• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Perubahan Wedangan 1. Penjual

1. Perubahan Pemilihan Tempat oleh Masyarakat

Untuk mengkaji perubahan perilaku masyarakat Surakarta dalam konsep wedangan modern, peneliti menggunakan konsep konsumsi modern. Konsep ini menjelaskan bahwa manusia sekarang bukan hanya mengonsumsi barang, namun juga jasa manusia dan hubungan antar manusia. Hubungan antar manusia merupakan sebuah produk dari interaksi sesama manusia yang menjadi konsumsi modern. Agar dapat melakukan kegiatannya tersebut, maka manusia membutuhkan tempat.

Masyarakat sebagai aktor perilaku konsumsi menjadi tujuan dari strategi-strategi yang dibuat oleh pemilik wedangan. Tanpa masyarakat pemilik wedangan tidak dapat membuat strategi dan ide dalam mengelola wedangannya. Suatu perubahan yang terjadi tidak akan terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam masyarakat, perubahan sosial dapat terjadi dikarenakan ada faktor-faktor tertentu sebagai pemicu perubahan tersebut. Faktor-faktor tersebut biasanya timbul dari dalam masyarakat itu sendiri, karena masyarakat disini berperan sebagai aktor.

Namun selain faktor yang timbul dari dalam masyarakat, tentu terdapat juga faktor yang lain yaitu tempat wedangan. Strategi yang diterapkan oleh pemilik wedangan modern terbukti efektif menarik minat masyarakat untuk mengunjungi wedangan modern.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Bambang yang merupakan seorang pemilik dari Café Tiga Tjeret berikut ini:

commit to user

97

“Konsep awalnya memang berupa wedangan, dengan tempat yang dibuat senyaman dan semenarik mungkin agar pelanggan betah nongkrong berlama-lama.” (Wawancara tanggal 21 Februari 2015)

Pernyataan senada juga disampaikan oleh Nanda, pemilik Kedai Kita berikut ini:

“Jadi kami berempat itu sejak SMA hobi nongkrong di wedangan.

Dari situ, kenapa enggak mencoba bikin tempat nongkrong sendiri, jadi lebih nyaman dan bisa ketemu banyak orang.” (Wawancara tanggal 12 Februari 2015)

Tempat umum atau area publik menjadi tempat yang ramai dan dapat digunakan oleh semua orang yang ingin menampilkan kesan diri mereka sebaik mungkin, termasuk yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu wedangan modern. Wedangan modern menggambarkan bahwa kegiatan konsumsi bukan hanya makan dan minum, namun juga mengonsumsi sebuah tempat. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Rony berikut:

“Kalau saya seringnya main di angkringan deket pasar kembang. Ini saya kesini cuma pengen aja, sekali-sekali yang tempatnya keren.”

(Wawancara tanggal 16 Februari 2015)

Pernyataan senada juga disampaikan oleh Rina berikut ini:

“Aku sendiri juga kesini karena tempatnya nyaman, engga terlalu rame kayak di Tiga Tjeret. Asik kalau buat belajar bareng, ngerjain tugas gitu. Nah kalau pengen yamg rame, berisik-berisikan gitu ya ke Tiga Tjeret.” (Wawancara tanggal 6 Januari 2015)

commit to user

98 Adapun pernyataan serupa diungkapkan oleh informan-informan berikut ini:

“Makan sekalian nongkrong mas, hahaha. Kesini yaa karena tempatnya enak juga sih, jadi ya sekalian nongkrong.” (Wawancara dengan Mustika, tanggal 6 Januari 2015)

“Kesini ya karena empatnya enak, jadi ya sekalian nongkrong.”

(Wawancara dengan Afina, tanggal 6 Januari 2015)

“Yaa makan mas, sekalian duduk-duduk aja menikmati suasana.

Kalau saya kan jarang ketemu istri, soalnya saya kerjanya di Semarang, paling cuma tiap akhir pekan gitu saya pulang ke Solo, jadi ya tiap ketemu yaa ke wedangan seperti ini atau ke HIK-HIK yang pinggir jalan itu.”

(Wawancara dengan Suyatno, tanggal 21 Januari 2015)

Berdasarkan hasil keterangan dari informan diatas dapat dlilihat bahwa pengunjung wedangan modern tidak hanya melakukan konsumsi makan dan minum. Namun pengunjung juga mengonsumsi tempat wedangan tersebut. Hidangan dan fasilitas yang disediakan wedangan modern hanya sebagai fasilitas saja. Sedangkan tempat wedangan tersebut menjadi sarana konsumsi mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Rony diatas dimana dia mengunjungi wedangan modern karena menganggap tempatnya keren.

commit to user

99 Matriks 15

Perubahan Pemilihan Tempat oleh Masyarakat Wedangan jaman dahulu (tahun

1990an)

Wedangan Modern (tahun 2010an)

Pada wedangan jaman dahulu, pembeli mengunjungi wedangan sekenanya saja, tidak memilih mau wedangan dimana atau harus pergi ke suatu tempat terlebih dahulu.

Jaman sekarang pengunjung wedangan cukup mempertimbangkan tempat wedangan. Pengunjung menganggap wedangan yang didesain sedemikian rupa seperti kafe lebih nyaman untuk dikunjungi.

Sumber: Data primer, diolah Agustus 2015 2. Pengaruh dari Keluarga atau Teman

Berdasarkan observasi penulis, pembeli atau pelanggan wedangan jaman dahulu merupakan warga sekitar atau orang-orang yang kebetulan lewat dan menyempatkan waktunya untuk mampir sejenak. Umumnya wedangan ini menjadi sarana untuk beberapa warga yang ingin mencari teman mengobrol. Berikut adalah pernyataan Adi, seorang pelanggan wedangan:

“saya mampir kesini gara-gara di rumah enggak bisa tidur mas.

Jadinya saya keluar aja cari teman ngobrol, yang ada ya ngobrol sama penjual wedangan, sekalian sampai tutup.” (Wawancara dengan Adi, tanggal 17 Mei 2015)

Pernyataan senada juga diungkapkan oleh A’al berikut ini:

”mampir ke wedangan buat cari minuman hangat mas. sekalian nemenin ngobrol penjualnya, kasian kalau sendirian.” (Wawancara dengan A’al, tanggal 17 Mei 2015)

commit to user

100 Berbeda dengan perilaku masyarakat pada jaman sekarang ini. Ajakan dari keluarga atau teman merupakan pengaruh kuat bagi seseorang untuk mengunjungi wedangan modern. Manusia yang merupakan makhluk sosial tentunya saling membutuhkan orang lain. Masyarakat yang mengunjungi wedangan modern tentunya tidak ingin sendirian menikmati waktu luang dan berbagai fasilitas yang disediakan. Seseorang yang awalnya tidak berminat mengunjungi wedangan, apabila diajak oleh temannya maka dia dapat berubah pikiran. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Dwinta berikut:

“Saya jarang keluar atau main mas. Ke wedangan atau nongkrong ya cuma kalau pas diajak temen atau saudara aja.” (Wawancara tanggal 21 Januari 2015)

Hal senada juga diungkapkan oleh Roni berikut ini:

“Yang membuat betah itu temen-temennya mas, ngobrol-ngobrol seru sampai wedangannya mau tutup.” (Wawancara tanggal 6 Januari 2015) Adapun pernyataan serupa diungkapkan oleh informan-informan berikut ini:

“Kalau saya awalnya dulu kan diajakin temen-temen gitu, katanya kopinya enak. Nah malah sampe sekarang ketagihan. Tempatnya juga sih, nyaman, enak buat nongkrong lama.” (Wawancara dengan Tonny, tanggal 7 Januari 2015)

“Saya kesini karena kebetulan pas lagi tidak masak tadi. Suami juga pengen sekali-sekali makan diluar. Yaa sama suami saya juga, kalau saya

commit to user

101 pribadi gitu yak arena tempatnya nyaman juga sih.” (Wawancara dengan Supartini, tanggal 21 Januari 2015)

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari para informan tersebut umumnya masyarakat mengunjungi wedangan dengan mengajak keluarga atau teman-temannya. Pengunjung pun tidak perlu khawatir dengan jam operasional wedangan yang umumnya masih buka sampai larut malam.

Sejalan dengan teori interaksi simbolik yang pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer. Menurut Blumer, interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek, bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka (Tri Hastuti Caisari, 2014).

Matriks 16

Perubahan Perilaku Mengunjungi Wedangan Modern karena Pengaruh dari Keluarga atau Teman

Wedangan jaman dahulu (tahun 1990an)

Wedangan Modern (tahun 2010an)

Masyarakat jaman dahulu jika ingin ke wedangan ya tinggal ke wedangan, tidak harus mengajak teman atau datang bersama-sama.

Karena yang dicari adalah makanan dan minumannya, atau bisa juga ingin mencari teman ngobrol.

Ajakan dari keluarga atau teman merupakan pengaruh kuat bagi seseorang untuk mengunjungi wedangan modern. Manusia yang merupakan makhluk sosial tentunya saling membutuhkan orang lain.

Bagaimanapun kebersamaan adalah yang utama.

Sumber: Data primer, diolah Agustus 2015

commit to user

102 3. Keramahan Pegawai Wedangan

Berdasarkan dari wedangan-wedangan yang digunakan oleh penulis sebagai sampel lokasi penelitian, semua wedangan mempunyai pegawai yang ramah. Dalam bisnis kuliner seperti ini tentu saja kepuasan pengunjung menjadi tujuan utama, maka dari itu pegawai wedangan harus ramah dan membuat pengunjung merasa nyaman. Dari beberapa wedangan, strategi dari Kedai Kita menurut penulis cukup menarik, karena pegawai wedangan tidak hanya ramah dalam melayani pelanggan. Namun pegawai Kedai Kita ini juga menyapa dan mengajak ngobrol pelanggan.

Hal ini merupakan strategi yang digunakan oleh pemilik Kedai Kita untuk menarik dan mempertahankan pelanggan. Berikut adalah penuturan dari Nanda, seorang pemilik Kedai Kita:

“Kami lebih mengutamakan pendekatan personal kepada pelanggan.

Kami sebisa mungkin ramah dengan pelanggan dan bisa ikut berbaur juga.” (Wawancara tanggal 12 Februari 2015)

Sesuai dengan apa yang dijelaskan di latar belakang bahwa wedangan merupakan sebuah tempat yang di kunjungi orang-orang untuk mencari teman mengobrol, maka strategi ini cocok untuk menarik pelanggan sekaligus mempertahankan pelanggan. Di sambut oleh pegawai wedangan dengan ramah sekaligus mendapat teman mengobrol membuat pengunjung Kedai Kita merasa betah dan tentunya memiliki rasa untuk kembali mengunjungi. Hal senada juga disampaikan oleh pengunjung Kedai Kita, Roni:

commit to user

103

“Awalnya saya bareng sama teman-teman kesini, kalau teman-teman sedang tidak bisa kumpul saya kesini sendiri. Ternyata pegawainya ramah-ramah dan enak diajak ngobrol.” (Wawancara tanggal 16 Februari 2015)

Dengan cara tersebut, wedangan yang dibuka sejak bulan November 2010 ini memiliki pelanggan setia yang mengunjungi. Pemilik yang lain, Mifta mengaku target pelanggannya adalah komunitas dan remaja. Dengan menyasar komunitas, dia berharap jika kedainya menjadi tempat berkumpul komunitas-komunitas tersebut ketika mengadakan acara atau sekedar kumpul-kumpul bersama. Berikut adalah kutipan wawancara dari informan-informan:

“Kalau saya sendiri menitikberatkan pada rasa persaudaraan. Rata-rata pelanggan disini, pasti ada rasa untuk kunjungan kembali, nah ketika pelanggan itu mengunjungi lagi, kami mulai menyapa dan mengakrabi mereka. Dari situ kami bisa mengenal pelanggan dan cara tersebut kami pelihara sejak dulu.” (Wawancara dengan Koko, pemilik Kedai Kita.

Tanggal 16 Februari 2015)

“Untuk mempertahankan konsumen kami punya cara sendiri. Orang kalau ke wedangan itu pengennya sederhana, yaitu ngobrol. Dari situ kami memiliki cara untuk mempertahankan pelanggan, yaitu dengan membuat para pelanggan merasa nyaman dengan mengajak ngobrol dan mengakrabi mereka. Kami juga membuat pegawai kami untuk ramah kepada pelanggan dan mengajak mereka mengobrol, namun masih dalam

commit to user

104 batasan-batasan tertentu.” (Wawancara dengan Mifta, pemilik Kedai Kita. Tanggal 12 Februari 2015)

“Untuk strategi mempertahankan pelanggan, kafe Tiga tjeret memastikan selalu melayani pelanggan dengan kualitas dan pelayanan terbaik. Dengan begitu, para pelanggan akan setia dan tidak menutup kemungkinan untuk kembali sekaligus mengajak teman-temannya yang lain, sehingga semakin banyak yang mengunjungi kafe Tiga Tjeret.”

(Wawancara dengan Bambang, pemilik Café Tiga Tjeret. Tanggal 21 Februari 2015)

“Untuk mempertahankan pelanggan, kami memastikan selalu memberikan pelayanan yang terbaik untuk pelanggan.” (Wawancara dengan Patmanto, pemilik Wedangan Omah Lodjie. Tanggal 4 Januari 2015)

“Kami membuat pegawai kami untuk ramah kepada pelanggan dan mengajak mereka mengobrol, namun masih dalam batasan-batasan tertentu yang tidak sampai malah membuat pelanggan tidak nyaman.

Dengan begitu pelanggan akan merasa nyaman dan betah.” (Wawancara dengan Rois, pemilik Kedai Kita. Tanggal 16 Februari 2015).

commit to user

105 Matriks 17

Perubahan Perilaku Mengunjungi Wedangan Modern karena Keramahan Pegawai

Wedangan jaman dahulu (tahun 1990an)

Wedangan Modern (tahun 2010an)

Pelanggan wedangan jaman dahulu merupakan warga sekitar atau orang-orang yang kebetulan lewat dan menyempatkan untuk mampir.

Umumnya wedangan ini menjadi sarana untuk beberapa warga yang ingin mencari teman mengobrol.

Pelayanan yang ramah akan membuat pengunjung merasa nyaman dan dihargai. Tidak hanya melayani pelanggan, namun ada juga wedangan yang juga menyapa dan mengajak ngobrol pelanggan. Pegawai wedangan yang ramah membuat pengunjung betah dan memiliki rasa untuk kembali mengunjungi.

Sumber: Data primer, diolah Agustus 2015

Berdasarkan wawancara dari beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa strategi dari Kedai Kita ini menurut penulis cukup menarik, karena pegawai wedangan ini cukup ramah kepada pelanggan mereka. Tidak hanya melayani pelanggan, namun pegawai Kedai Kita ini juga menyapa dan mengajak ngobrol pelanggan. Hal ini merupakan strategi yang digunakan oleh pemilik Kedai Kita untuk mempertahankan pelanggan. Namun tidak semua wedangan turut mengadopsi cara tersebut.

Di Wedangan Omah Lodjie dan Café Tiga Tjeret, pelayannya tidak bisa turut berbaur dan mengobrol dengan pengunjung. Pelayanannya sebatas menerima dan mengantarkan pesanan makanan atau minuman.

commit to user

106 Matriks 18

Perbandingan Perilaku antara Pengunjung Wedangan jaman dahulu dengan Wedangan Modern

No. Bentuk Perbandingan

Wedangan jaman dahulu

(Tahun 1990an) Wedangan modern (Tahun 2010an) 1. Perubahan wedangan sekenanya saja, tidak memilih mau wedangan dimana atau harus pergi ke suatu tempat terlebih dahulu.

Jaman sekarang pengunjung wedangan cukup mempertimbangkan tempat wedangan. Pengunjung menganggap wedangan yang didesain sedemikian rupa seperti kafe lebih nyaman untuk dikunjungi.

2. Pengaruh Ajakan

Teman/kerabat

Masyarakat jaman dahulu jika ingin ke wedangan ya tinggal ke wedangan, tidak harus mengajak teman atau datang bersama-sama. Karena yang dicari adalah makanan dan minumannya, atau bisa juga ingin mencari teman ngobrol.

Ajakan dari keluarga atau teman merupakan pengaruh kuat bagi seseorang untuk mengunjungi wedangan modern. Manusia yang merupakan makhluk sosial tentunya saling membutuhkan orang lain.

Bagaimanapun kebersamaan adalah yang utama.

3. Keramahan Pegawai Wedangan

Pelanggan wedangan jaman dahulu merupakan warga sekitar atau orang-orang yang

Pelayanan yang ramah akan membuat pengunjung merasa nyaman dan dihargai. Tidak hanya melayani pelanggan, namun ada juga wedangan yang juga menyapa dan mengajak ngobrol pelanggan. Pegawai wedangan yang ramah membuat pengunjung betah dan memiliki rasa untuk kembali mengunjungi.

Sumber: Data Primer, diolah Agustus 2015

commit to user

107 3. Pembahasan Teori dengan Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan dalam perilaku konsumtif masyarakat di Kota Surakarta, khususnya dalam konsep wedangan modern. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan kecenderungan masyarakat untuk mengonsumsi di wedangan modern. Perubahan yang terjadi mencakup berbagai hal mulai dari berubahnya pemilihan tempat wedangan, alasan untuk mengunjungi wedangan dan keberadaan lokasi wedangan tersebut. Perubahan ini terjadi karena pada dasarnya sebagian besar individu ingin menampilkan diri mereka dan berharap dilihat sebagai individu yang spesial. Dari pengunjung yang semula mengunjungi wedangan hanya untuk makan dan minum, sekarang telah berubah menjadi tempat untuk menunjukkan eksistensi diri. Hal ini dipengaruhi oleh desain tempat wedangan yang dibuat sedemikian rupa oleh pemiliknya agar menarik dan nyaman.

Tidak hanya terdapat satu atau dua wedangan yang dibuat seperti ini, namun di Surakarta telah banyak wedangan yang memiliki desain seperti kafe ini. Dengan semakin menjamurnya wedangan modern ini maka akan membuat trend bagi masyarakat, sehingga otomatis banyak yang turut mengunjungi wedangan agar tidak dikatakan ketinggalan jaman.

Desain tempat yang menarik, cenderung seperti kafe dan sedang populer di kalangan masyarakat membuat wedangan modern memiliki sebuah nilai simbolik bagi pengunjungnya. Dari nilai simbolik itulah yang membuat pengunjung merasa memiliki eksistensi diri. Kehadiran wedangan-wedangan modern dalam kehidupan masyarakat saat ini membawa perubahan besar

commit to user

108 dalam hal konsumsi. Melalui wedangan, seseorang dapat melakukan kegiatan konsumsi sekaligus sebagai tempat untuk peningkatan eksistensi diri. Dan tempat-tempat umum menjadi tempat yang dapat digunakan oleh semua orang yang ingin menampilkan kesan diri sebaik-baiknya. Tempat umum atau area publik menjadi tempat yang ramai dan dapat digunakan oleh semua orang yang ingin menampilkan kesan diri mereka sebaik mungkin, termasuk yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu wedangan modern. Wedangan modern menggambarkan bahwa kegiatan konsumsi bukan hanya makan dan minum, namun juga mengonsumsi sebuah tempat.

Berdasarkan hasil keterangan dari informan diatas dapat dlilihat bahwa pengunjung wedangan modern tidak hanya melakukan konsumsi makan dan minum. Namun pengunjung juga mengonsumsi tempat wedangan tersebut.

Hidangan dan fasilitas yang disediakan wedangan modern hanya sebagai fasilitas saja. Sedangkan tempat wedangan tersebut menjadi sarana konsumsi mereka. Dalam hal ini mereka (pengunjung wedangan) ingin menunjukkan keberadaannya terhadap pengunjung yang lain. Tiap individu ingin orang lain yang melihatnya sebagai seseorang yang ‘ada’.

Dalam hal ini perilaku masyarakat telah berubah dari yang semula mengunjungi wedangan untuk makan dan minum, sekarang telah bergeser karena ingin menikmati tempat yang baru. Dalam hal ini mereka (pengunjung wedangan) ingin menunjukkan keberadaannya terhadap pengunjung yang lain.

Tiap individu ingin orang lain yang melihatnya sebagai seseorang yang ‘ada’.

Hal ini sesuai dengan teori masyarakat konsumsi dimana konsumsi bukan

commit to user

109 sekadar nafsu untuk membeli begitu banyak komoditas, satu fungsi kenikmatan, satu fungsi individual, pembebasan kebutuhan, atau pemuasan diri. Dalam masyarakat konsumsi modern, kita bukan hanya mengonsumsi barang, namun juga jasa manusia dan hubungan antar manusia. Berikut adalah beberapa aktivitas konsumsi yang secara tidak langsung mempengaruhi persepsi orang lain, dalam konsep wedangan modern:

1. Mengunjungi, makan dan minum di wedangan modern 2. Mengobrol / nongkrong bersama teman atau keluarga

3. Membawa laptop (untuk mengerjakan tugas atau hanya sekedar browsing)

Dokumen terkait