• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakter orang Aceh pada masa Perang-Belanda :

Pertama, Sikap militansi masyarakat atau orang Aceh sudah ditempa sejak ratusan tahun lalu, sejak pendudukan Belanda sampai konflik bersenjata antara GAM-RI. Semangat rela berkorban, berjuang dan berperang sampai titik darah penghabisan yang ditempa sekian lama itu lantas mengental, mengkristal jadi sebuah budaya yang melekat erat dalam setiap karakter masyarakat Aceh. Hal ini bisa dibaca melalui syair-syair do daidi, senandung peninabobo bayi yang mengajarkan dan mengajak sang bayi agar setelah besar nanti pergilah ke medan perang untuk berjuang membela bangsa (nanggroe).

Kedua, selain sikap militansi, sikap yang lain yang menonjol adalah loyal dan patuh pada pemimpin. Loyalitas dan kepatuhan bagi orang Aceh sebenarnya sebuah nilai dengan harga mahal. Sebab, agar orang Aceh menjadi loyal dan patuh, sang pemimpin haruslah jujur, setia kepada rakyatnya, tidak ingkar janji, bijak dalam pelayanan serta percaya kepada rakyat.

Menurut Dr. Mohd Harun lewat ‘Memahami orang Aceh’ (April 2009) Kajiannya atas masyarakat Aceh dari penggalan syair hadih maja. Menurutnya ada lima (5) prototipe watak orang Aceh.

4. Reaktif artinya sebagai sebuah sikap awas atas harga diri yang keberadaanya dipertaruhkan dalam konstelasi sosial budaya. Orang Aceh sangat peka terhadap situasi sosial di sekitarnya. Orang Aceh tidak suka diusik apalagi diejek, sebab,

karena kalau tersinggung dan menanggung malu reaksi yang timbul adalah akan dibenci dan bahkan menimbulkan dendam.

5. Militan artinya memiliki semangat juang yang tinggi, bukan hanya dalam memperjuangkan makna hidup tetapi juga dalam mempertahankan harga diri atau eksistensinya.

6. Opimis hal ini tampak dalam melakukan suatu pekerjaan tertentu. Orang Aceh beranggapan bahwa setiap pekerjaan yang kelihatan sulit dan berat harus dicoba dan dilalui.

7. Konsisten. Hal ini tampak dalam sikap dan pendirian yang tidak plin plan, tegas, taat asas apalagi jika berkaitan dengan harga diri dan kebenaran. ‘

8. Loyal. Hal ini amat berkaitan dengan kepercayaan. Jika seseorang , lebih-lebih pemimpin, menghargai, mempercayai, tidak menipu, tidak mencurigai orang Aceh maka mereka akan mebaktikan diri sepenuhnya kepada sang pemimpin.

H. Kesimpulan

Hikayat yang sudah mendarah daging di Aceh harus lebih diperhatikan dan ikembangkan. Karena nafas sastra Aceh ada di sana. Orang Aceh hamis tidka mungkin terhindar dari hilkayat fdalam proses konstruksi diri mereka. Proses metamorphosis orang Aceh mengalami kehialangan karakter kekuatan Aceh karena kepemanfatan hikayat tidak lagi menjadi sumber insirasi dalam masyarakat. Masyarakat Aceh harus mengembalikan konstruksi mereka sebagai orang Aceh dengan cita rasa modern. Hikayat sebagai kekuatan tutur Aceh yang mengandung nilai-nilai Islam, nilai social budaya dan perjuangan Aceh harus tetap ditularkan kepada generasi muda Aceh agar karakter orang Aceh tidak hilang, namun teta intehgarl dalam individu-individu masa kini. Kekuatan Aceh inilah yang harus dijaga sebagai bentuk konstruksi yang telah teruji seanjang masa. Orang Aceh dalam era millinium teta daayt menjadi orang Aceh yang memunyai 'marwah keacehan' dengan nilai-nilai modern mereka yang khas Aceh. Sejarah telahh nmembuktikan bahwa nilai-nilai ke-Acehaan telah mamu membawa Aceh mencapai kejayaan melampau zamannya. Oleh karenannya tidak ada alasna sam seklai untuk meningggalkan nilai-nilai ke-Acehan dan menukarkannya dnegan nilai-nilai baru yang pada dasarnya tidak sesuai dengan karakter Aceh. Nilai-nilai baru yang dikampanyekan sebagai nilai-nilai modern selama sesuai dnegan niulai-nilai Agama dna ke-Acehan teta dapat digunakan dalam konstruksi generasi muda Aceh. Orang Aceh harus menjadi orang dengan karakteristik Ke-Acehan dimana un dan kapanpun. Kemajuan tetap data dicapai dengan berpegang teguh pada nilai-nilai KeAcehan.

Referensi

1. Shavelson, J. Richard, and Bolus, Roger, SELF-CONCEPT: THE INTERPLAY OF THEORY AND METHODS, April 1981

Journal of Educational Psychology, Vol. 74, No. 1, 1982, pp. 3-17

2. Brooks, W.D., Emmert, P. Interpersonal Community. Iowa. Brow Company Publisher. 1976

3. Devito, A. Joseph, Human Communication, The Basic Course, Eleventh Edison, Pearson International Edition

4. Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Rosdakarya, Bandung, 2000. 5. Berger, L. Peter, dan Luckman, Thomas, The Social Construction of Reality;

A Treatise in The Sociology of Knowledge, Pinguin Books, New York, 1976. 6. Dant, Tim, Knowledge, Ideology and Discourse: A Sociological Perspective,

Routledge, London and New York, 1991.

7. Halliday, M.A.K., Linguistic as Social Semiotic, The Social Interpretation of Language and Meaning, Edward Arnold, New York, 1993.

8. Pardue,D., William, Socialigocal Theory, Mayfied Publishing Company, California, 1986.

9. Ritzer, George, Modern Sociological Theory, Fourth Edition, McGraw-Hill International, Singaore, 1996.

10.Spender, Dale, Man Made Language, (Second Edition), Routlege and Kegan aul, New York, 1985.

11.Tulisan ini pernah dipublikasikan di http://www.acehforum.or.id/, 12 Februari 2008.

12. Soewarno, Meunasah sebagai Universitas Gampong, Manday, 5th April 2010 cited from www.acehinstitute.com

13. Badruzzaman Ismail, Membangun Keistimewaan Aceh Dari Sisi Adat Istiadat, MAA Nanggrou Aceh Darussalam, Banda Aceh, 2007, p.14-15

14. Badruzzaman Ismail, Fungsi Meunasah Sebagai Lembaga ( Hukum ) Adat di Aceh Besar, Tesis Magister Hukum, Program Pasca Sarjana Universitas Sumatra Utara,

Medan, 2002, p.3-7

15. Surojo Wignjodipuro, Pengantar dan Azas-azas Hukum Adat, Penerbit Alumni, Bandung, 1979, p. 85

16.‘T Veer, Van, Paul, Perang Aceh, KisahKegagalan Snouck Hurgronje, Grafiti Press, 1985.

17.Said, Muhammad, Aceh Sepanjang Abad, Percetakan dan Penerbitan Waspada, Medan 1981.

18.Hurgronje, Snouck, Aceh Di Mata Kolonial, Yayasan Soko Guru, Jakarta, 1985.

19.Alfian, T., Ibrahim, Wajah Aceh Dalam Lintasan Sejarah, Pusat Dokumen dan Informasi Aceh, Bnada Aceh, 1999.

20.West, Richard and Turner, H., Lynn, Introduction Communication Theory, Analysis and Application, Third Edition, Mc Graw-Hill, 2007.

21.Sumber ; Brooks, W.D., Emmert, P. Interpersonal Community. Iowa. Brow Company

Publisher. 1976

22. Carl Ransom Rogers, Artkel berjudul "The Clinical Treatment of the Problem Child", fakultas psikologi di Ohio State University , 1939.

Dokumen terkait