• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Industri Pengolahan

Gambar 15. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas (YoY, persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik 2017, diolah

Grafik di atas menggambarkan pertumbuhan PDB nasional dan industri manufaktur non migas tahun 2009-hingga triwulan I tahun 2017. Pada triwulan I tahun 2017, nilai tambah sektor industri manufaktur non migas mencapai Rp583 triliun (Harga Berlaku) dengan pertumbuhan mencapai angka 4,7 persen (YoY), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I tahun 2016 (4,5 persen), namun masih berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,0 persen, sehingga mengakibatkan turunnya kontribusi sektor industri pengolahan nonmigas terhadap perekonomian nasional, dari 18,5 persen pada triwulan I tahun 2016

4,70 6,38 6,17 6,03 5,58 4,98 4,88 5,02 5,01 1,69 3,82 7,46 6,98 5,45 5,61 5,05 4,42 4,71 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Pertumbuhan PDB Nasional Industri Manufaktur Non-migas

Pada tahun 2017, PDB industri pengolahan non-migas atas dasar harga berlaku mencapai Rp583 triliun dan tumbuh sebesar 4,71 persen (YoY).

Gambar 16. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas Triwulan I Tahun 2017 (YoY, persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik 2017, diolah

Grafik di atas menunjukkan pertumbuhan setiap subsektor industri manufaktur non migas pada triwulan I tahun 2017. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh subsektor kimia farmasi; makanan dan minuman; dan karet dan barang dari karet yang tumbuh sebesar 8,3 persen, 8,2 persen, dan 7,5 persen. Subsektor karet kembali mengalami pertumbuhan yang positif setelah selama empat triwulan pada tahun 2016 mengalami pertumbuhan yang negatif. Membaiknya harga karet pada awal tahun 2017, bahkan sempat mencapai USD 2,2/kg yang merupakan harga terbaik dalam tiga tahun terakhir, mampu meningkatkan ekspor dan membuat pertumbuhan yang positif.

-2,96 -2,19 -0,39 0,03 2,55 2,72 2,89 3,46 3,74 3,86 4,65 7,41 7,52 8,15 8,34 4,71

Industri Logam Dasar Industri Kayu dll Industri Pengolahan Lainnya Industri Tekstil dan Pakaian Jadi Industri Barang Logam dll Industri Alat Angkutan Industri Pengolahan Tembakau Industri Mesin dan Perlengkapan Industri Barang Galian bukan Logam

Industri Furnitur Industri Kertas dll Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki

Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik Industri Makanan dan Minuman Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR NON MIGAS

Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh subsektor industri kimia dan farmasi, makanan minuman, dan karet masing-masing sebesar 8,3; 8,2; 7,5 persen

Sama halnya dengan subsektor karet, pertumbuhan subsektor kimia dan farmasi pada triwulan ini juga didorong oleh pertumbuhan ekspor yang cukup tinggi untuk produk kimia organik dan berbagai produk kimia yang masing-masing mencapai 67,5 persen dan 46,3 persen.

Terdapat tiga subsektor yang mengalami kontraksi yaitu industri pengolahan lainnya 0,4 persen), industri kayu (-2,2 persen) dan industri logam dasar (-3,0 persen). Menurut Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA), dominasi produk baja impor dari Tiongkok yang memiliki harga yang lebih murah dan kebijakan penurunan harga gas yang baru mencapai 15 perusahaan dari 115 perusahaan membuat industri logam dasar kehilangan daya saingnya di dalam negeri. Menurut Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), ketersediaan bahan baku yang tidak pasti membuat industri kayu dalam negeri tidak mampu memenuhi pesanan yang ada. Pembuatan terminal kayu untuk menjamin ketersediaan bahan baku yang sesuai untuk industri dalam negeri dapat menjadi solusi bagi subsektor kayu.

Gambar 17. Komposisi Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Non-Migas pada Triwulan I Tahun 2017

Sumber: Badan Pusat Statistik 2017, diolah 2,56 0,80 0,30 0,29 0,29 0,47 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 Makanan & Minum

Kimia Farmasi Karet Alat Angkut Barang Logam Lainnya MANUFAKTUR Non-MIGAS

Grafik di atas menunjukkan dekomposisi pertumbuhan industri manufaktur non migas pada triwulan I tahun 2017. Subsektor industri makanan dan minuman masih menjadi subsektor dengan kontribusi terbesar bagi sektor industri manufaktur non migas dengan kontribusi sebesar 54 persen. Besarnya pengeluaran masyarakat untuk makanan yaitu sebesar 44,6 persen untuk masyarakat perkotaan dan 55,8 persen untuk masyarakat perdesaan (Susenas, 2016), menjadi pendorong besarnya pertumbuhan industri makanan minuman di Indonesia. Besarnya kontribusi dari subsektor makanan dan minuman menjadi salah indikator jika industri manufaktur di Indonesia sangat mengandalkan konsumsi domestik.

Komposisi pertumbuhan industri pengolahan non migas mengalami perubahan pada triwulan I tahun 2017 dibandingkan dengan triwulan I tahun 2016. Jika sebelumnya, penyumbang terbesar kedua adalah subsektor barang logam dan alat angkut, pada triwulan ini subsektor kimia dan farmasi serta karet menjadi penyumbang pertumbuhan terbesar kedua dan ketiga. Hal tersebut sejalan dengan tiga subsektor yang mengalami pertumbuhan terbesar pada triwulan ini. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kenaikan ekspor menjadi penyebab pertumbuhan subsektor karet dan kimia dan farmasi. Secara khusus, kenaikan ekspor karet lebih disebabkan oleh pengaturan output karet di pasar internasional oleh tiga negara produsen karet terbesar, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Meskipun demikian, solusi pengaturan output tersebut lebih bersifat sebagai solusi jangka pendek yang ditunjukkan dengan penurunan kembali harga karet internasional di bulan April 2017.

Subsektor industri makanan dan minuman masih menjadi penyumbang utama

pertumbuhan sektor industri manufaktur.

Gambar 18. Ekspor Produk Industri

Sumber: Badan Pusat Statistik 2017, diolah

Nilai ekspor produk industri pada triwulan I tahun 2017 mencapai USD30,6 miliar. Jumlah tersebut meningkat sebesar 19,9 persen dibandingkan triwulan I tahun 2016 (YoY). Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, ekspor Besi dan Baja pada triwulan I tahun 2017 merupakan komoditas yang mengalami pertumbuhan ekspor tertinggi (97,1 persen), diikuti oleh karet (73,2 persen), kimia organik (67,5 persen), minyak sawit (61,6 persen), dan berbagai produk kimia (46,3 persen). Gambar 19. Tenaga Kerja Sektor Industri

Sumber: BPS, diolah 19,9 -20,0 -15,0 -10,0 -5,0 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2014 2015 2016 2017

Ekspor Produk Industri (juta USD, sb. kiri)

Pertumbuhan Ekspor Produk Industri (persen, sb. kanan, y-on-y)

16,57 3,8 -4,0 -2,0 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0

Feb-10 Feb-11 Feb-12 Feb-13 Feb-14 Feb-15 Feb-16 Feb-17

Jumlah tenaga kerja sektor industri (Juta orang, sb. kiri)

Pertumbuhan jumlah tenaga kerja sektor industri (persen, sb. kanan, y-on-y) Nilai ekspor produk industri

Indonesia Triwulan I 2017 mencapai USD30,6 miliar.

Jumlah tenaga kerja di sektor industri pada bulan Februari 2017 sebesar 16,6 juta atau meningkat 3,8 persen dibandingkan bulan Februari tahun sebelumnya. Selain itu, pertumbuhan tenaga kerja industri sebesar 3,8 persen pada Februari 2017 lebih besar dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan tenaga kerja industri selama 8 tahun terakhir yang hanya mencapai 3 persen per tahun.

Gambar 20. Upah Tenaga Kerja Sektor Industri

Sumber: BPS, diolah

Pada tahun 2016, rata-rata upah di sektor manufaktur sebesar 2,3 juta per bulan, dengan kenaikan sebesar 27,4 persen dari tahun 2015. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan upah di sektor manufaktur selama sembilan tahun terakhir yang hanya sebesar 11,3 persen. Kenaikan harga upah tenaga kerja ini patut mendapatkan perhatian lebih lanjut, dikarenakan akan mengurangi daya saing industri apabila tidak diikuti dengan kenaikan produktifitas.

Data Penjualan Komoditas Industri Utama

Untuk mengetahui kondisi pembangunan, daya beli masyarakat Indonesia, dan kondisi sektor sektor industri secara keseluruhan, data penjualan mobil, motor, dan semen merupakan indikator dapat menggambarkan kondisi tersebut. Data penjualan mobil dan motor merupakan indikator untuk mengetahui kondisi daya beli masyarakat kelas menengah atas dan kelas menengah bawah. Sedangkan data penjualan semen merupakan

1.679.1111.792.416 2.284.115 0 1.000.000 2.000.000 3.000.000

Dec-08 Dec-09 Dec-10 Dec-11 Dec-12 Dec-13 Dec-14 Dec-15 Dec-16

Rerata Upah Sektor Manufaktur (Rp. per bulan)

Tenaga kerja sektor industri mencapai 16,6 juta

Pertumbuhan upah sektor manufaktur tahun 2016 mencapai 27,4 persen.

indikator yang digunakan untuk menunjukkan kondisi pembangunan konstruksi di Indonesia.

Gambar 21. Penjualan Mobil Triwulan I Tahun 2017

Sumber: GAIKINDO 2016, diolah

Penjualan mobil pada triwulan I tahun 2017 mencapai 283.245 unit atau tumbuh sebesar 6,0 persen dibandingkan triwulan I tahun 2016. Pertumbuhan positif ini disebabkan oleh daya beli masyarakat kelas menengah atas yang kembali stabil. Selain itu, peluncuran tipe kendaraan baru membuat masyarakat tertarik untuk melakukan pembelian mobil.

Gambar 22. Penjualan Motor Triwulan Tahun I 2017

Sumber: GAIKINDO dan ASTRA 2016, diolah

283.245 6,0 -25 -15 -5 5 15 0 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000 350.000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2014 2015 2016 2017

Penjualan Mobil (Unit, sb. kiri) Pertumbuhan Penjualan Mobil (persen, sb. kanan, y-on-y)

1.401.538 -7 -35 -25 -15 -5 5 15 25 0 500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2014 2015 2016 2017

Penjualan Sepeda Motor (Unit, sb. kiri)

Pertumbuhan Penjualan Sepeda Motor (persen, sb. kanan, y-on-y) Penjualan mobil di Triwulan I

tahun 2017 ini mencapai 283.245 unit atau naik sebesar 6,0 persen dibandingkan triwulan I tahun 2016.

Penjualan motor pada awal tahun 2017 masih mengalami pertumbuhan negatif. Secara absolut, penjualan motor pada triwulan I tahun 2017 mencapai 1,4 juta unit, menurun 6,8 persen dibandingkan dengan penjualan pada triwulan I tahun 2016 lalu yang mencapai 1,5 juta unit. Selama 11 triwulan berturut-turut penjualan sepeda motor mengalami penuruna, antara lain disebabkan oleh stagnasi dari daya beli masyarakat berpenghasilan menengah. Penurunan penjualan sepeda motor menunjukkan tren yang mengkhawatirkan apabila tren ini berlanjut secara berkelanjutan.

Gambar 23. Penjualan Semen Triwulan I Tahun 2017 (Ton)

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI) 2016, diolah

Penjualan semen pada triwulan I tahun 2017 sebesar 14,7 juta ton, tumbuh sebesar 0,5 persen (YoY) yang dipengaruhi oleh masih belum terealisasinya pembangunan proyek infrastruktur pemerintah, seperti pembangunan pembangkit listrik, serta masih lesunya sektor properti. 14,75 0,5 -10 -5 0 5 10 15 ,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 16,0 18,0 20,0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2014 2015 2016 2017

Penjualan Semen (Juta Ton, sb. kiri)

Pertumbuhan Penjualan Semen (persen, sb. kanan, y-on-y) Penjualan motor pada triwulan

I mencapai angka 1,4 juta unit atau mengalami penurunan sebesar 6,8 persen (YoY).

Penjualan semen di triwulan I tahun 2017 mencapai angka 14,7 juta ton.

Dokumen terkait