• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Potensi dan Strategi Pembangunan di Kabupaten Tapanuli Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Potensi dan Strategi Pembangunan di Kabupaten Tapanuli Utara"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan

2.1.1 Pembangunan Ekonomi

(2)

2.1.1.1 Teori Pembangunan Ekonomi

Menurut Adam Smith, terdapat dua aspek utama pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Pada pertumbuhan output total terdapat tiga unsur pokok dari sistem produksi suatu negara ialah sumber daya alam yang tersedia, sumber daya insani dan stok barang modal yang ada. Menurut Adam Smith, sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah yang paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jika suatu saat nanti semua sumber daya alam tersebut telah digunakan secara penuh maka pertumbuhan output pun akan berhenti. Sedangkan sumber daya insani memiliki peranan yang pasif dalam proses pertumbuhan output dan stok modal merupakan unsur produksi yang secara aktif menentukan tingkat output. Sedangkan pada pertumbuhan penduduk, jumlah penduduk akan meningkat jika tingkat upah yang berlaku lebih tinggi dari tingkat upah subsisten yaitu tingkat upah yang pas-pasan untuk hidup.

Rostow menjelaskan bahwa proses pembangunan terbagi menjadi lima tahapan, yaitu:

a) Tradisional

Daerah pada tahapan ini memiliki kemampuan terbatas atas kepemilikan teknologi dibanding daerah lainnya dan kemungkinan memiliki kehidupan pada sosial budaya yang sudah ada.

b) Take Off Precondition

(3)

daerah yang belum berkembang seperti investasi pada transportasi, komunikasi, dan kegiatan memproduksi barang dan jasa.Selain itu, daerah yang sudah berkembang juga memberikan bantuan tenaga ahli untuk meningkatkan kemampuan tenaga kerja pada daerh yang belum berkembang.

c) Take Off

Tahapan take off ini akan terjadi ketika sudah ada stimulus eksternal seperti adanya investasi dan terdapat suatu sistem sosial dan politik guna mencapai investasi yang berkesinambungan.

d) Maturity

Maturity adalah tahapan dimana suatu daerah mampu mendorong investasi yang berkesinambungan dalam aspek pertahanan dan industri dibidang bahan kimia.

e) Mass Consumption

Mass Consumption adalah tahapan yang terjadi ketika suatu daerah mampu melakukan lebih banyak ekspor dibanding impor.

2.1.2 Pembangunan Ekonomi Daerah

(4)

Menurut Khuldun Munji mendefinisikan pembangunan daerah sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas dan perikehidupan manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara terus menerus, berlandaskan kemampuan kemampuan daerah dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan keadaan daerah, nasional, dan global.

Selanjutnya, tujuan utama dari pembangunan ekonomi daerah adalah untuk meningkatkan dan memperbesar peluang kerja bagi masyarakat yang ada di daerah. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakat harus bersama-sama mengambil inisiatif memanfaatkan seluruh potensi yang ada secara optimal untuk membangun daerah demi menciptakan kesejahteraan mayarakat. Karakteristik utama dari pembangunan ekonomi daerah adalah penekanan pada pembangunan endogen yang menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya alam, daerah untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi daerah.

Keberhasilan pembangunan daerah ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:

 Keadaan daerah, yang meliputi keadaan sosial, politik, budaya, keamanan, fisik daerah dan sarana umum;

 Rencana pembangunan, yang meliputi tujuan, sasaran, target pembangunan, strategi dan rencana pembangunan;

(5)

 Pengaruh luar, yang meliputi keadaan sosial, politik, ekonomi, keamanan dunia dan kekuatan yang secara khusus mempengaruhi;

 Pelaksanaan, yang meliputi ketentuan-ketentuan serta pengaturan dan pelaksanaan rencana pembangunan.

2.1.2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah a. Teori Basis Ekonomi

Teori ini merupakan teori yang membagi kegiatan produksi atau jenis pekerjaan yang terdapat pada suatu wilayah menjadi pekerjaan basis (dasar) dan pekerjaan service (pelayanan) atau sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat eksogen artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya sedangkan sektor non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat didaerah itu sendiri. Oleh karena itu, teori ini tergantung pada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat endogeneous (tidak bebas tumbuh). Pertumbuhan tersebut tergantung pada kondisi perekonomian wilayah secara keseluruhan (Tarigan, 2005).

(6)

dari kenaikan pendapatan pada sektor basis. Asumsi teknik ini adalah penduduk di daerah studi juga mempunyai pola permintaan pada tingkat wilayah referensi (pola pengeluaran secara geografis sama) dan produktivitas tenaga kerja sama serta setiap industri menghasilkan barang yang homogen pada setiap sektor (Arsyad, 2002). Sutikno dan Maryunani (2007) menyebutkan bahwa semakin banyak sektor basis pada suatu daerah akan menambah arus pendapatan kedalam daerah yang bersangkutan, menambah permintaan terhadap barang dan jasa didalamnya dan meningkatkan nilai investasi serta menimbulkan kenaikan volume kegiatan non basis. Oleh sebab itu, sebenarnya kegiatan basis memiliki peran yang sangat penting sebagai penggerak pertama yang akan berdampak pada setiap perubahan pendapatan sektor tersebut serta memberikan efek pengganda terhadap perekonomian agregat daerah.

Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah digunakan analisis Location Quotient (LQ). LQ digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor basis atau unggulan dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah tersebut dengan peranan kegiatan atau industri sejenis dalam perekonomian regional (Emilia, 2006:24).

LQ menggunakan rasio total nilai PDRB disuatu daerah (kabupaten/kota) dibandingkan dengan rasio PDRB pada sektor yang sama di wilayah referensi (provinsi/nasional).

(7)

� = �⁄ � ⁄

Keterangan :

LQ : Indeks Location Quotient

si : PDRB Sektor i wilayah studi dalam juta rupiah S : PDRB total wilayah studi dalam juta rupiah ni : PDRB sektor i wilayah referensi dalam juta rupiah N : PDRB total wilayah referensi

Apabila nilai LQ sudah diketahui, maka terdapat beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam menentukan sektor basis, yaitu :

a) Apabila nilai LQ > 1 artinya sektor tersebut memiliki peranan yang sangat dominan di daerah studi dibanding dengan peranan sektor yang sama di daerah referensi. Nilai LQ > 1 seringkali juga dijadikan acuan untuk mengetahui suatu daerah unggul dalam sektor yang menjadi sektor basis tersebut.

b) LQ = 1 artinya sektor tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan di daerah yang memiliki sektor tersebut.

c) Apabila nilai LQ < 1 artinya peranan sektor tersebut di daerah studi lebih kecil dari pada peranan sektor tersebut di wilayah referensi.

b. Teori Pertumbuhan Jalur Cepat

(8)

potensi alam maupun karena sektor itu memiliki competitive advantage untuk dikembangkan (Tarigan, 2005). Artinya dengan kebutuhan modal yang sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar, dapat berproduksi dalam waktu yang relatif singkat dan volume sumbangan untuk perekonomian cukup besar agar pasarnya terjamin, produk tersebut harus dapat menembus dan bersaing di pasar luar negeri.

Mensinergikan sektor-sektor adalah membuat semua sektor-sektor saling terkait dan saling mendukung. Misalnya, usaha perkebunan yang dibuat bersinergi dengan usaha peternakan. Rumput/limbah perkebunan dapat dijadikan pupuk untuk tanaman perkebunan. Contoh lain adalah usaha pengangkutan dan usaha perbengkelan. Dengan demikian, pertumbuhan sektor yang satu mendorong pertumbuhan yang lain, begitu juga sebaliknya. Menggabungkan kebijakan jalur ceoat (turnpike) dan mensinergikan dengan sektor lain yang terkait akan mampu membuat perekonomian tumbuh cepat.

2.2 Pertumbuhan

2.2.1 Pertumbuhan Ekonomi

(9)

ekonomi merupakan suatu proses bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Artinya, aspek tersebut bersifat dinamis mencakup peningkatan output yang diimbangi dengan peningkatan kemampuan penduduk dalam memproduksi output tersebut dalam waktu yang cukup panjang. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan pendapatan bagi masyarakat pada suatu periode tertentu (Laksani, 2010). Seperti halnya menurut Case dan Fair (2007) pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan output atas penambahan faktor produksi. Bahkan Kuznet (1959) menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi bukanlah hanya terdapat peningkatan output pada suat negara saja melainkan mampu menyediakan berbagai barang ekonomi untuk penduduknya dalam waktu yang cukup panjang. Formula yang digunakan untuk menghitung pertumbuhan ekonomi yaitu:

� � ℎ = ��− ��−1

�−1 ×

Keterangan :

PDBt : PDB tahun tertentu PDBt-1 : PDB tahun sebelumnya

Berdasarkan formula diatas diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dengan cara membandingkan PDB pada tahun tertentu (PDBt) dengan PDB sebelumnya (PDBt-1).

2.2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi

(10)

banyak jenis barang-barang ekonomi bagi para penduduknya. Definisi ini memiliki 3 komponen utama, yaitu pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat. Menurut Boediono (1999), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output dalam jangka panjang. Pengertian ini mencakup tiga aspek, yaitu proses, output perkapita, dan jangka panjang. Boediono (1999) juga menyebutkan secara lebih lanjut bahwa Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan ”output

perkapita”. Dalam pengertian ini, teori tersebut harus mencakup teori mengenai

pertumbuhan GDP dan teori mengenai pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perluasan struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999).

2.3 Strategi Pembangunan

(11)

peran penting sebagai pemercepat terjadinya transformasi masyarakat yang bisa dilakukan dengan mengidentifikasikan area keuntungan komparatif negara. Mengidentifikasikan area ini dan mempublikasikannya sebagai barang publik adalah tanggung jawab pemerintah.

Strategi pembangunan perlu memajukan wacana (vision) tentang transformasi, akan seperti apa masyarakat kita 20 tahun mendatang. Wacana ini tentu mengandung tujuan-tujuan kuantitatif, seperti mengurangi kemiskinan (sebanyak setengah) dan memperhatikan pendidikan, namun hal tersebut merupakan elemen- elemen atau target dalam proses transformasi, bukan wacana dari transformasi itu sendiri. Strategi pembangunan kadang dilihat sebagai blueprint, sebuah peta yang menggambarkan kemana masyarakat akan menuju.

Dalam membuat strategi kebijakan perlu diperhatikan beberapa aspek, diantaranya menetapkan prioritas, koordinasi, dan consensus builders. Semua masyarakat memiliki keterbatasan sumber daya; apalagi bagi masyarakat pada negara miskin. Diatas keterbatasan sumber daya yang dimiliki masyarakat adalah keterbatasan kemampuan (capacity) pemerintah, oleh karena itu, strategi pembangunan perlu menetapkan prioritas. Kunci utama dari prioritas adalah kesadaran akan hal apa yang perlu dikerjakan terlebih dahulu sebelum hal yang lain.

(12)

negara dan tujuan jangka pendek dan menengah, tapi juga merupakan bagian yang penting untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Pembangunan konsensus (consensus building) tidak hanya penting sebagai bagian untuk mencapai stabilitas sosial dan politik, tapi juga menggiring kepada “ownership” kebijakan dan

institusi yang dapat meningkatkan kesuksesan. Sebuah strategi harus memasukkan komponen-komponen yang bertujuan untuk mengembangkan sektor swasta, sektor publik, masyarakat, keluarga dan individu.

2.4 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Pengukuran PDRB dapat disajikan melalui 2 (dua) jenis pendekatan antara lain yaitu:

1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku merupakan jumlah seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam suatu periode tertentu yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan. NTB atas dasar harga berlaku yang didapat dari pengurangan NPB/Output dengan biaya masing – masing dinilai atas dasar harga berlaku.

2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK).

(13)

telah dihilangkan dengan cara menilai produksi dengan harga suatu tahun dasar tertentu. Penghitungan atas dasar konstan berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral.

2.4.1 Metode Perhitungan PDRB

Ada dua metode yang dapat dipakai untuk menghitung PDRB, yaitu Metode Langsung dan Metode Tidak Langsung.

1. Metode Langsung

Penghitungan didasarkan sepenuhnya pada data daerah, hasil penghitungannya mencakup seluruh produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Pemakaian metode ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan :

a) Pendekatan Produksi

Berdasarkan Pendekatan Produksi, PDRB merupakan jumlah Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di suatu wilayah dalam periode tertentu. Sedangkan NTB adalah Nilai Produksi Bruto (NPB/ Output ) dari barang dan jasa tersebut dikurangi seluruh biaya antara yang digunakan dalam proses produksi.

b) Pendekatan Pendapatan

(14)

faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan.

c) Pendekatan Pengeluaran

Berdasarkan Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari : (1) Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga dan Lembaga Swasta Nirlaba, (2) Konsumsi Pemerintah, (3) Pembentukan Modal Tetap Bruto, (4) Perubahan Stok, dan (5) Ekspor Neto (ekspor dikurangi impor).

1. Metode Tidak Langsung (Alokasi)

Dengan Metode Tidak Langsung/ Alokasi, nilai tambah suatu kelompok ekonomi dihitung dengan mengalokasikan nilai tambah nasional ke dalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut.

2.5 Sektor Potensial

(15)

potensial tersebut memiliki laju pertumbuhan yang tinggi; kedua, sektor tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar; ketiga, sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang; keempat, dapat juga diartikan sebagai sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.

Dalam pengembangan wilayah/daerah, pengembangan tidak dapat dilakukan serentak pada semua sektor perekonomian akan tetapi diprioritaskan pada pengembangan sektor-sektor yang potensi berkembangnya cukup besar. Sektor ini diharapkan dapat tumbuh dan berkembang pesat yang akan merangsang sektor-sektor lain yang terkait untuk berkembang mengimbangi sektor-sektor potensial tersebut. Pertumbuhan yang cepat dari sektor potensial tersebut akan mendorong polarisasi dari unit-unit ekonomi lainnya yang pada akhirnya secara tidak langsung sektor perekonomian lainnya akan mengalami perkembangan.

2.6 Penelitian Terdahulu

Monang Putra Dinata Sinaga (2013), tentang “Analisis Potensi Ekonomi

Wilayah Provinsi Sumatera Utara”, menggunakan data sekunder berupa data time

(16)

memiliki keunggulan/daya saing kompetitif di Provinsi Sumatera Utara adalah sektor jasa dan berdasarkan hasil empat alat analisis yang digunakan, yang menjadi sektor basis di Provinsi Sumatera Utara adalah sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa.

Anita Ayu Nehe (2014), tentang “Analisis Pola Pertumbuhan Ekonomi

dan Sektor Potensial Kabupaten Samosir”, menggunakan data sekunder berupa

data PDRB atas dasar harga konstan, baik laju pertumbuhan, kontribusi, dan perkapita tahun 2006-2012. Metode analisis yang digunakan adalah Tipologi Klassen, Location Quotient (LQ), Model Rasio Pertumbuhan (MRP), Overlay, dan Trend. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pertumbuhan ekonomi Kabupaten Samosir termasuk dalam klasifikasi daerah tertinggal dan sektor ekonomi yang paling potensial adalah sektor pertanian dan sektor jasa.

Hoirun Nisa (2014), tentang “Analisis Potensi dan Pengembangan

Wilayah Kabupaten Lebak Provinsi Banten”, metode analisis yang digunakan

(17)

kompetitif namun hanya terdapat beberapa sektor yang memiliki kemampuan spesialisasi. Sektor yang memiliki keunggulan kompetitif dan spesialisasi diantaranya yaitu sektor pertambangan dan penggalian, bangunan atau konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Keempat sektor tersebut merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sedangkan sektor yang sebenarnya dapat dipicu untuk menjadi sektor yang dominan atau mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi. Interaksi Kabupaten Lebak yang paling kuat dengan Kabupaten Tangerang kemudian Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kota Serang serta interaksi terlemah yaitu dengan Kota Cilegon

Aditya Nugraha Putra (2013), tentang “Analisis Potensi Ekonomi

Kabupaten dan Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”, menggunakan

(18)

Asri Dwi Asmarani (2010), tentang “Strategi Kebijakan Pembangunan

Daerah Kabupaten Klaten : Pendekatan Analisis SWOT dan AHP”, menggunakan data primer, yaitu lewat kuisioner SWOT dan kuisioner AHP. Metode analisis yang digunakan adalah analisis SWOT dan AHP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sasaran pembangunan yang harus diprioritaskan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dengan cara memperkuat perekonomian mikro.

2.7 Kerangka Konseptual

Perekonomian daerah dapat dinilai dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapitanya. Dari total PDRB dapat dilihat sektor apa yang menjadi sektor potensial suatu daerah. Namun sektor-sektor potensial tersebut belum teridentifikasi dengan benar seperti sektor basis dengan keunggulan kompetitif, dan spesialisasi belum diketahui. Begitu juga dengan daerah acuan sebagai pengembangan pembangunan yang belum terlihat. Ini menjadi masalah dalam pengembangan pembangunan di daerah tersebut. Merujuk kepada Teori yang ada seperti teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi wilayah, untuk mengetahui sektor basis yang dapat menjadi sektor potensial dalam pengembangan wilayah dapat digunakan alat analisis LQ. Lalu sektor mana yang bersifat kompetitif dan spesialisasi dapat menggunakan alat analisis MRP dan Overlay. Setelah semua alat analisis digunakan, maka akan didapatkan suatu hasil. Hasil tersebut dijadikan kesimpulan berupa strategi-strategi pembangunan. Dengan kebijakan serta strategi-strategi-strategi-strategi tersebut akan ada implikasinya berupa prioritas pembangunan daerah.

(19)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Perekonomian Daerah Tapanuli Utara

PDRB

Potensi Daerah

Penentuan Sektor yang Bersifat Kompetitif dan

Spesialisasi Penentuan Sektor Basis

Location Quotient (LQ)

Kesimpulan serta Strategi Pembangunan Daerah

Analisis MRP & Overlay

Analisis Shift Share

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

seefisien mungkin agar memudahkan karyawan dan konsumen. Koperasi An-nur Kita disarankan untuk menciptakan Atmosfer Toko yang baik dan sesuai selera konsumen dapat berpengaruh

További eredményeink, hogy a pozitív múltorientáció pozitív kapcsolatban áll az észlelt egészséggel, illetve minél inkább jellemző ez az időperspektíva az emberekre,

Melalui kegiatan ini dapat diketahui apa saja capaian-capaian atau program- program apa saja yang telah berhasil diwujudkan sesuai dengan isi dokumen Rencana Pembangunan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar modal yang dikeluarkan untuk setiap unit penggilingan padi mobile di daerah penelitian, besar biaya produksi, besar

Bidang I : BIDANG ORGANISASI DAN KADERISASI, BIDANG HUKUM DAN PEMBERDAYAAN POLITIK, BIDANG KERJASAMA LUAR NEGERI, BIDANG HUBUNGAN DALAM NEGERI/ANTAR LEMBAGA.. Bidang Organisasi

Penelitian lain tentang faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat dalam pelaksanaan sasaran keselamatan pasien di Rumah Sakit Stella Maris Makasar dengan

[r]

Terkait dengan aspek ini, pelaksanaan evaluasi difokuskan pada kinerja proses dan hasil belajar yang dijadikan indikator keberhasilan proses belajar mengajar..