• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Perkembangan Ekonomi Indonesia dan Dunia TW I 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laporan Perkembangan Ekonomi Indonesia dan Dunia TW I 2017"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan yang

diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, yang didasarkan

pada data dan informasi yang sudah dipublikasikan oleh Kementerian/Lembaga, dan instansi

internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan beberapa Kementerian/Lembaga, pengamat, dan praktisi ekonomi.

Publikasi triwulan I tahun 2017 ini memberikan gambaran dan analisa mengenai

perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia hingga triwulan I tahun 2017. Dari sisi

perekonomian dunia, publikasi ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat dan

negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia. Dari sisi perekonomian

nasional, publikasi ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I tahun 2017 dari

sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, perkembangan investasi dan kerja sama

internasional, industri dalam negeri, serta perekonomian daerah. Dalam publikasi ini juga

tersaji Policy Brief terkait kebijakan pemerintah dan kondisi ekonomi terkini.

Sangat disadari bahwa publikasi ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan banyak

perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, masukan dan saran yang membangun dari

pembaca tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan dan penerbitan publikasi ini

dapat tercapai.

Jakarta, Juni 2017

(3)

Ringkasan Eksekutif

Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan mencapai 3,5 persen tahun 2017 seiring dengan adanya peningkatan investasi, manufaktur, perdagangan dan perbaikan harga komoditas. Perekonomian Amerika Serikat tumbuh 0,7 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2017, lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan I tahun 2016 maupun triwulan IV tahun 2016. Penurunan konsumsi individu menjadi 0,3 persen (YoY), paling rendah sepanjang tahun dari tahun 2009. Permintaan barang dan jasa yang menurun dan kondisi musim dingin yang tidak terlalu ekstrim mengurangi permintaan terhadap alat penghangat. Pertumbuhan ekonomi Uni Eropa tetap sebesar 1,7 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2017 dibandingkan triwulan I tahun 2016 namun lebih rendah dari triwulan IV tahun 2016 mencapai 1,8 persen (YoY). Pertumbuhan ekonomi Eropa yang cukup stabil didukung oleh pertumbuhan Jerman yang menguat pada triwulan I tahun 2017.

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok mencapai 6,9 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2017 meningkat dari sebelumnya 6,7 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2016 dan 6,8 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2016. Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan I tahun 2017 didukung oleh penjualan properti dan investasi. Selain itu, perubahan ekonomi yang mengubah fokus dari sektor industri ke konsumsi telah meningkatkan kontribusi konsumsi menjadi 77,2 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2017.

Perekonomian Indonesia pada triwulan I tahun 2017 tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan IV tahun 2016 yang tumbuh sebesar 4,9 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh membaiknya kondisi perekonomian global walaupun pertumbuhannya belum merata. Dari sisi domestik, kinerja pertumbuhan ekonomi didorong oleh membaiknya ekspor dan terjaganya permintaan domestik.

Ekspor Barang dan Jasa tumbuh sebesar 8,0 persen (YoY), paling tinggi sejak triwulan I tahun 2014. Ekspor Barang tumbuh signifikan yaitu sebesar 8,0 persen (YoY) dan Ekspor Jasa tumbuh sebesar 7,3 persen (YoY). Peningkatan ini didorong oleh ekspor jasa yang meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Impor Barang dan Jasa tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY), paling tinggi sejak triwulan II tahun 2014 seiring dengan membaiknya ekspor barang dan jasa.

(4)

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I tahun 2017 mengalami suplus sebesar USD4,5 miliar, meningkat signifikan dibandingkan triwulan I tahun 2016 yang mengalami defisit sebesar USD0,3 miliar, namun relatif tidak berubah dari triwulan sebelumnya. Kinerja ini didukung oleh surplus neraca transaksi modal dan finansial yang meningkat signifikan sehingga dapat menutup defisit neraca transaksi berjalan yang juga meningkat.

Nilai total ekspor Indonesia pada triwulan I tahun 2017 sebesar USD40.607,0 juta, mengalami kenaikan sebesar 20,8 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama triwulan I tahun 2016. Sementara itu kinerja ekspor nonmigas mengalami kenaikan sebesar 21,6 persen pada triwulan I tahun 2017. Kinerja ekspor nonmigas berdasarkan sektor pada triwulan I tahun 2017 ditopang oleh sektor produk industri sebesar USD30.571,6 juta dengan proporsi 75,3 persen dari total nilai ekspor nonmigas.

Realisasi penerimaan perpajakan per triwulan I 2017 mencapai Rp237,7 triliun atau 15,9 persen dari target APBN, lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2016 (13,2 persen). Hal tersebut terutama dipengaruhi oleh realisasi pajak pertambahan nilai dan pajak penghasilan yang salah satunya adalah dari uang tebusan Tax Amnesty periode terakhir (Januari-Maret 2017) yang mencapai Rp11,2 triliunRealisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) triwulan I tahun 2017 sebesar Rp 68,8 triliun, lebih besar dari realisasi triwulan I tahun 2016, atau tumbuh sebesar 36,6 persen. Sementara itu, realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) triwulan I tahun 2017 sebesar USD7.293,7 juta juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan I tahun 2016, atau mengalami pertumbuhan sebesar 5,4 persen.

Penjualan mobil pada triwulan I tahun 2017 mencapai 283.245 unit atau tumbuh sebesar 6,0 persen dibandingkan triwulan I tahun 2016. Pertumbuhan positif ini disebabkan oleh daya beli masyarakat kelas menengah atas yang kembali stabil. Selain itu, peluncuran tipe kendaraan baru membuat masyarakat tertarik untuk melakukan pembelian mobil.

(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

POLICY BRIEF ... 3

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA ... 12

Pertumbuhan Ekonomi... 12

Tingkat Pengangguran ... 14

Perkiraan Ekonomi Dunia ... 15

PERKEMBANGAN KEUANGAN INTERNASIONAL ... 20

Nilai Tukar Mata Uang terhadap USD ... 20

Inflasi ... 21

Suku Bunga Kebijakan ... 23

Cadangan Devisa ... 25

PERKEMBANGAN HARGA KOMODITAS INTERNASIONAL ... 26

Perkembangan Harga Internasional ... 26

Harga Minyak Dunia dan Gas Alam ... 28

Harga Komoditas Utama Pangan ... 30

ISU TERKINI KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL ... 31

Amerika Serikat dan Tiongkok Menandatangani Perjanjian Perdagangan ... 31

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL ... 32

Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia ... 32

Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) ... 33

Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA ... 34

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA ... 46

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA ... 46

PERKEMBANGAN EKONOMI DAERAH ... 52

PERKEMBANGAN HARGA KEBUTUHAN POKOK ... 56

(6)

Indeks Harga Bahan Pokok Nasional ... 58

INDEKS TENDENSI KONSUMEN ... 59

INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN ... 60

PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI ... 61

Kondisi Bisnis Indonesia ... 61

Pertumbuhan Industri Pengolahan ... 63

Data Penjualan Komoditas Industri Utama ... 68

Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja Industri ... 71

Manufacturing Purchasing Manager Index ... 72

KEUANGAN NEGARA ... 75

PENDAPATAN NEGARA ... 75

BELANJA PEMERINTAH ... 76

PEMBIAYAAN PEMERINTAH ... 78

Posisi Utang Pemerintah ... 79

Surat Berharga Negara (SBN) ... 80

Pinjaman Luar Negeri ... 81

PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN ... 85

TRANSAKSI BERJALAN ... 87

Perkembangan Ekspor ... 87

Perkembangan Impor ... 91

Perkembangan Neraca Perdagangan ... 94

NERACA MODAL DAN FINANSIAL ... 100

CADANGAN DEVISA ... 102

PERKEMBANGAN INVESTASI ... 105

ISU TERKINI PERKEMBANGAN INVESTASI ... 105

PERKEMBANGAN INVESTASI ... 106

REALISASI INVESTASI... 106

Realisasi Per Sektor ... 107

Realisasi Per Lokasi ... 109

Realisasi per Negara ... 111

PERKEMBANGAN MONETER DAN KEUANGAN ... 115

PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER ... 115

Tingkat Inflasi... 115

Nilai Tukar Rupiah ... 117

(7)

Respon Kebijakan Moneter ... 120

SEKTOR PERBANKAN... 122

Kredit Usaha Rakyat (KUR) ... 125

Sektor Perbankan Syariah ... 126

Lampiran 1: Inflasi Domestik (Bagian 1) ... 129

Lampiran 2: Inflasi Domestik (Bagian 2) ... 130

Lampiran 3 : Nilai Tukar Mata Uang per USD ... 131

Lampiran 4: Harga Komoditas Internasional ... 132

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF ... 16

Tabel 2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Menurut ADB (YoY) ... 18

Tabel 3. Tingkat Inflasi Global Triwulan I-2017 (% YoY) ... 22

Tabel 4. Suku Bunga Kebijakan Beberapa Negara (persen) ... 24

Tabel 5. Posisi Cadangan Devisa Beberapa Bank Sentral (miliar USD) ... 26

Tabel 6. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih ... 27

Tabel 7. Perkembangan Harga Minyak dan Gas Dunia ... 29

Tabel 8. Status Perjanjian Ekonomi Internasional (per Maret 2017) ... 32

Tabel 9. Presentase Penggunaan SKA terhadap Total Ekspor Indonesia ... 33

Tabel 10. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Oseania (juta USD) ... 34

Tabel 11. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Asia Selatan (juta USD) ... 35

Tabel 12. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Asia Tenggara (juta USD) ... 36

Tabel 13. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Timur Tengah (juta USD) ... 39

Tabel 14. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Asia Timur (juta USD) ... 40

Tabel 15. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Afrika (juta USD) ... 41

Tabel 16. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Eropa (juta USD) ... 41

Tabel 17. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan I Tahun 2017 Menurut Lapangan Usaha (YoY) ... 49

Tabel 18. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan III Tahun 2014 – Triwulan I Tahun 2017 (Persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY) ... 51

Tabel 19. Koefisien Variasi Harga Antar Waktu Periode Bulan Januari-Maret Tahun 2017 ... 57

Tabel 20. Koefisien Variasi Harga Antar Wilayah Bulan Januari-Maret Tahun 2017 ... 58

(9)

Tabel 22. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Agustus 2016 –

April 2017 ... 60

Tabel 23. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan IV Tahun 2016 ... 62

Tabel 24. Perkembangan Komposisi Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2011 – 2017 (triliun rupiah) ... 75

Tabel 25. Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa, Tahun 2011-2016 (triliun rupiah) ... 78

Tabel 26. Perkembangan Realisasi Komposisi Pembiayaan APBN Triwulan I 2016 dan 2017 (Rp triliun) ... 79

Tabel 27. Perkembangan Realisasi Pembayaran Pokok dan Bunga Utang Pemerintah Pusat ... 80

Tabel 28. Posisi Kepemilikan SBN Rupiah yang Diperdagangkan, Tahun 2011 – 2016 (triliun Rupiah) ... 80

Tabel 29. Posisi Pinjaman Luar Negeri berdasarkan Kreditur (Rp Triliun) ... 81

Tabel 30. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2015 – Triwulan I Tahun 2017 (Miliar USD) ... 86

Tabel 31. Perkembangan Ekspor Triwulan I Tahun 2017 ... 88

Tabel 32. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Nilai Ekspor Nonmigas Terbesar Triwulan I Tahun 2017 ... 89

Tabel 33. Golongan Barang dengan Volume Ekspor Nonmigas Terbesar Triwulan I Tahun 2017 ... 90

Tabel 34. Perkembangan Ekspor Nonmigas ke Negara Tujuan Utama Triwulan I Tahun 2017 ... 91

Tabel 35. Perkembangan Impor Triwulan I Tahun 2017 ... 92

Tabel 36. Perkembangan Impor Nonmigas Menurut Golongan Barang Terpilih Triwulan I Tahun 2017 ... 93

Tabel 37. Negara Utama Asal Impor Nonmigas Triwulan I Tahun 2017 ... 94

Tabel 38. Neraca Perdagangan Indonesia Triwulan I Tahun 2017 ... 95

Tabel 39. Neraca Perdagangan Indonesia-Tiongkok Triwulan I Tahun 2017 ... 95

Tabel 40. Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang Triwulan I Tahun 2017 ... 96

Tabel 41. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika Triwulan I Tahun 2017 ... 96

Tabel 42. Neraca Perdagangan Indonesia-India Triwulan I Tahun 2017 ... 97

(10)

Tabel 44. Pertumbuhan dan Share PMTB Triwulan I Tahun 2017 (persen) ... 106 Tabel 45. Realisasi PMA dan PMDN Tahun 2010- Triwulan I Tahun 2017 ... 106

Tabel 46. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan

PMA Triwulan I Tahun 2017 Berdasar Sektor ... 108 Tabel 47. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Triwulan I Tahun 2017 ... 108

Tabel 48. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN Triwulan I

Tahun 2017 Berdasarkan Lokasi (Rp Triliun) ... 109 Tabel 49. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Triwulan I

Tahun 2017 Berdasarkan Lokasi (USD Juta) ... 110 Tabel 50. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Triwulan I Tahun 2017 ... 111

Tabel 51. Lima Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Triwulan I

Tahun 2017 ... 111 Tabel 52. Tingkat Inflasi Domestik Triwulan I Tahun 2017 ... 115

Tabel 53. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen ... 116

Tabel 54. Share Inflasi Kelompok Pengeluaran terhadap Pembentukan

Inflasi Bulanan ... 116

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pergerakan Suku Bunga Kebijakan (%) Tahun 2010-2017 ... 4

Gambar 2. Perkembangan Inflasi (%)Tahun 2004-2016... 5

Gambar 3. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV Tahun 2016 di Beberapa Negara (YoY) ... 12

Gambar 4. Tingkat Pengangguran di Beberapa Negara ... 14

Gambar 5. Apresiasi dan Depresiasi Nilai Tukar Mata Uang terhadap USD per akhir Januari-Maret 2017 (% YtD) ... 21

Gambar 6. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Pangan Global ... 30

Gambar 7. Persentase Penggunaan SKA Preferensi terhadap Total SKA Preferensi ... 33

Gambar 8. Persentase Penggunaan SKA Nonpreferensi terhadap Total SKA Nonpreferensi... 34

Gambar 9. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan I Tahun 2017 (Persen)... 46

Gambar 10. Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi di Enam Pulau Besar di Indonesia pada Triwulan I Tahun 2015 - Triwulan I Tahun 2017 (Persen) ... 53

Gambar 11. Kontribusi di Enam Pulau Besar Indonesia terhadap PDB Pada Triwulan I Tahun 2013 - Triwulan I Tahun 2017 ... 54

Gambar 12. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Bahan Makanan ... 58

Gambar 13. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan I Tahun 2017 ... 60

Gambar 14. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2012 – Triwulan I Tahun 2017 ... 62

Gambar 15. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas (YoY, persen) ... 63

Gambar 16. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas Triwulan I Tahun 2017 (YoY, persen) ... 64

Gambar 17. Komposisi Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Non-Migas pada Triwulan I Tahun 2017 ... 65

Gambar 18. Ekspor Produk Industri ... 67

Gambar 19. Tenaga Kerja Sektor Industri ... 67

Gambar 20. Upah Tenaga Kerja Sektor Industri ... 68

(12)

Gambar 22. Penjualan Motor Triwulan Tahun I 2017 ... 69

Gambar 23. Penjualan Semen Triwulan I Tahun 2017 (Ton) ... 70

Gambar 24. Kredit Modal Kerja Dan Investasi Triwulan I 2017 ... 71

Gambar 25. Prompt Manufacturing Index Indonesia ... 72

Gambar 26. Penerimaan Perpajakan dan Uang Tebusan, 2016 – 2017 (Kumulatif) ... 75

Gambar 27. Perkembangan Komposisi Realisasi Belanja Negara, 2016-2017 (Kumulatif) ... 76

Gambar 28. Perkembangan Komposisi Realisasi Belanja Pemerintah Pusat 2017 ... 77

Gambar 29. Proporsi Belanja Modal dan Subsidi, Maret 2016 dan Maret 2017 (% APBN) ... 77

Gambar 30. Perkembangan Realisasi Defisit APBN, Maret 2016 dan Maret 2017 ... 78

Gambar 31. Posisi Utang Pemerintah Pusat 2011-2017 (Rp triliun) ... 79

Gambar 32. Komposisi Kepemilikan SBN oleh Asing berdasarkan Tenor (% Total SBN) ... 81

Gambar 33. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan I Tahun 2017 (Miliar USD) ... 85

Gambar 34. Nilai dan Volume Ekspor Hingga Maret 2017 ... 87

Gambar 35. Nilai dan Volume Impor Hingga Maret 2017 ... 91

Gambar 36. Neraca Perdagangan Jasa Triwulan I Tahun 2015- Triwulan I Tahun 2017 (Miliar USD) ... 98

Gambar 37. Neraca Perdagangan Jasa Perjalanan dan Transportasi Triwulan I Tahun 2015-Triwulan I Tahun 2017 ... 99

Gambar 38. Neraca Pendapatan Primer Triwulan I Tahun 2014- Triwulan I Tahun 2017 (USD Miliar) ... 99

Gambar 39. Pendapatan Sekunder Triwulan I Tahun 2014- Triwulan I Tahun 2017 (Miliar USD) ... 100

Gambar 40. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan I Tahun 2017 (Miliar USD) ... 101

Gambar 41. Nilai Tukar Rupiah terhadap USD (Rp/USD) ... 118

Gambar 42. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100) ... 118

Gambar 43. Nominal Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100) ... 119

(13)

Gambar 45. Perkembangan Kinerja Bank Umum di Indonesia ... 122

Gambar 46. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit di Indonesia ... 123

Gambar 47. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya ... 124

Gambar 48. Penyaluran KUR berdasarkan Sektor Ekonomi ... 125

Gambar 49. Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia ... 126

Gambar 50. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan di Indonesia ... 127

(14)
(15)
(16)

POLICY BRIEF

Satu Tahun Implementasi

BI 7 Day Repo Rate

Oleh:

Tari Lestari,S.Si.,SE.,MS Ratih Budhi Larasati, SE Aropando Sibarani, SE

Keputusan Bank Indonesia untuk meluncurkan kebijakan baru terkait suku bunga

acuan, dari semula BI rate menjadi BI 7 Day (Reverse) Repo Rate/BI 7-DRR telah

mengundang perdebatan, terutama terkait efektivitasnya dalam mempengaruhi suku bunga pinjaman dan transmisinya terhadap sektor riil. Analisis ini menunjukkan bahwa BI 7-DRR memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap suku bunga pinjaman

dibandingkan dengan BI rate.

 Bank Indonesia secara resmi merubah suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi BI 7-DRR pada tanggal 19 Agustus 2016.

 Beberapa hal yang melatarbelakangi

kebijakan ini, antara lain: (i) kurang efektifnya transmisi BI rate dalam mempengaruhi suku bunga pasar uang, yang diindikasikan oleh besarnya spread antara BI rate dan suku bunga PUAB1 serta fakta bahwa penurunan BI rate tidak disertai dengan penurunan lending rate (Gambar 1); (ii) mempertimbangkan kondisi makroekonomi yang dirasa cukup mendukung seperti inflasi yang relatif stabil dan terkendali (Gambar 2); dan (iii) BI rate

tidak mengacu kepada instrumen operasional moneter yang lebih bersifat transaksional antara Bank Indonesia dan perbankan setiap hari, sehingga diperlukan kebijakan baru untuk mengatasi permasalahan ini.

1 Pasar Uang Antar Bank (PUAB) adalah kegiatan pinjam meminjam dana dalam Rupiah antara satu BI rate secara resmi

dilaksanakan efektif

(17)

Gambar 1. Pergerakan Suku Bunga Kebijakan (%) Tahun 2010-2017

Sumber: Bank Indonesia

 Pada kerangka operasi moneter dengan

menggunakan BI rate, terdapat

ketidaksimetrisan koridor suku bunga kebijakan dengan deposit facility rate/DF rate dan lending facility rate/LF rate. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 dimana LF rate berjarak lebih dekat dari suku bunga kebijakan (BI Rate) dibandingkan DF rate.

 Dengan penerapan BI 7-DRR, operasi moneter dijalankan dengan menjaga koridor suku bunga yang simetris dan lebih sempit antara BI-7DRR dengan DF rate dan BI-7DRR dengan LF rate, masing-masing 75 bps di bawah dan di atas BI-7DRR.

 Pilihan koridor suku bunga yang simetris memberikan sinyal bahwa bank sentral memiliki preferensi yang netral terhadap likuiditas

perbankan dan mendorong perbankan

melakukan manajemen likuiditas yang optimal sesuai dengan dinamika ekonomi/kebutuhan.

Spread antara BI rate dan lending rate cukup lebar (Gambar 1).

Pemberlakuan efektif BI 7 Day Reverse Repo Rate pada

19 Agustus 2016

(18)

Gambar 2. Perkembangan Inflasi (%)Tahun 2004-2016

Sumber: Bank Indonesia

 Beberapa ekonom menyambut positif

rencana kebijakan ini. Ekonom Bank Mizuho, Kalasopatan (2016) menyebutkan bahwa langkah Bank Indonesia menerapkan kebijakan ini sudah tepat mengingat selama penurunan BI rate sebesar 100 bps sampai April 2016 (menjadi 6,75 %) tidak mempengaruhi penurunan suku bunga pinjaman. Begitu juga dengan ekonom Nomura Economics, Paracuelles (2016) yang berpendapat bahwa BI rate belum mampu mempengaruhi target operasional suku bunga PUAB Overnight terutama setelah tahun 2010.

 Beberapa negara sebelumnya sudah

menerapkan kebijakan yang sama, yaitu: India (2012), Republik Ceko (2014), Thailand (2006), Selandia Baru (2006), Korea Selatan (2008), dan Filipina (2015).

 Dawra (2012) menunjukkan bahwa

menurunnya reverse repo rate cenderung

Tingkat inflasi yang semakin menurun dan terkendali memberi peluang untuk

menerapkan BI 7-DRR.

(19)

meningkatkan kemampuan bank dalam menyalurkan dana kepada masyarakat. Kondisi yang dapat dilihat di India melalui penerapan reverse repo rate yang rendah adalah peningkatan kredit perumahan dan individu.

 Mandel dan Tomsik (2014) menunjukkan bahwa Bank Sentral dapat menjaga tingkat likuiditas bank dengan cara merubah tingkat

reverse repo rate. Jika bank sentral meningkatkan reverse repo rate maka tingkat suku bunga bank cenderung meningkat. Sebaliknya, bank sentral dapat meningkatkan aktifitas pasar riil dengan cara menurunkan tingkat reverse repo rate yang selanjutnya akan diikuti dengan penurunan tingkat suku bunga pinjaman.

 Tujuan utama dari analisis ini adalah untuk memberikan informasi awal mengenai efektivitas kebijakan moneter dalam memengaruhi kegiatan ekonomi melalui tingkat suku bunga pinjaman. Model ini melihat apakah ekspektasi tingkat suku bunga Bank Indonesia memiliki pengaruh terhadap ekspektasi suku bunga pinjaman.

 Hal ini penting untuk dilihat ketika ekspektasi pembentukan suku bunga pinjaman dipengaruhi oleh ekspektasi pembentukan suku bunga Bank Indonesia maka dapat dikatakan bahwa ekspektasi perubahan suku bunga Bank Indonesia masih menjadi acuan

bagi Perbankan Indonesia dalam

menentukan perubahan suku bunga pinjaman. Dummy variabel disertakan ke dalam model untuk dapat melihat perbedaan antara BI rate dan BI-7DRR. Data yang digunakan adalah suku bunga kebijakan (BI

(20)

rate dan BI-7DRR ) periode Mei 2010- Maret 2017.

 Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antar tingkat suku bunga Bank Indonesia dan suku bunga pinjaman. Hasil model juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara BI rate dan BI-7DRR. Satu persen perubahan ekspektasi suku bunga BI rate akan meningkatkan ekspektasi suku bunga kredit sebesar 0,41 persen. Disisi lain, besarnya pengaruh BI 7-DRR terhadap suku bunga pinjaman adalah sebesar 0,47 persen (lihat persamaan).

 BI 7 Day (Reverse) Repo Rate memiliki peranan penting dalam mempengaruhi tingkat suku bunga pinjaman bank. Perubahan kebijakan moneter dari BI rate

menjadi suku bunga BI-7DRR diharapkan dapat mempercepat dan meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter terhadap sektor riil.

 Hasil analisis menunjukkan bahwa

implementasi BI 7-DRR memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap suku bunga pinjaman dibandingkan BI rate.

Namun demikian, terdapat beberapa hal ke depan yang harus dilakukan, yaitu: (i) memperkecil selisih antara suku bunga BI-7DRR dengan suku bunga fasilitas Bank Indonesia; (ii) menjaga tingkat suku bunga BI Implementasi BI 7-DRR

masih harus

(21)
(22)
(23)
(24)

Pertumbuhan perekonomian global diperkirakan akan meningkat dari 3,1 persen pada tahun 2016 menjadi 3,5 persen tahun 2017 dan 3,6 persen tahun 2018. Perekonomian global mulai mengalami perbaikan seiring dengan adanya perbaikan pada investasi, manufaktur dan perdagangan. Aktivitas yang lebih baik pada permintaan global dan persetujuan pada pembatasan produksi minyak telah mendorong perbaikan harga komoditas. Peningkatan harga komoditas mendorong peningkatan ekspor dan mengurangi tekanan deflasi global.

Harga minyak mentah dunia rata-rata mengalami peningkatan pada triwulan I tahun 2017 mencapai USD 52,9 per barel. Hal ini disebabkan adanya perjanjian antara negara-negara OPEC dan sebagian negara produsen non OPEC untuk mengurangi produksi pada pertengahan tahun 2017.

Harga gas alam mengalami peningkatan karena peningkatan permintaan yang disebabkan oleh suhu udara yang lebih dingin di Amerika Serikat pada bulan Maret sedangkan persediaan gas alam terus menurun. Harga batu bara mengalami penurunan sebesar 13 persen setelah adanya peningkatan suplai, dimana sebelumnya ada penurunan produksi batu bara dari Tiongkok yang kini mulai melonggarkan pembatasan produksi batu bara. Harga batu bara diprediksi rata-rata sebesar USD 70 per ton pada tahun 2017 seiring dengan adanya kelanjutan pembatasan produksi oleh Tiongkok. Harga komoditas energi

mengalami peningkatan dengan perjanjian pengurangan produksi minyak mentah antara negara OPEC dan Non OPEC serta permintaan gas alam yang meningkat.

(25)

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Amerika Serikat tumbuh 0,7 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2017, lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan I tahun 2016 maupun triwulan IV tahun 2016. Penurunan konsumsi individu menjadi 0,3 persen (YoY), paling rendah sepanjang tahun dari tahun 2009. Permintaan barang dan jasa yang menurun dan kondisi musim dingin yang tidak terlalu ekstrim mengurangi permintaan terhadap alat penghangat. Selain itu, kebijakan pemerintah terkait pajak penghasilan serta inflasi yang meningkat juga menjadi pendorong perlambatan pada pengeluaran konsumsi masyarakat.

Gambar 3. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV Tahun 2016 di Beberapa Negara (YoY)

Sumber: Bloomberg (diolah)

Pertumbuhan ekonomi Uni Eropa tetap sebesar 1,7 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2017 dibandingkan triwulan I tahun 2016 namun lebih rendah dari triwulan IV tahun 2016 mencapai 1,8 persen (YoY). Volume ekspor memiliki tren yang meningkat, mencapai 3 Perekonomian Uni Eropa

tumbuh stabil mencapai 1,7 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2017 seiring dengan

peningkatan volume ekspor dan penguatan ekonomi Jerman.

Perekonomian Amerika Serikat tumbuh 0,7 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2017, lebih rendah dari triwulan I tahun 2016 maupun triwulan sebelumnya karena

pengeluaran konsumsi yang menurun.

(26)

persen pada bulan Januari 2017. Pertumbuhan ekonomi Eropa yang cukup stabil didukung oleh pertumbuhan Jerman yang menguat pada triwulan I tahun 2017. Laju inflasi terkendali dibawah 2 persen, namun terdapat peningkatan pada bulan April mencapai 1,2 persen dari sebelumnya 0,7 persen pada bulan Maret. Pemilihan umum di Perancis dan Belanda juga memengaruhi pertumbuhan ekonomi moderat di Kawasan Eropa.

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok mencapai 6,9 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2017 meningkat dari sebelumnya 6,7 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2016 dan 6,8 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2016. Penjualan retail meningkat mencapai 10,9 persen (YoY), output industri meningkat menjadi 7,6 persen (YoY). Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan I tahun 2017 didukung oleh penjualan properti dan investasi. Selain itu, perubahan ekonomi yang mengubah fokus dari sektor industri ke konsumsi telah meningkatkan kontribusi konsumsi menjadi 77,2 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2017 setelah sebelumnya mencapai 64,6 persen secara keseluruhan tahun 2016.

Pertumbuhan ekonomi Jepang meningkat pada triwulan I tahun 2017 mencapai 0,5 persen (YoY), dari triwulan I tahun sebelumnya yaitu 0,3 persen (YoY) namun lebih rendah dari triwulan IV tahun 2016 sebesar 1,7 persen (YoY). Pertumbuhan triwulan I tahun 2017 didukung oleh pertumbuhan ekspor yang meningkat seiring dengan peningkatan perdagangan peralatan ponsel ke Tiongkok karena meningkatnya permintaan ponsel global. Selain itu, pengeluaran rumah tangga juga meningkat 1,4 persen (YoY) dimana rumah tangga banyak menghabiskan konsumsinya untuk pakaian dan ponsel.

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok meningkat mencapai 6,9 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2017 dibandingkan triwulan IV tahun 2016 maupun triwulan I tahun 2016 didukung oleh penjualan properti dan investasi.

(27)

Tingkat Pengangguran

Tingkat pengangguran di Amerika Serikat mengalami penurunan moderat menjadi 4,4 persen. Penurunan tersebut disebabkan oleh peningkatan lapangan kerja pada sektor perminyakan, jasa keuangan, jasa kesehatan dan pariwisata. Sedangkan tingkat pengangguran di Kawasan Eropa menurun namun tidak terlalu besar yaitu mencapai 9,5 persen pada triwulan I tahun 2017. Negara dengan tingkat pengangguran terendah di Kawasan Eropa adalah Republik Ceko sebesar 3,2 persen, Jerman sebesar 3,9 persen dan Malta sebesar 4,1 persen. Sedangkan negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di Kawasan Eropa adalah Yunani mencapai 23,5 persen dan Spanyol sebesar 18,2 persen pada bulan Maret 2017. Pengangguran di Inggris mencapai 4,7 persen, sedikit menurun dari triwulan sebelumnya 4,8 persen dan 5,1 persen dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Namun demikian, pertumbuhan tingkat upah di Inggris lebih rendah dari pertumbuhan tingkat inflasi pada triwulan I tahun 2017.

Gambar 4. Tingkat Pengangguran di Beberapa Negara

Sumber: Bloomberg (diolah)

Tingkat pengangguran di beberapa negara mengalami sedikit penurunan seperti di Amerika Serikat, Kawasan Eropa dan Jepang.

13,2

2012 2013 2014 2015 2016 2017

(28)

Tingkat pengangguran di Brazil pada triwulan I tahun 2017 mengalami peningkatan mencapai 13,2 persen dari triwulan IV tahun 2016 sebelumnya sebesar 12 persen sebagai dampak dari resesi di Brazil sejak 2013. Jumlah orang yang menganggur di Brazil pada triwulan I tahun 2017 mencapai 14 juta orang. Sedangkan Tingkat pengangguran di Singapura meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 2,2 persen, pada triwulan I tahun 2017 mencapai 3,0 persen, sebagai dampak dari perubahan yang lebih struktural pada pasar tenaga kerja sehingga beberapa sektor mengalami tekanan, dan adanya ketidakcocokan antara kualifikasi yang dibutuhkan oleh industri dengan apa yang dimiliki oleh pencari kerja.

Perkiraan Ekonomi Dunia

IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan meningkat pada tahun 2017 menjadi 3,5 persen dan terus meningkat menjadi 3,6 persen pada tahun 2018. Perubahan peningkatan ekonomi moderat diperkirakan akan terjadi pada semua kelompok negara. Perekonomian negara maju diperkirakan akan menguat kembali dengan pertumbuhan diperkirakan sebesar 2,0 persen pada tahun 2017 dan 2018 seiring dengan adanya perbaikan aktivitas manufaktur global. Namun perkiraan ini masih berpotensial untuk berubah terkait dengan kebijakan politik di Amerika Serikat dan pengaruhnya terhadap global. Sedangkan pertumbuhan di negara-negara berkembang diperkirakan akan meningkat menjadi 4,5 persen tahun 2017 dan 4,8 persen tahun 2018. Perbaikan stabilitas ekspor komoditas, peningkatan harga komoditas dan penguatan ekonomi India menjadi faktor penentu proyeksi pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Tingkat pengangguran

di Brazil meningkat pada triwulan I tahun 2017.

(29)

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF

WEO-IMF Realisasi Perkiraan

Kelompok Negara 2016 2017 2018

Sumber: World Economic Outlook, April 2017

Ekonomi Amerika Serikat diperkirakan akan tumbuh lebih cepat tahun 2017 dan 2018, sebesar 2,3 persen pada tahun 2017 dan 2,5 persen pada tahun 2018. Perkiraan ini didasarkan atas perbaikan pada akumulasi inventori, pertumbuhan konsumsi yang menguat, dan asumsi pelonggaran kebijakan fiskal. Perubahan yang diantisipasi pada gabungan kebijakan mendukung pasar keuangan dan memperkuat keyakinan bisnis. Namun dalam jangka panjang pertumbuhan potensial Amerika Serikat diperkirakan sebesar 1,8 persen, akibat jumlah populasi tua meningkat dan pelemahan pertumbuhan

total factor productivity.

Kawasan Eropa diperkirakan akan tumbuh tetap sama seperti tahun 2016 yaitu sebesar 1,7 persen pada tahun 2017 dan 1,6 persen tahun 2018, yang akan didorong oleh kebijakan fiskal yang sedikit ekspansif dan kondisi keuangan yang akomodatif, pelemahan Euro, dan dampak kebijakan fiskal Amerika Serikat. Sedangkan ketidakpastian hasil pemilihan umum di negara-negara Kawasan Eropa, ditambah ketidakpastian dampak Brexit diperkirakan dapat menahan pertumbuhan.

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat diperkirakan meningkat pada tahun 2017 mencapai 2,3 persen.

Pertumbuhan ekonomi Kawasan Eropa

diperkirakan akan tetap sama seperti tahun 2016 mencapai 1,7 persen pada tahun 2017 karena adanya beberapa ketidakpastian yang menahan

(30)

Pertumbuhan ekonomi Jepang diperkirakan mencapai 1,2 persen pada tahun 2017 setelah adanya revisi yang komprehensif pada tahun 2016 menjadi 1,0 persen, dimana proyeksi ini lebih tinggi dari prediksi pada bulan Oktober 2016, yang disebabkan oleh adanya penguatan ekspor netto. Hal tersebut diperkirakan akan berlanjut pada tahun 2017. Namun demikian, perkiraan tahun 2017 sangat bergantung kepada ekspor netto Jepang, sehingga ADB memprediksi perekonomian Jepang tumbuh moderat tahun 2017 mencapai 1,0 persen, sama dengan pertumbuhan tahun 2016 dan dibawah prediksi IMF. Dalam jangka menengah, perekonomian Jepang diperkirakan tertahan karena penurunan angka partisipasi kerja seiring dengan penurunan jumlah angkatan kerja di Jepang akibat populasi orang tua meningkat.

Perekonomian Tiongkok diperkirakan akan tumbuh 6,6 persen tahun 2017 dan 6,2 persen tahun 2018. Perkiraan ini direvisi dari bulan Oktober 0,4 persen lebih tinggi dari prediksi bulan Oktober untuk tahun 2017 dan 0,2 persen lebih tinggi dari prediksi bulan Oktober untuk tahun 2018. Hal ini karena pertumbuhan tahun 2016 yang diluar ekspektasi, antisipasi kebijakan pada pertumbuhan kredit yang menguat dan pendekatan investasi publik untuk mendukung pertumbuhan. ADB juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok tumbuh secara moderat mencapai 6,5 persen pada tahun 2017 seiring keberlanjutan reformasi struktural pengurangan impor, fokus sektor industri menjadi jasa dan konsumsi, dan adanya penekanan pada stabilitas keuangan.

Perekonomian Jepang diperkirakan akan tumbuh 1,2 persen tahun 2017 karena berlanjutnya dampak eskpor netto tahun 2016 yang mendorong pertumbuhan.

(31)

Pertumbuhan ekonomi kawasan Amerika Latin dan Karibia diperkirakan meningkat mencapai 1,1 persen tahun 2017 dan menjadi 2,0 persen tahun 2018. Aktivitas ekspor komoditas diperkirakan akan meningkat seiring dengan perbaikan harga komoditas dan akan mendukung perekonomian negara-negara Kawasan Amerika Latin dan Karibia. Perkiraan pertumbuhan ekonomi Meksiko sebagai negara dengan perekonomian terbesar di kawasan ini diprediksi akan tumbuh secara moderat. Perekonomian Brazil, sebagai negara pengekspor komoditas, diprediksi akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang membaik seiring dengan menurunnya ketidakpastian politik dan kebijakan moneter longgar. Perekonomian Argentina diperkirakan juga akan membaik dengan menguatnya konsumsi dan investasi publik.

Negara-negara Sub Sahara Afrika diperkirakan akan mengalami perbaikan yang moderat, dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2017 mencapai 2,6 persen dan 3,5 persen tahun 2018. Pertumbuhan tersebut didukung oleh pertumbuhan ekonomi Nigeria yang meningkat sebagai akibat dari produksi minyak yang membaik, sektor pertanian yang terus tumbuh, dan peningkatan investasi publik. Perbaikan di Afrika Selatan juga diperkirakan terjadi seiring dengan perbaikan harga komoditas, kondisi kekeringan yang berkurang, dan kapasitas listrik yang meningkat.

Tabel 2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Menurut ADB (YoY)

Pertumbuhan PDB (%)

2016 Perkiraan

2017 2018 negara Sub Sahara Afrika diperkirakan akan meningkat didukung dengan peningkatan pertumbuhan Nigeria dan Afrika Selatan.

(32)

Pertumbuhan PDB (%)

2016 Perkiraan

2017 2018

Indonesia 5.0 5.1 5.3

Filipina 6.8 6.4 6.6

Thailand 3.2 3.5 3.6

Malaysia 4.2 4.4 4.6

Sumber: Asia Development Outlook Suplement Januari 2017

Kawasan Asia diprediksi tumbuh moderat 5,7 persen pada tahun 2017 dan 2018, lebih rendah dari pertumbuhan tahun 2016 karena pertumbuhan yang moderat di Tiongkok yang menyeimbangkan pertumbuhannya dari industri ke konsumsi dan jasa. Pertumbuhan di Asia didukung oleh peningkatan permintaan domestik yang signifikan di beberapa negara seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam serta pengeluaran publik yang lebih tinggi di Filipina. Selain itu, prospek pertumbuhan India yang meningkat karena deregulasi pajak untuk barang dan jasa dapat memperbaiki prospek bisnis dan investasi juga mendorong pertumbuhan. Perbaikan ekspor di hampir semua negara berkembang di Asia terutama untuk barang manufaktur memberikan peluang pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di Asia.

Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara diperkirakan meningkat mencapai 4,8 persen tahun 2017 dan 5,0 persen tahun 2018 (Tabel 4). Hal tersebut seiring dengan pertumbuhan negara-negara ekonomi besar di Asia Tenggara yang diperkirakan terus meningkat. Musim yang mulai kembali normal mendukung sektor pertanian dan perbaikan di sektor industri mendorong peningkatan ekspor. Peningkatan investasi untuk infrastruktur di Brunei Darussalam, Indonesia, Laos, Filipina, dan Thailand juga mendukung pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara. Harga komoditas yang mulai meningkat juga mendukung pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Pertumbuhan ekonomi di Asia

diperkirakan mencapai 5,7 persen tahun 2017 dan 2018, lebih rendah dari tahun 2016 karena pertumbuhan

Tiongkok yang masih moderat karena penyeimbangan perekonomiannya.

(33)

PERKEMBANGAN KEUANGAN INTERNASIONAL

Nilai Tukar Mata Uang terhadap USD

Pada triwulan I tahun 2017, posisi nilai tukar mata uang beberapa negara terhadap USD mengalami penguatan (Gambar 5 dan Lampiran 3), seiring dengan adanya sentimen negatif terhadap risiko kebijakan ekonomi dan politik dari kepemimpinan baru di Amerika Serikat. Demikian halnya dengan nilai tukar Rupiah yang juga menunjukkan penguatannya selama triwulan I tahun 2017. Dari sisi internal, penguatan nilai tukar Rupiah ditopang oleh membaiknya stabilitas makroekonomi domestik dan persepsi positif pasar terhadap perekonomian Indonesia, terutama setelah dikeluarkannya rating investasi Indonesia yang cukup menggembirakan. Dari sisi eksternal, penguatan nilai tukar Rupiah didorong oleh perbaikan indikator ekonomi global, menurunnya defisit transaksi berjalan serta peningkatan surplus transaksi modal dan finansial.

Sebaliknya, mata uang Lira Turki dan Peso Filipina melemah terhadap USD. Peningkatan Fed Fund Rate

merupakan salah satu penyebab melemahnya kedua mata uang negara berkembang tersebut, seiring dengan kurang kondusifnya ekonomi domestik di Turki dan Filipina. Pada akhir Maret 2017, pelemahan mata uang yang cukup tinggi terjadi pada Lira Turki mencapai 6,6 persen (YtD) (Gambar 5). Kondisi perekonomian dan politik dalam negeri yang kurang kondusif yang disebabkan oleh penyerangan teroris di Istanbul berdampak pada turunnya penjualan surat berharga (ekuitas dan obligasi) negara tersebut. Begitu juga dengan Peso Filipina yang menunjukkan performa terendah diantara negara ASEAN lainnya pada akhir triwulan I tahun 2017, yang disebabkan oleh tingginya permintaan USD seiring impor yang semakin meningkat. Performa terendah selanjutnya dialami oleh mata uang Kyat Myanmar (Gambar 5).

Selama triwulan I tahun 2017, pergerakan mata uang berbagai negara menguat terhadap USD.

(34)

Gambar 5. Apresiasi dan Depresiasi Nilai Tukar Mata Uang terhadap USD per akhir Januari-Maret 2017 (% YtD)

Sumber: Bloomberg, posisi akhir bulan

Inflasi

Jika dibandingkan dengan akhir triwulan IV tahun 2016, inflasi di negara kawasan Eropa, Amerika Serikat, dan Inggris pada akhir triwulan I tahun 2017 mengalami peningkatan (Tabel 3), disebabkan oleh peningkatan harga komoditas terutama minyak dunia. Di negara kawasan Eropa peningkatan inflasi tertinggi berasal dari komponen sektor energi, diikuti oleh komponen inflasi

7,8

(35)

makanan, alkohol, tembakau, serta jasa. Inflasi tahunan di Amerika Serikat meningkat terutama pada komponen inflasi energi bahan bakar minyak. Di Inggris, peningkatan inflasi terutama didorong oleh meningkatnya harga pada sektor perumahan dan jasa rumah tangga serta sektor transportasi.

Kondisi sebaliknya terjadi Jepang, dimana inflasi triwulan I tahun 2017 menurun tipis dibandingkan triwulan IV tahun 2016. Hal tersebut terutama disebabkan oleh turunnya harga pada sektor perumahan, bahan bakar minyak, penerangan, dan air, serta furnitur dan perabot rumah tangga.

Tabel 3. Tingkat Inflasi Global Triwulan I-2017 (% YoY)

Desember (1)

Januari (2)

Februari (3)

Maret (4)

Perbandingan akhir Tw IV tahun 2016 dengan Tw I

tahun 2017 (%) (4)-(1)

Indonesia 3,02 3,49 3,83 3,61 0,59

BRIC

Brazil 6,29 5,35 4,76 4,57 1,72

Russia 5,4 5 4,6 4,3 1,1

India 2,23 1,86 2,62 2,61 0,38

China (Tiongkok) 2,1 2,5 0,8 0,9 1,2

ASEAN

Singapura 0,2 0,6 0,7 0,7 0,5

Malaysia 1,8 3,2 4,5 5,1 3,3

Thailand 1,13 1,55 1,44 0,76 0,37

Filipina 2,6 2,7 3,3 3,4 0,8

Vietnam 4,74 5,22 5,02 4,65 0,09

Negara Maju

Kawasan Euro 1,1 1,8 2 1,5 0,4

Amerika Serikat 2,1 2,5 2,7 2,4 0,3

Inggris 1,6 1,8 2,3 2,3 0,7

Jepang 0,3 0,4 0,3 0,2 0,1

(36)

Pada akhir triwulan I tahun 2017, inflasi negara-negara kawasan ASEAN (Singapura, Malaysia, Filipina, dan Indonesia) mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan IV tahun 2016. Hal tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan harga energi di masing-masing negara. Di Singapura dan Malaysia, inflasi tertinggi berasal dari komponen transportasi. Begitu juga yang terjadi di Filipina di mana komponen inflasi perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar memberikan tekanan inflasi yang tinggi setelah komponen inflasi alkohol dan tembakau. Peningkatan inflasi di Indonesia selama triwulan I tahun 2017 terutama berasal dari komponen inflasi harga diatur pemerintah, yaitu tarif STNK dan listrik.

Di sisi lain, ada beberapa negara berkembang yang tingkat inflasinya menurun (Tabel 3), yaitu: Brazil, Rusia, dan Tiongkok. Penurunan inflasi di Brazil dan Tiongkok disebabkan oleh lemahnya konsumsi domestik. Bahkan negara Brazil belum pulih dari kondisi resesinya. Sementara itu, tingkat inflasi Rusia terus menunjukkan penurunan dan mendekati target inflasi bank sentral seiring dengan pemulihan perekonomian di negara ini.

Suku Bunga Kebijakan

Peningkatan suku bunga The Fed pada 15 Maret tahun 2017 merupakan yang ketiga sejak krisis finansial. The Fed memutuskan untuk meningkatkan suku bunganya dalam rentang 0,75-1 persen. Keputusan The Fed tersebut didasarkan pada tingkat pengangguran yang semakin menurun selama triwulan I tahun 2017. Tingkat pengangguran pada bulan Maret 2017 yang besarnya 4,5 persen merupakan yang terendah di AS sejak Agustus tahun 2007. Peningkatan suku bunga The Fed juga didasarkan pada peningkatan inflasi AS yang mencapai 2,4 persen pada Maret tahun 2017 (Tabel 3). Mayoritas negara ASEAN

mengalami peningkatan inflasi, termasuk Indonesia.

Pada akhir triwulan I tahun 2017, Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) mengambil langkah untuk kembali meningkatkan suku

bunganya setelah November 2016.

(37)

Selama triwulan I tahun 2017, European Central Bank (ECB) tetap mempertahankan suku bunga acuannya pada tingkat 0 (nol) persen. European Central Bank (ECB) juga tidak mengubah skema stimulus pembelian obligasi hingga akhir tahun 2017. Meskipun tingkat inflasi membaik dan The Fed meningkatkan suku bunganya, hal ini tidak serta merta menjadikan keputusan ECB untuk menerapkan kebijakan moneter ketat. Stabilitas keuangan negara-negara kawasan Eropa yang masih belum pasti serta tingkat inflasi yang dianggap masih jauh dari target sebesar 2 persen menjadi pertimbangan utama. Sama halnya dengan ECB, Bank of Japan (BoJ) juga tetap mempertahankan stimulus dengan tidak merubah suku bunganya pada tingkat -0,1 persen. Kebijakan untuk mempertahankan suku bunga juga dilakukan oleh Bank of England yang didasari pada kondisi ekonomi yang belum stabil di tengah peningkatan suku bunga The Fed.

Sementara, People Bank of China (PBoC) juga memilih untuk mempertahankan suku bunga acuannya sejak Oktober tahun 2015. Akan tetapi PBoC meningkatkan suku bunga operasi pasar terbuka seiring dengan ekspektasi pasar yang didasarkan pada kondisi ekonomi Tiongkok yang telah rebound. Kebijakan moneter Tiongkok diarahkan untuk lebih berhati-hati dalam penyediaan likuiditas dengan mengandalkan kebijakan operasi pasar terbuka dan instrumen pinjaman jangka menengah dalam mengatur likuiditasnya.

Tabel 4. Suku Bunga Kebijakan Beberapa Negara (persen)

Desember Januari Februari Maret

BRIC

PBoC juga memilih untuk menahan suku bunga acuannya selama triwulan I tahun 2017.

(38)

Desember Januari Februari Maret

Amerika Serikat 0,50-0,75 0,50-0,75 0,50-0,75 0,75-1,00

Inggris 0,25 0,25 0,25 0,25

Jepang -0,1 -0,1 -0,1 -0,1

Sumber: Bank Indonesia

Sebagian besar bank sentral emerging market

memutuskan untuk tidak mengubah suku bunganya setelah The Fed meningkatkan suku bunga pada Maret tahun 2017. Hal ini didasarkan pada prinsip kehati-hatian bank sentral dalam merespon kebijakan suku bunga global karena dianggap masih beresiko pada pasar keuangan global. Sementara itu, salah satu bank sentral yang merespon peningkatan suku bunga The Fed dengan menurunkan suku bunganya adalah bank sentral Brazil (Banco Central do Brasil). Bank sentral Brazil yang menurunkan suku bunganya pada bulan Januari dan Februari, masing-masing menjadi 13,00 persen dan 12,25 persen. Penurunan suku bunga tersebut didasarkan pada kondisi resesi yang dialami oleh Brazil di tengah recovery moderat ekonomi global.

Cadangan Devisa

Selama triwulan I Tahun 2017 terjadi tren peningkatan cadangan devisa di berbagai negara, baik negara maju maupun emerging market (Tabel 5). Pada negara maju, peningkatan tertinggi secara QtQ dialami oleh negara kawasan Eropa dan Rusia. Adapun di kawasan ASEAN peningkatan cadangan devisa tertinggi dialami oleh Singapura. Pada negara emerging market, peningkatan yang tinggi secara QtQ dialami oleh Thailand dan Indonesia, masing-masing sebesar 5,2 persen dan 4,7 persen. Peningkatan cadangan devisa Indonesia pada Pada triwulan I tahun 2017,

posisi cadangan devisa pada sebagian besar negara emerging market dan negara maju mengalami peningkatan dibandingkan triwulan IV tahun 2016.

Sejumlah bank sentral negara emerging market juga memilih untuk tidak mengubah suku bunganya dalam merespon

(39)

akhir Maret 2017 berasal dari penerimaan pajak dan devisa ekspor migas bagian pemerintah, serta hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia valas, terutama pada penerbitan surat berharga syariah.

Tabel 5. Posisi Cadangan Devisa Beberapa Bank Sentral (miliar USD)

Des’1 Jan’1 Feb’1 Mar’1 % QtQ BRIC

Brazil 365,0 367,7 369,0 370,1 1,4

Rusia 377,7 390,6 397,3 397,9 5.3

India 358,9 363,0 364,3 370,0 3,1

China (Tiongkok) 3097,8 3089,6 3099,5 3102,8 0,2

ASEAN-5

Indonesia 116,4 116,9 119,9 121,8 4,7

Malaysia 94,5 94,9 95,0 95.4 -0,1

Singapura 246,6 252,7 253,3 259,1 5,1

Thailand 171,9 179,2 183,0 180,9 5,2

Filipina 80,7 81,4 81,4 80,9 0,2

Negara Maju

Jepang 1216,9 1231,6 1232,3 1230,3 1,1

Kawasan Euro 745,9 760,4 779,6 776,8 4,1

Inggris 158,5 163,7 162,95 163,4 3,1

Amerika Serikat 114,7 115,6 115,8 116,3 1,3

Sumber: International Monetary Fund, official reserve assets.

PERKEMBANGAN HARGA KOMODITAS INTERNASIONAL

Perkembangan Harga Internasional

Berdasarkan data harga komoditas internasional Bank Dunia, pada akhir triwulan I tahun 2017, sebagian besar harga komoditas internasional yang mengalami kenaikan harga tertinggi secara berturut-turut yaitu Rubber Singapore sebesar 92,4 persen yang diikuti oleh Iron Ore dan Zinc sebesar 77,4 persen dan 65,7 persen.

Sementara itu, penurunan harga komoditas pada akhir triwulan I tahun 2017 adalah komoditas Cocoa yang harganya turun sebesar 29,9 persen. Sedangkan Woodpulp masih bertahan pada harga yang sama (YoY). Pada akhir triwulan I

(40)

Tabel 6. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih

KOMODITAS Unit Jan-17 Feb-17 Mar-17 Q1 2017

ENERGI

Coal, Australia ($/mt) 83,7 80,4 80,6 81,6

Crude Oil, West Texas ($/bbl) 52,5 53,4 49,6 51,8

PERTANIAN

Cocoa ($/kg) 2,19 2,03 2,06 2,09

Coffe, robusta ($/kg) 2,39 2,35 2,35 2,36

Palm Oil ($/mt) 809,0 774,0 736,0 809,0

Soybeans ($/mt) 425,0 427,0 405,0 419,0

Shrimp, Mexican ($/kg) 12,13 12,13 12,13 12,13

Woodpulp ($/mt) 875,0 875,0 875,0 875,0

Rubber*, Singapore/MYS ($/kg) 2,56 2,71 2,35 2,54

LOGAM & MINERAL

Copper ($/mt) 5.755,0 5.941,0 5.825,0 5.840,0

Iron ore ($/dmtu) 80,0 89,0 88,0 85,7

Nickel ($/mt) 9.971,0 10.643,0 10.205,0 10.273,0

Tin ($/mt) 20.692,0 19.446,0 19.875,0 20.004,0

Zinc ($/mt) 2.715,0 2.846,0 2.777,0 2.779,0

INFLASI Unit Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-Des

2017

ENERGI

Coal, Australia (%) -3,0 -3,9 0,2 60,3

Crude Oil, West Texas (%) 1,0 1,7 -7,1 56,0

PERTANIAN

Cocoa (%) -4,8 -7,3 1,5 -29,9

Coffe, robusta (%) 6,2 -1,7 0,0 43,0

Palm Oil (%) 2,7 -4,3 -4,9 28,2

Soybeans (%) 1,2 0,5 -5,2 13,2

Shrimp, Mexican (%) -1,8 0,0 0,0 12,0

Woodpulp (%) 0,0 0,0 0,0 0,0

Rubber*, Singapore/MYS (%) 14,8 5,9 -13,3 92,4

LOGAM & MINERAL

Copper (%) 1,7 3,2 -2,0 24,9

Iron ore (%) 0,0 11,3 -1,1 77,4

Nickel (%) -9,1 6,7 -4,1 20,7

Tin (%) -2,4 -6,0 2,2 29,6

Zinc (%) 1,9 4,8 -2,4 65,7

(41)

Harga Minyak Dunia dan Gas Alam

Kondisi harga minyak mentah dunia pada triwulan I tahun 2017 meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Rata-rata harga minyak mentah dunia mendekati USD53 per barel. Hal ini karena perjanjian antara negara-negara OPEC dan sebagian negara produsen non OPEC untuk mengurangi produksi pada awal pertengahan 2017, serta persediaan minyak mentah Amerika Serikat yang persisten meningkat. Harga minyak mentah dunia mengalami penurunan pada bulan Maret 2017 khususnya pada pertengahan bulan yang disebabkan oleh ketidakpastian pada pasar berjangka, respon dari Saudi Arabia dan Rusia yang kurang responsif tentang komitmen memotong produksi minyak, produksi minyak Amerika Serikat yang persisten meningkat dan perbaikan aktivitas pertambangan minyak di Amerika Serikat. Harga minyak dunia berada di antara USD50 sampai USD54 per barel pada bulan April 2017, menunggu ekspektasi penurunan produksi dan stok dunia. Harga minyak mentah dunia rata-rata diprediksi sebesar USD 55 per barel pada 2017. Stok minyak dunia diperkirakan menurun pada pertengahan tahun 2017 seiring dengan keberlanjutan penurunan produksi minyak oleh negara-negara OPEC dan non-OPEC.

Harga minyak mentah Indonesia rata-rata meningkat pada triwulan I tahun 2017. Pada bulan Januari, harga minyak mentah Indonesia meningkat mencapai USD51,9 per barel yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: (i) penurunan produksi minyak mentah dunia berdasarkan laporan OPEC sebesar 0,3 juta barel per hari menjadi 96,92 juta barel per hari pada Januari 2017, (ii) USD mengalami pelemahan terhadap beberapa mata uang lainnya di dunia, dan (iii) stok komersial negara-negara OECD bulan November 2016 mengalami penurunan sebesar 34,3 juta barel. Begitu Harga minyak mentah

dunia rata-rata

mengalami peningkatan pada triwulan I tahun 2017 dan diperkirakan akan terus meningkat menjadi USD 55 per barel pada tahun 2017 seiring dengan keberlanjutan pengurangan produksi minyak oleh negara

(42)

juga pada bulan Februari 2017, harga minyak mentah Indonesia juga mengalami peningkatan. Namun pada bulan Maret 2017, harga minyak mentah Indonesia mengalami penurunan yang disebabkan oleh beberapa factor, yaitu: (i) terdapat peningkatan produksi minyak dunia pada bulan Februari 2017 dibandingkan Januari 2017 sebesar 0,26 juta barel, (ii) jumlah oil rig count

dunia meningkat sejumlah 114 rig, dan (iii) stok minyak mentah Amerika Serikat meningkat naik 13,8 juta barel dan rata-rata produksi Amerika Serikat meningkat 0,12 juta barel per hari.

Tabel 7. Perkembangan Harga Minyak dan Gas Dunia

Harga Minyak Mentah dan Gas Dunia

2016 2017 Rata-rata Bulanan

2017

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Jan Feb Mar

Minyak Mentah (USD/barel)

Crude Oil (Rata-rata) 32,7 44,8 44,7 49,1 52.9 54.4 50.9 52.2

Crude Oil; Brent 34,4 46,0 45,8 50,1 54.1 55.5 52.0 53.0

Crude Oil; Dubai 30,6 42,9 43,4 47,9 52.9 54.2 51.2 52.5

Crude Oil; WTI 33,2 45,5 44,9 49,2 51.8 53.4 49.6 51.1

Indonesian Crude Price Oil 30,2 42,1 41,3 46,1 51.0 51.9 52.5 48.7 Gas (USD/mmbtu)

Gas Alam (US) 2,0 2,1 2,9 3,0 3,0 2.8 2.9 3.1

Sumber: Pink Sheet World Bank, Kementerian ESDM, EIA

Harga gas alam meningkat mencapai USD3,0 per mmbtu. Peningkatan terjadi terutama di Asia dan Eropa dengan adanya peningkatan permintaan dan menurunnya produksi gas alam. Harga gas alam di Amerika Serikat menurun pada bulan Januari dan Februari 2017 seiring dengan cuaca yang lebih baik dari bulan Desember 2016. Namun dengan cuaca yang lebih dingin pada bulan Maret memicu permintaan gas alam meningkat sedangkan persediaan gas alam yang menurun, mendorong peningkatan harga gas alam pada bulan Maret 2017. Harga gas alam diprediksi akan meningkat sebesar 15 persen pada tahun 2017.

(43)

Harga Komoditas Utama Pangan

Pergerakan indeks harga komoditas utama pangan global pada triwulan I tahun 2017 cenderung berfluktuatif yaitu pada komoditas beras, gandum, kacang kedelai, dan jagung (Gambar 6). Pada periode ini perkembangan indeks harga komoditas beras dan gandum cukup stabil. Di sisi lain, meskipun terjadi kenaikan harga komoditas gula internasional pada awal tahun 2017 dibandingkan periode sebelumnya, penurunan harga gula kembali terjadi pada periode Januari-Maret 2017. Penurunan harga gula terjadi baik secara MTM, YtD maupun YoY (Lampiran 4). Penurunan harga gula internasional ini disebabkan oleh peningkatan produksi di negara Brazil.

Gambar 6. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Pangan Global

Sumber: Bloomberg, data diolah (1 Januari 2016=100)

70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170

BERAS GULA GANDUM JAGUNG KACANG KEDELAI

Indeks Harga komoditas utama pangan

(44)

ISU TERKINI KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL

Amerika Serikat dan Tiongkok Menandatangani Perjanjian Perdagangan

Amerika Serikat dan Tiongkok telah mencapai 10 poin kesepakatan baru pada bulan April lalu. Salah satu poin kesepakatan tersebut adalah Tiongkok akhirnya akan mecabut larangannya pada impor daging dan gas alam cair dari Amerika Serikat pada Juli 2017. Tiongkok menetapkan larangan impor daging sapi dari Amerika Serikat sejak tahun 2003 setelah adanya kasus penyakit sapi gila. Amerika Serikat kemudian berusaha membuka kembali pasar Tiongkok untuk daging sapi sejak masa pemerintahan Bush dan Obama namun tidak membuahkan hasil. Kemudian di dalam kesepakatan tersebut, Amerika Serikat akan mengijinkan daging ayam Tiongkok yang sudah dimasak untuk masuk ke pasar Amerika Serikat, begitu juga dengan bank – bank Tiongkok. Amerika serikat telah sepakat memperlakukan institusi finansial Tiongkok dengan cara yang sama Amerika Serikat memperlakukan bank asing lain yang ingin melakukan aktivitas di Amerika.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menilai kesepakatan ini sebagai sebuah langkah signifikan untuk meningkatkan ekspor Amerika Serikat dan juga gap perdagangan Amerika Serikat dengan ekonomi terbesar kedua di dunia. Besaran defisit barang dan jasa Amerika Serikat dengan Tiongkok mencapai 60 persen dari total defisit Amerika Serikat dan merupakan yang terbesar dibandingkan dengan negara lain. Presiden Trump menjadikan defisit perdagangan Amerika dengan Tiongkok menjadi salah satu isu penting pada masa kampanye dan awal pemerintahannya.

Presiden Trump beranggapan defisit perdagangan Amerika telah merugikan para pekerja pabrik dan berjanji untuk mengambil sikap lebih tegas dalam

negosiasi perdagangan untuk menurunkan

Amerika Serikat dan Tiongkok mencapai sebuah kesepakatan termasuk

(45)

ketidakseimbangan. Namun dengan adanya kesepakatan ini terlihat bahwa Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengadopsi pendekatan yang tidak terlalu konfrontatif dengan Tiongkok daripada yang dijanjikannya dalam kampanye. Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat tersebut telah mengancam untuk memberikan label pada Tiongkok sebagai

a ipulator ata ua g da aka e berlakuka

tarif perdagangan untuk barang dari Tiongkok.

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL

Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia

Perkembangan perjanjian ekonomi internasional yang dilakukan Indonesia dijelaskan pada tabel di bawah.

Tabel 8. Status Perjanjian Ekonomi Internasional (per Maret 2017)

NO PERJANJIAN EKONOMI STATUS

1 ASEAN-EU Free Trade Agreement (FTA) Negotiations suspended

2 ASEAN-Hong Kong, China Free Trade Agreement Negotiations launched

(the 8rd round of negotiations) 3 Indonesia-India Comprehensive Economic Cooperation Arrangement Negotiations launched

4 Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement Negotiations launched (the 6th round of negotiations)

5 Indonesia-European Free Trade Association Free Trade Agreement Negotiations launched (the 12th round of negotiations)

6 Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement Negotiations launched (the 2nd round of negotiations)

7 Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)

Negotiations launched (the 17th round of

negotiations)

8 Indonesia-Republic of Korea Free Trade Agreement Negotiations launched (the 7th round of negotiations)

9 Indonesia-Chile FTA Negotiations launched

(the 2nd round of negotiations)

10 Indonesia-Turki FTA Proposed

(under consultation and study)

11 Indonesia-Peru FTA Proposed

(under consultation and study)

12 Trade Preferential System of the Organization of the Islamic

Conference Signed but not yet In Effect

13 ASEAN Free Trade Area Signed and In Effect

14 ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement Signed and In Effect

15 ASEAN-India Comprehensive Economic Cooperation Agreement Signed and In Effect

16 ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership Signed and In Effect

(46)

NO PERJANJIAN EKONOMI STATUS

18 ASEAN-Republic of Korea Comprehensive Economic Cooperation

Agreement Signed and In Effect

19 Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement Signed and In Effect

(under the review process)

20 Pakistan-Indonesia Free Trade Agreement Signed and In Effect

21 Preferential Tariff Arrangement-Group of Eight Developing Countries Signed and In Effect Sumber: ARIC database, ADB; Ditjen KPI, Kemendag

Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA)

Tabel 9. Presentase Penggunaan SKA terhadap Total Ekspor Indonesia

Periode SKA Preferensi (%) SKA Nonpreferensi (%) SKA Preferensi + SKA Non

Preferensi (%)

2012 45,4 11,8 57,2

2013 50,7 12,4 63,1

2014 50,6 11,9 62,5

2015 72,3 13,5 85,8

2016 57.2 12.6 69.8

Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag

Sepanjang tahun 2016, penggunaan SKA Preferensi dan SKA Nonpreferensi mencapai 69,8 persen terhadap total ekspor Indonesia dimana SKA Preferensi mendominasi penggunaan SKA dengan utilisasi 57,2 persen. Form A yang merupakan SKA Preferensi atas Generalized System of Preferences Certificate of Origin paling banyak dimanfaatkan sepanjang Tahun 2016 dengan tingkat utilisasi 15,8 persen. Pada kurun waktu yang sama Form B mendominasi utilisasi penggunaan SKA Nonpreferensi dengan tingkat utilisasi 11,6 persen (Gambar 8).

Gambar 7. Persentase Penggunaan SKA Preferensi terhadap Total SKA Preferensi

Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag (diolah) 0,0%

5,0% 10,0% 15,0% 20,0%

2014 2015 2016

ShareSKA Preferensi Terhadap Total Ekspor Indonesia (Tahunan)

Form A

Form E

Form D

Form AI Penggunaan SKA Preferensi

(47)

Gambar 8. Persentase Penggunaan SKA Nonpreferensi terhadap Total SKA Nonpreferensi

Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag (diolah)

Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA

Pada periode Januari - Maret 2017, Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan dengan Bangladesh, India, Pakistan, Brunei Darussalam, Filipina, Kamboja, Myanmar, Jepang, Mesir, dan Turki. Sementara itu pada periode yang sama, Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan dengan Australia, Selandia Baru, Laos, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Iran, Korea Selatan, Tiongkok, dan Nigeria.

Tabel 10. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Oseania (juta

USD)

Form ANEXO III 0,0% 0,0% 0,0%

0,0%

ShareSKA Non-Preferensi Terhadap Total Ekspor Indonesia (Tahunan)

Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan dengan 10 negara mitra FTA (sebesar USD6,0 miliar) dan defisit neraca perdagangan dengan 11 negara mitra FTA (sebesar USD 6,1 miliar) pada periode Januari

(48)

Uraian 2015 2016 Trend (%) 2012-2016

Jan-Mar Perubahan (%)

Jan-Mar 2017/2016

2016 2017

neraca perdagangan -1113,5 -2061,9 -0,6 -255,6 -787,0 207,9

Migas 564,3 -193,5 22,6 91,7 -91,0 -199,2

non migas -1677,8 -1868,4 -2,6 -347,3 -696,0 100,4

SELANDIA BARU

Ekspor 436,3 366,5 -3,69 78,7 113,8 44,6

Migas 39,2 9,0 -32,17 0,1 15,5 13582,2

non migas 397,0 357,6 -2,72 78,6 98,3 25,1

Impor 637,0 660,9 -4,34 146,3 159,7 9,2

Migas 8,6 0,0 -31,13 0,0 0,0 -100,0

non migas 628,4 660,9 -1,62 146,3 159,7 9,2

neraca perdagangan -200,8 -294,4 -3,34 -67,6 -45,9 -32,1

Migas 30,6 9,0 29,61 0,1 15,5 13734,3

non migas -231,3 -303,3 -3,35 -67,7 -61,4 -9,4

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 11. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Asia Selatan

(juta USD)

Uraian 2015 2016 Trend (%)

2012-2016

Jan-Mar Perubahan (%)

Jan-Mar 2017/2016

2016 2017

BANGLADESH

ekspor 1340,8 1266,7 4,84 351,8 356,9 1,4

migas 0,2 0,7 -16,6 0,4 0,1 -83,2

non migas 1340,6 1266,0 4,87 351,4 356,8 1,5

impor 59,5 68,4 2,67 17,2 17,4 1,2

migas 0,0 0,0 0 0,0 0,0 0,0

non migas 59,5 68,4 4,81 17,2 17,4 1,2

neraca perdagangan 1281,3 1198,3 5,06 334,6 339,5 1,4

migas 0,2 0,7 0 0,4 0,1 -83,2

non migas 1281,1 1197,6 4,91 334,2 339,4 1,6

INDIA

ekspor 11731,0 10093,8 -5,18 2152,6 3454,3 60,5

migas 129,0 169,6 53 36,4 48,0 32,0

non migas 11602,0 9924,2 -5,52 2116,2 3406,3 61,0

Gambar

Gambar 3. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV Tahun 2016 di Beberapa Negara (YoY)
Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF
Gambar 5. Apresiasi dan Depresiasi Nilai Tukar Mata Uang terhadap USD per akhir Januari-Maret 2017
Tabel 3. Tingkat Inflasi Global Triwulan I-2017 (% YoY)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Cara kerja robot dalam menyapu lantai adalah dengan memutar sapu yang terdapat di sisi depan bawah serta bagian tengah dari robot dan menggunakan vacuum cleaner untuk

Mahasiswa dengan latar belakang pendidikan bidang selain itu (mahsiwa dengan latar belakang pendidikan yang kurang mendukung) tetapi mempunyai prestasi baik, juga dapat

Berdasakan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : (1.) Ada pengaruh sari rimpang jahe (Zingiber officinale) terhadap jumlah koloni bakteri

Menurut Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menyatakan pengertian Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang

Modul bernuansa karakter dilengkapi lembar kerja siswa dengan pendekatan inkuiri yang dikembangkan ini telah dinyatakan valid, praktis dan efektif, sehingga

Hasil penelitian yang dilakukan menyimpulkan bahwa pasta gigi ekstrak daun kemangi yang mengandung abrasif di berbagai konsentrasi (37, 42, dan 47 %) menghasilkan

Kualitas tapak atau tempat tumbuh adalah totalitas faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tegakan dan menunjukkan kapasitas produksi tanah dalam

Sedangkan 4 kelompok pengeluaran lainnya mengalami inflasi, dimana inflasi tertinggi terjadi pada kelompok Perumahan, air, listrik,gas dan bahan bakar sebesar 0,81