• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 PENDAHULUAN

2.6 Siklus Hidup dan Reproduksi

Siklus kehidupan dari kebanyakan ikan karang dapat dibagi dalam tiga tahap biologi ekologi (Tissot 2003) yaitu (1) tahap dalam bentuk larva pelagik, (2) tahap ikan muda dan (3) tahap ikan dewasa. Sepanjang tahap pelagik, telur- telur/larva mengapung di dalam air terbuka sebagai komponen plankton laut. Fase ikan dimulai pada saat ikan-ikan muda menempati terumbu karang dalam suatu proses yang dikenal sebagai perekrutan. Ikan-ikan muda cenderung untuk memikirkan diri sendiri dan lebih sedikit nampaknya dibandingkan ikan dewasa. Tahap ikan dewasa ditandai oleh kedewasaan seksual dan bisa disertai oleh suatu transisi dari ikan muda sampai pewarnaan ikan dewasa atau morfologi.

Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenis atau kelompoknya. Reproduksi merupakan aspek yang penting dalam pengelolaan suatu sumberdaya perairan. Keberhasilan suatu spesies ikan dalam daur hidupnya ditentukan oleh kemampuan ikan tersebut untuk bereproduksi di lingkungan yang berfluktuasi guna menjaga keberadaan populasinya (Moyle & Cech 1988). Ikan ekor kuning

merupakan jenis hewan ovipar, yakni jenis yang menghasilkan telur dan membuahinya diluar tubuh, dengan jumlah telur yang banyak, berukuran kecil, dan mengapung (www.fishbase.com).

Beberapa aspek biologi reproduksi dapat memberi keterangan yang berarti mengenai frekuensi pemijahan, keberhasilan pemijahan, lama pemijahan, dan ukuran ikan pertama kali matang gonad. Aspek reproduksi tersebut meliputi rasio kelamin, tingkat kematangan gonad (TKG), indeks kematangan gonad (IKG), ukuran pertama kali matang gonad, fekunditas, diameter telur, dan pola pemijahan (Nikolsky 1963). Biologi reproduksi dapat memberikan gambaran tentang aspek biologi yang terkait dengan proses reproduksi, mulai dari diferensiasi seksual hingga dihasilkannya individu baru atau larva (Affandi & Tang 2002). Penyatuan gamet jantan (sperma) dan gamet betina (telur) akan membentuk zigot yang selanjutnya berkembang menjadi generasi baru (Fujaya 2004).

Pada umumnya proses reproduksi pada ikan dapat dibagi dalam tiga tahap, yakni tahap pra-spawning, spawning, dan post-spawning (Sjafei et al. 1992). Pada ikan, perkembangan awal daur hidup juga terbagi lagi menjadi lima periode perkembangan utama, yaitu periode telur, larva, juvenile, dewasa dan periode tua (senescent) (Balon 1975 in Sjafei et al. 1992).

De Young (1940) in Effendie (1997) melakukan penelitian terhadap kebiasaan memijah tiga belas spesies ikan ekonomis penting di laut Jawa berdasarkan distribusi garis tengah telurnya. Hasilnya memperlihatkan bahwa pemijahan individu betul-betul berkala. Dari perbedaan yang khas dimungkinkan membedakan tiga macam atau pola pemijahan yang berlainan. Ikan ekor kuning termasuk dalam kelompok pola pemijahan kedua, dimana pada kelompok ini sebelum telur kelompok pertama mencapai kematangan, kelompok telur berikutnya sudah memisahkan dari stok telur yang lain. Sebelum terjadi pemijahan didapatkan dua kelompok telur yang berisah. Sesudah berpijah didapatkan selain kelompok stok telur yang umum ada pula sekelompok telur yang berukuran lebih besar yang sedang mematang dan akan dikeluarkan dalam pemijahan berikutnya.

Rasio kelamin, atau biasa disebut juga dengan nisbah kelamin, merupakan perbandingan antara ikan jantan dan betina dalam suatu populasi. Kondisi nisbah kelamin yang ideal di perairan adalah dengan rasio 1:1 (Nababan 1994 in Makmur dan Prasetyo 2006). Rasio kelamin penting diketahui karena

berpengaruh terhadap kestabilan populasi ikan. Perbandingan 1:1 ini sering kali menyimpang, antara lain disebabkan oleh perbedaan pola tingkah laku ikan jantan dan ikan betina.

Perbedaan laju mortalitas, terjadi perubahan nisbah jantan dan betina secara teratur, yaitu pada awal pemijahan didominasi oleh ikan jantan kemudian seimbang pada saat terjadi pemijahan dan didominasi oleh betina sampai pemijahan selesai (Nikolsky 1963).

Tingkat Kematangan Gonad (TKG) merupakan salah satu aspek biologi reproduksi yang merupakan tahapan-tahapan tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah. Keterangan tentang TKG ikan diperlukan untuk mengetahui perbandingan antara ikan yang ada di perairan, ukuran atau umur ikan pertama kali matang gonadnya dan apakah ikan sudah memijah atau belum. Selanjutnya ikan pertama kali mencapai matang gonad dipengaruhi oleh beberapa faktor luar seperti suhu, arus, adanya individu yang berjenis kelamin yang berbeda dan faktor dalam seperti umur, ukuran dan perbedaan spesies (Niklosky 1963; Effendie 1997).

Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama itu sebagian besar hasil metabolisme tertuju pada perkembangan gonad. Pencatatan perubahan kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi atau tidak. Dari pengamatan perkembangan tingkat kematangan gonad ini juga didapatkan informasi kapan ikan tersebut akan memijah, baru akan memijah, atau sudah selesai memijah. Tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya menjadi masak tidak sama ukurannya. Demikian pula ikan yang sama spesiesnya. Untuk ikan di daerah tropis, faktor suhu secara relatif perubahannya tidak besar dan umumnya gonad dapat masak lebih cepat. Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara, yakni secara histologis dan morfologis. Pengamatan secara histologis dilakukan di laboratorium untuk mengetahui anatomi perkembangan gonad tadi lebih jelas dan mendetail. Sedangkan pengamatan secara morfologis dapat dilakukan langsung di lapangan (Effendie 1997).

Pemijahan dalam proses reproduksi dapat diketahui dengan melihat perubahan gonad yaitu menjadi besar dan berat. Berat gonad akan mencapai maksimum saat ikan akan memijah, kemudian menurun dengan cepat selama pemijahan sampai selesai (Effendie 1997). Untuk mengetahui perubahan gonad

tersebut secara kualitatif dapat dinyatakan dengan Indeks Kematangan Gonad (IKG). IKG adalah suatu nilai dalam persen sebagai hasil dari perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk gonad dikalikan 100%. IKG ini akan bertambah besar sampai mencapai maksimum ketika akan terjadi pemijahan (Effendie 1997). Selanjutnya dikatakan bahwa perubahan nilai IKG berhubungan erat dengan tahap perkembangan telur. Dengan memantau perubahan IKG dari waktu ke waktu, maka dapat diketahui ukuran ikan waktu memijah. Pada TKG yang sama, IKG ikan jantan akan berbeda dengan ikan betina. Umumnya kisaran IKG ikan betina lebih besar dibandingkan dengan kisaran IKG ikan jantan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan ukuran gonad antara ikan jantan dan betina. Biasanya ovarium pada ikan betina akan lebih berat daripada testis pada ikan jantan (Effendie 1997).

Royce (1984), ikan dapat memijah jika nilai IKG betina berkisar antara 10- 25% dan nilai IKG jantan berkisar antara 5-10%. Royce (1984), menyatakan semakin banyak makanan tersedia, pertumbuhan ikan semakin cepat dan fekunditas semakin besar. Fekunditas ikan berhubungan erat dengan lingkungan dimana fekunditas spesies akan berubah bila keadaan lingkungan berubah (Musa dan Bhuiyan 2007).

Fekunditas adalah jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada saat ikan memijah. Fekunditas terdiri dari dua istilah, yaitu fekunditas individu dan fekunditas relatif. Fekunditas individu atau fekunditas mutlak adalah jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu ikan memijah. Sedangkan fekunditas relatif atau fekunditas nisbi adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang ikan. Fekunditas lebih sering dihubungkan dengan panjang daripada berat, karena panjang penyusutannya relatif kecil dan panjang akan cepat mengalami perubahan pada waktu musim pemijahan (Effendie 1997). Umumnya ikan teleostei perairan laut memiliki tingkat fekunditas tinggi, mencapai ribuan sampai jutaan setiap ikan betinanya pertahun. Jumlah telur yang dihasilkan akan meningkat sejalan dengan perkembangan ukuran tubuh. Fekunditas meningkat lebih cepat dengan pertambahan ukuran panjang dibanding dengan pertambahan berat ikan (Jennings et al. 2001).

Beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan betina antara lain fertilitas, frekuensi pemijahan, perlindungan induk (parental care), ukuran telur, kondisi lingkungan, dan kepadatan populasi (Moyle & Cech

1988). Spesies ikan yang mempunyai fekunditas besar pada umumnya memijah di daerah permukaan, sedangkan spesies yang fekunditasnya kecil umumnya melindungi telurnya dari pemangsa atau menempelkan telurnya pada tanaman atau habitat lainnya (Nikolsky 1963).

Ukuran ikan pertama kali matang gonad berhubungan dengan pertumbuhan ikan dan pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan serta strategi reproduksinya. Tiap spesies ikan tidak sama ukuran dan umur pertama kali matang gonad, bahkan ikan-ikan pada spesies yang sama juga akan berbeda bila berada pada kondisi dan letak geografis yang berbeda (Nasution 2004). Umumnya ikan akan terus menerus memijah setelah pertama kali matang gonad, namun bergantung kepada daur pemijahannya, ada yang satu tahun sekali, beberapa kali dalam satu tahun, dan sebagainya (Reay 1984 in Nasution 2004). Dikatakan pula bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi dan menentukan daur reproduksi antara lain adalah suhu, oksigen terlarut dalam perairan dan hormon yang berperan dalam reproduksi yang dapat memacu organ-organ reproduksi untuk berfungsi (Nasution 2004). Ukuran ikan pada waktu pertama kali matang gonad berhubungan dengan pertumbuhan ikan dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya (Affandi & Tang 2002). Setiap spesies ikan pada waktu pertama kali matang gonad memiliki ukuran yang tidak sama walaupun ikan tersebut masih satu spesies. Hal tersebut diakibatkan karena adanya perbedaan kondisi ekologis perairan (Blay & Egeson 1980 in Makmur & Prasetyo 2006). Umur pada awal reproduksi bervariasi terhadap jenis kelamin. Bagi ikan jantan maupun betina, umur pertama kali memijah bergantung kepada kondisi lingkungan yang sesuai. Pada lingkungan yang tidak sesuai untuk tumbuh dan mempertahankan sintasan, ikan-ikan cenderung akan menangguhkan pemijahan, karena akan menurunkan tingkat pertumbuhan dan sintasan, sehingga reproduksi cenderung akan berlangsung pada umur lebih muda (Nasution 2004).

Reproduksi Caesionidae telah diteliti pada beberapa spesies, memiliki waktu kematangan yang awal dan fekunditas yang tinggi. Mereka memiliki musim pemijahan yang panjang, namun puncak pemijahan terjadi satu sampai dua kali dalam satu tahun. Prilaku pemijahan telah dilaporkan pada Caesio teres (Bell and Colin, 1986) and Pterocaseio digramma (Thresher 1984). Caesionidae ini

memijah pada kelompok yang besar disekitar bulan penuh (purnama). Mereka melakukan migrasi ke daerah terumbu karang pada saat gelap atau hari senja dan mulai memijah selama air surut. Pada Caesio teres bertelur, pada periodik pasang surut pada kedalaman kurang lebih 1 m dari permukaan. Selama pemijahan mereka tetap berada dekat dengan permukaan dan subgroup dalam massa keramaian yang pesat di mana gamet jantan dilepaskan. Mereka selanjutnya turun dan kemudian naik kembali ke permukaan untuk pemijahan lanjutan. Hal ini berulang beberapa kali dalam periode waktu 10-15 menit (Carpenter 1988). Selanjutnya Jabbar (2008), menyatakan bahwa pemijahan ikan ekor kuning (Caesio cunning) terjadi di sekitar perairan terumbu karang dan terjadi sepanjang tahun.

Dokumen terkait