• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian secara umum dilaksanakan di Kota Surakarta dan secara khusus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian secara umum dilaksanakan di Kota Surakarta dan secara khusus"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

40 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Dalam bab ini, peneliti menyajikan deskripsi lokasi penelitian yang merupakan gambaran umum dari wilayah yang dijadikan tempat penelitian.

Penelitian secara umum dilaksanakan di Kota Surakarta dan secara khusus mengambil sampel responden dari beberapa wedangan modern di Surakarta.

Gambaran umum mengenai lokasi penelitian ini disajikan peneliti untuk membantu para pembaca mengamati keadaan di lokasi penelitian dan sekitarnya secara jelas.

1. Kota Surakarta

Kota Surakarta yang dikenal dengan sebutan Kota Solo merupakan sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini mempunyai luas wilayah sebesar 44,04 km2 yang terdiri atas 5 kecamatan, 51 kelurahan, 602 Rukun Warga (RW) dan 2.708 Rukun Tetangga (RT).

Untuk lebih jelasnya, gambaran umum tentang Kota Surakarta sebagai lokasi penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Keadaan Geografis

Secara administratif, Kota Surakarta memiliki penduduk sebanyak 552.650 jiwa (Sensus diambil pada Tahun 2014) terbagi atas 273.038 jiwa laki-laki dan 279.612 perempuan serta kepadatan penduduk sebanyak 12.390/km². Kota dengan luas 44,04 km² ini berbatasan dengan :

(2)

commit to user

41 1) Batas Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali 2) Batas Selatan : Kabupaten Sukoharjo

3) Batas Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo 4) Batas Barat : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo

Gambar 1 Peta Kota Surakarta

(Sumber : Dimas Suyatno, kompasiana.com)

Surakarta dibagi menjadi 5 Kecamatan yang masing-masing dipimpin oleh seorang Camat dan 51 Kelurahan yang masing-masing dipimpin oleh seorang Lurah. Berikut lima Kecamatan di Surakarta dan Kelurahannya:

1) Kecamatan Pasar Kliwon : 9 Kelurahan 2) Kecamatan Jebres : 11 Kelurahan 3) Kecamatan Banjarsari : 13 Kelurahan 4) Kecamatan Laweyan : 11 Kelurahan 5) Kecamatan Serengan : 7 Kelurahan

(3)

commit to user

42 b. Keadaan Penduduk

Kota Surakarta terdiri atas beberapa wilayah yang terbagi menjadi 5 Kecamatan dimana masing-masing Kecamatan memiliki beberapa karakteristik penduduk yang berbeda-beda seperti jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin, luas wilayah, kepadatan penduduk dan angka angkatan kerja yang akan dijelaskan melalui penjabaran dibawah ini.

Tabel 2

Jumlah Penduduk dan Jenis Kelamin Dirinci per Kecamatan

No Kecamatan Laki-Laki Perempuan L+P

n (jiwa) % n (jiwa) % n (jiwa) %

1. Laweyan 48.081 17,61 49.909 17,85 97.990 17,73

2. Serengan 26.054 9,54 27.081 9,69 53.135 9,61

3. Pasar Kliwon 41.762 15,30 42.248 15,11 84.010 15,20

4. Jebres 70.518 25,83 71.618 25,61 142.136 25,72

5. Banjarsari 86.623 31,73 88.756 31,74 175.379 31,73

TOTAL 273.038 100,00 279.612 100,00 552.650 100,00 Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta, Tahun 2014

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Kota Surakarta berjumlah 552.650 Jiwa dengan penduduk berjenis kelamin perempuan mendominasi yaitu sejumlah 279.612 Jiwa. Penduduk terbanyak berada di Kecamatan Banjarsari dengan total 175.379 jiwa, sedangkan daerah dengan jumlah penduduk terendah berada di Kecamatan Serengan sebanyak 53.135 Jiwa.

(4)

commit to user

43 Tabel 3

Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Dirinci per Kecamatan

No Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa)

Luas Wilayah (Km²)

Kepadatan Penduduk

1. Laweyan 97.990 8,64 11.341

2. Serengan 53.135 3,19 16.656

3. Pasar Kliwon 84.010 4,82 17.429

4. Jebres 142.136 12,58 11.298

5. Banjarsari 175.379 14,81 11.841

TOTAL 552.650 44,04 12.548

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta, Tahun 2014 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dengan luas wilayah sebesar 44,04 km², Kota Surakarta didiami oleh sekitar 552.650 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 12.548 jiwa/km². Jika dilihat persebaran disetiap Kecamatan, maka Kecamatan Pasar Kliwon merupakan wilayah terpadat dengan kepadatan penduduk sebesar 17.429 jiwa/km², diikuti oleh Kecamatan Serengan sebesar 16.656 jiwa/km², Kecamatan Banjarsari sebesar 11.841 jiwa/km² dan Kecamatan Laweyan sebesar 11.341 jiwa/km², sedangkan wilayah dengan kepadatan terendah berada di Kecamatan Jebres, yaitu sebesar 11.298 jiwa/km².

(5)

commit to user

44 Tabel 4

Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Kelompok umur Jumlah Angkatan Kerja

Laki-Laki Perempuan Jumlah

15-19 2.236 2.049 4.285

20-24 8.807 8.125 16.932

25-29 19.371 15.717 35.088

30-34 25.654 18.156 43.810

35-39 23.210 15.133 38.343

40-44 21.572 13.713 35.285

45-49 19.318 12.818 32.136

50-54 16.843 10.857 27.700

55-59 12.461 7.685 20.146

60-64 4.611 3.336 7.947

Jumlah 154.083 107.589 261.672

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta, Tahun 2014

Dari tabel di atas tampak bahwa jumlah angkatan kerja tertinggi berada pada kelompok umur 30 - 34 tahun yaitu 43.810 orang, diikuti kelompok umur 35 - 39 tahun sebesar 38.343 orang dan terendah pada kelompok umur 15-19 tahun yaitu sebesar 4.285 orang. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa partisipasi angkatan kerja penduduk laki-laki lebih tinggi sekitar 154.083 orang daripada partisipasi angkatan kerja penduduk perempuan yang sekitar 107.589 orang.

(6)

commit to user

45 Tabel 5

Distribusi Angkatan Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin

Tingkat Pendidikan

Angkatan Kerja

Laki-Laki Perempuan Jumlah

N % N % N %

Tidak/Belum

sekolah 788 0,51 1.208 1,12 1.996 0,76

Belum tamat

SD/sederajat 2.918 1,89 2.869 2,67 5.787 2,21

Tamat SD/sederajat 22.305 14,48 18.263 16,97 40.568 15,50

SLTP/sederajat 26.335 17,09 15.468 14,38 41.803 15,98

SLTA/sederajat 68.087 44,19 42.056 39,09 110.143 42,09

Diploma I/II 1.319 0,86 1.318 1,23 2.637 1,01

Akademi/Diploma

III/Sarjana Muda 9.432 6,12 8.198 7,62 17.630 6,74

Diploma IV/Strata I 20.617 13,38 16.694 15,52 37.311 14,26

Strata II 2.198 1,43 1.473 1,37 3.671 1,40

Strata III 84 0,05 42 0,04 126 0,05

Jumlah 154.083 100,00 107.589 100,00 261.672 100,00 Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta, Tahun 2014

Dari tabel di atas tampak bahwa angkatan kerja di Kota Surakarta menurut tingkat pendidikan formalnya cukup baik yaitu sejumlah 42,09%

berpendidikan SLTA/sederajat, kemudian 15,98% berpendidikan SLTP/sederajat, 15,50% berpendidikan Tamat SD/sederajat, dan 14,26%

berpendidikan S1. Dari tabel di atas juga dapat di lihat bahwa persentase

(7)

commit to user

46 angkatan kerja laki-laki yang menamatkan pendidikan menengah lebih tinggi dibandingkan perempuan. Akan tetapi pada jenjang pendidikan dasar, persentase angkatan kerja perempuan yang menamatkan SD/sederajat lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Tabel 6

Distribusi Angkatan Kerja Berdasarkan Jenis Pekerjaan dan Jenis Kelamin

Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah

Belum/Tidak Bekerja 9.025 8.800 17.825

PNS 6.203 4.739 10.942

Tentara Nasional Indonesia

829 47 876

Kepolisian RI 934 85 1.019

Perdagang 4.199 4.277 8.476

Petani 107 53 160

Wiraswasta 26.491 16.065 42.556

Karyawan swasta 88.246 61.223 149.469

Buruh 12.822 7.163 19.985

Wartawan 67 13 80

Pejabat 12 5 17

Dosen 354 259 613

Guru 1.574 2.882 4.456

Lain-lain 3.220 1.947 5.166

Jumlah 154.083 107.589 261.672

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta, Tahun 2014

(8)

commit to user

47 Dari tabel di atas menunjukkan kebanyakan masyarakat di Kota Surakarta bekerja sebagai karyawan swasta dengan jumlah 149.469.

Disusul 42.556 orang bekerja sebagai wiraswasta, 19.985 orang bekerja sebagai buruh dan 10.942 orang bekerja sebagai PNS. Dari tabel di atas juga dapat dilihat bahwa masyarakat yang belum bekerja mencapai 17.825 orang. Dari keterangan di atas dapat dilihat bahwa sektor swasta lebih banyak memberikan peluang kerja dan sektor informal (wiraswasta) merupakan pilihan utama bagi penduduk untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi.

2. Kecamatan Jebres

Kecamatan Jebres adalah sebuah kecamatan di Kota Surakarta yang terletak di bagian utara. Wilayah kecamatan ini berbukit-bukit dan hampir semua pemakaman di kota Surakarta terletak di kecamatan yang memiliki luas 12,58 km² ini. Dengan jumlah penduduk 142.136 (pada tahun 2014) menjadikan kecamatan yang memiliki 11 kelurahan ini sebagai kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah, yaitu 11.298 per km².

Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan di kota Surakarta yang memiliki kelurahan terbanyak, yaitu dengan 11 kelurahan.

Diantaranya yaitu kelurahan Sudiroprajan, kelurahan Gandekan, kelurahan Kampung Sewu, kelurahan Jagalan, kelurahan Pucang Sawit, kelurahan Jebres, kelurahan Mojosongo, kelurahan Purwodiningratan, kelurahan Kepatihan Wetan dan terakhir kelurahan Kepatihan Kulon.

(9)

commit to user

48 Di Kecamatan Jebres ini terdapat kampus Universitas Sebelas Maret yang dikenal sebagai universitas kebanggaan Kota Surakarta. Kecamatan yang memiliki luas wilayah terbesar kedua di Surakarta ini memiliki sebuah stasiun kereta, yaitu Stasiun Solo Jebres. Selain itu, kecamatan Jebres juga memiliki kebun binatang Taman Wisata Taru Jurug dan Taman Makam Pahlawan Kusuma Bhakti.

3. Beberapa Wedangan di Surakarta a. Wedangan Omah Lodjie

Wedangan Omah Lodjie (WOL) merupakan salah satu tempat alternatif kuliner di Kota Solo yang beralamat di Jalan Kolonel Sutarto nomor 159. Wedangan Omah Lodjie menawarkan aneka makanan tradisional Solo khususnya dan Indonesia pada umumnya untuk memanjakan lidah para tamu. Untuk mendampingi hidangan yang tersaji Wedangan Omah Lodjie menyediakan berbagai minuman hangat seperti wedang jahe, dan aneka minuman juice buah segar. Untuk menambah kenyamanan para tamu juga disuguhi hiburan live music setiap malam sehingga akan menambah suasana santai.

(10)

commit to user

49 Gambar 2: Wedangan Omah Lodjie

Gambar 3: Wedangan Omah Lodjie tampak depan

(11)

commit to user

50 b. Kedai Kita

Kedai Kita adalah sebuah wedangan dengan desain minimalis yang beralamat di jalan Melati, Purwosari membuat wedangan ini strategis dan dapat dijangkau dengan mudah. Hidangan khas wedangan dan berbagai macam minuman hangat yang disajikan membuat wedangan atau kedai ini ramai dikunjungi anak-anak muda untuk sekedar jajan atau nongkrong dengan teman-teman. Fasilitas wifi (akses internet gratis) dan keramahan pegawai juga membuat pengunjung semakin betah untuk mengunjungi kedai ini.

Gambar 4: Kedai Kita

(12)

commit to user

51 Gambar 5: Kedai Kita

c. Café Tiga Tjeret

Café Tiga Tjeret merupakan sebuah wedangan bertema modern yang dapat dikatakan menjadi pionir berkembang dan menjamurnya wedangan- wedangan modern di Surakarta. Berlokasi di Mangkunegaran yang berada di pusat kota menjadikan wedangan ini strategis dan mudah untuk dijangkau. Wedangan ini juga seperti wedangan-wedangan modern yang seperti disebutkan di atas, yaitu menyajikan hidangan khas wedangan dan berbagai macam minuman. Namun satu yang menarik menurut pengamatan penulis adalah wedangan ini mampu menarik animo banyak pengunjung pada awal pembukaannya. Dengan mengusung tema modern dan membuat konsepnya dengan 2 lantai, membuat wedangan ini menarik masyarakat untuk sekedar mengunjungi dan duduk-duduk di sana.

(13)

commit to user

52 Gambar 6: Café Tiga Tjeret tampak depan

Gambar 7: Café Tiga Tjeret

(14)

commit to user

53 B. Profil Informan

Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah merupakan sebuah penelitian sosial. Penelitian ini seperti halnya dengan penelitian sosial lainnya yaitu terdapat persamaan objek yang menjadi sasaran pengamatan.

Persamaan objek pada berbagai bentuk penelitian sosial adalah sama-sama menunjuk manusia sebagai sasaran pengamatan. Cara peneliti memperlakukan manusia dalam lingkup populasi yang dipilih sebagai obyek adalah dengan cara memintai keterangan-keterangan dari orang-orang yang ditunjuk sebagai responden. Proses mencari keterangan tersebut dilakukan dalam bentuk interaksi spesifik berupa wawancara. Dalam proses penelitian seperti ini peneliti berperan sebagai subyek, namun perlu diketahui sebelumnya bahwa didalam memilih para informan peneliti tidak melakukannya tanpa menggunakan pertimbangan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan perilaku konsumtif masyarakat dalam konsep wedangan modern di kota Surakarta.

Informan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Jadi informan dipilih karena dianggap mengetahui informasi-informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil beberapa pemilik wedangan-wedangan yang terdapat di Surakarta sebagai informan pendukung. Untuk lebih jelasnya, profil para informan pendukung dapat dilihat dibawah ini.

(15)

commit to user

54 1. Patmanto

Patmanto adalah satu dari pemilik Wedangan Omah Lodjie. Wedangan Omah Lodjie merupakan usaha yang dirintis bersama oleh Patmanto dan teman-temannya alumni SMA N 1 Surakarta dan SMA Santo Yosef. Awal usaha mendirikan Wedangan Omah Lodjie sebenarnya hanya dari sebuah obrolan ketika sering berkumpul bersama teman-temannya di wedangan dan kemudian tercetus ide untuk mendirikan usaha wedangan sendiri.

Untuk lokasinya, teman Patmanto mengusulkan untuk memakai salah satu rumahnya yang tidak dipakai yang kebetulan cukup luas dan besar, cocok untuk usaha wedangan.

2. Bambang

Bambang adalah seorang pemilik Kafe Tiga Tjeret, yang berlatar belakang seorang pengusaha. Ide awal membuat kafe merupakan kesepakatan bersama 6 orang teman-temannya alumni SMA St. Yosep yang ingin membuat sebuah kafe yang nyaman untuk digunakan sendiri dan bisa juga untuk masyarakat umum. Bambang mengaku beliau sendiri yang mencari lokasi untuk kafe ini, dan karena 6 orang temannya yang lain bekerja di Jakarta maka beliaulah yang diberi kepercayaan untuk mengurus manajemen Kafe Tiga Tjeret.

3. Mifta

Mifta adalah salah seorang pemilik Kedai Kita, sebuah wedangan yang beralamat di Purwosari. Meskipun masih kuliah, namun Mifta sudah memiliki usaha wedangan ini bersama 3 temannya yang lain sejak awal

(16)

commit to user

55 kuliah. Ide awal membuat wedangan bermula dari kebiasaan mereka berempat yang sering ke wedangan, yang hampir tiap hari. Menyadari pengeluaran yang tidak sedikit karena ke wedangan setiap hari, kemudian tercetuslah ide tersebut.

4. Nanda

Nanda adalah salah seorang pemilik Kedai Kita, yang juga teman Mifta.

Lulus kuliah pada Desember tahun lalu membuat Nanda lebih leluasa untuk mengembangkan usaha kedainya, meskipun dia sendiri mengaku masih memiliki banyak pilihan selain fokus mengembangkan usahanya ini.

5. Koko

Koko, salah seorang pemilik Kedai Kita yang juga teman Mifta dan Nanda. Sama seperti Nanda, Koko juga telah lulus kuliah dan mempunyai banyak waktu untuk mengembangkan usaha yang dirintis bersama teman- temannya ini.

6. Rois

Rois adalah salah seorang pemilik Kedai Kita, kedai yang ia dirikan bersama ketiga temannya di atas. Sama seperti Nanda dan Koko, Rois sudah lulus kuliah dan bisa fokus untuk mengembangkan usaha kedainya.

(17)

commit to user

56 Matriks 1

Profil dan Identitas Informan Pendukung

No Nama Pekerjaan Alamat

1 Patmanto Wiraswasta Jebres, Surakarta 2 Bambang Wiraswasta Manahan, Surakarta

3 Mifta Mahasiswa Surakarta

4 Nanda Belum Bekerja Laweyan, Surakarta

5 Koko Belum Bekerja Solo Baru

6 Rois Belum Bekerja Kerten, Surakarta Sumber: Data primer, diolah April 2015

Karena penelitian ini menggunakan teknik validitas data dengan triangulasi sumber, maka dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya data yang sama atau sejenis digali dari beberapa sumber yang berbeda agar lebih mantap kebenarannya. Pada penelitian ini peneliti melakukan cross-check data, yaitu informasi yang diberikan oleh informan diuji kebenarannya dengan keterangan dari informan lain. Sebagai validitas sumber, peneliti memilih sepuluh orang pengunjung dari beberapa wedangan yang telah disebutkan diatas untuk dijadikan informan utama. Berikut adalah profil informan utama:

1. Afina Fitri

Seorang mahasiswi dari UNS, tidak terlalu sering ke wedangan.

Mengunjungi wedangan Café Tiga Tjeret karena ingin suasana yang baru dan berkumpul dengan teman-teman.

(18)

commit to user

57 2. Dwinta Iga M

Mahasiswi UMS tingkat akhir, jarang ke wedangan. Mengunjungi wedangan Café Tiga Tjeret karena diajak saudara dan teman-temannya.

Menurutnya, Café Tiga Tjeret suasananya syahdu dan nyaman untuk ngobrol.

3. Jay

Mengunjungi Wedangan Omah Lodjie bersama pacarnya, Mirna. Cukup sering ke wedangan, kira-kira 2 minggu sekali. Alasan ke Wedangan Omah Lodjie karena dekat dengan rumahnya. Pernah ke wedangan lain selain Omah Lodjie dan berpendapat bahwa harganya relatif sama antar wedangan.

4. Mirna Sandra Wibowo

Pengunjung Wedangan Omah Lodjie, tidak terlalu sering ke wedangan.

Alasan ke Wedangan Omah Lodjie juga karena dekat dengan rumah.

Menurutnya, suasana Omah Lodjie nyaman, sehingga menjadi salah satu faktor penarik pengunjung.

5. Mustika Satriyani

Seorang pengunjung wedangan Omah Lodjie, sering mengunjungi wedangan. Alasannya ke wedangan karena ingin makan dan sekalian nongkrong juga karena tempatnya nyaman.

6. Rina Nurhudi

Mahasiswi dari kampus UNS, tidak terlalu sering ke wedangan.

Mengunjungi wedangan Omah Lodjie karena diajak teman-temannya.

(19)

commit to user

58 Menurutnya, suasana Omah Lodjie cukup nyaman dan tenang, sehingga enak untuk belajar atau mengerjakan tugas dengan teman-teman.

Didukung pula fasilitas wifi untuk akses internet 7. Rony Gilang

Pengunjung Kedai Kita, masih kuliah di UNS. Cukup sering ke wedangan, namun bukan wedangan seperti Kedai Kita, namun wedangan-wedangan di pinggir jalan. Alasan ke wedangan Kedai Kita karena ingin sesuatu yang baru, tidak hanya di wedangan pinggir jalan.

8. Supartini

Supartini adalah seorang ibu rumah tangga. Mengunjungi Omah Lodjie bersama suaminya dan ketika diwawancarai baru pertama kalinya ke wedangan tersebut. Supartini juga kadang ke wedangan lain bersama suaminya, tidak harus wedangan seperti Omah Lodjie, tetapi HIK-HIK di pinggir jalan juga disambangi.

9. Suyatno

Suyatno adalah seorang pengunjung Wedangan Omah Lodjie. Beliau bekerja di sebuah perusahaan swasta di Semarang dan pulang ke Solo seminggu sekali tiap akhir pekan. Suyatno mengunjungi Wedangan Omah Lodjie bersama istrinya.

10. Tonny Yudya

Seorang mahasiswa UNS, sering ke kafe dan wedangan. Menurutnya, wedangan Café Tiga Tjeret cukup keren karena membuat makanan a la

(20)

commit to user

59 HIK pinggir jalan menjadi tambah nikmat karena tempatnya di desain seperti kafe.

Matriks 2

Profil dan Identitas Informan Utama

No Nama Pekerjaan Alamat

1 Afina Fitri Mahasiswa Sangkrah, Surakarta

2 Dwinta Iga Maharsi Mahasiswa Kartasura

3 Jay Pegawai Swasta Jebres, Surakarta

4 Mirna Sandra Wibowo Pegawai Swasta Jebres, Surakarta 5 Mustika Satriyani Mahasiswa Mojosongo, Surakarta 6 Rina Nurhudi Mahasiswa Jebres, Surakarta

7 Rony Gilang Mahasiswa Kerten, Surakarta

8 Supartini Ibu Rumah Tangga Laweyan, Surakarta 9 Suyatno Pegawai Swasta Laweyan, Surakarta 10 Tonny Yudya Mahasiswa Mojosongo, Surakarta Sumber: Data primer, diolah April 2015

C. Hasil Penelitian

1. Strategi Wedangan Modern Dapat Menjadi Daya Tarik Masyarakat Surakarta

Seiring perkembangannya, warung HIK mengalami kemajuan yang pesat, baik dalam cara berdagang yang dulu dengan dipikul walaupun juga ada yang memakai gerobak, sekarang umumnya lebih banyak menetap di pinggiran jalan atau trotoar jalan dengan menggunakan gerobak. Bahkan, saat ini HIK dapat dijumpai baik siang dan sore hari, berbeda dari jaman

(21)

commit to user

60 dahulu yang jualannya hanya pada malam hari saja. Pelanggan HIK ini pun hanyalah warga sekitar yang umumnya bapak-bapak, yang sekedar keluar mencari minuman hangat atau teman mengobrol. Berbicara tentang prestise, seperti yang kita ketahui tempat makan semacam HIK ini identik sebagai ikon kaum bawah, yang pekerjaannya merupakan pekerjaan kasar seperti kuli bangunan, tukang becak maupun tukang parkir. Namun seperti yang kita ketahui sekarang ini, HIK ternyata menarik perhatian dari seluruh golongan di dalam masyarakat tanpa memandang status dan jabatan. Salah satu alasannya bukan karena hidangannya, namun lebih pada obrolan antar sesama pengunjung dan penjual. Kini penggemar HIK pun tidak hanya berasal dari golongan bawah, namun kalangan menengah ke atas pun turut hobi menghabiskan waktu berlama-lama untuk sekadar menikmati hidangan ala kampung ini. Melihat potensi pasar yang menjanjikan tersebut, kini mulai banyak ditemukan wedangan di Kota Surakarta yang dikemas dalam suasana cafe. Bahkan wedangan berbalut nuansa cafe ini kian lama telah menjadi tren tersendiri di kalangan pelaku bisnis yang ada di Kota Surakarta. Karena hidangan ala wedangan ini memiliki banyak peminat, kemudian wedangan diolah sebagai peluang bisnis yang menarik oleh para pengusaha.

Diawali dari anggapan bahwa orang-orang yang ke wedangan hanya untuk sekedar mencari minuman hangat atau makanan kecil untuk mengganjal lapar dan tentunya mencari teman mengobrol. Di wedangan atau HIK ini, para pembeli dan penjual HIK bisa saling mengobrol dengan

(22)

commit to user

61 santai, tidak terdapat batasan-batasan tertentu. Topik yang dibicarakan umumnya juga ringan, yaitu seputar berita-berita yang sedang hangat dan terjadi di daerah sekitarnya. Berangkat dari anggapan tersebut orang-orang yang jajan di HIK umumnya adalah ingin mengobrol, maka para pelaku bisnis tersebut tercetus untuk membuat HIK dimana tempatnya nyaman untuk mengobrol, bukan di pinggir jalan atau di dekat persimpangan jalan.

Maka dibuatlah wedangan yang dapat mengakomodasi kebutuhan orang- orang penikmat HIK dengan tempat lebih luas, nyaman dan menarik.

Dengan dibuatnya wedangan yang lebih nyaman tersebut juga diharapkan lebih banyak lagi orang-orang yang mengunjungi wedangan.

Seiring dengan bermunculannya wedangan-wedangan modern tersebut, keinginan masyarakat pun juga berubah. Pengelola wedangan tidak kehabisan akal dengan strateginya menarik pelanggan masing- masing, baik dengan cara menambah fasilitas yang diinginkan pengunjung dan menggunakan konsep-konsep tertentu. Berikut adalah beberapa strategi yang umumnya dilakukan oleh pemilik wedangan modern untuk menarik minat masyarakat:

a. Desain Tempat

Karena wedangan merupakan hidangan yang sudah ada sejak dulu, maka hal ini juga dapat menjadi ide tersendiri untuk pengelola wedangan dalam membuat konsep wedangan. Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, kebanyakan wedangan di kota Surakarta mengadopsi konsep wedangan yang tempatnya dibuat berkesan rumah jaman dahulu (lawas)

(23)

commit to user

62 dan membuat seolah-olah pengunjung di wedangan tersebut merasa bernostalgia pada kampung halaman. Seperti pengakuan Bambang yang merupakan seorang pemilik dari Café Tiga Tjeret berikut ini:

“Konsep awalnya memang berupa wedangan, dengan tempat yang dibuat senyaman dan semenarik mungkin agar pelanggan betah nongkrong berlama-lama.” (Wawancara tanggal 21 Februari 2015)

Hal senada juga diungkapkan oleh Patmanto, seorang pemilik Wedangan Omah Lodjie berikut ini:

“Awalnya saya dengan teman-teman ingin membuat tempat untuk berkumpul, yang enak dan nyaman. Teman saya punya ide untuk membuat wedangan dengan konsep jaman dahulu.” (Wawancara tanggal 4 Januari 2015)

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari para informan tersebut, setiap wedangan memiliki strategi masing-masing untuk dapat menarik minat orang-orang agar berkunjung dan membeli makanan dan minuman.

Bambang, seorang pemilik Kafe Tiga Tjeret mengaku memang mendesain kafenya sedemikian rupa agar berbentuk seperti wedangan. Kafe tersebut jika melihat sekilas dari luar memang terlihat seperti kafe-kafe pada umumnya. Namun ketika pengunjung masuk, suasananya akan berbeda.

Tata letak meja dan kursi yang rapi dan sederhana, ditambah dengan hiasan-hiasan lampu-lampu menambah nyaman suasana. Hidangan ala wedangan yang dipadukan dengan beraneka ragam minuman hangat khas kafe ini akan menjadi pilihan pengunjung. Berdasarkan pengamatan

(24)

commit to user

63 lapangan Kafe Tiga Tjeret ini memiliki dua lantai, masing-masing lantai terdapat sebuah counter untuk memesan minuman dan menghitung total harga makanan yang pengunjung pesan.

Wedangan modern yang serupa dengan Kafe Tiga Tjeret ini juga ada di Jebres, yaitu Wedangan Omah Lodjie. Wedangan ini memiliki konsep serupa dengan Kafe Tiga Tjeret, namun tempatnya adalah sebuah rumah berarsitektur Eropa yang besar dan didesain sedemikian rupa menjadi sebuah wedangan. Di Wedangan Omah Lodjie ini selain makanan dan minuman yang ditawarkan, pengunjung juga dapat menikmati sajian live music keyboard tunggal yang dibawakan oleh pegawai Wedangan Omah Lodjie. Untuk sajian makanan menunya relatif mirip dengan wedangan yang lain, sedangkan untuk minumannya terdapat berbagai macam menu khas Omah Lodjie. Salah satu yang cukup menarik perhatian penulis ketika melakukan pengamatan disini adalah balkon di lantai dua yang suasananya nyaman, ditambah dengan dekorasi lampu-lampu yang dihias dengan menarik. Ketika duduk di balkon ini, pengunjung disuguhi dengan pemandangan dari lampu kota dan kendaraan berlalu lalang di jalan Kolonel Sutarto yang cukup menarik.

Selain kedua wedangan tersebut peneliti juga mengambil sampel lokasi penelitian di Kedai Kita. Kedai Kita ini juga merupakan wedangan modern yang juga mendesain tempatnya agar nyaman untuk pengunjung.

Berikut adalah kutipan wawancara dari Nanda, pemilik dari Kedai Kita:

(25)

commit to user

64

“Untuk desain tempat ya seperti ini, sederhana saja kami buat seperti wedangan-wedangan pada umumnya yang penting pelanggan merasa nyaman nongkrong disini.” (Wawancara tanggal 12 Februari 2015)

Hal senada juga diungkapkan oleh Mifta, pemilik Kedai Kita lainnya berikut ini:

“Desain awalnya ya sederhana saja, karena tujuannya orang pergi ke wedangan itu sebenarnya nongkrong dan ngobrol jadi kami sediakan tempat. Seperti wedangan-wedangan yang lainnya.” (Wawancara tanggal 12 Februari 2015)

Adapun kutipan wawancara dari Koko dan Rois berikut yang merupakan pemilik dari Kedai Kita yang lain:

“Desain tempetnya sebenarnya sederhana saja, menyesuaikan dengan tempat yang kami sewa. Intinya yang penting membuat pengunjung merasa tertarik untuk kesini.” (Wawancara tanggal 16 Februari 2015)

“Untuk desain tempatnya kami menyesuaikan dengan rumah yang kami sewa. Jadi ya seadanya dulu, ada planning untuk renovasi tapi masih nanti. Yang penting pelanggan kami merasa nyaman kesini.”

(Wawancara tanggal 16 Februari 2015)

Tempat yang nyaman menjadi salah satu faktor penarik pengunjung untuk mengunjungi sebuah wedangan. Pengunjung akan merasa tertarik untuk mengunjungi wedangan jika wedangan tersebut bertempat nyaman dan ramai di kunjungi orang-orang. Dari pengamatan seketika itulah orang-orang merasa tertarik dan kemudian memiliki niat untuk

(26)

commit to user

65 mengunjunginya, meskipun hanya memesan minuman. Umumnya, pengunjung wedangan modern seperti ini mengunjungi wedangan sebagai arena rekreasi, pergi ke sebuah tempat yang nyaman bersama teman-teman dan mengobrol. Seperti yang diungkapkan oleh Rina berikut ini:

“Kalau menurut saya pribadi sih ya karena tempatnya enak, syahdu gitu agak gelap-gelap. Ada wifi-nya juga, lumayan buat browsing dan ngerjain tugas.” (Wawancara tanggal 6 Januari 2015)

Hal senada juga diungkapkan oleh Dwinta berikut ini:

“Kesini ya karena temen-temen ngajak nongkrongnya disini, kalau menurut saya karena tempatnya nyaman, jadi ya nongkrongnya betah.” (Wawancara tanggal 21 Januari 2015)

Kedua informan diatas masing-masing adalah pengunjung Wedangan Omah Lodjie dan Café Tiga Tjeret. Baik Rina dan Dwinta mengaku tertarik mengunjungi wedangan karena tempatnya yang nyaman membuat betah untuk berlama-lama mengobrol dengan teman-temannya.

Tidak hanya kedua orang tersebut namun juga informan yang lain berpendapat bahwa desain tempat wedangan membuat pengunjung tertarik untuk mengunjungi. Berikut adalah kutipan wawancara dari 6 pengunjung yang berpendapat bahwa desain tempat dapat menarik pengunjung:

“Kalau saya awalnya dulu kan diajakin temen-temen gitu, katanya kopinya enak. Nah malah sampe sekarang ketagihan. Tempatnya juga sih, nyaman, enak buat nongkrong lama. (Wawancara dengan Tonny, tanggal 7 Januari 2015)

(27)

commit to user

66

“Makan sekalian nongkrong mas, hahaha. Saya kesini karena diajak teman dan tempatnya enak juga sih, jadi ya sekalian nongkrong.”

(Wawancara dengan Mustika, tanggal 6 Januari 2015)

“Kalau saya seringnya main di angkringan deket pasar kembang. Ini saya kesini cuma pengen aja, sekali-sekali yang tempatnya keren.”

(Wawancara dengan Ronny, tanggal 16 Januari 2015)

“Kesini ya karena empatnya enak, jadi ya sekalian nongkrong.”

(Wawancara dengan Afina, tanggal 6 Januari 2015)

Yaa makan mas, sekalian duduk-duduk aja menikmati suasana.

(Wawancara dengan Suyatno, tanggal 21 Januari 2015)

Saya kesini karena kebetulan pas lagi tidak masak tadi. Suami juga pengen sekali-sekali makan diluar. Yaa sama suami saya juga, kalau saya pribadi gitu ya karena tempatnya nyaman juga sih. (Wawancara dengan Supartini, tanggal 21 Januari 2015)

Keenam informan diatas merupakan pengunjung Café Tiga Tjeret, Wedangan Omah Lodjie dan Kedai Kita. Mereka berpendapat bahwa desain tempat dapat menjadi faktor penarik pengunjung wedangan modern. Tidak hanya desain tempat namun alasan lokasi juga menjadi pertimbangan pengunjung untuk pergi ke wedangan. Seperti yang diungkapkan oleh Jay dan Mirna berikut ini:

“Alasan saya kesini karena rumah saya deket. Disini buat nongkrong juga nyaman.” (Wawancara dengan Mirna, tanggal 21 Januari 2015)

(28)

commit to user

67

“Karena rumah saya deket. Tempatnya enak juga sih.” (Wawancara dengan Jay, tanggal 21 Januari 2015)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa tempat yang nyaman menjadi salah satu faktor penarik pengunjung untuk mengunjungi sebuah wedangan. Pengunjung akan merasa tertarik untuk mengunjungi wedangan jika wedangan tersebut bertempat nyaman dan ramai di kunjungi orang-orang. Tidak hanya itu, namun alasan lokasi dapat menjadi alasan pengunjung. Baik Jay dan Mirna memilih mengunjungi wedangan yang tempatnya nyaman sekaligus juga tidak terlalu jauh dengan rumah mereka.

Matriks 3

Desain Tempat Wedangan sebagai Penarik Minat Pengunjung

Informan Keterangan

Pemilik (Informan Pendukung)

Pemilik wedangan sengaja mendesain tempatnya sedemikian rupa agar nyaman dan membuat pengunjung merasa betah ketika mengunjungi wedangan.

Pengunjung (Informan Utama)

Pengunjung wedangan tertarik untuk mengunjungi wedangan yang desain tempatnya unik dan nyaman, karena menurut mereka lebih nyaman untuk nongkrong dan mengobrol bersama kerabat.

Sumber: Data primer, diolah Mei 2015

(29)

commit to user

68 b. Harga Terjangkau

Harga merupakan hal yang penting bagi setiap wedangan. Masalah menentukan harga ini menjadi strategi wedangan untuk menarik minat pelanggan. Tentunya setiap wedangan memiliki patokan dan kebijakan masing-masing dalam menentukan harga, tidak boleh sembarangan.

Bambang, pemilik Café Tiga Tjeret mengaku dia mengecek dan menyurvei harga-harga di wedangan-wedangan yang lain sebelum membuka wedangannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui rata-rata harga pasaran untuk makanan dan minuman. Berikut adalah kutipan wawancara dengan Bambang:

“Kami mematok harga makanan dan minuman sendiri, dengan melakukan pengamatan terhadap kafe-kafe yang serupa, kemudian menentukan dan menyesuaikan patokan harga kami sendiri. Dengan cara tersebut diharapkan harga yang kami tentukan masih terjangkau oleh masyarakat.” (Wawancara tanggal 21 Februari 2015)

Setelah mengetahui rata-rata harga tersebut, Bambang membuat patokan harga makanan dan minumannya sendiri. Membuat patokan harga ini tentunya disesuaikan dengan biaya pembuatan dan pengolahan makanan, harga aneka makanan ringan yang diperolah dari pemasok atau supplier. Dengan mematok harga berdasarkan pengamatan terhadap wedangan-wedangan lain diharapkan harga yang telah ditentukan tersebut masih terjangkau. Harga yang terjangkau merupakan strategi untuk menarik minat pengunjung. Selain Bambang, pemilik Wedangan Omah

(30)

commit to user

69 Lodjie Patmanto mematok harga dengan menambah sedikit dari harga yang diperoleh dari penyetor/supplier aneka makanan tersebut. Berikut kutipan wawancara dengan Patmanto:

“Awalnya kami melihat harga yang dipatok oleh supplier. Dari harga tersebut kemudian kami perhitungkan dan pertimbangkan lagi untuk mendapatkan harga kami. Dari situlah kami mendapat patokan harga.

(Wawancara tanggal 4 Januari 2015)

Cara yang diterapkan oleh Patmanto tersebut menjadi standar untuk mematok harga sendiri. Keempat pemilik Kedai Kita juga menggunakan harga dari supplier untuk mematok harga di kedainya. Berikut kutipan wawancara dengan 4 pemilik Kedai Kita:

“Untuk harga kami mematok sendiri. Caranya dengan menambah sedikit dari harga yang kami dapat dari supplier makanan.”

(Wawancara dengan Nanda, tanggal 12 Februari 2015)

“Simpel saja. Harga dari supplier kami tambah sedikit untuk mematok harga kami.” (Wawancara dengan Mifta, tanggal 12 Februari 2015)

“Untuk patokan harga tidak ada perhitungan khusus. Kami menambah sedikit dari patokan harga yang dibuat pemasok makanan kami.”

(Wawancara dengan Rois, tanggal 16 Februari 2015)

“Kalo masalah harga, kami cuma menambah sedikit dari harga yang ditetapkan supplier. dengan begitu harga yang kami patok masih terjangkau.” (Wawancara dengan Koko, tanggal 16 Februari 2015)

(31)

commit to user

70 Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik wedangan diatas, dapat disimpulkan bahwa harga yang dipatok oleh wedangan modern dibuat dengan mempertimbangkan harga-harga dari wedangan yang lain.

Ada juga pemilik wedangan yang mematok harganya berdasarkan harga yang didapat dari supplier makanan mereka. Dengan cara-cara tersebut, tentunya harga makanan dan minuman yang dipatok oleh wedangan modern masih cukup terjangkau. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Tonny, pengunjung Café Tiga Tjeret:

“Kalau masalah harga menurut saya sebenarnya wajar sih. Engga mahal-mahal banget kok, kopinya juga enak soalnya. Kalau buat saya sih ya anggap aja kita juga bayar buat nongkrongnya.” (Wawancara tanggal 7 Januari 2015)

Hal senada juga diungkapkan oleh informan-informan berikut ini:

“Kalau masalah harga menurut saya sebenarnya wajar sih kalau buat wedangan yang modelnya kayak gini. Di Solo juga banyak kan wedangan yang tempatnya dibuat kayak gini. Nah menurut saya harganya relatif kok, engga terlalu jauh bedanya.” (Wawancara dengan Rony, tanggal 16 Januari 2015)

“Kalau masalah harga menurut saya sebenarnya wajar sih kalau buat wedangan seperti ini.” (Wawancara dengan Mustika, tanggal 6 Januari 2015)

“Kalau masalah harga menurut saya sebenarnya wajar.” (Wawancara dengan Afina, tanggal 6 Januari 2015)

(32)

commit to user

71

“Kalau masalah harga wajar-wajar aja sih mas.” (Wawancara dengan Dwinta, tanggal 21 Januari 2015)

“Kalau harga menurut saya masih wajar kok. Relatif kok antara sini sama yang lainnya, kalau misalnya beda yaa paling tinggi sampe Rp 2000an.” (Wawancara dengan Suyatno, tanggal 21 Januari 2015)

“Kalau harga menurut saya masih Relatif wajar.” (Wawancara dengan Supartini, tanggal 21 Januari 2015)

“Kalau harga disini masih wajar kok. Cuma ya menurut saya disini agak lebih mahal dari yang lain.” (Wawancara dengan Mirna, tanggal 21 Januari 2015)

“Kalau harga disini masih wajar kok.” (Wawancara dengan Jay, tanggal 21 Januari 2015)

Namun ada juga yang berpendapat kalau harga yang dipatok oleh wedangan modern, khususnya di Wedangan Omah Lodjie cukup mahal.

Berikut pernyataan Rina:

“Kalau harga, dilihat dari pengunjungnya, menurutku cukup mahal.”

(Wawancara dengan Rina, tanggal 6 Januari 2015)

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari wawancara tersebut, pengunjung wedangan modern merasa harga yang dipatok masih cukup terjangkau. Apabila dibandingkan dengan wedangan modern yang lain mungkin terpaut beberapa ribu saja. Namun jangan dibandingkan dengan harga di wedangan pinggir jalan. Harganya terpaut lumayan meskipun dari segi rasa relatif sama, namun dari segi kebersihan atau higienis hidangan

(33)

commit to user

72 dari wedangan modern cukup terjamin. Harga yang sedikit lebih mahal tersebut bisa dianggap seolah-olah pengunjung membayar lebih sedikit untuk tempat yang nyaman dan lebih menarik.

Matriks 4

Harga Terjangkau sebagai Penarik Minat Pengunjung Wedangan

Informan Keterangan

Pemilik (Informan Pendukung)

Setiap wedangan memiliki patokan dan kebijakan masing- masing dalam menentukan harga, tidak boleh sembarangan.

Pemilik wedangan mengecek dan menyurvei harga-harga di wedangan-wedangan yang lain sebelum menentukan patokan harga.

Pengunjung (Informan Utama)

Pengunjung wedangan modern merasa harga yang dipatok masih cukup terjangkau. Apabila dibandingkan dengan wedangan modern yang lain mungkin terpaut beberapa ribu saja.

Sumber: Data primer, diolah Mei 2015 c. Hidangan Khas

Selain harga, hidangan yang disajikan wedangan modern menjadi faktor penting untuk menarik minat masyarakat. Masyarakat yang mengunjungi wedangan modern merasa efisien dan hemat waktu ketika mereka makan di sana. Hal ini karena sebagian pengunjung yang mungkin sedang ingin makan di luar karena tidak sempat memasak di rumah dan ingin mencoba selain warung makan atau restoran. Seperti yang diungkapkan oleh Mustika berikut ini:

(34)

commit to user

73

“Makan sekalian nongkrong mas, hahaha. Saya kesini karena diajak teman dan tempatnya enak juga sih, jadi ya sekalian nongkrong.”

(Wawancara tanggal 6 Januari 2015)

Hal senada juga diungkapkan oleh Supartini dan beberapa informan lainnya berikut ini:

“Saya kesini karena kebetulan pas lagi tidak masak tadi. Suami juga pengen sekali-sekali makan diluar, jadinya saya diajak kesini.”(Wawancara dengan Supartini, tanggal 21 Januari 2015)

“Kalau makanannya sebenarnya rasanya relatif sama aja ya mas.

Sama kalau kita makan di HIK pinggir-pinggir jalan itu. Cuma ya kalau disini banyak macamnya, minumannya juga macam-macam, ada ciri khasnya.” (Wawancara dengan Rina, tanggal 6 Januari 2015)

“Kebetulan saya suka ngemil, jadi ya mainnya ke wedangan seperti ini, sekalian makan.” (Wawancara dengan Rony, tanggal 16 Januari 2015)

“Kalau soal makanan engga terlalu minat. Saya sukanya coklat kopi disini, khas soalnya.” (Wawancara dengan Tonny, 7 Januari 2015)

“Kalau makanan sebenarnya hampir sama di wedangan-wedangan pinggir jalan itu. Tapi mungkin kalau di wedangan seperti ini lebih higienis.” (Wawancara dengan Afina, tanggal 6 Januari 2015)

“Kalau hidangannya saya biasanya pesan sate usus sama sate keong.

Itu kan makanan khasnya wedangan.” (Wawancara dengan Dwinta, tanggal 21 Januari 2015)

(35)

commit to user

74

“Untuk hidangannya ya seperti di wedangan-wedangan lain.”

(Wawancara dengan Suyatno, tanggal 21 Januari 2015)

“Makanannya ya seperti wedangan wedangan lainnya, sate keong sama gorengan-gorengan macam-macam. Kebetulan ini tadi sekalian makan malam.” (Wawancara dengan Mirna, tanggal 21 Januari 2015)

“Kalau makanannya sebenarnya rasanya relatif sama aja ya mas.

Tapi yang saya suka disini minumannya macem-macem, banyak.”

(Wawancara dengan Jay, tanggal 21 Januari 2015)

Hidangan wedangan modern ini umumnya relatif sama dengan wedangan-wedangan yang lain, atau bahkan di wedangan pinggir jalan.

Namun karena memiliki modal lebih banyak, makanan dan minuman yang disediakan di wedangan modern lebih bervariasi. Dari hasil pengamatan penulis Wedangan Omah Lodjie memiliki menu spesial nasi uduk dan beraneka ragam menu minuman. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Patmanto berikut:

“Kami menyediakan berbagai macam hidangan khas wedangan dan minuman yang beraneka ragam.” (Wawancara dengan Patmanto, tanggal 4 Januari 2015)

Hal senada juga diungkapkan oleh informan-informan pemilik wedangan berikut ini:

“Untuk hidangan, kami menyediakan beraneka ragam makanan dan minuman khas wedangan. Mulai aneka gorengan, aneka bakaran sate dan nasi dengan lauk yang setiap hari berganti. Minuman juga kami

(36)

commit to user

75 menyediakan berbagai macam, mulai es teh sampai kopi susu.”

(Wawancara dengan Bambang, pemilik Café Tiga Tjeret. Tanggal 21 Februari 2015)

“Untuk hidangan ya seperti wedangan pada umumnya. Aneka gorengan dan bakaran sate kami sediakan. Minumannya juga beraneka ragam.” (Wawancara dengan Nanda, tanggal 12 Februari 2015)

“Makanan dan minumannya relatif hampir sama dengan wedangan- wedangan lain. Macam-macam bakaran sate dan gorengan, aneka minuman dari teh sampai kopi juga ada.” (Wawancara dengan Mifta, tanggal 12 Februari 2015)

“Untuk makanannya kami masih mengandalkan dari supplier.

sedangkan kalau minuman kami membuat sendiri, membeli bahan sendiri.” (Wawancara dengan Rois, tanggal 16 Februari 2015)

“Makanan dan minuman tidak jauh beda ya dengan wedangan lain.

Kami masih pakai supplier untuk aneka gorengan. Tapi minumnya kami membuat sendiri.” (Wawancara dengan Koko, 16 Februari 2015)

Hidangan wedangan modern ini umumnya relatif sama dengan wedangan-wedangan yang lain, atau bahkan di wedangan pinggir jalan.

Namun karena memiliki modal lebih banyak, makanan dan minuman yang disediakan di wedangan modern lebih bervariasi. Umumnya wedangan modern menggunakan jasa supplier makanan berupa snack, aneka

(37)

commit to user

76 gorengan maupun bakaran sate. Namun untuk minumannya mereka mengaku membuat dan meracik sendiri.

Matriks 5

Hidangan Khas sebagai Penarik Minat Pengunjung Wedangan

Informan Keterangan

Pemilik (Informan Pendukung)

Hidangan wedangan modern ini umumnya relatif sama dengan wedangan-wedangan yang lain, atau bahkan di wedangan pinggir jalan. Namun karena memiliki modal lebih banyak, makanan dan minuman yang disediakan di wedangan modern lebih bervariasi

Pengunjung (Informan Utama)

Masyarakat yang mengunjungi wedangan modern merasa efisien dan hemat waktu ketika mereka makan di sana. Hal ini karena sebagian pengunjung yang mungkin sedang ingin makan di luar karena tidak sempat memasak di rumah dan ingin mencoba selain warung makan atau restoran.

Sumber: Data Primer, diolah Mei 2015 d. Keramahan Pegawai

Suasana sedikit berbeda dapat ditemui di Kedai Kita. Wedangan yang beralamat di Purwosari ini tempatnya agak kecil, namun cukup ramai dikunjungi orang-orang yang mayoritas adalah remaja. Meskipun aksesnya masuk jalan gang dan relatif kurang penerangan, namun Kedai Kita ini cukup mudah untuk ditemukan. Berdasarkan pengamatan lapangan penulis, ketika pengunjung masuk dihadapkan dengan meja panjang yang di atasnya ditata berbagai macam makanan dan snack khas wedangan, ada juga nasi bungkus berisi nasi dan aneka lauk. Wedangan ini memiliki dua lantai, dapat menjadi pilihan apabila pengunjung ingin menikmati makanannya sambil duduk di pinggir balkon lantai dua.

(38)

commit to user

77 Strategi dari Kedai Kita ini menurut penulis cukup menarik, karena pegawai wedangan ini cukup ramah kepada pelanggan mereka. Tidak hanya melayani pelanggan, namun pegawai Kedai Kita ini juga menyapa dan mengajak ngobrol pelanggan. Hal ini merupakan strategi yang digunakan oleh pemilik Kedai Kita untuk menarik dan mempertahankan pelanggan. Berikut adalah penuturan dari Nanda, seorang pemilik Kedai Kita:

“Kami lebih mengutamakan pendekatan personal kepada pelanggan.

Kami sebisa mungkin ramah dengan pelanggan dan bisa ikut berbaur juga.” (Wawancara tanggal 12 Februari 2015)

Sesuai dengan apa yang dijelaskan di latar belakang bahwa wedangan merupakan sebuah tempat yang di kunjungi orang-orang untuk mencari teman mengobrol, maka strategi ini cocok untuk menarik pelanggan sekaligus mempertahankan pelanggan. Di sambut oleh pegawai wedangan dengan ramah sekaligus mendapat teman mengobrol membuat pengunjung Kedai Kita merasa betah dan tentunya memiliki rasa untuk kembali mengunjungi. Hal senada juga disampaikan oleh pengunjung Kedai Kita, Roni:

“Awalnya saya bareng sama teman-teman kesini, kalau teman-teman sedang tidak bisa kumpul saya kesini sendiri. Ternyata pegawainya ramah-ramah dan enak diajak ngobrol.” (Wawancara tanggal 16 Februari 2015)

(39)

commit to user

78 Dengan cara tersebut, wedangan yang dibuka sejak bulan November 2010 ini memiliki pelanggan setia yang mengunjungi. Pemilik yang lain, Mifta mengaku target pelanggannya adalah komunitas dan remaja. Dengan menyasar komunitas, dia berharap jika kedainya menjadi tempat berkumpul komunitas-komunitas tersebut ketika mengadakan acara atau sekedar kumpul-kumpul bersama. Berikut adalah kutipan wawancara dari informan-informan:

“Kalau saya sendiri menitikberatkan pada rasa persaudaraan. Rata- rata pelanggan disini, pasti ada rasa untuk kunjungan kembali, nah ketika pelanggan itu mengunjungi lagi, kami mulai menyapa dan mengakrabi mereka. Dari situ kami bisa mengenal pelanggan dan cara tersebut kami pelihara sejak dulu.” (Wawancara dengan Koko, pemilik Kedai Kita. Tanggal 16 Februari 2015)

“Untuk mempertahankan konsumen kami punya cara sendiri. Orang kalau ke wedangan itu pengennya sederhana, yaitu ngobrol. Dari situ kami memiliki cara untuk mempertahankan pelanggan, yaitu dengan membuat para pelanggan merasa nyaman dengan mengajak ngobrol dan mengakrabi mereka. Kami juga membuat pegawai kami untuk ramah kepada pelanggan dan mengajak mereka mengobrol, namun masih dalam batasan-batasan tertentu.” (Wawancara dengan Mifta, pemilik Kedai Kita. Tanggal 12 Februari 2015)

“Untuk strategi mempertahankan pelanggan, kafe Tiga tjeret memastikan selalu melayani pelanggan dengan kualitas dan

(40)

commit to user

79 pelayanan terbaik. Dengan begitu, para pelanggan akan setia dan tidak menutup kemungkinan untuk kembali sekaligus mengajak teman- temannya yang lain, sehingga semakin banyak yang mengunjungi kafe Tiga Tjeret.” (Wawancara dengan Bambang, pemilik Café Tiga Tjeret.

Tanggal 21 Februari 2015)

“Untuk mempertahankan pelanggan, kami memastikan selalu memberikan pelayanan yang terbaik untuk pelanggan.” (Wawancara dengan Patmanto, pemilik Wedangan Omah Lodjie. Tanggal 4 Januari 2015)

“Kami membuat pegawai kami untuk ramah kepada pelanggan dan mengajak mereka mengobrol, namun masih dalam batasan-batasan tertentu yang tidak sampai malah membuat pelanggan tidak nyaman.

Dengan begitu pelanggan akan merasa nyaman dan betah.”

(Wawancara dengan Rois, pemilik Kedai Kita. Tanggal 16 Februari 2015).

Berdasarkan wawancara dari beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa strategi dari Kedai Kita ini menurut penulis cukup menarik, karena pegawai wedangan ini cukup ramah kepada pelanggan mereka. Tidak hanya melayani pelanggan, namun pegawai Kedai Kita ini juga menyapa dan mengajak ngobrol pelanggan. Hal ini merupakan strategi yang digunakan oleh pemilik Kedai Kita untuk mempertahankan pelanggan. Namun tidak semua wedangan turut mengadopsi cara tersebut.

Di Wedangan Omah Lodjie dan Café Tiga Tjeret, pelayannya tidak bisa

(41)

commit to user

80 turut berbaur dan mengobrol dengan pengunjung. Pelayanannya sebatas menerima dan mengantarkan pesanan makanan atau minuman.

Matriks 6

Keramahan Pegawai sebagai Penarik Minat Pengunjung Wedangan

Informan Keterangan

Pemilik (Informan Pendukung)

Pelayanan yang ramah kepada pelanggan merupakan hal yang harus diperhatikan oleh pemilik wedangan. Dengan pelayanan yang ramah tentu akan membuat pengunjung merasa nyaman dan dihargai. Tidak hanya melayani pelanggan, namun ada juga wedangan yang juga menyapa dan mengajak ngobrol pelanggan.

Pengunjung (Informan Utama)

Pegawai wedangan yang ramah membuat pengunjung merasa betah dan tentunya memiliki rasa untuk kembali mengunjungi.

Sumber: Data primer, diolah Mei 2015 e. Fasilitas Wifi

Di era serba canggih ini akses internet seperti sudah menjadi kebutuhan. Akses internet gratis atau wifi (wireless fidelity) termasuk menjadi salah satu strategi untuk menarik minat masyarakat, khususnya anak sekolah dan mahasiswa. Wedangan yang menyediakan fasilitas wifi ini membuat pengunjung dapat mengakses dunia maya dengan mudah, sambil menikmati hidangan yang dipesan. Menurut pengamatan penulis, pengunjung yang cukup memanfaatkan fasilitas ini adalah mahasiswa.

Sambil membawa laptop dan buku mereka bisa mengakses internet dengan gratis. Umumnya para mahasiswa ini sengaja mengunjungi wedangan

(42)

commit to user

81 yang menyediakan fasilitas wifi untuk mencari materi kuliah dari internet ataupun mengerjakan tugas kuliah. Seperti penuturan Rina berikut ini:

“Kalau menurut saya pribadi sih ya karena tempatnya enak, syahdu gitu agak gelap-gelap. Ada wifi-nya juga, lumayan buat browsing dan ngerjain tugas.” (Wawancara tanggal 6 Januari 2015)

Hal senada juga disampaikan oleh Nanda, pemilik Kedai Kita berikut ini:

“Selain aneka makanan dan minuman ini kami juga menyediakan fasilitas wifi, karena yang sering nongkrong disini itu kebanyakan mahasiswa sambil mengerjakan tugas, jadi ya kami sediakan wifi.”

(Wawancara tanggal 12 Februari 2015)

Adapun pernyataan serupa oleh beberapa informan dibawah ini:

“Kami menyediakan berbagai macam hidangan khas wedangan dan minuman yang beraneka ragam. Selain itu kami juga menyediakan akses wifi dan live music.” (Wawancara dengan Patmanto, pemilik Wedangan Omah Lodjie. Tanggal 4 Januari 2015)

“Café Tiga Tjeret menyediakan berbagai macam hidangan khas wedangan dan minuman yang beraneka ragam. Selain itu kami juga menyediakan akses wifi atau hotspot.” (Wawancara dengan Bambang, pemilik Café Tiga Tjeret. Tanggal 21 Februari 2015)

“Untuk fasilitas selain aneka makanan dan minuman ini kami juga menyediakan fasilitas wifi.” (Wawancara dengan Mifta, pemilik Kedai Kita. Tanggal 12 Februari 2015)

(43)

commit to user

82

“Untuk fasilitas kami sediakan aneka makanan dan minuman, tentu kami juga menyediakan musik dan fasilitas wifi.” (Wawancara dengan Koko, Pemilik Kedai Kita. Tanggal 16 Februari 2015)

“Kami menyediakan wifi untuk pelanggan yang kesini sambil mengerjakan tugas atau browsing-browsing internet.” (Wawancara dengan Rois, Pemilik Kedai Kita. Tanggal 16 Februari 2015)

Dari kutipan-kutipan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan mahasiswa atau masyarakat umum mengunjungi wedangan modern yang umumnya menyediakan fasilitas wifi ini tidak hanya makan dan minum. Namun mereka juga ingin memanfaatkan fasilitas wifi tersebut.

Mengunjungi wedangan untuk makan dan minum, sambil mengerjakan tugas. Dari keterangan yang diperoleh tersebut tidak dapat dipungkiri bila terdapat pengunjung wedangan yang pergi ke wedangan hanya untuk memperoleh akses internet gratis. Hanya bermodalkan memesan makanan atau minuman, pengunjung bisa mendapat akses internet secara gratis.

Dari sudut pandang pemilik wedangan, fasilitas wifi ini menjadi strategi untuk menarik minat pengunjung. Meskipun fasilitas wifi ini sudah lazim di wedangan modern, ada juga yang tidak terlalu memanfaatkan fasilitas ini.

(44)

commit to user

83 Matriks 7

Fasilitas Wifi sebagai Penarik Minat Pengunjung Wedangan

Informan Keterangan

Pemilik (Informan Pendukung)

Akses internet gratis atau wifi (wireless fidelity) termasuk menjadi salah satu strategi untuk menarik minat masyarakat, khususnya anak sekolah dan mahasiswa. Wedangan yang menyediakan fasilitas wifi ini membuat pengunjung dapat mengakses dunia maya dengan mudah, sambil menikmati hidangan yang dipesan.

Pengunjung (Informan Utama)

Tujuan mahasiswa atau masyarakat umum mengunjungi wedangan modern yang umumnya menyediakan fasilitas wifi ini tidak hanya makan dan minum. Namun mereka juga ingin memanfaatkan fasilitas wifi tersebut. Mengunjungi wedangan untuk makan dan minum, sambil mengerjakan tugas. Tidak dapat dipungkiri bila terdapat pengunjung wedangan yang pergi ke wedangan hanya untuk memperoleh akses internet gratis. Hanya bermodalkan memesan makanan atau minuman, pengunjung bisa mendapat akses internet secara gratis.

Sumber: Data primer, diolah Mei 2015

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari responden dalam penelitian ini, wedangan modern telah berhasil menarik minat masyarakat Surakarta. Orang-orang mengunjungi wedangan modern karena tempatnya menarik dan nyaman untuk ngobrol. Seperti yang telah dikemukakan oleh pemilik dari wedangan modern, dimana pemilik tersebut sengaja membuat wedangannya terlihat menarik meskipun dari segi hidangan makanan relatif sama dengan wedangan-wedangan di pinggir jalan. Namun dengan konsep yang dibuat sedemikian rupa dan matang menjadikan wedangan tersebut menarik minat masyarakat.

(45)

commit to user

84 Selain tempat yang dibuat menarik, nyaman sekaligus modern, beberapa wedangan modern ini mempunyai menu minuman dan makanan yang bervariasi dengan harga yang tidak terlampau berbeda dengan wedangan-wedangan di pinggir jalan. Hal ini tentunya akan mempermudah masyarakat untuk mengunjungi wedangan modern tanpa merisaukan harga. Pelayanan wedangan juga membuat pengunjung merasa semakin nyaman ketika mengunjungi wedangan modern. Sebagai contoh di Kedai Kita dimana pegawai kedai tersebut tidak hanya melayani pelanggan dengan ramah namun juga mengajak ngobrol pengunjungnya.

Tentu tidak semua pengunjung diajak ngobrol melainkan hanya pengunjung yang duduk di dekat meja kasir yang satu tempat dengan meja untuk menata aneka makanan seperti wedangan-wedangan pada umumnya. Cara ini cukup ampuh untuk mempertahankan pelanggan.

(46)

commit to user

85 Matriks 8

Indikator Wedangan Modern

No Jenis Strategi Keterangan

1. Desain Tempat Tempat yang nyaman menjadi salah satu faktor penarik pengunjung untuk mengunjungi sebuah wedangan.

Pengunjung akan merasa tertarik untuk mengunjungi wedangan jika wedangan tersebut bertempat nyaman.

2. Harga Terjangkau Harga yang dipatok masih cukup terjangkau. Apabila dibandingkan dengan wedangan modern yang lain mungkin terpaut beberapa ribu saja. Harganya terpaut lumayan meskipun dari segi rasa relatif sama, namun dari segi kebersihan hidangan dari wedangan modern cukup terjamin.

3. Hidangan Khas Hidangan wedangan modern ini umumnya relatif sama dengan wedangan-wedangan yang lain. Namun karena memiliki modal lebih banyak, makanan dan minuman yang disediakan di wedangan modern lebih bervariasi.

4. Keramahan Pegawai

Pegawai yang menyambut dan melayani pelanggan dengan ramah dan sopan, seperti ciri khas wedangan jaman dahulu atau di pinggir jalan dimana penjualnya ramah dan bisa diajak mengobrol.

5. Fasilitas Wifi Akses internet tanpa kabel atau wifi (wireless fidelity) menjadi strategi untuk menarik masyarakat, khususnya anak sekolah dan mahasiswa. Fasilitas wifi ini membuat pengunjung dapat mengakses dunia maya dengan mudah, sambil menikmati hidangan yang dipesan.

Sumber: Data primer, diolah Mei 2015

(47)

commit to user

86 2. Bentuk Perubahan Perilaku Konsumtif Masyarakat dalam Konsep

Wedangan Modern di Kota Surakarta

Adanya perubahan tidak terlepas dari faktor-faktor yang berpengaruh di dalamnya. Dengan adanya perubahan, masyarakat akan dituntut untuk beradaptasi dengan perubahan yang ada. Sebelum mengkaji lebih jauh tentang perilaku konsumtif masyarakat Surakarta, ada baiknya untuk mengetahui terlebih dahulu bentuk perubahan wedangan. Wedangan atau HIK ini telah mengalami perubahan dari masa ke masa. Berikut adalah bentuk-bentuk perubahan sekaligus perbandingan antara wedangan pada zaman dahulu dengan wedangan modern.

A. Perubahan Wedangan 1. Penjual

Penjual wedangan pada zaman dahulu, sekitar tahun 1990an masih memikul dagangannya. Selain dipikul ada pula yang memakai gerobak dan bertempat di pinggir jalan atau sudut kampung. Seperti Joko, seorang penjual wedangan yang menggelar dagangannya di pinggir jalan. Berikut adalah pernyataan Joko:

“Saya berjualan di sini karena dekat dengan rumah saya. Di sini juga di pinggir jalan besar, jadi banyak yang mampir. (Wawancara tanggal 17 Mei 2015)

Meskipun berjualan di pinggir jalan, namun cukup banyak pelanggan yang mampir dan memesan minuman atau makanan di wedangannya. Tidak heran kalau Joko memiliki banyak pelanggan

(48)

commit to user

87 karena beliau telah cukup lama memulai memulai usaha wedangannya, yaitu 23 tahun yang lalu. Lain Joko, lain halnya dengan Patmanto.

Pemilik dari wedangan Omah Lodjie ini mendirikan usahanya bersama teman-temannya. Berawal dari keinginan untuk memiliki tempat berkumpul bersama, maka beliau membuat usaha wedangan. Berikut pernyataan Patmanto:

“Awalnya saya dengan teman-teman ingin membuat tempat untuk berkumpul, yang enak dan nyaman. Teman saya punya ide untuk membuat wedangan dengan konsep jaman dahulu.” (Wawancara tanggal 4 Januari 2015)

Dari ide tersebut Patmanto dan teman-temannya mendirikan usaha wedangan. Berbeda dengan wedangan Joko yang hanya gerobak dorong yang diparkir di pinggir jalan beserta kursi dan tikarnya. Berdasarkan pernyataan diatas, dapat dijelaskan bahwa perbedaan wedangan jaman dahulu pada tahun 1990-an masih menggunakan gerobak dorong maupun dipikul sendiri oleh penjualnya. Namun sekarang pada tahun 2010-an wedangan mengalami perubahan, yaitu tidak hanya gerobak dorong tetapi memiliki tempat sendiri. Tempat wedangan ini juga didesain dan dikonsep sedemikian rupa seperti restoran atau kafe agar pembeli merasa nyaman dan betah.

Gambar

Gambar 1  Peta Kota Surakarta
Gambar 3: Wedangan Omah Lodjie tampak depan
Gambar 4: Kedai Kita
Gambar 7: Café Tiga Tjeret

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti akan membahas perkembangan bauran pemasaran di pasar tradisional kota Surakarta sebagai sampel yang diteliti adalah Pasar Legi pada era modern ini,

bahwa dalam rangka mewujudkan penegakan hukum dalam penyelenggaraan penataan ruang yang menyangkut tindak pidana bidang penataan ruang, telah ditetapkan Peraturan Menteri

KSPN adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting dalam satu

Dari hasil percobaan pengendalian level pada tangki dengan menggunakan software DCS Centum CS 3000 dapat disimpulkan bahwa berapapun besar nilai setpoint yang

Pandemi virus Corona tidak hanya mengancam kesehatan fisik, namun juga kesehatan mental setiap individu. Tidak hanya rasa takut, efek psikologis yang ditimbulkan pun

hasil belajar matematika pada aspek sikap antara pendekatan saintifik model Discovery Learning dengan Problem Based Learning pada siswa kelas XI IIS SMAN 1

Setelah berbagai tahapan yang dilakukan peneliti, dari permsalahan yang muncul samapai analisis data, hasil penelitian yang didapatkan dalam meningkatkan kemampuan

Prioritas kegiatan diisi kegiatan apa saja yang pada saat ini sangat dibutuhkan oleh KKG/MGMP atau program apa saja yang sudah dirancang oleh KKG dan MGMP (Salah satunya kegiatan