• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Cadangan Karbon Tersimpan dalam Skala Lanskap

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4 Perubahan Cadangan Karbon Tersimpan dalam Skala Lanskap

secara lanskap dalam periode 1989, 2001, 2005, dan 2010. Peta cadangan karbon dalam skala lanskap dapat diwakili oleh peta tipe penutupan lahan yang dikorelasikan dengan kerapatan cadangan karbon di setiap penutupan lahan terkait. Peta ini mengindikasikan bahwa terjadi penurunan cadangan karbon antara tahun 1989 – 2001 dan kenaikan cadangan karbon antara tahun 2001 - 2010. Fluktuasi cadangan karbon di dalam kawasan TNMB disebabkan oleh tiga faktor yaitu aktivitas manusia yang tinggal di sekitar dan di dalam kawasan, bencana alam, dan pengelolaan taman nasional. Aktivitas manusia di sekitar dan di dalam kawasan TNMB berpusat di R. Wonoasri, R. Andongrejo, R. Sanenrejo, dan R. Rajegwesi serta di areal permukiman di dalam perkebunan. Bencana alam yang dimaksud adalah bencana tsunami yang terjadi di kawasan TNMB pada tahun 1994. Pengelolaan taman nasional yang dimaksud adalah kegiatan pemantauan, perlindungan, dan pemanfaatan di dalam kawasan, serta penegakan hukum di dalam kawasan.

Pendugaan cadangan karbon di perkebunan kakao, kopi, dan sengon menggunakan data sekunder berdasarkan penelitian Prasetyo (2010) dan Tim PKLP TNMB 2010 (2010). Data karbon pada perkebunan kakao dan kopi diambil dari rata-rata cadangan karbon perkebunan kakao dan kopi yang dilakukan di

53

Tambling Wildlife Nature Conservation, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Data karbon pada perkebunan sengon diambil dari rata-rata cadangan karbon perkebunan sengon yang dilakukan oleh Tim PKLP TNMB 2010 yang dilakukan di dalam areal kebun sengon di PT. Perkebunan Bandealit pada bulan Maret 2010. Informasi perubahan penutupan lahan di TNMB tersaji pada Tabel 14, sedangkan perubahan cadangan karbon di TNMB tersaji pada Tabel 15.

Tabel 14 Perubahan penutupan lahan di TNMB No. Tipe penutupan

lahan Luas tahun 1989 (ha) % Luas tahun 2001 (ha) % Luas tahun 2005 (ha) % Luas tahun 2010 (ha) % ∆ luas tutupan lahan periode 1989-2001 (ha) ∆ luas tutupan lahan periode 2001-2005 (ha) ∆ luas tutupan lahan periode 2005-2010 (ha) 1. Hutan primer 20.724,50 37,57 21.532,30 39,05 21.195,50 38,43 26.600,40 48,20 807,80 -336,80 5.404,90 2. Hutan sekunder 10.406,90 18,87 9.480,33 17,19 11.042,30 20,02 9.798,93 17,75 -926,57 1.561,97 -1.243,37 3. Mangrove 456,30 0,83 148,23 0,27 375,57 0,68 203,85 0,37 -308,07 227,34 -171,72 4. Kebun campuran 1.898,10 3,44 1.598,22 2,90 1.159,56 2,10 1.717,38 3,11 -299,88 -438,66 557,82 5. Areal pertanian 276,93 0,50 2.479,32 4,49 1.893,24 3,43 1.009,17 1,83 2.202,39 -586,08 -884,07 6. Semak belukar 7.083,81 12,84 6.239,61 11,32 5.259,51 9,54 3.798,00 6,88 -844,20 -980,10 -1.461,51 7. Padang rumput dan alang-alang 5.239,71 9,50 4.749,66 8,61 5.150,97 9,34 2.907,54 5,27 -490,05 401,31 -2.243,43 8. Perkebunan karet 560,52 1,02 431,10 0,78 625,68 1,15 409,59 0,74 -129,42 194,58 -216,09 9. Perkebunan kakao 262,98 0,48 168,03 0,30 84,43 0,15 60,39 0,11 -94,95 -83,60 -24,04 10 Perkebunan kopi 228,78 0,41 54,72 0,10 43,02 0,08 58,68 0,11 -174,06 -11,70 15,66 11. Perkebunan sengon 0,00 0,00 131,40 0,24 306,45 0,56 434,61 0,79 131,40 175,05 128,16 12. Lahan terbangun 63,00 0,11 99,54 0,18 68,58 0,12 121,33 0,22 36,54 -30,96 52,75 13. Lahan terbuka 115,38 0,21 259,47 0,47 121,14 0,22 143,73 0,26 144,09 -138,33 22,59 14. Badan air 370,71 0,67 301,23 0,55 349,29 0,63 450,99 0,82 -69,48 48,06 101,70 15. Tidak ada data* 7.474,14 13,55 7.474,14 13,55 7.474,14 13,55 7.474,14 13,54 0 0 0 Total 55.161,76 100 55.147,30 100 55.149,38 100 55.188,73 100 -14,46 2,08 39,35 Keterangan: ∆ = perubahan; *awan dan bayangan awan

55

Tabel 15 Perubahan cadangan karbon tersimpan di TNMB

No. Tipe penutupan lahan Cadangan karbon tahun 1989 (Mg) % Cadangan karbon tahun 2001 (Mg) % Cadangan karbon tahun 2005 (Mg) % Cadangan karbon tahun 2010 (Mg) % ∆ cadangan karbon periode 1989-2001 (Mg) ∆ cadangan karbon periode 2001-2005 (Mg) ∆ cadangan karbon periode 2005-2010 (Mg) 1. Hutan primer 2.506.213,79 61,16 2.603.901,04 64,09 2.563.171,82 61,35 3.216.786,37 70,29 97.687,25 -40.729,22 653.614,55 2. Hutan sekunder 1.109.479,61 27,08 1.010.697,98 24,88 1.172.219,60 28,06 1.044.663,93 22,83 -98.781,63 161.521,62 -127.555.67 3. Mangrove 30.595,48 0,75 9.940,30 0,24 25.185,72 0,60 13.670,18 0,30 -20.655,18 15.245,42 -11.515,54 4. Kebun campuran 42.023,93 1,03 35.384,59 0,87 25.672,66 0,61 38.022,79 0,83 -6.639,34 -9.711,93 12.350,13 5. Areal pertanian 5.652,14 0,14 50.602,92 1,24 38.641,03 0,92 20.597,16 0,45 44.950,78 -11.961,89 -18.043,87 6. Semak belukar 228.665,39 5,58 201.414,61 4,96 169.779,98 4,06 122.599,44 2.68 -27.250,78 -31.637,63 -47.177,54 7. Padang rumput dan alang- alang 110.924,66 2,71 100.550,30 2,47 109.046,03 2,61 61.552,62 1,34 -10.374,36 8.495,73 -47.493,41 8. Perkebunan karet 53.787,50 1,31 41.358,36 1,02 60,040,25 1,44 39.304,26 0,86 -12.419,14 18.671,89 -20.735,99 9. Perkebunan kakao1 3.692,24 0,09 2. 359,14 0,06 1.185,68 0,03 847,88 0,02 -1.333,10 -1.173,46 -337,80 10 Perkebunan kopi1 6.387,54 0,15 1.527.78 0,04 1.201,12 0,03 1.638,35 0,03 -4.859,76 -326,66 437,23 11. Perkebunan sengon2 0,00 0,00 5.138,40 0,13 11. 983,73 0,29 16.995,42 0,37 5.138,40 6.845,33 5.011,69 12. Lahan terbangun3 - - - - 13. Lahan terbuka3 - - - - 14. Badan air3 - - - - 15. Tidak ada data4 - - - - Total 4.097.422,28 100 4.062.885,42 100 4.178.124,62 100 4.576.678,40 100 -34.536,86 115.239,20 398.553,78 Keterangan: Sumber: 1 Prasetyo (2010); 2 Tim PKLP TNMB 2010 (2010); 3tidak dilakukan pengukuran cadangan karbon; 4awan dan bayangan awan

Perubahan cadangan karbon dalam skala lanskap berkorelasi terhadap perubahan penutupan lahan. Perubahan penutupan lahan dan cadangan karbon dalam skala lanskap diperoleh dari data atribut peta tipe penutupan lahan tahun 1989, 2001, 2005, dan 2010 yang diintegrasikan dengan data hasil perhitungan cadangan karbon pada tiap-tiap penutupan lahan. Pada kelas-kelas lahan yang tertutup oleh awan dan bayangan awan, pada penelitian ini digunakan asumsi bahwa luasan awan dan bayangan awan tidak mengalami perubahan baik dalam bentuk maupun luasan per hektar pada tiap tahun pembuatan peta. Kelas awan dan bayangan awan (selanjutnya disatukan ke dalam kelas tidak ada data) diproses menggunakan permodelan khusus untuk mengakumulasikan bentuk dan luasan area yang tertutup awan dan bayangan awan dari peta tahun 1989, 2001, 2005, dan 2010. Hasil peta penutupan lahan tahun 1989, 2001, 2005, dan 2010 memiliki bentuk dan luasan kelas tidak ada data yang sama. Hasil analisis klasifikasi peta menunjukkan adanya perbedaan atau selisih luas kawasan dari tahun 1989 hingga 2010 seluas 26,97 ha. Hal ini dapat disebabkan kekurangsempurnaan saat dilakukan proses koreksi geometrik.

Perubahan penutupan lahan hutan dan non-hutan maupun lahan non-hutan menjadi hutan berguna untuk menjelaskan perubahan cadangan karbon hutan dan non-hutan. Perubahan penutupan lahan hutan menjadi non-hutan disebut sebagai deforestasi sedangkan perubahan penutupan lahan non-hutan menjadi hutan disebut sebagai reforestasi. Dalam konteks penelitian ini, penutupan lahan hutan dan non-hutan disesuaikan dengan pengkategorian cadangan karbon hutan dan non-hutan. Peta deforestasi dan reforestasi pada periode 1989 - 2001, 2001 – 2005, dan 2005 – 2010 dapat lebih memberi gambaran dalam penjelasan mengenai perubahan cadangan karbon yang terjadi di masing-masing Resort dalam kawasan TNMB.

Peta klasifikasi penutupan lahan TNMB antara tahun 1989 sampai 2001 menunjukkan adanya perbedaan atau selisih luas kawasan seluas 14,46 ha (0,03%). Penurunan luasan penutupan lahan terbesar terjadi pada hutan sekunder sebesar 926,57 ha (1,68%), sedangkan peningkatan luasan penutupan lahan terbesar terjadi pada areal pertanian sebesar 2.202,39 ha (3,99%). Peta deforestasi dan reforestasi di TNMB pada periode 1989 – 2001 tersaji pada Gambar 17. Total

57

perubahan cadangan karbon yang tersimpan di kawasan TNMB dari tahun 1989 hingga 2001 mengalami penurunan sebesar 34.536,86 Mg. Von Mirbach (2000) menyatakan bahwa kehilangan 1 Mg karbon setara dengan 3,667 Mg.CO2. Nilai

kehilangan karbon dari tahun 1989 hingga 2001 setara dengan 126.646,67 Mg.CO2. Penurunan cadangan karbon terbesar terjadi pada hutan sekunder

sebesar 98.781,38Mg.ha-1 (2,42%). Peningkatan cadangan karbon terbesar terjadi pada hutan primer sebesar 97.687,25 Mg.ha-1 (2,39%).

59

Penurunan cadangan karbon pada terjadi pada mangrove dan hutan sekunder. Penurunan cadangan karbon pada mangrove disebabkan adanya tsunami pada tahun 1994, khususnya di sepanjang pantai R. Sukamade, R. Rajegwesi, R. Bandealit, dan R. Wonoasri. Penurunan cadangan karbon pada hutan sekunder terjadi akibat maraknya perambahan hutan pada hutan sekunder khususnya yang berada di sekitar pemukiman seperti R. Wonoasri, R. Andongrejo, dan R. Sanenrejo pada tahun 1997. Areal hutan sekunder yang merupakan eks-Perum Perhutani 1972 yang ditanami jati seluas 1.036 ha dirambah secara ilegal oleh warga untuk dijual. Perambahan hutan ini menyebabkan luasan hutan sekunder menurun yang beralihfungsi menjadi areal pertanian dan padang rumput dan alang-alang. Lalu kawasan eks-Perhutani dimasukkan ke dalam zona rehabilitasi dan dialihgunakan untuk kawasan areal pertanian dan kebun campuran binaan.

Areal pertanian dan kebun campuran binaan merupakan hasil kerjasama dengan mengikutsertakan masyarakat dalam kawasan yang dilakukan oleh manajemen Taman Nasional, organisasi non-profit LATIN (Lembaga Alam Tropika Indonesia) yang berasal dari IPB, dan organisasi non-profit lokal KAIL (Konservasi Alam Indonesia Lestari). Pengikutsertaan masyarakat dilakukan dengan membentuk kelompok binaan bernama KETANMERAH yang beranggotakan masyarakat yang tinggal di zona rehabilitasi. Masyarakat yang dibina tersebut berada di 5 desa yaitu Desa Andongrejo, D. Curahnongko, D. Sanenrejo, D. Wonoasri, dan D. Curahtangkir. Kelima masyarakat desa ini dibina dan dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok binaan yang terdiri atas kelompok binaan peternak lebah, kelompok TOGA, kelompok binaan petani buah, dan kelompok binaan peternak sapi. Kerjasama ini cukup berhasil mengajak masyarakat untuk ikut berpartisipasi aktif dalam melakukan konservasi sumberdaya alam hayati (SDAH) sekaligus membiasakan diri tidak mengambil hasil hutan secara langsung dari hutan.

Peningkatan cadangan karbon pada hutan primer antara tahun 1989 – 2001 dipengaruhi oleh peningkatan kegiatan pemantauan dan perlindungan kawasan serta penegakan hukum. Sejak aktivitas perambahan hutan terjadi pada tahun 1997, kawasan Meru Betiri ditetapkan sebagai Taman Nasional untuk

memaksimalkan kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan, khususnya pada kawasan hutan primer yang berdekatan dengan pemukiman warga maupun yang berada dalam zona inti. Perlindungan pada kawasan zona inti dapat menyebabkan terjaganya hutan primer dari aktivitas perambahan sehingga areal hutan sekunder tua yang umumnya berbatasan langsung dengan hutan primer akan dapat tumbuh bebas mendekati klimaks. Pada penampakan di citra, hutan-hutan sekunder yang berbatasan langsung dengan hutan primer memiliki nilai digital number yang sama sehingga dapat diasumsikan bahwa hutan primer mengalami perluasan. Oleh karena itu, peningkatan luasan hutan primer menyebabkan nilai cadangan karbon yang tersimpan juga meningkat.

Peta klasifikasi penutupan lahan TNMB antara tahun 2001 dengan 2005 menunjukkan adanya perbedaan atau selisih luas kawasan seluas 2,08 ha (0,0004%). Penurunan luasan penutupan lahan terbesar terjadi pada semak belukar sebesar 980,10 ha (1,78%), sedangkan peningkatan luasan penutupan lahan terjadi pada hutan sekunder sebesar 1.561,97 ha (2,83%). Peta deforestasi dan reforestasi di TNMB periode 2001 – 2005 tersaji pada Gambar 18. Total perubahan cadangan karbon yang tersimpan di kawasan TNMB dari tahun 2001 hingga 2005 mengalami peningkatan sebesar 115.239,20 Mg atau setara dengan penyerapan CO2 sebesar 422.582,15 Mg.CO2. Penurunan cadangan karbon

terbesar terjadi pada semak belukar sebesar 31.637,63 Mg.ha-1 (0,77%). Peningkatan cadangan karbon terbesar terjadi pada hutan sekunder sebesar 161.521,62 Mg.ha-1 (3,92%).

61

Gambar 18 Peta deforestasi dan reforestasi di TNMB periode 2001 – 2005.

Penurunan cadangan karbon pada semak belukar terjadi karena adanya pencurian bambu, rotan, dan kayu rimba yang terjadi di dekat pemukiman. Pencurian bambu, rotan, dan kayu rimba terjadi pada vegetasi semak belukar yang berada di dekat pemukiman warga terjadi di SPTN I Ambulu dan SPTN II Sarongan. Berdasarkan data statistik Balai TNMB periode 2005 – 2010, pada tahun 2005 terjadi pencurian rotan sebanyak 1.765 batang di kedua SPTN tersebut.

Peningkatan cadangan karbon pada hutan sekunder disebabkan oleh meningkatnya luasan hutan sekunder. Perluasan lahan terjadi pada vegetasi hutan sekunder muda di areal rehabilitasi (R. Wonoasri, R. Andongrejo, dan R. Sanenrejo) yang dihasilkan dari kegiatan rehabilitasi lahan pada areal-areal bekas perambahan hutan. Kegiatan rehabilitasi lahan dilakukan oleh pengelola TNMB berkerjasama dengan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan TNMB, organisasi non-profit LATIN dan organisasi non-profit lokal KAIL. Selain itu terjadi pengurangan luasan hutan primer yang berubah menjadi hutan sekunder yang disebabkan oleh pencurian kayu di zona rimba pada SPTN I Sarongan dan SPTN II Ambulu.

Peta klasifikasi penutupan lahan TNMB antara tahun 2005 sampai 2010 menunjukkan adanya perbedaan atau selisih luas kawasan seluas 39,35 ha (0,07%). Penurunan luasan penutupan lahan terbesar terjadi pada padang rumput dan alang-alang sebesar 2.243,43 ha (4,07%). Peningkatan luasan penutupan lahan terbesar terjadi pada hutan primer sebesar 5.404,90 ha (9,80%). Peta deforestasi dan reforestasi di TNMB periode 2005 – 2010 tersaji pada Gambar 19. Total perubahan cadangan karbon yang tersimpan di kawasan TNMB dari tahun 2005 hingga 2010 mengalami peningkatan sebesar 398.553,78 Mg atau setara dengan penyerapan CO2 sebesar 1.461.496,71 Mg.CO2. Penurunan cadangan

karbon terbesar terjadi pada tipe penutupan lahan hutan sekunder sebesar 127.555,67 Mg.ha-1 (2,79%). Peningkatan cadangan karbon terbesar terjadi pada hutan primer sebesar 653.614,55 Mg.ha-1 (14,93%).

63

Peningkatan cadangan karbon antara tahun 2005 hingga 2010 merupakan peningkatan cadangan karbon terbesar bila dibandingkan pada periode 1989 hingga 2010. Bila dilihat dari Tabel 13 dan 14, peningkatan cadangan karbon terbesar antara tahun 2005 hingga 2010 dihasilkan oleh hutan primer. Pada periode 2005 – 2010, luasan hutan primer meningkat hingga 0,10 % dari total luas kawasan. Pada penelitian ini, peningkatan luasan hutan primer diasumsikan berasal dari areal-areal hutan sekunder yang tumbuh menjadi hutan primer, khususnya pada zona inti dan zona rimba. Informasi peningkatan luasan hutan primer didapat dari bertambahnya luasan hutan sekunder yang memiliki kesamaan nilai digital number dengan hutan primer pada hasil klasifikasi penutupan lahan tahun 2005 dan 2010. Peningkatan luasan hutan primer menyebabkan terjadinya peningkatan cadangan karbon pada hutan primer. Kegiatan perlindungan dan pemantauan kawasan khususnya di zona inti dan zona rimba turut berperan dalam pencegahan kerusakan hutan, juga memberi peluang pada areal yang sudah rusak untuk memulihkan diri. Peningkatan luasan hutan primer di zona rimba terjadi di R. Wonoasri, R. Andongrejo, dan R. Baban. Peningkatan luasan hutan primer di zona inti pada R. Sukamade, R. Bandealit, dan R. Malangsari.

Pada periode 2005 – 2010, penurunan luasan tutupan lahan terbesar terjadi pada padang rumput dan alang-alang dan semak belukar. Penurunan luasan kedua tipe penutupan lahan tersebut mengakibatkan hilangnya cadangan karbon pada kedua tipe penutupan lahan tersebut mencapai 94.670,95 Mg atau setara dengan 347.158,37 Mg.CO2. Penurunan luasan pada semak belukar tersebut diakibatkan

oleh maraknya pencurian bambu dan rotan pada kedua tipe penutupan lahan tersebut. Statistik Balai TNMB periode 2005-2009 mendokumentasikan adanya pencurian bambu sebesar 114.600 batang dan pencurian rotan sebesar 5.791 batang. Penurunan luasan semak belukar juga disebabkan oleh kebakaran seluas 9,75 ha pada tutupan lahan tersebut (BTNMB 2009).

Dokumen terkait