lain, serta memiliki permintaan yang
tinggi, baik pasar lokal maupun pasar ekspor.
Menurut Rachbini (2001) ada empat syarat agar suatu sektor tertentu menjadi
sektor prioritas, yakni (1) sektor tersebut harus menghasilkan produk yang
mempunyai permintaan yang cukup besar, sehingga laju pertumbuhan berkembang
cepat akibat dari efek permintaan tersebut; (2) karena ada perubahan teknologi yang
teradopsi secara kreatif, maka fungsi produksi baru bergeser dengan pengembangan
kapasitas yang lebih luas; (3) harus terjadi peningkatan investasi kembali dari
hasil-hasil produksi sektor yang menjadi prioritas tersebut, baik swasta maupun
pemerintah; (4) sektor tersebut harus berkembang, sehingga mampu memberi
Data PDRB merupakan informasi yang sangat penting untuk mengetahui
output pada sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di suatu wilayah tertentu (provinsi/kabupaten/kota). Dengan bantuan data PDRB, maka dapat di tentukannya
sektor unggulan (leading sector) di suatu daerah/wilayah. Sektor unggulan adalah satu grup sektor/subsektor yang mampu mendorong kegiatan ekonomi dan
menciptakan kesejahteraan di suatu daerah terutama melalui produksi, ekspor dan
penciptaan lapangan pekerjaan, sehingga identifikasi sektor unggulan sangat penting
terutama dalam rangka menetukan prioritas dan perencanaan pembangunan ekonomi
di daerah.
2.7. Penelitian Terdahulu
Beberapa hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu
dapat dijadikan dasar dan bahan pertimbangan dalam mengkaji penelitian ini.
Penelitian Tampubolon Tahun 2001, dengan judul pembangunan dan
ketimpangan wilayah pantai barat dan pantai tirmur sumatera utara, menyimpulkan
bahwa karakteristik wilayah mempengaruhi ketimpangan pendapatan antar wilayah.
Potensi sektor-sektor wilayah mempengaruhi perubahan struktur okonomi. Struktur
ekonomi wilayah pantai barat menuju industri pengolahan hasil pertanian dan struktur
ekonomi wilayah pantai timur menuju industri pengolahan barang jadi.
Penelitian Supangkat tahun 2002, dengan judul Penelitian Analisis Penentuan
sektor Prioritas dalam Peningkatan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan dengan
bahwa sektor pertanian dan industri pengolahan berpeluang untuk dijadikan sektor
prioritas bagi peningkatan pembangunan daerah Kabupaten Asahan, terutama sub
sektor perkebunan, perikanan dan industri besar, serta sedang.
Penelitian yang dilakukan oleh Marhayanie tahun 2003, dengan judul
Identifikasi Sektor Ekonomi Potensial dalam Perencanaan Pembangunan Kota
Medan. Hasil Penelitian dengan menganalisisi kontribusi per sektor, analisis
lingkage, analisis angka pengganda diperoleh bahwa sektor ekonomi yang potensial
dalam pembangunan Kota Medan adalah sektor industri pengolahan.
2.8. Kerangka Pemikiran
Adanya perbedaan laju pertumbuhan ekonomi antar daerah satu dengan
daerah lainnya merupakan fenomena yang umum dijumpai, terutama dinegara
berkembang. Namun tentunya bukan sebuah alasan yang tepat untuk kemudian
membiarkan situasi tersebut terus berlangsung. Perbedaan tingkat pembangunan
tersebut dipengaruhi oleh banyak hal seperti ketersediaan sumberdaya alam, tenaga
kerja, luas daerah, pasar ekspor, kebijakan pemerintah dan faktor-faktor lainnya.
Pertumbuhan pendapatan suatu daerah ditentukan dengan bagaimana daerah
yang bersangkutan berperan sebagai eksportir bagi daerah sekitarnya. Menurut teori
basis ekonomi kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi kegiatan basis dan non
basis. Sektor basis merupakan sektor pasar dari dalam maupun dari luar sedangkan
Analisis tentang faktor penentu pertumbuhan ekonomi daerah dibutuhkan
untuk perumusan kebijakan pembangunan ekonomi yang tepat pada daerah tersebut
dimasa mendatang. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka, kebijakan yang
tepat dapat dibuat sebagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada
wilayah itu.
Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu
indikator penting untuk melihat sebereapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu
wilayah. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang di gunakan
untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan. Oleh karena itu strategi pembangunan
di upayakan untuk menggali potensi yang ada, agar dapat memacu pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan di daerah.
Berdasarkan data informasi yang terkandung dalam PDRB, maka dapat
dilakukan beberapa analisis untuk memperoleh informasi tentang:
1. Klasifikasi Pertumbuhan Sektor
Analisis ini diperlukan untuk mengidentifikasi posisi perekonomian suatu daerah
dengan mengacu pada perekonomian daerah yang lebih tinggi. Hasil analisis
akan menunjukkan posisi sektor dalam PDRB yang di klasifikasikan atas sektor
maju dan tumbuh pesat, sektor potensial atau masih dapat berkembang, sektor
relatifi tertinggal, dan sektor maju tapi tertekan. Berdasarkan klasifikasi ini dapat
dijadikan dasar bagi penentu kebijakan pembangunan atau posisi perekonomian
2. Sektor basis dan non basis
Kegiatan ekonomi berdasarkan teori ekonomi basis diklasifikasikan kedalam dua
sektor, yaitu sektor basis dan non basis. Analisis ini diperlukan untuk
mengidentifikasi kegiatan ekonomi daerah yang bersifat ekspor dan non ekspor
dan mengetahui laju pertumbuhan sektor basis dari tahun ke tahun. Pertumbuhan
beberapa sektor basis akan menentukan pembangunan daerah secara keseluruhan,
Peningkatan pendapatan tidak hanya menyebabkan kenaikan permintaan
terhadap sektor non basis, tetapi juga akan meningkatkan permintaan terhadap
sektor non basis yang berarti juga mendorong kenaikan investasi sektor non
basis.
3. Perubahan dan Pergeseran Sektor
Analisis ini dibutuhkan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor pada
perekonomian suatu daerah. Hasil analisis akan menggambarkan kinerja
sektor-sektor dalam PDRB suatu daerah dibandingkan wilayah referensi. Apabila
penyimpangan positif, maka dikatakan suatu sektor dalam PDRB memiliki
keunggulan kompetitif atau sebaliknya.
Pembangunan yang berorientasi pada pencapaian target sektoral,
keberhasilannya dapat dilihat dari kontribusi sektor terhadap pembentukan PDRB
dari tahun ke tahun. Pertumbuhan perekonomian mengakibatkan terjadinya
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada wilayah Kabupaten Tapanuli Utara yang
memiliki 15 Kecamatan, yang merupakan salah satu kabupaten dalam Provinsi
Sumatera Utara. Pertimbangan penelitian dilakukan di Kabupaten Tapanuli Utara,
agar hasil penelitian nantinya memberikan gambaran mengenai sektor-sektor
unggulan yang memiliki potensi untuk dikembangkan dan menjadi skala prioritas
dalam perencanaan pembangunan dan menjadi bahan pertimbangan dalam membuat
kebijakan pembangunan di Kabupaten Tapanuli Utara.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam periode 2005-2009. Data
tersebut diperoleh dari beberapa sumber yaitu:
1. Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHK Sumatera Utara, PDRB
Kabupaten Tapanuli Utara dan PDRB tiap kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara,
yang dirinci menurut lapangan usaha (sektor). Nilai PDRB tersebut didasarkan pada
harga konstan (PDRB riil) dengan tahun dasar 2000 dan PDRB atas harga berlaku.
Data pendapatan per kapita tahun 2005-2009. Data tersebut bersumber dari PDRB tiap
kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara 2005-2009 menurut lapangan usaha, yang
2. Data sekunder lainnya yang mendukung dan masih memiliki kaitan dengan
penelitian ini.
3. Peta wilayah Kabupaten Tapanuli Utara yang bersumber dan dipublikasikan oleh
BPS.
4. Tapanuli Utara Dalam Angka yang dipublikasikan oleh BPS.
3.3. Metode Analisis Data
Untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan, maka digunakan
beberapa metode analisis data, yaitu:
1. Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk memperoleh klasifikasi pertumbuhan
sektor perekonomian wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.
2. Analisis Shift share digunakan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor perekonomian wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.
3. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) digunakan untuk melihat perbandingan
pertumbuhan ekonomi antar satu daerah dengan daerah lain dengan mengamati
sektor-sektor ekonomi
4. Analisis Location Quotient digunakan untuk mengidentifikasi sektor unggulan perekonomian dalam perekonomian yang ada di wilayah Kabupaten Tapanuli
Utara.
5. Kombinasi MRP dan LQ berdasarkan Tipologi Klassen yaitu untuk melihat
kategori menurut tipologi Klassen.
3.3.1 Analisis Tipologi Klassen
Gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah merupakan
analisis yang cukup penting untuk melihat kondisi perekonomian suatu daerah.
Dengan melihat pola dan struktur pertumbuhan ekonomi akan dapat terlihat
bagaimana potensi relatif perekonomiannya suatu daerah baik secara agregat dan
sektoral terhadap daerah lain sekitarnya.
Untuk mengetahui gambaran tentang klasifikasi tiap kecamatan di Kabupaten
Tapanuli Utara digunakan klassen typology sebagai dasar analisis. Analisis ini didasarkan pada dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi dan pendapatan
per kapita di suatu daerah. Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi
sebagai sumbu vertical dan rata-rata pendapatan perkapita sebagai sumbu horizontal.
Menurut Sjafrizal (2008) melalui alat analisis ini dapat diperoleh empat
klasifikasi daerah yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda yaitu:
1. Kuadran I yaitu daerah maju dan cepat tumbuh (high growth and high income) merupakan daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan
per kapita yang lebih tinggi dibanding rata-rata kecamatan ataupun
kabupaten/kota.
pendapatan per kapita lebih tinggi dibanding rata-rata kecamatan ataupun
kabupaten/kota.
3. Kuadran III yaitu sektor sedang tumbuh (high growth but low income ) merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi tapi pendapatan per
kapitanya lebih rendah dibanding rata-rata kecamatan ataupun kabupaten/kota.
4. Kuadran IV yaitu sektor relatif tertinggal (low growth and low income ) merupakan daerah yang pertumbuhan ekonomi maupun pendapatan perkapitanya
lebih rendah dibanding rata-rata kecamatan ataupun kabupaten/kota.
Tabel 3.1. Klasifikasi Daerah Menurut Klassen Typology
_
> Daerah maju dan tumbuh cepatKuadran I
Kuadran III
< Daerah maju tapi tertekanKuadran II
Kuadran IV Daerah relatif tertinggal
Keterangan:
Rij adalah laju pertumbuhan PDRB ADHK 2000 tiap kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara
j
R
_
adalah rata-rata laju pertumbuhan PDRB ADHK 2000 Kabupaten Tapanuli Utara Yij adalah pendapatan per kapita tiap kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara.
Yi adalah rata-rata pendapatan per kapita Kabupaten Tapanuli Utara.
3.3.2. Analisis Shift Share (Shift Share Analysis)
serta peranan perekonomian di daerah. Metode ini dipakai untuk mengamati struktur
perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan pertumbuhan sektor di
daerah, yang dibandingkan dengan sektor yang sama pada tingkat daerah yang lebih
tinggi atau nasional
Analisis tersebut dapat digunakan untuk mengkaji pergeseran struktur
perekonomian daerah dalam kaitannya dengan peningkatan perekonomian daerah
yang bertingkat lebih tinggi. Perekonomian daerah yang didominasi oleh sektor yang
lamban pertumbuhannya akan tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan perekonomian
daerah di atasnya.
Oleh banyak peneliti regional, analisis shift share dianggap sebaga teknik yang sangat baik untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibanding
perekonomian nasional (Tambunan, 2001). Dengan pendekatan analisis ini dapat
ditentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian suatu daerah dengan
membandingkannya dengan daerah yang lebih besar. Teknik ini biasa digunakan
untuk berbagai hal yang terkait dengan masalah-masalah ekonomi regional, misalnya
untuk mengidentifikasi sumber-sumber pertumbuhan regional.
Data yang biasa digunakan untuk analisis shift-share adalah pendapatan per kapita (Y/P), PDRB (Y) atau tenaga kerja (e) dengan tahun pengamatan pada rentang
waktu tertentu, misalnya pada penelitian ini tahun 2005-2009.
usaha atas dasar harga konstan tahun 2000. Penggunaan data harga konstan dengan
tahun dasar yang sama agar bobot (nilai riilnya) bisa sama dan perbandingan menjadi
valid (Tarigan, 2007)
Pertumbuhan ekonomi dan pergeseran struktural suatu perekonomian daerah
ditentukan oleh tiga komponen (Richardson,1991):
1. Provincial Share, yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan atau pergeseran struktur perekonomian suatu daerah (kabupaten/kota) dengan melihat
nilai PDRB daerah pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh
pergeseran pertumbuhan perekonomian daerah yang lebih tinggi (provinsi). Hasil
perhitungan tersebut akan menggambarkan peranan wilayah provinsi yang
mempengaruhi pertumbuhan perekonomian daerah kabupaten. Jika pertumbuhan
kabupaten sama dengan pertumbuhan provinsi maka peranannya terhadap
provinsi tetap.
2. Proportional Shift (Sp) atau industrial mix adalah pengaruh bauran industri atau pergeseran proporsional sektor i pada Kabupaten Tapanuli Utara pada wilayah j
(Provinsi Sumatera Utara).
3. Differential Shift (Sd), adalah perbedaan antara pertumbuhan ekonomi daerah (kabupaten) dan nilai tambah sektor yang sama di tingkat provinsi. Komponen ini
juga digunakan untuk mengetahui daya saing suatu sektor dengan sektor yang
sama pada tingkat daerah yang lebih tinggi (provinsi).
karena lingkungan dapat mendorong sektor tertentu untuk tumbuh lebih cepat.
Menurut Glasson (1977), kedua komponen shift yaitu Sp dan Sd memisahkan unsur-unsur pertumbuhan regional yang bersifat eksternal dan internal;Sp merupakan akibat pengaruh unsur-unsur eksternal yang bekerja secara nasional (provinsi), sedangkan
Sd adalah akibat dari pengaruh faktor-faktor yang bekerja dalam daerah yang bersangkutan.
Apabila nilai Sd dan Sp positif maka sektor yang bersangkutan dalam perekonomian daerah menempati posisi yang baik untuk daerah yang bersangkutan.
Sebaliknya, bila nilainya negatif maka perekonomian daerah sektor tersebut masih
dapat diperbaiki, antara lain dengan membandingkannya terhadap struktur
perekonomian provinsi (Richardson, 1991).
Sektor-sektor yang memiliki differential shift (Sd) positif memiliki keunggulan komparatif terhadap sektor yang sama di daerah lain. Selain itu,
sektor-sektor yang memiliki Sd positif berarti bahwa sektor tersebut terkonsentrasi di daerah dan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan daerah lainnya.
Apabila Sd negatif maka tingkat pertumbuhan sektor tersebut relatif lamban.
Keterangan:
G
ij : Regional Economic Growth, untuk mengukur pertumbuhan PDRB sektor i wilayah jij
PS : Provincial Share atau R: Regional Share, untuk mengukur PDRB provinsi sektor i wilayah j
ij
IM : Industrial Mix atau Sp: Proportional Shift, untuk mengukur pengaruh bauran industri sektor i wilayah j
ij
RS : Regional Shift atau Sd: Differential Shift, untuk mengukur pengaruh persaingan/daya saing sektor i wilayah j.
Beberapa pakar merasakan perlu memperluas analisis yang memperhitungkan
efek komposisi industri dengan menguraikan differential (competitive) shift yang ada. Misalnya, Esteban-Marquillas menyatakan bahwa regional shift di atas perlu diuraikan lebih jauh. Untuk keperluan itu Esteban-Marquillas memperkenalkan
konsep homothetic employment yaitu jumlah atau perubahan pendapatan yang diharapkan di sektor i wilayah j, yang diberi notasi
E
"
ij Homothetic employmentdapat juga diartikan sebagai variabel wilayah (
E
ij) bila struktur wilayah samadengan struktur provinsi atau
E
ij yang diharapkan. Rumus yang dipakai untukmemperoleh nilai homothetic employment
(HE) :
E
"
ij=E
j oleh Esteban-Marquillas adalah:
1. AEij =
(
Eij −E"ij)(
rij −rin)
2. RSEij = Eij(rij −rn)
di mana:
(
Eij −E"ij)
adalah spesialisasi yang muncul apabila variabel wilayah actual Eijlebihbesar dari variabel yang diharapkan.
(
rij−rin)
adalah keunggulan kompetitif yang muncul apabila laju pertumbuhan sektorregional lebih besar dari laju pertumbuhan provinsi.
Modifikasi Esteban-Marquillas terhadap model shift-share (SS) adalah sebagai berikut:
r = ' − adalah pertumbuhan sektor i Kabupaten Tapanuli Utara
in
r = ' − adalah pertumbuhan sektor i Provinsi Sumatera Utara
n
r = ' − adalah pertumbuhan PDRB total Provinsi Sumatera Utara
ij
E' adalah PDRB sektor i Kabupaten Tapanuli Utara tahun akhir (2009)
in
E adalah PDRB sektor i Provinsi Sumatera Utara tahun awal (2005)
in
E' adalah PDRB sektor i Provinsi Sumatera Utara tahun akhir (2009)
j
E adalah total PDRB Kabupaten Tapanuli Utara tahun awal (2005)
n
E adalah total PDRB Provinsi Sumatera Utara tahun awal (2005)
n
E' adalah total PDRB Provinsi Sumatera Utara tahun akhir (2009)
ij
E" adalah variabel wilayah (Eij) yang diharapkan
Menurut Olsen dan Herzog (1977) allocation effect (AE) mempunyai empat kemungkinan (Soepono, 1993):
1. Eij −E"ij >0dan rij−rin> 0 = specialized, competitive advantage (S, CA)
2. Eij −E"ij >0dan rij−rin< 0 = specialized, competitive disadvantage (S, CD)
3. Eij −E"ij <0dan rij−rin> 0 = not specialized, competitive advantage (NS, CA)
4.Eij −E"ij<0dan rij−rin> 0 = not specialized, competitive disadvantage (NS, CD)
Sektor yang spesialisasi dan kompetitif adalah sektor unggulan daerah dan
mampu bersaing dengan sektor yang sama di daerah lain. Sektor yang spesialisasi
tetapi tidak kompetitif adalah sektor unggulan tetapi produk yang dihasilkan tidak
mampu bersaing dengan daerah lain. Sektor yang tidak spesialisasi tetapi kompetitif
adalah sektor yang bukan unggulan tetapi produk yang dihasilkan mampu bersaing
yang bukan unggulan dan tidak mampu bersaing dengan daerah lain.
3.2.3. Model Rasio Pertumbuhan
Model rasio pertumbuhan (MRP) merupakan modifikasi dari analisis shift share (Field dan MacGregor, 1993). Model rasio pertumbuhan (MRP) digunakan untuk melihat perbandingan pertumbuhan ekonomi antar satu daerah dengan daerah
lain dengan mengamati sektor-sektor ekonomi. Analisis ini untuk membandingkan
pertumbuhan suatu sektor yang dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu rasio
pertumbuhan referensi (RPR) dan rasio pertumbuhan studi (RPs).
)
RP adalah rasio pertumbuhan wilayah referensi
iR E
∆ = EiR(t)- EiR(0) adalah perubahan PDRB ADHK 2000 sektor i di wilayah
rerensi dari tahun dasar sampai tahun t
) 0 (
iR
E adalah PDRB ADHK 2000 sektor i di wilayah referensi pada tahun dasar
R E
∆ = ER(t)- ER(0)adalah perubahan total PDRB ADHK 2000 di wilayah referensi
dari tahun dasar sampai tahun t
) 0 (
R
)
RPs adalah rasio pertumbuhan wilayah studi
ij E
∆ = Eij(t)- Eij(0) adalah perubahan PDRB ADHK 2000 sektor i di wilayah studi j
dari tahun dasar sampai tahun t
) 0 (
ij
E adalah PDRB ADHK 2000 sektor i di wilayah studi j pada tahun dasar
iR E
∆ = EiR(t)- EiR(0)adalah perubahan PDRB ADHK 2000 sektor i di wilayah
referensi dari tahun dasar sampai tahun t
) 0 (
iR
E adalah PDRB ADHK 2000 sektor i di wilayah referensi pada tahun dasar
Jika nilai RP lebih besar dari satu dikatakan positif dan jika kurang dari satu
dikatakan negatif. RPR yang positif menunjukkan pertumbuhan suatu sektor pada
wilayah referensi lebih tinggi dari pada pertumbuhan PDRB wilayah referensi dan
demikian pula sebaliknya jika RPR negatif. RPsmembandingkan pertumbuhan sektor dalam wilayah studi dengan pertumbuhan sektor yang sama dalam wilayah
referensi. Bila pertumbuhan sektor wilayah studi lebih tinggi dari pertumbuhan sektor
wilayah referensi maka RPsbernilai positif. Bila pertumbuhan sektor wilayah studi lebih rendah dari pertumbuhan sektor wilayah referensi maka RPs bernilai negatif. 3.2.4. Analisis Location Quotient (LQ)