• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : ANALISIS HASIL PENELITIAN

5.3 Efektifitas Program Pelayanan Sosial Anak Balita

5.3.5 Perubahan Nyata

1. Kemampuan Membaca

Setiap orangtua tentu menginginkan anaknya menjadi generasi yang sehat, kuat dan cerdas. Karenanya, memberikan yang terbaik untuk anak adalah sebuah keniscayaan. Untuk itu orangtua harus memahami masa kembang tubuh dan otak anaknya terutama pada masa balita. Data distribusi berdasarkan kemampuan membaca responden sebelum dan setelah mengikuti program pelayanan sosial anak balita atau menjadi anak asuh di UPT Pelayanan Sosial Anak Balita, disajikan dalam tabel 5.26 berikut ini:

Tabel 5.26

Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Membaca No Kategori Sebelum mengikuti program Setelah mengikuti program

Frekuensi (F) Persentase (%) Frekuensi (F) Persentase (%) 1 2 Belum Sudah 12 0 100 0 3 9 25 75 Total 12 100 12 100

Sumber: Data Primer, April 2015

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.26 dapat diketahui bahwa sebelum mengikuti program atau menjadi anak asuh di UPT, 12 responden mengatakan belum bisa membaca, balita hanya mengerti beberapa huruf saja yang diajarkan orangtua sehari-hari setelah mengikuti progam pelayanan sosial anak balita bekurang menjadi 3 responden yang belum bisa membaca dan 9 responden yang mengatakan sudah bisa membaca. Menurut responden yang belum bisa membaca, anak mereka bukan seutuhnya tidak bisa membaca, hanya saja masih mengeja sedikit-sedikit.

2. Kemampuan Menulis

Data distribusi berdasarkan kemampuan menulis responden sebelum dan setelah mengikuti program pelayanan sosial anak balita atau menjadi anak asuh di UPT Pelayanan Sosial Anak Balita, disajikan dalam tabel 5.27 berikut ini:

Tabel 5.27

Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Menulis No Kategori Sebelum mengikuti program Setelah mengikuti program

1 2 Belum Sudah 11 1 91,67 8,33 1 11 8,33 91,67 Total 12 100 12 100

Sumber: Data Primer, April 2015

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.27 dapat diketahui bahwa sebelum mengikuti program berjumlah 11 responden yang belum mampu menulis dan 1 responden sudah mampu menulis dan perubahan nyata dapat dilihat setelah mengikuti program berkurang menjadi 1 responden yang belum bisa menulis dan bertambah menjadi 11 responden yang bisa menulis.

Bagi responden walaupun tulisan anak belum bagus dan rapi, tetapi anak mereka sudah mengerti jika disuruh menulis huruf, sedangkan responden yang balitanya belum bisa menulis menurutnya anak nya hanya bisa menulis beberapa huruf saja dan tidak semuanya benar yang dituliskan jika disuruh menulis. Tangan anak belum lancar menulis sebuah kalimat dengan benar.

3. Kemampuan Berhitung

Data distribusi berdasarkan kemampuan berhitung responden sebelum dan setelah mengikuti program pelayanan sosial anak balita atau menjadi anak asuh di UPT Pelayanan Sosial Anak Balita, disajikan dalam tabel 5.28 berikut ini:

Tabel 5.28

Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Berhitung No Kategori Sebelum mengikuti program Setelah mengikuti program

Frekuensi (F) Persentase (%) Frekuensi (F) Persentase (%) 1 2 Belum Sudah 12 0 100 0 0 12 0 100 Total 12 100 12 100

Sumber: Data Primer, April 2015

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.28 dapat diketahui bahwa sebelum mengikuti program seluruh responden dengan persentase 100% tidak mampu berhitung setelah mengikuti program keseluruhan responden tersebut dapat berhitung. Penghitungan dengan pengurangan dan penambahan angka hanya digit 1-10 saja menurut responden anak sudah termasuk bisa berhitung.

4. Kemampuan Menari dan Menyanyi

Data distribusi berdasarkan kemampuan menari dan menyanyi responden sebelum dan setelah mengikuti program pelayanan sosial anak balita atau menjadi anak asuh di UPT Pelayanan Sosial Anak Balita, disajikan dalam tabel 5.29 berikut ini:

Tabel 5.29

Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Menari dan Menyanyi No Kategori Sebelum mengikuti program Setelah mengikuti program

Frekuensi (F) Persentase (%) Frekuensi (F) Persentase (%) 1 2 Belum Sudah 11 1 91,67 8,33 1 11 8,33 91,67 Total 12 100 12 100

Sumber: Data Primer, April 2015

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.29 dapat diketahui bahwa sebelum mengikuti program berjumlah 11 responden yang belum mampu menari dan menyanyi dan 1 responden sudah mampu menari dan menyanyi dan perubahan nyata dapat dilihat setelah mengikuti program berkurang menjadi 1 responden yang belum bisa menari dan menyanyi, berjumlah 11 responden yang bisa menari dan menyanyi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu responden bernama Suryadi orangtua dari Rizky Aditya Pratama mengatakan: “sejak mulai pandai berbicara anaknya mulai suka mendengar lagu sambil menyanyi kan lagu tersebut walaupun ucapannya belum jelas, sebelum dititipkan di UPT anak saya sudah mampu menyanyikan lagu yang sering didengarnya seperti lagu balonku” Tabel 5.29 tersebut menunjukkan masih ada responden yang belum bisa menari dan menyanyi setelah mengikuti program, menurut responden dikarenakan anak pemalu dan pendiam, malas jika disuruh menyanyi dan menari. Melalui cinta serta rasa diterima, membangun rasa percaya diri kepada anak. Anak-anak belajar untuk percaya dan mempunyai keyakinan pada diri mereka sendiri dan pada orang lain, dengan keyakinan diri ini, setiap anak dapat mengenal dan mengembangkan bakatnya.

5. Kemampuan Memakai Baju Sendiri

Data distribusi berdasarkan kemampuan memakai baju sendiri responden sebelum dan setelah mengikuti program pelayanan sosial anak balita atau menjadi anak asuh di UPT Pelayanan Sosial Anak Balita, disajikan dalam tabel 5.30 berikut ini:

Tabel 5.30

Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Memakai Baju Sendiri No Kategori Sebelum mengikuti program Setelah mengikuti program

Frekuensi (F) Persentase (%) Frekuensi (F) Persentase (%) 1 2 Belum Sudah 12 0 100 0 1 11 8,33 91,67 Total 12 100 12 100

Sumber: Data Primer, April 2015

Berdasarkan tabel 5.30 dapat diketahui bahwa keseluruhan responden dengan persentase 100% anak tidak mampu memakai baju sendiri dan perubahan nyata setelah mengikuti program hampir seluruh responden dapat menjadi mandiri mampu memakai baju sendiri berjumlah 11 responden dengan persentase 91,67% dan berjumlah 1 responden dengan persentase 8,33% masih belum mampu memakai baju sendiri setelah mengikuti program. Menurut 1 responden yang belum mampu memakai baju sendiri, anak masih manja minta dipakaikan baju belum dapat mandiri.

6. Kemampuan Membaca Doa Sebelum Makan

Data distribusi berdasarkan kemampuan membaca doa sebelum makan responden sebelum dan setelah mengikuti program pelayanan sosial anak balita atau menjadi anak asuh di UPT Pelayanan Sosial Anak Balita, disajikan dalam tabel 5.31 berikut ini:

Tabel 5.31

Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Membaca Doa Sebelum Makan No Kategori Sebelum mengikuti program Setelah mengikuti program

Frekuensi (F) Persentase (%) Frekuensi (F) Persentase (%) 1 2 Belum Sudah 9 3 75 25 0 12 0 100 Total 12 100 12 100

Sumber: Data Primer, April 2015

Berdasarkan tabel 5.31 dapat diketahui sebelum mengikuti program dan menjadi anak asuh di UPT berjumlah 9 responden belum mampu membaca doa sebelum makan dan berjumlah 3 responden sudah mampu membaca doa sebelum makan. Setelah mengikuti program keseluruhan responden berjumlah 12 mampu membaca doa sebelum makan.

Tabel 5.31 juga menunjukkan 3 responden yang sudah mampu membaca doa sebelum mengikuti program dan menjadi anak asuh di UPT, balita sudah diajarkan sebelumnya oleh orangtua dirumah sehingga ketika masuk di UPT mereka sudah bisa mengulang kebiasaan membaca doa sebelum makan.

Data distribusi berdasarkan kemampuan makan sendiri responden sebelum dan setelah mengikuti program pelayanan sosial anak balita atau menjadi anak asuh di UPT Pelayanan Sosial Anak Balita, disajikan dalam tabel 5.32 berikut ini:

Tabel 5.32

Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Makan sendiri No Kategori Sebelum mengikuti program Setelah mengikuti program

Frekuensi (F) Persentase (%) Frekuensi (F) Persentase (%) 1 2 Belum Sudah 12 0 100 0 1 11 8,33 91,67 Total 12 100 12 100

Sumber: Data Primer, April 2015

Berdasarkan tabel 5.32 dapat diketahui bahwa keseluruhan responden dengan persentase 100% anak tidak mampu makan sendiri dan setelah mengikuti program hampir seluruh responden dapat menjadi mandiri mampu makan sendiri tanpa disuapin orang lain berjumlah 11 responden dengan persentase 91,67% dan berjumlah 1 responden dengan persentase 8,33% masih belum mampu makan sediri sendiri setelah mengikuti program. Menurut 1 responden yang belum mampu makan sendiri, anak masih manja dirumah masih disuapin oranglain tetapi di UPT anak dilatih untuk makan sendiri seterusnya.

8. Kemampuan Mencuci Piring

Data distribusi berdasarkan kemampuan mencuci piring responden sebelum dan setelah mengikuti program pelayanan sosial anak balita atau menjadi anak asuh di UPT Pelayanan Sosial Anak Balita, disajikan dalam tabel 5.33 berikut ini:

Tabel 5.33

Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Mencuci Piring No Kategori Sebelum mengikuti program Setelah mengikuti program

Frekuensi (F) Persentase (%) Frekuensi (F) Persentase (%) 1 2 Belum Sudah 12 0 12 0 5 7 41,67 58,33 Total 12 100 12 100

Sumber: Data Primer, April 2015

Berdasarkan tabel 5.33 dapat diketahui bahwa keseluruhan responden dengan persentase 100% anak tidak mampu mencuci piring dan perubahan nyata setelah mengikuti program mayoritas responden dapat menjadi mandiri mampu mencuci piring berjumlah 7 responden dengan persentase 58,33% dan berjumlah 5 responden dengan persentase 41,67% masih belum mampu mencuci piring setelah mengikuti program. Menurut 5 responden, para orangtua juga belum sanggup untuk melepaskan anak mereka mencuci piring sendiri dikarenakan menurut responden anak masih terlalu kecil takut malah jadi berbahaya bagi anak.

9. Kemampuan Merapikan Tempat Tidur

Data distribusi berdasarkan kemampuan merapikan tempat tidur responden sebelum dan setelah mengikuti program pelayanan sosial anak balita atau menjadi anak asuh di UPT Pelayanan Sosial Anak Balita, disajikan dalam tabel 5.34 berikut ini:

Tabel 5.34

Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Merapikan Tempat Tidur No Kategori Sebelum mengikuti program Setelah mengikuti program

Frekuensi (F) Persentase (%) Frekuensi (F) Persentase (%) 1 2 Belum Sudah 12 0 100 0 4 8 33,33 66,67 Total 12 100 12 100

Sumber: Data Primer, April 2015

Berdasarkan tabel 5.34 dapat diketahui bahwa keseluruhan responden berjumlah 12 anak tidak mampu merapikan tempat tidur sendiri dan setelah mengikuti program dan menjadi anak asuh di UPT mayoritas responden dapat menjadi mandiri mampu merapikan tempat tidur sendiri berjumlah 8 responden dengan persentase 66,67% dan berjumlah 4 responden dengan persentase 33,33% masih belum mampu merapikan tempat tidur anak sendiri setelah mengikuti program. Menurut 5 responden anak masih belum mandiri dan terbiasa merapikan tempat tidur sendiri.

10.Kemampuan Memakai Sepatu Sendiri

Data distribusi berdasarkan kemampuan memakai sepatu sendiri responden sebelum dan setelah mengikuti program pelayanan sosial anak balita atau menjadi anak asuh di UPT Pelayanan Sosial Anak Balita, disajikan dalam tabel 5.35 berikut ini:

Tabel 5.35

Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Memakai Sepatu Sendiri No Kategori Sebelum mengikuti program Setelah mengikuti program

Frekuensi (F) Persentase (%) Frekuensi (F) Persentase (%) 1 2 Belum Sudah 12 0 100 0 1 11 8,33 91,67 Total 12 100 12 100

Sumber: Data Primer, April 2015

Berdasarkan tabel 5.35 dapat diketahui bahwa keseluruhan responden dengan persentase 100% berjumlah 12 anak sebelum mengikuti program tidak mampu memakai sepatu sendiri dan setelah mengikuti program hampir seluruh responden anak mampu memakai sepatu sendiri tanpa bantuan orang lain berjumlah 11 responden dengan persentase 91,67% dan berjumlah 1 responden dengan persentase 8,33% masih belum mampu memakai sepatu sendiri setelah mengikuti program. Menurut 1 responden yang belum mampu dengan baik memakai sepatunya sendiri, anak masih membutuhkan bantuan orang lain dalam memakai sepatunya sendiri.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran, yang didapat dari hasil penelitian. Kesimpulan yang terdapat di bab ini adalah merupakan hasil yang dicapai dari analisis data dalam penelitian tentang Efektifitas Program Pelayanan Sosial Anak Balita di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Anak Balita Medan. Responden dalam penelitian ini adalah 12 responden yaitu 12 balita yang menjadi anak asuh yang menjadi anak asuh UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan, untuk mengetahui kondisi tentang anak balita tersebut di wakili orangtua dikarenakan usia..

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pemahaman responden terhadap program pelayanan sosial anak balita setelah mendapat informasi oleh UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan belum dapat dikatakan efektif. Terbukti dari hasil penelitian masih ada beberapa responden yang mengatakan kurang paham dan tidak tahu terhadap sosialisasi, tujuan dan metode program pelayanan sosial anak balita. Sosialisasi program dilakukan oleh pihak UPT setelah proses pendaftaran anak, dengan mengumpulkan para orangtua/wali anak balita di Aula UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan. Materi sosialisasi seputar program belajar, program bermain, program perawatan dan penyediaan makanan bergizi, program pembinaan sosial, mental dan fisik secara individu maupun kelompok beserta tujuan dan bagaimana metode pelaksanaan program tersebut. Bagi responden yang kurang paham dengan program

pelayanan sosial anak balita karena latar belakang kemampuan menangkap pesan dari sosialisasi sangat lamban dan karena ada responden yang tidak dapat hadir ketika proses sosialisasi berlangsung.

2. Ketepatan sasaran, sasaran program pelayanan sosial anak balita yakni balita dengan usia sasaran 2 s/d 6 tahun dan memiliki orangtua/ibu yang bekerja dengan latarbelakang keluarga yang miskin atau kurang mampu. Kondisi keluarga yang miskin atau kurang mampu ini dilihat dari keadaan pekerjaan orangtua, penghasilan orangtua yang rendah serta penggunaan surat miskin sebagai salah satu syarat pendaftaran anak. Maka sasaran dari program pelayanan sosial anak balita dinyatakan sudah tepat sasaran.

3. Ketepatan waktu dalam memberikan bantuan pelayanan sosial dan frekuensi pemberian pelayanan sosial dapat dilihat dengan tepat waktunya dilaksanakan setiap program pelayanan sosial anak balita di UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan. Maka dapat disimpulkan bahwa program pelayanan sosial anak balita ini sudah tepat waktu dilaksanakan.

4. Tercapainya tujuan dari pelaksanaan program pelayanan sosial anak balita sudah dapat dikatakan efektif. Pencapaian tujuan dari program pelayanan sosial anak balita ini dapat dilihat dengan tercapainya tujuan kegiatan program pelayanan sosial anak balita yakni balita memiliki pengetahuan dasar, agama, budaya, alam sekitar, balita bermain bebas terpimpin di taman UPT, balita memiliki kesehatan dan tumbuh kembang dengan baik, dan mendapat perhatian penuh dari lembaga sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial, sebagai pusat informasi dan konsultasi kesejahteraan anak. Maka dari hasil penelitian menunjukkan tujuan dari program pelayanan sosial anak balita ini telah tercapai.

5. Perubahan nyata, bahwa perkembangan kondisi perubahan nyata kehidupan anak balita responden setelah menjadi anak asuh UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan dapat dilihat dari peningkatan ilmu pengetahuan dan keterampilan, memiliki kesehatan, tumbuh kembang dengan baik, anak terlatih mandiri dan disiplin dengan situasi dimana berada. Responden merasakan bahwa program pelayanan sosial anak balita sangat membantu dalam membangun karakter anak agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Meskipun masih ada beberapa responden yang belum terjadi perubahan nyata dengan baik, tetapi mayoritas responden mengatakan telah terjadi perubahan nyata terhadap balitanya, dan didominasi responden yang mengatakan hal tersebut. Maka dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program pelayanan sosial anak balita oleh UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan sudah efektif

Berdasarkan hasil dari kelima kategori (pemahaman program, ketepatan sasaran, ketepatan waktu, tercapainya tujuan dan perubahan nyata) tersebut dapat dilihat dengan nilai rata-rata pelaksanaan program pelayanan sosial anak balita sudah dilakukan dengan efektif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program pelayanan sosial anak balita oleh UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan adalah efektif.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah disajikan, maka saran peneliti adalah sebagai berikut :

1. Disarankan kepada pihak UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan sebagai penyelenggara program pelayanan sosial anak balita untuk terus meningkatkan informasi atau sosialisasi baik melalui suatu forum, orang per orang sehingga informasi dan

kegiatan-kegiatan program pelayanan sosial anak balita dapat diterima langsung dan dipahami oleh setiap orangtua/wali anak asuh. Juga meningkatkan pendekatan dengan mengadakan penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat yang miskin atau kurang mampu di luar UPT agar mereka tertarik mengikuti program pelayanan sosial anak balita untuk kesejahteraan balita dan keluarga.

2. Kepada penyelenggara program pelayanan sosial anak balita yaitu UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan disarankan memberikan hak dan kewajiban anak asuh untuk memperoleh keinginan tercapai tujuan menjadikan anak mandiri sehingga terlihat perubahan nyata usaha anak asuh yang mengikuti program pelayanan sosial anak balita. 3. Kepada orang tua/wali anak asuh UPT Pelayanan Sosial Anak Balita Medan disarankan

lebih peduli memperhatikan kebutuhan anak akan pendidikan dan keterampilan. Walaupun anak sudah mendapatkan pelayanan pendidikan dan keterampilan melalui program pelayanan sosial anak balita, orang tua tidak boleh lepas tangan dalam pendidikan anak. Sesudah pulang dari UPT, orangtua perlu meluangkan waktu untuk menanyakan kembali mengenai pelajaran dan apa yang dilakukan anak di UPT. Adanya pendampingan orang tua terhadap proses belajar anak membuat anak dapat disiplin, selain itu membuat orang tua mengetahui perkembangan pengetahuan dan keterampilan anak balitanya.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Rukminto, Isbandi. 2003. Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Seri Pemberdayaan Masyarakat 02. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Adi, Rukminto, Isbandi. 1994. Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial :

Dasar-dasar pemikiran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ahmad susanto. Drs, M.Pd. 2011. Perkembangan anak usia dini: pengantar dalam berbagai aspeknya. Jakarta: Kencana.

Aziz, Aminah. SH. 1998. Aspek hukum perlindungan anak. Medan: USU Press.

Edy Sutrisno. Prof, Dr. 2010. Budaya Organisasi. Jakarta: Kencana Prenadamedia group.

Edi Suharto, Ph.D. 2006. Kekerasan Terhadap Anak: Fenomena Masalah Kritis di Indonesia. Bandung: Nuansa

Jones, O.Charles. (1996). Pengantar kebijakan publik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Joni, Muhammad. S.H & Tanamas, Zulchaina Z. S.H. 1999. Aspek hukum perlindungan anak dalam perspektif konvensi hak anak. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

JP, Cambel. 1989. Riset dalam efektivitas organisasi, terjemahan Sahat Simamora. Jakarta: Erlangga

Moh. Pabundu Tika. Drs, M.M. 2006. Budaya organisasi dan peningkatan kinerja perusahaan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Muhidin,syarif. 1992. Pengantar kesejahteraan sosial. Bandung: Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial.

Nurdin, M Fadhi. 1989. Pengantar Studi Kesejahteraan Sosial. Bandung: Angkasa.

Siagian, Matias. 2011. Metode penelitian sosial – pedoman praktis penelitian bidang ilmu-ilmu sosial dan kesehatan. Medan: Grasindo Monoratama.

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

Soehardi Sigit. Prof, Dr. 2003. Perilaku organisasi sosial. Yogyakarta: BPFE Universitas Sarjanawiyata tamansiswa.

Wiwik Sulistyaningsih. Dra, Msi. 2008. FULL DAY SCHOOL & Optimalisasi Perkembangan Anak. Yogyakarta: Paradigma Indonesia.

Sumber lain:

Undang – undang Republik Indonesia nomor 23 Tahun 2002 Pasal 1 Tentang perlindungan anak UndangUndang Republik Indonesia nomor 6 tahun 1974 Pasal 2 Ayat 1 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial

Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia nomor 30 Tahun 2011 tentang Standar Nasional Pengasuhan Anak untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak

tanggal 18 Januari 2015 pada pukul 14:12 WIB)

diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pada pukul 21:01 WIB)

Januari 2015 pada pukul 22:39 WIB)

Februari 2015 pada pukul 02:40 WIB)

diakses pada tanggal 19 Februari 2015 pada pukul 23.00 WIB)

Dokumen terkait