• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIANTEORI

3. Perubahan kurikulum di Indonesia

Sejak kemerdekaannya di tahun 1945, Indonesia terhitung telah mengalami sepuluh kali perubahan kurikulum. Kurikulum pertama kali dikembangkan pada tahun 1947, dikembangkan lagi di tahun 1952, tahun 1964, tahun 1968, tahun 1975, tahun 1984, tahun 1994, tahun 2004, tahun 2006, dan tahun 2013.

Rencana pelajaran 1947 merupakan kurikulum yang dilandasi semangat zaman dan suasana kehidupan berbangsa dengan spirit merebut kemerdekaan maka pendidikan di tahun ini lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain, kesadaran bernegara dan masyarakat (Hidayat, 2013: 2). Rencana pelajaran 1947 mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat dengan materi pelajaran yang dihubungkan pada kejadian sehari-hari berlandaskan Pancasila (Muzamiroh, 2013: 41). Rencana pelajaran 1947 dapat disimpulkan sebagai kurikulum yang menekankan pada pembentukan watak dan karakter bangsa melalui semangat Pancasila dengan harapan agar bangsa Indonesia yang baru saja memperoleh kemerdekaan lebih mencintai negaranya sehingga tidak mudah lagi dikuasai oleh bangsa lain.

Kurikulum 1952 merupakan kurikulum penyempurna dari rencana pembelajaran 1947. Ciri utama dari kurikulum 1952 adalah bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia itu sendiri (Muzamiroh, 2013: 42). Kurikulum 1952 ini lebih merinci setiap mata pelajarannya sehingga diberi nama Rencana Pelajaran Terurai 1952 yang berfungsi membimbing para guru dalam kegiatan mengajar di sekolah dasar (Hidayat, 2013: 3). Ahmad (Muzamiroh, 2013: 42) menambahkan silabus pada kurikulum ini jelas sekali dan seorang guru mengajar satu mata pelajaran. Pernyataan yang telah disampaikan para tokoh jelas menyatakan bahwa kurikulum 1952 merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1947, sama hanya dengan kurikulum 1947 isi pembelajaran pada kurikulum 1952

dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat namun pada kurikulum 1952 setiap kegiatan telah terperinci pada setiap mata pelajaran dan silabus pelajarannya.

Pemerintah pada kurikulum 1964 mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik dalam Hidayat, 2013: 3). Program Pancawardhana adalah program pembelajaran yang menekankan pada perkembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik, keprigelan, dan jasmani (Muzamiroh, 2013: 43). Program Pancawardhana ini akhirnya yang menjadi ciri khas dari kurikulum 1964. Program Pancawardhana menjadikan kemampuan yang harus dimiliki siswa lebih terarah.

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus (Muzamiroh, 2013: 43). Pendidikan pada kurikulum 1968 oleh Hidayat (2013: 4) disebutkan sebagai kurikulum yang bertujuan untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama dengan isi pendidikan yang diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat. Muatan materi pelajaran pada kurikulum 1968 bersifat lebih teoritis karena tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan (Muzamiroh, 2013: 44). Pendidikan pada kurikulum 1968 dapat dikatakan sebagai kurikulum yang berbeda dibanding

kurikulum-kurikulum yang telah berkembang sebelumnya. Kurikulum 1968 menjujung tinggi pembentukan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus namun melalui hal-hal yang bersifat teoritis tidak dihubungkan dengan kehidupan masyarakat seperti pada kurikulum-kurikulum sebelumnya.

Kurikulum 1975 dikenalkan sebuah rencana pembelajaran yang pada saat itu bernama satuan pelajaran. Satuan pelajaran berisi petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi (Muzamiroh, 2013: 44). Kurikulum 1975 menganut beberapa prinsip yang tujuannya sebagai perbaikan bagi perkembangan pendidikan kedepan. Prinsip-prinsip yang melandasi kurikulum 1975 adalah 1) berorientasi pada tujuan, 2) menganut pendekatan integratif, 3) menekankan pada efisiensi dan efektivitas dalam daya dan waktu, 4) menganut pendekatan sistem yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instuksional (PPSI), dan 5) dipengaruhi dengan psikologi behaviorisme (Hidayat, 2013: 6). Kurikulum 1975 memiliki sistem pelajaran yang lebih tertata walaupun akhirnya kurikulum ini kembali mendapat kritikan karena dianggap terlalu membebani guru.

Kurikulum 1984 lahir sebagai perbaikan dari kurikulum 1975. Hidayat (2013: 9) menjabarkan ciri-ciri khusus dari kurikulum 1984, yaitu 1) berorientasi kepada tujuan pembelajaran, 2) pendekatan pembelajaran berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA), 3) materi dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral, 4) menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan, 5) materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa, dan 6) menggunakan pendekatan keterampilan proses. Ciri utama yang terlihat

pada kurikulum 1984 adalah pembelajaran yang sangat menekankan pada keaktifan siswa. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar dimulai dari proses mengamati, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan (Muzamiroh, 2013: 45).

Idris dan Jamal (Trianto, 2010: 61) kurikulum 1994 mengenal pelaksanaan pendidikan dasar Sembilan tahun, menerapkan kurikulum muatan lokal, dan penyempurnaan tiga kemampuan dasar (membaca, menulis, dan berhitung). Pembagian tahapan pelajaran menggunakan sistem caturwulan dengan materi pelajaran yang cukup padat (Hidayat, 2013: 11). Kurikulum 1994 menganjurkan gurunya untuk memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial (Hidayat, 2013: 11). Kurikulum 1994 kembali melakukan pendekatan pembelajaran dengan melibatkan keaktifan siswa namun dikemas dengan materi yang cukup padat.

Kurikulum 2004 mengacu pada pendidikan yang berupaya menyiapkan individu yang mampu melaksanakan perangkat kompetensi yang ditentukan (Hidayat, 2013: 9). Kurikulum berbasis kompetensi tercipta sebagai jawaban dari berbagai kritikan masyarakat terhadap kurikulum 1994. KBK secara yuridis tercipta sebagai respon dari tuntutan reformasi, diantaranya UU No 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, yang telah diubah dengan UU No 32 tahun 2004, dan UU No 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom yang telah diubah dengan UU No 33 tahun 2004, dan Tap MPR No IV/MPR/1999 tentang Arah Kebijakan Pendidikan Nasional

(Triyanto, 2010: 63). Tabel 2.1 menunjukkan keunggulan KBK apabila dibandingkan dengan kurikulum 1994.

Tabel 2.1

Keunggulan KBK dibanding Kurikulum 1994 Subjek Kurikulum 1994 KBK

Yang utama Penguasaan materi Hasil belajar dan kompetensi.

Paradigma pembelajaran

Versi UNESCO: belajar mengetahui, belajar untuk bertindak, belajar hidup bersama, dan belajar menjadi diri sendiri.

Silabus Disamakan dengan sekolah lain Silabus menjadi tanggung jawab

guru. Jumlah jam pelajaran 40 jam per minggu

32 jam per minggu, namun jumlah mata pelajaran belum bisa dikurangi.

Metode pembelajaran Keterampilan proses Tercipta metode pembelajaran

PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan

Menyenangkan) dan CTL (Contextual Teaching Learning). Sistem penilaian Terfokus pada aspek kognitif

Pemaduan keseimbangan aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik dengan

menekankan nilai yang berbasis kelas pada penilaiannya.

Sumber: Trianto (2010: 64)

Tabel 2.1 menerangkan bahwa kurikulum 2004 lebih unggul dibandingkan kurikulum 1994. Kurikulum 2004 terlihat lebih mengutamakan pengembangan kompetensi siswa dibanding kurikulum 1994. Pengembangan kompetensi dilakukan memacu keaktifan siswa dalam belajar yang dimulai dengan penerapan model-model pembelajaran yang inovatif.

Kurikulum 2006 atau kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum penegas dari kurikulum 2004. KTSP merupakan kurikulum operasional yang dikembangkan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan karakteristik

dan perbedaan daerah (desentralistik). KTSP merupakan suatu cara pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif dan berprestasi. KTSP bertujuan untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui kewenangan kepada lembaga pendidikan. Esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (Hidayat, 2013: 17).

Trianto (2010: 67) menyebukan ada tujuh prinsip pengembangan KTSP, 1) berpusat pada potensi, pengembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dengan lingkungannya. Siswa memliki posisi sentral atau kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berpusat pada siswa; 2) beragam dan terpadu. Pengembangan kurikulum disusun secara terpadu dalam keterkaitan dan berkesinambungan dengan memperhatikan keragaman karakteristik siswa dan tidak ada perbedaan SARA (Suku, Ras, dan Agama); 3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. IPTEK dan seni berkembang secara dinamis.; 4) berkaitan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru dan kepala sekolah tetapi melibatkan seluruh stakeholders (masyarakat, komite sekolah, guru, dll) agar sesuai dengan kebutuhan hidup termasuk dalam kehidupan kemasyarakatan; 5) menyeluruh dan berkesinambungan. Isi dari kurikulum mencakup keseluruhan kompetensi bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan; 6)

long life education. Proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan siswa berlangsung sepanjang hayat. Lingkungan yang selalu berkembang menuntun untuk menjadi manusia yang seutuhnya; dan 7) seimbang antara

kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah saling mengisi sesuai dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Ringkasan perubahan kurikulum yang pernah terjadi di Indonesia dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2

Perubahan Kurikulum di Indonesia

Tahun Nama Kurikulum Ide pokok

1947 Rencana

Pembelajaran 1947

Pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat dengan materi pelajaran yang dihubungkan pada kejadian sehari-hari berlandaskan Pancasila.

1952 Rencana pelajaran

terurai 1952

Isi pembelajaran pada kurikulum 1952 dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat namun pada kurikulum 1952 setiap kegiatan telah terperinci pada setiap mata pelajaran dan silabus pelajarannya.

1964 Kurikulum 1964 Pancawardhana. Pembelajaran yang menekankan

pada perkembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik, keprigelan, dan jasmani.

1968 Kurikulum 1968 Menjujung tinggi pembentukan jiwa pancasila,

pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus namun melalui hal-hal yang bersifat teoritis.

1975 Satuan pelajaran 1975 Satuan pelajaran berisi petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. 1984 Kurikulum 1984 Siswa diposisikan sebagai subyek belajar dari hal-hal

yang bersifat mengamati, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan, menjadi bagian penting proses belajar mengajar, inilah yang disebut konsep Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

1994 Kurikulum 1994 Pembagian tahapan pelajaran menggunakan sistem caturwulan dengan materi pelajaran yang cukup padat.

2004 Kurikulum 2004 Pendidikan yang berupaya menyiapkan individu yang

mampu melaksanakan perangkat kompetensi yang ditentukan.

2006 Kurikulum 2006 Tercipta metode pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) dan CTL (Contextual Teaching Learning).

Tabel 2.2 menjelaskan secara ringkas bahwa dalam setiap perubahannya kurikulum di Indonesia selalu mengalami perkembangan. Perubahan dapat bersifat pengurangan maupun penambahan, namun yang pasti perubahan

kurikulum di tahun itu merupakan usaha dari pemerintah dan masyarakat untuk menjawab tantangan global serta kondisi yang sedang berkembang disaatnya.

Dokumen terkait