• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 PEMBAHASAN

5.3 Pertumbuhan Populasi Ikan Dolosi Biru

Pola pertumbuhan ikan dolosi biru di perairan Kepulauan Guraici umumnya sama baik jantan maupun betina adalah berpola isometrik, yaitu perubahan pertambahan ukuran panjang tubuh ikan seiring dengan penambahan berat tubah ikan. Tipe pola pertumbuhan jantan betina sama, namun berdasarkan nilai b yang diperoleh, terlihat kecenderungan ikan betina relatif lebih gemuk dari ikan jantan. Pola pertumbuhan ikan gabungan jantan betina apabila di pisahkan berdasarka stasiun juga menunjukan pola pertumbuhan yang sama dengan pola pertumbuhan ikan secara keseluruhan yaitu pola pertumbuhan isometrik.

Hubungan panjang berat ikan dolosi biru jantan dan betina berdasarkan waktu (bulan) sampling. Dari hasil analisis hubungan panjang berat menunjukan bahwa nilai b setiap bulan bervariasi baik pada ikan jantan maupun betina, selain itu pula besar kecil nilai b antara jantan betina tidak menentu di setiap bulan pengamatan atau dengan kata lain pada bulan tertentu nilai b jantan lebih besar dari ikan betina dan sebaliknya pada bulan tertentu nilai b ikan betina lebih besar dari jantan. Adanya perbedan nilai b diatas menunjukan bahwa kondisi ikan disetiap bulan berbeda antara jantan dan betina, kondisi ini dipengaruhi oleh ketersedian dan frekuensi mendapatkan makanan yang berbeda, umur atau ukuran ikan, dan kondisi reproduksi dari ikan tersebut. Sebagaiman menurut pernyataan Dulcic et al. (2003) in Purnomo dan Kartamihardja (2005), mengatakan bahwa adanya perbedaan nilai b disebabkan oleh pengaruh ontogenik terutama pada jenis kelamin yang mempengaruhi nilai b sehingga dapat mempengaruhi pola tumbuh dari ikan tersebut, dan juga pengaruh perbedaan tingkat kematangan gonad dan perbedaan umur.

Hubungan panjang berat ikan dolosi biru jantan dan betina berdasarkan tempat atau lokasi sampling (stasiun) menunjukan bahwa nilai b setiap tempat atau lokasi sampling bervariasi baik pada ikan jantan maupun betina, namun

variasi niali b yang ditunjukan relatif kecil atau bisa dikatakan hampir sama pola tumbuh dari ikan dolosi biru pada setiap tempat atau lokasi. Hasil penelitian secara umum hubungan panjang berat ikan dolosi biru (C. caerulaurea) di Perairan Kepulauan Guraici bila dibandingkan dengan beberapa penelitian dari ikan yang berada pada genus yang sama walaupun beda spesies menunjukan ada kesamaan hubungan dan pola pertumbuhan yaitu sebagai berikut:

1) Hubungan panjang berat ikan ekor kuning (Caesio ertyhrogaster) di perairan Banggai Kepulauan memperoleh nilai b= 3,1829, faktor kondisi 1,33 dan di Pulau Raas nilai b= 3,4073, faktor kondisinya 1,28. Ikan ekor kuning dari perairan Banggai Kepuluan mulai matang gonad pada kisaran panjang total 26,80 - 29,90 cm atau pada kisaran berat 250-318 gram (Subroto dan Subani, 1994).

2) Hubungan panjang berat ikan ekor kuning (Caesio cuning) di perairan pulau seribu menunjukan hubungan positif dengan nilai korelasi sebesar 0.99 % dengan pola pertumbuhan isometrik nilai b=3,021 (Jabbar, 2008)

3) Hubungan panjang berat ikan ekor kuning (Caesio cuning) di perairan pulau seribu pada bulan April-Juli 2010 menunjukan hubungan positif dengan nilai korelasi sebesar 0.99%, memiliki pola pertumbuhan isometrik yaitu b=2,964 (Habibun 2011)

Sebagaimana dari hasil penelitian yang ditampilkan pada bab hasil, dimana masa tinggal dari satu kohort (kelompok ukuran) ikan dolosi biru diperairan Kepulauan Guraici paling lama sampai empat bulan, setelah itu tergantikan oleh kohort yang lain. Pendeknya masa tinggal tersebut menjelaskan bahwa setiap terjadi penambahan baru ikan dolosi biru langsung tertangkap alat tangkap. Hal ini dikenal dengan istilah knife-edge recruitment fishery. Ukuran ikan gabungan jantan dan betina pertama kali tertangkap alat tangkap muroami (Lc) = 247.83 mm, ikan jantan 250.98 mm, dan ikan betina 247.24 mm.

Ukuran penambahan baru terkecil dengan modus panjang 171 terjadi pada ikan jantan di bulan Agustus, Maret dan April . kondisi ini mengindikasikan bahwa ikan jantan lebih cepat tertangkap dibandingkan ikan betina. Kecilnya ukuran ikan yang tertangkap oleh karena alat tangkap utama atau kantong alat tangkap kalase (muoroami) sangat kecil 1.9 cm, akibatnya ukuran ikan yang tertangkap tidak lolos dari jeratan alat tangkap. Kondisi ini mengindikasikan bahwa ikan yang tertangkap masi jauh dari ukuran optimum tangkapan,

walaupun hanya sebagian kecil yang tertangkap dari total tangkapan. Berdasarkan fakta tersebut maka dapat dikatakan sebagai indikasi kondisi stok ikan yang terdapat diperairan Kepulauan Guraici adalah:

1. Laju eksploitasi ikan dolosi biru diperairan Kepulauan Guarici sudah

sangat tinggi, sehingga sediaan alami satu kelompok umur ‘habis’ atau

hanya tersisa sedikit stok dalam waktu 2-4 bulan

2. Kemampuan pulih ikan dolosi biru cukup tinggi atau cukup cepat, yang didukung pemijahan yang terjadi sepanjang tahun, sehingga dalam waktu 2-4 bulan sudah muncul kelompok penambahan (rekrut) baru yang datang atau masuk ke daerah penangkapan.

Berdasarkan persamaan pertumbuhan Von bertalanffy, dimana nilai dugaan parameter pertumbuhan yang diperoleh dapat mengekspresikan pola pertumbuhan, kecepatan pertumbuhan dan umur maksimum dari populasi ikan dolosi biru secara umum baik gabungan ikan jantan betina, ikan jantan maupun ikan betina. Kecepatan tumbuh ikan jantan dan betina relative sama namun ikan betina menunjukan kecepatan pertumbuhan sedikit lebih cepat dari ikan jantan, sehingga lebih cepat mencapai panjang maksimum dibanding ikan jantan. Umur maksimum ikan dolosi biru betina relatif lebih pendek dibanding ikan jantan. Ikan betina mencapai panjang maksimum pada ukuran 327 mm pada umur 29 bulan (2.4 tahun), sedangkan ikan jantan mencapai ukuran maksimum pada ukuran 327 mm pada umur 35 bulan (2.9 tahun).

Pertumbuhan panjang ikan dolosi biru pada lokasi (stasiun) yang berbeda secara umum menunjukan pola tumbuh dan kecepatan tumbuh yang relatif hampir sama terkeculai pada stasiun Talimau dan Gafi memperlihatkan kecepatan pertumbuhan relatif sedikit lebih lambat dari stasiun Perairan Gunage, Laigoma dan Siko. Kondisi ini diduga di sebabkan oleh di kedua stasiun didominasi karang yang rusak. Pada Perairan Gafi panjang maksimum ikan dicapai pada umur maksimum 28 bulan (2.3 tahun), Talimau umur maksimum 29 bulan (2.4 tahun) sedangkan Stasiun Gunange, Laigoma dan Siko panjang maksimum ikan di capai pada umur 30 bulan (2.5 tahun). Dengan umur tersebut diatas menunjukan tidak terjadi lagi pertumbuhan atau penambahan panjang.

Perbedaan kecepatan mencapai ukuran maksimum atau perbedaan kecepatan pertumbuhan yang diperlihatkan pada ikan jantan dan betina di atas, diduga dipengaruhi oleh kondisi genetika, dan dipengaruhi oleh ketersedian makanan dan kondisi lingkungan fisik dan kimia, walaupun kondisi fisika kimia

yang terjadi di perairan Kepulauan Guraici berdasarkan hasil pengamatan relative kecil. Menurut Sukiman et al., (2002), pertumbuhan ikan di suatu perairan banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain jumlah makanan yang di makan, jumlah ikan di suatu perairan tersebut, jenis makanan yang dimakan, kondisi oseanografi perairan (suhu, oksigen dan lain-lain) dan kondisi ikan (umur, keterunan dan genetik). Csirke (1988) in Merta (1992), megatakan bahwa perbedaan nilai parameter pertumbuhan (LK) dari spesies ikan yang sama pada lokasi yang berbeda di pengaruhi oleh faktor lingkungan masing-masing perairan seperti ketersediaan makanan, suhu perairan, oksigen terlarut, ukuran ikan, kematangan gonad. Sedangkan menurut Widodo (1988) kecenderungan ketidaktepatan nilai parameter pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh komposisi ikan contoh yang dianalisis dari pada cara atau metode yang digunakan.

Secara umum ikan dolosi biru di perairan Kepulauan Guraici baik jantan maupun betina memperlihatkan bahwa kecepatan pada awal pertumbuhan tinggi kemudian mulai berkurang pada ukuran ikan sedang atau diperkirahkan pada fase remaja dan akan melambat pada fase dewasa sampai mencapai ukuran maksimum.

Dokumen terkait