• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Pertumbuhan, Kelangsungan Hidup, dan Efisiensi Pakan

Berdasarkan uji statistik pada selang kepercayaan 95%, terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan, baik itu pada pertumbuhan panjang (Gambar 13) maupun pertumbuhan bobot (Gambar 14). Hal ini menunjukkan penambahan molase, bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan panjang dan bobot udang vaname selama masa pemeliharaan (Lampiran 9 dan 10). Laju pertumbuhan panjang udang vaname berkisar antara 4.47–6.5%. Berdasarkan uji statistik (p<0.05), perlakuan [10] memberikan hasil yang paling baik, dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan [15]. Namun perlakuan [10] dan [15] berbeda nyata dengan perlakuan [0], [25] dan kontrol. Perlakuan [20] memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol dan [25], tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan [0]. Sedangkan perlakuan [0], hasilnya tidak berbeda nyata dengan perlakuan [25] dan kontrol (Gambar 13). 4.82 5.10 6.05 5.93 5.49 4.88 0 2 4 6 [K] [0] [10] [15] [20] [25] Perlakuan L a ju P er tum buha n P an jan g ( % )

a

bc

c a

ab

c

Keterangan : K = Kontrol (tanpa penambahan bakteri maupun molase) [0] = Penambahan bakteri tanpa molase

[10] = Penambahan bakteri + molase C/N rasio 10 [15] = Penambahan bakteri + molase C/N rasio 15 [20] = Penambahan bakteri + molase C/N rasio 20 [25] = Penambahan bakteri + molase C/N rasio 25 Gambar 13. Laju pertumbuhan panjang udang vaname

Sedangkan laju pertumbuhan bobot udang vaname berkisar antara 15.23– 20.76%. Uji statistik yang dilakukan pada selang kepercayaan 95% menunjukkan perlakuan [10] memberikan laju pertumbuhan bobot yang paling baik, tidak berbeda nyata dengan perlakuan [15] dan [20], namun berbeda nyata terhadap perlakuan [0], [25], dan kontrol. Perlakuan [0] memberikan hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan [25] dan kontrol (Gambar 14).

15.79 17.89 20.37 20.07 19.32 16.44 0 5 10 15 20 25 [K] [0] [10] [15] [20] [25] Perlakuan L a ju P e r tum b uha n B o bo t (% )  

c b a a

a

c

Keterangan : K = Kontrol (tanpa penambahan bakteri maupun molase) [0] = Penambahan bakteri tanpa molase

[10] = Penambahan bakteri + molase C/N rasio 10 [15] = Penambahan bakteri + molase C/N rasio 15 [20] = Penambahan bakteri + molase C/N rasio 20 [25] = Penambahan bakteri + molase C/N rasio 25 Gambar 14. Laju pertumbuhan bobot udang vaname

Tingkat kelangsungan hidup udang vaname selama masa pemeliharaan berkisar antara 66.67–100%. Pada selang kepercayaan 95%, uji statistik yang dilakuan tidak memberikan hasil yang berbeda nyata untuk semua perlakuan (Lampiran 11). Hal ini menandakan bahwa pemberian molase, bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup udang vaname selama masa pemeliharaan (Gambar 15).

93.06 93.06 94.44 86.11 86.11 83.33 0 25 50 75 100 [K] [0] [10] [15] [20] [25] Perlakuan K e la ng sung a n H idup (% )  

a a a

a a a

Keterangan : K = Kontrol (tanpa penambahan bakteri maupun molase) [0] = Penambahan bakteri tanpa molase

[10] = Penambahan bakteri + molase C/N rasio 10 [15] = Penambahan bakteri + molase C/N rasio 15 [20] = Penambahan bakteri + molase C/N rasio 20 [25] = Penambahan bakteri + molase C/N rasio 25 Gambar 15. Tingkat kelangsungan hidup udang vaname

Pemberian molase, bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap nilai laju pertumbuhan (Gambar 13 dan 14) dan efisiensi pakan (Gambar 16) udang vaname selama masa pemeliharaan. Namun demikian, pemberian molase, bakteri nitrifikasi, dan bakteri denitrifikasi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup udang vaname (Gambar 15). Hal ini dapat disebabkan kondisi lingkungan seperti pH, DO, dan amonia pada semua perlakuan masih berada dalam kisaran optimum bagi udang vaname sehingga tidak memberikan pengaruh bagi tingkat kelangsungan hidup udang vaname.

Diduga pemberian molase, bakteri nitrifikasi, dan bakteri denitrifikasi mempengaruhi pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup udang melalui 2 cara, yaitu penurunan jumlah nitrogen anorganik dan peningkatan protein mikrobial. Perlakuan pertambahan molase+bakteri cenderung memberikan nilai laju pertumbuhan dan efisiensi pakan yang lebih baik. Menurut Avnimelech (1999) penambahan bahan kaya karbon akan meningkatkan metabolisme dan pertumbuhan bakteri, imobilisasi nitrogen anorganik, serta merupakan cara yang potensial untuk mengontrol kualitas air.

Salah satu bentuk nitrogen anorganik adalah amonia yang bersifat toksik pada udang. Konsentrasi amonia yang tinggi menyebabkan iritasi pada insang udang dan meningkatkan konsentrasi amonia dalam darah. Hal tersebut dapat mengurangi afinitas pigmen darah (hemocyanin) untuk menangkap oksigen. Pada akhirnya konsentrasi amonia yang tinggi akan mengurangi kemampuan udang untuk mentolerir kondisi oksigen rendah (Van Wyk dan Scarpa, 1999). Konsentrasi amonia pada semua perlakuan masih berada dalam kisaran toleransi untuk udang. Namun perlakuan [10], [15], dan [20] memberikan perubahan amonia yang lebih baik dibandingkan perlakuan [0], [25], dan kontrol (Gambar 10). Diduga adanya perubahan amonia (nitrogen anorganik) pada media pemeliharaan memberikan kondisi kualitas air yang lebih baik sehingga laju pertumbuhan panjang dan bobot akan meningkat. Menurut Effendie, (1997) faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ada 2, yaitu faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor dalam berupa keturunan, jenis kelamin, parasit dan penyakit. Sedangkan faktor luar berupa ketersediaan makanan, kualitas air, dan ruang gerak.

Nilai efisiensi pakan udang vaname selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 16. Nilai efisiensi pakan berada pada kisaran 29.43– 127.97%. Uji statistik yang dilakukan pada selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa penambahan molase, bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap nilai efisiensi pakan (Lampiran 12). Efisiensi pakan perlakuan [10] memberikan hasil yang paling baik, tidak berbeda nyata dengan perlakuan [15], tetapi berbeda nyata dengan perlakuan [20], [0], [25] dan kontrol. Perlakuan [15] tidak berbeda nyata dengan perlakuan [20] dan [0], tetapi memberikan hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan [25] dan kontrol.

Konsentrasi nitrogen anorganik dapat dikontrol melalui penambahan bahan berkarbon. Dalam prosesnya untuk mengontrol nitrogen anorganik, proses penambahan bahan berkarbon juga menghasilkan protein mikrobial yang dapat digunakan sebagai sumber protein bagi udang. Dapat dilihat perlakuan penambahan bakteri, dan hampir semua perlakuan penambahan bakteri+molase memberikan nilai efisiensi pakan yang lebih baik dibandingkan kontrol (Gambar 16). Hal ini mengindikasikan adanya pemanfaatan protein mikrobial sebagai

sumber protein bagi udang. Penelitian yang dilakukan oleh Avnimelech pada tahun 1989 menunjukkan bahwa udang dapat memanfaatkan bakteri sebagai salah satu sumber protein (Beristain et al., 2005a). Selain itu Beristain et al., (2005b) membenarkan bahwa udang mampu memanfaatkan flok bakteri sebagai sumber nitrogen, dan menunjukkan bahwa 18-19% nitrogen yang dimanfaatkan oleh udang berasal dari flok bakteri.

55.71 76.03 120.86 96.80 85.32 54.68 0 40 80 120 [K] [0] [10] [15] [20] [25] Perlakuan E fi si e ns i pa ka n (% )

a

c

bc

c

ab

bc

Keterangan : K = Kontrol (tanpa penambahan bakteri maupun molase) [0] = Penambahan bakteri tanpa molase

[10] = Penambahan bakteri + molase C/N rasio 10 [15] = Penambahan bakteri + molase C/N rasio 15 [20] = Penambahan bakteri + molase C/N rasio 20 [25] = Penambahan bakteri + molase C/N rasio 25

Gambar 16. Efisiensi pakan udang vaname selama masa pemeliharaan

Ikan dan krustasea hanya mengasimilasi 20-30% dari pakan yang dimakan, sisanya diekskresikan ke dalam air dan dikonversi menjadi amonia (Willet dan Morrison, 2006). Bakteri akan memanfaatkan amonia tersebut dan melalui sintesis protein akan menghasilkan protein mikrobial, yang akan dimanfaatkan oleh udang. Adanya pemanfaatan protein mikrobial ini akan meningkatkan pemanfaatan pakan oleh udang sehingga nilai efisiensi pakan pun akan semakin tinggi. Efisiensi pakan merupakan indikator untuk menentukan efektifitas pakan dan salah satu parameter yang digunakan untuk menggambarkan jumlah pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ikan.

Nilai efisiensi pakan pada perlakuan [10] memberikan nilai yang paling baik, diikuti dengan perlakuan [15] dan [20] (Gambar 16). Diduga jumlah karbon yang ditambahkan pada perlakuan [10], [15], dan [20] mencukupi kebutuhan bakteri sehingga akan merangsang pertumbuhan bakteri dan peningkatan biomassa bakteri, yang pada akhirnya akan dimanfaatkan sebagai sumber protein bagi udang. Hal ini didukung data populasi bakteri total pada perlakuan [10], [15], dan [20] yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain (Gambar 6).

Pada perlakuan [0] nilai efisiensi pakan tidak berbeda nyata dengan kontrol (Gambar 16). Hal ini dikarenakan walaupun perlakuan [0] diberikan penambahan bakteri, tetapi jumlah nutrien (terutama karbon) tidak mendukung peningkatan pertumbuhan dan biomassa bakteri. Walaupun demikian perlakuan [0] memberikan nilai efisiensi pakan yang lebih baik dibandingkan kontrol. Pada perlakuan [25] dilakukan penambahan molase, tetapi nilai efisiensi pakannya tidak berbeda nyata dengan kontrol (Gambar 16). Hal ini disebabkan pada C/N rasio 25 aktivitas mikrobial menurun, sehingga walaupun banyak terdapat karbon, bakteri tidak dapat memanfaatkannya dengan baik.

Bakteri selain mengandung protein mikrobial yang dapat mendukung pertumbuhan udang juga mengandung komponen-komponen lain yang menguntungkan. Tacon et al., pada tahun 1992 menunjukkan bahwa flok bakteri mengandung vitamin dan trace element yang memungkinkan pengurangan bahan aditif dalam pakan, sehingga dapat mengurangi biaya pakan hingga 25% (Beristain et al., 2005b). Penambahan molase mampu meningkatkan pertumbuhan udang (McIntosh, 2001). Oleh karenanya perlakuan [10], [15], dan [20] mempunyai nilai efisiensi pakan yang tinggi serta nilai laju pertumbuhan bobot dan panjangnya juga yang paling baik dari semua perlakuan.

Dokumen terkait