• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Pertumbuhan Ekonomi

2.3.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Prof. Simon Kuznets dalam kuliahnya pada peringatan Nobel mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang- barang ekonomi kepada penduduknya; kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya.(Jhingan, 2008:57). Selain itu, pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu

perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.(Sukirno, 2006:9). Menurut pandangan kaum ekonomi klasik (Adam Smith, David Ricardo, Thomas Robert Malthus, dan John Stuart Mill) maupun ekonom neoklasik (Robert Solow dan Trevor Swan), pada dasarnya ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu jumlah penduduk, jumlah stok barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang digunakan.

Menurut Boediono (1985), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Pengertian tersebut mencakup tiga aspek, yaitu: proses, output perkapita, dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses, bukan gambaran ekonomi pada suatu saat . Mencerminkan aspek dinamis dari suatu perekonomian yaitu melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu.

Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output perkapita. Dalam hal ini berkaitan dengan output total (GDP) dan jumlah penduduk. Output perkapita adalah output total dibagi dengan jumlah penduduk. Jadi kenaikan output perkapita harus dianalisis dengan melihat apa yang terjadi dengan output total di satu pihak dan jumlah penduduk di pihak lain. Dengan perkataan lain, pertumbuhan ekonomi mencakup GDP total dan pertumbuhan penduduk. Aspek ketiga dari pengertian pertumbuhan ekonomi adalah perspektif jangka panjang. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila dalam waktu yang cukup lama mengalami kenaikan output perkapita. Tentu saja dalam waktu tersebut bisa terjadi kemerosotan output perkapita, misalnya gagal panen. Tetapi

bila dalam waktu yang cukup panjang, output perkapita menunjukkan kecenderungan yang meningkat sehingga terjadi pertumbuhan ekonomi. Adanya kenaikan output perkapita harus diikuti kenaikan output yang bersumber dari proses intern perekonomian tersebut. Dengan kata lain proses pertumbuhan ekonomi harus bersifat self-generating, yang berarti bahwa proses pertumbuhan itu sendiri menghasilkan kekuatan bagi timbulnya kelanjutan pertumbuhan dalam periode-periode selanjutnya.

2.3.2 Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai penjelasan mengenai faktor- faktor apa yang menentukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang dan bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan.

Teori-teori pertumbuhan ekonomi dapat dikelompokkan menjadi beberapa teori, yaitu:

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Kaum klasik merupakan ahli-ahli ekonomi yang mengemukakan analisisnya sebelum tahun 1870. Yang termasuk kaum klasik antara lain Adam Smith, David Ricardo, Robert Malthus, dan John Stuart Mill.

Beberapa kesimpulan dari teori kaum klasik antara lain:

a. Tingkat perkembangan suatu masyarakat tergantung kepada empat faktor, yaitu jmlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah, tingkat teknologi yang dicapai.

b. Pendapatan nasional suatu masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga jenis pandapatan, yaitu upah para pekerja, keuntungan para pengusaha, dan sewa tanah yang diterima pemilik tanah.

c. Kenaikan upah akan menyebabkan pertambahan penduduk.

d. Tingkat keuntungan merupakan faktor yang menentukan besarnya pembentukan modal; apabila tidak terdapat keuntungan maka pembentukan modal tidak akan terjadi dan perekonomian akan mencapai tingkat stationary state.

e. Hukum hasil lebih yang makin berkurang berlaku untuk segala kegiatan ekonomi sehingga mengakibatkan tanpa adanya kemajuan teknologi, pertambahan penduduk akan menurunkan tingkat upah, menurunkan tingkat keuntungan, akan tetapi menaikkan tingkat sewa tanah.

f. Faktor-faktor bukan ekonomi yang mempunyai peranan penting seperti kepercayaan masyarakat, kebiasaan berpikir, adat istiadat, dan corak institusi yang ada (menurut Mill).

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo-Klasik

Sejak pertengahan tahun 1950-an berkembang serangkaian analisis mengenai pertumbuhan ekonomi yang didasarkan pada pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik. Oleh sebab itu, dewasa ini teori tersebut dikenal sebagai teori pertumbuhan Neo-Klasik. Ahli ekonomi yang menjadi perintis mengembangkan teori tersebut adalah Solow.(Sukirno, 2006:263). Selain itu

ada ahli-ahli ekonomi Neo-Klasik antara lain: Trevor Swan, Alfred Marshal, dan Joseph Schumpeter.

Pandangan menurut Neo-Klasik antara lain:

a. Pertumbuhan ekonomi tergantung kepada pertambahan penawaran faktor-faktor produksi dan tingkat kemajuan teknologi sehingga perekonomian akan berkembang.

b. Rasio modal produksi dapat dengan mudah mengalami perubahan. Adanya fleksibilitas ini, suatu perekonomian mempunyai kebebasan yang tidak terbatas dalam menentukan gabungan modal dan tenaga kerja yang akan digunakan dalam menghasilkan sejumlah produksi tertentu.

c. Pembangunan ekonomi terutama diciptakan oleh inisiatif dari golongan pengusaha yang inovatif atau golongan entrepreneur (menurut Schumpeter).

3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern

Yang termasuk golongan ini antara lain: Harrod-Domar, Rostow, Kuznets dan Chenery. Teori pertumbuhan Harrod-Domar dikembangkan oleh dua orang ahli ekonomi sesudah Keynes, yaitu Evsey Domar dan R.F.Harrod. Pada dasarnya teori tersebut sebenarnya dikembangkan oleh kedua ahli ekonomi itu secara terpisah. Tetapi, karena inti dari teori tersebut sama, maka dewasa ini ia dikenal sebagai teori Harrod-Domar.(Sukirno: 2006:255). Teori Harrod-Domar merupakan perluasan dari analisis Keynes mengenai kegiatan ekonomi nasional dan masalah penggunaan tenaga kerja.

Dengan perkataan lain, teori Harrod-Domar pada hakikatnya berusaha untuk menunjukkan syarat yang diperlukan agar pertumbuhan yang mantap atau steady growth – yang dapat didefinisikan sebagai pertumbuhan yang akan selalu menciptakan penggunaan sepenuhnya barang-barang modal – akan selalu berlaku dalam perekonomian.

Menurut Rostow, proses pembangunan ekonomi dapat dibedakan dalam lima tahap dan setiap negara di dunia dapat digolongkan ke dalam salah satu dari kelima tahap pertumbuhan ekonomi yang dijelaskannya. Kelima tahap pertumbuhan itu adalah: masyarakat tradisional (the traditional society), prasyarat untuk lepas landas (the preconditions for take off), lepas landas (the take off), gerakan ke arah kedewasaan (the drive to maturity), dan masa konsumsi tinggi (the age of high massconsumption).(Sukirno, 2006:167).

Dokumen terkait