• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Al-Falah tahun ajaran 2013/2014. Sekolah ini bertempat di JL. Desa Karangwangi Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon. Objek penelitian adalah kelas VIII yang terdiri dari 3 kelas dengan jumlah 94 siswa.

3.1.2 Waktu Penelitian

Waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitian adalah empat bulan, mulai dari tahap persiapan, tahap uji coba instrumen, tahap pelaksanaan penelitian yang diawali dengan pretest (pengumpulan data dan analisis data untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam berfikir tingkat tinggi) kemudian dilakuakan tes akhir/posttest (mengumpulkan data dan analisis data untuk mengetahui kemampuan setelah dilakukannya uji coba), kemudian tahap terakhir yaitu penyusunan laporan. Untuk lebih jelas dan memahami rangkaian kegiatan dalam penelitian ini, penulis menyusun tahapan dan jadwal kegiatan dalam bentuk tabel, adapun jadwal penelitian yang telah disusun, yakni:

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian N o Kegiatan Penelitian

April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Tahap persiapan

2. Bimbingan instrument 3. Uji Coba Instrumen (pretes) 4. Pengumpulan Data

5. Analisis Data

6. Penyusunan Laporan

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen yaitu suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat (Riduwan, 2007 : 50). Muhadi (2011:21) penelitian eksperimen adalah penelitian dengan

(2)

melakukan percobaan terhadap kelompok eksperimen, dan tiap kelompok eksperimen dikenakan perlakuan-perlakuan tertentu dengan kondisi-kondisi yang dapat dikontrol.

Pada penelitian ini, diberikan suatu perlakuan untuk mengetahui hubungan antara perlakuan tersebut dengan aspek yang akan diukur. Yaitu menelaah kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa dengan membandingkan pendekatan induktif, deduktif, dan induktif deduktif sehingga dapat mengetahui pendekatan mana yang memberi efek terbaik dalam meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa.

3.3 Desain Penelitian

Muhadi (2011:9) desain penelitian merupakan kerangka atau perincian prosedur kerja penelitian. Tujuannya, dapat memberikan gambaran dan arahan bagi peneliti ketika melaksanakan penelitian.

Penelitian ini melibatkan tiga kelas eksperimen yaitu kelas pertama (kelas yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan induktif), kelas kedua (kelas yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan deduktif), dan kelas ketiga (kelas yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan induktif-deduktif). Pembentukan tiga kelas ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan ketiga pendekatan tersebut dapat meningkatkan kemampuan berfikir matematika tingkat tinggi siswa, sedikitnya ada satu yang terbaik. Sebelum pembelajaran dimulai, masing-masing kelas diberi pretest, ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki siswa dalam berfikir tingkat tinggi. Untuk mengetahui perbandingan dari pembelajaran tersebut, diakhiri dengan pemberian posttest. Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan keadaan variabel dependen pada kelompok eksperimen yaitu ketiga kelas yang mendapatkan perlakuan.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini dapat dilihat secara jelas pada gambar 3.1.

(3)

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

Sesuai dengan jenis penelitian dan masalahan yang dikemukakan, maka desain penelitian ini adalah desain kelompok pretest-posttest (Pretest-Posttest Control Group Design) sebagai berikut :

Postes

Postes

Analisis Data

(4)

(diadopsi dari Krathwohl, 1998:510). Keterangan :

Pemberian pretest dan posttest untuk mengukur kemampuan

berfikir matematika tingkat tinggi.

= Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan induktif. = Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan deduktif.

= Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan induktif-deduktif.

3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 3.4.1 Populasi

Menurut Riduwan (2007:54) populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah peneliti. Penelitian populasi dilakukan jika peneliti ingin mengetahui hal-hal yang ada pada populasi. Oleh karena itu subjeknya meliputi yang terdapat dalam populasi. Objek pada populasi diteliti kemudian dianalisis.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Al-Falah yang berjumlah 241 siswa terdiri dari 2 kelas untuk kelas VII, 3 kelas untuk kelas VIII, dan 2 kelas untuk kelas IX (Profil Sekolah, 2013-2014:2). Sekolah ini merupakan salah satu sekolah menengah pertama yang berada di kecamatan Depok-Cirebon, dengan pertimbangan sekolah tersebut merupakan sekolah dengan kemampuan siswanya berada di kelompok tengah, artinya tidak dominan pintar maupun kurang dan kemampuan berfikir tingkat tingginya masih rendah. Setiap siswanya memiliki kemampuan akademis yang hampir merata. Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di sekolah terkait tahun ajaran 2013/2014 semester genap.

Tabel di bawah ini merupakan data populasi yang digunakan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.2

Data Siswa SMP Al-Falah 2013/2014

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah

L 42 40 28 97

(5)

Jumlah 80 94 67 241

Rombel 2 3 2 7

(Profil Sekolah, 2013-2014:2) 3.4.2 Sampel

Menurut Arikunto (2006: 130) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Kebanyakan peneliti beranggapan bahwa semakin banyak sampel, atau semakin besar persentase sampel dari populasi, hasil penelitian akan semakin baik.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling kuota. Nonprobability sampling ialah teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan (peluang) pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel (Riduwan, 2007:61). Sampling kuota ialah teknik penentuan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (jatah) yang dikehendaki atau pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti. Caranya menetapkan besar jumlah sampel yang diperlukan, kemudian menetapkan jumlah (jatah yang diinginkan), maka jatah itulah yang dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel yang diperlukan (Riduwan, 2007:62).

Sampel yang diambil peneliti adalah kelas VIII, sebanyak tiga kelas yang berjumlah 94 siswa. Jadi sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Al-Falah, karena disekolah tersebut memiliki tiga kelas untuk siswa kelas VIII dan pada penelitian ini dibutuhkan tiga kelompok/kelas untuk dijadikan kelas eksperimen.

3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi (Riduwan, 2007:11).

Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara sampling acak tradisional untuk menentukan kelas mana yang akan menjadi kelas eksperimen induktif, kelas eksperimen deduktif, dan kelas eksperimen induktif-deduktif. Sampling acak tradisional dilakukan dengan menggunakan kocokan seperti arisan (Darmadi, 2011:58), dalam gulungan kertas tersebut diberi nama induktif, deduktif, dan induktif–deduktif. Kelas A mendaptkan kelas eksperimen berdasarkan koncokan pertama yang keluar, kelas B mendapatkan kelas eksperimen berdasarkan kocokan yang kedua, dan kelas C mendapatkan kelas eksperimen berdasarkan kertas gulung yang tersisa. Hasil pengundian yang diperoleh menetapkan kelas VIII A mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan induktif-deduktif, kelas VIII B

(6)

mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan induktif dan, kelas VIII C mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan deduktif.

3.5 Varibel Penelitian

Menurut Sugiyono (2007:61) variabel penelitian adalah hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Maka variabel dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi: a. Variabel Independen: Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor,

antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

b. Variabel Dependen: Sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsikuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Dari pengertian di atas, maka variabel dalam penelitian ini adalah:

1. X (variabel bebas). Yaitu pendekatan pembelajaran, yang dalam hal ini dibedakan atas induktif, deduktif, dan induktif-deduktif.

2. Y (variabel terikat). Yaitu Kemampuan berfikir matematika tingkat tinggi siswa.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data diambil dari keluaran instrument yaitu berupa tes. Tes adalah sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes (Mardapi, 2008:67). Tes ini diberikan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan, yaitu untuk mengukur kemampuan berfikir tingkat tinggi (berdasarkan Taksonomi Bloom yang direvisi) siswa di kelas eksperimen. Tes diberikan sebelum dan setelah mendapatkan perlakuan, tes yang digunakan berupa tes uraian/essay.

3.7 Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian ini, digunakan instrumen berupa tes pada pokok bahasan kubus dan balok. Tes yang dimaksud adalah tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Tes awal dan tes akhir ini diberikan kepada kelas eksperimen. Hal ini dilakukan karena peneliti ingin mengamati kemampuan berfikir matematika tingkat tinggi siswa sebelum dan setelah pembelajaran dilangsungkan di dalam kelas eksperimen, yaitu kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan

(7)

pendekatan induktif, deduktif, dan induktif-deduktif. Pretest dilaksanakan untuk mengukur kemampuan awal berfikir matematika tingkat tinggi siswa, sementara posttest dilaksakan untuk mengukur kemampuan berfikir matematika tingkat tinggi siswa setelah pembelajaran diberikan.

Instrument tes yang diberikan berupa tes essay. Menurut Purwanto (2000:35) tes essay ialah tes yang berbentuk pertanyaan tulisan, yang jawabannya merupakan karangan (essay) atau kalimat yang panjang-panjang. Tes tersebut dibuat sendiri oleh peneliti yang digunakan untuk memperoleh data mengenai “kemampuan berfikir tingkat tinggi pada materi kubus dan balok”. Selain untuk mengetahui kemampuan masing-masing kelas eksperimen, tes ini juga untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa antara kelas eksperimen induktif, kelas eksperimen deduktif, dan kelas eksperimen induktif-deduktif. Instrument ini dibuat sesuai dengan materi pada saat dilakukan penelitian. Adapun tahap-tahap untuk penyusunan instrumentasi tes yaitu :

3.7.1 Membuat Kisi–Kisi

Kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini disusun sebagai acuan peneliti dalam membuat instrumen pengumpulan data yaitu berbentuk tes uraian/essay. Instrumen disusun sesuai dengan rancangan kisi-kisi yang ditetapkan dan berdasarkan pada landasan-landasan teori dan indikator yang telah dipaparkan pada acuan teoritik pada bab dua. Kisi-kisi dalam penelitian ini bisa dilihat pada lampiran B. 2.

3.7.2 Validitas oleh Expert Judgement

Setelah mendapatkan bimbingan instrumen dari dosen pembimbing, kemudian peneliti melakukan validasi kapada dosen atau guru dibidangnya (expert judgement) untuk mendapat penilaian apakah instrumen tersebut valid atau tidak. Peneliti melakukan perbaikan-perbaikan instrumen sampai instrument tersebut dikatakan valid oleh tim ahli. Cara ini untuk menganalisa dan mengevaluasi secara sistematis butir-butir instrument telah memenuhi apa yang hendak diukur. Validasi tim ahli dilakukan kepada 2 dosen matematika dan satu guru matematika yang mengajar di SMP Al-Falah. 3.7.3 Uji Coba Empirik

Setelah soal dinyatkan valid oleh tim ahli, peneliti melakukan uji coba tes kepada 30 siswa yang telah pernah mempelajari materi kubus dan balok dan memiliki kesamaan (homogen). Peneliti melakukan uji coba di kelas IX SMP Al-Falah, tempat dimana peneliti melakukan penelitian. Ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dari instrumen tes yang akan digunakan, sehingga diperoleh validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukarannya.

(8)

3.7.4 Analisis Hasil Uji Coba

Setelah dilakuakannya uji coba, kemudian skor uji coba ini dianalisis tentang validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda tes. Hal tersebut perlu dilakukan karena instrumen yang baik adalah instrumen yang memiliki keempat hal tersebut. Adapun tahapan dalam menganalisis hasil uji coba instrumen adalah sebagai berikut :

a. Estimasi validitas isi berdasarkan expert judgement

Validitas merupakan dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran skor tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes (Mardapi, 2008:16). Dalam penelitian ini dilakukan bukti validitas berdasarkan isi tes. Bukti berdasarkan isi dapat berupa analisis ketepatan isi tes secara empirik atau logika untuk membuat penafsiran skor hasil tes. Bukti validitas isi berupa expert judgement untuk menyatakan hubungan antara isi dan konstrak tes (Mardapi, 2008:18).

Dalam estimasi validitas isi berdasarkan expert judgement, butir-butir soal yang telah dibuat diajukan kepada sejumlah panelis untuk dimintai penilaiannya terkait dengan kesesuaian antara butir soal dengan aspek yang diamati (Lawshe, 1975:567). Pada penelitian ini, peneliti meminta tiga tim ahli (panelis) untuk melakukan penilaian dengan ketentuan sebagai berikut :

Nilai 0 diberikan jika butir soal dinilai tidak cocok Nilai 1 diberikan jika butir soal dinilai cocok

Hasil penilaian dari panelis kemudian diolah dengan menggunakan content validity ratio (CVR) sebagaimana menurut Lawshe (1975:567) dengan rumus:

CVR =

atau dengan rumus CVR =

Dimana:

CVR = nilai content validity ratio N = banyaknya panelis

ne = panelis yang menyatakan penting (cocok)

Tabel 3.3 Minimum Values of CVR No. Of Panelists Min. Value

(9)

5 0,99 6 0,99 7 0,99 8 0,75 9 0,78 10 0,62 11 0,59 12 0,56 13 0,54 14 0,51 15 0,49 20 0,42 25 0,37 30 0,33 35 0,31 40 0,29 (Lawshe, 1975:567-568)

Karena terdapat 3 orang panelis, maka 3 berada pada kurang dari 5 panelis. Besarnya batasan minimum untuk 5 orang panelis adalah 0,99, maka untuk 3 orang panelis besar batasan minimumnya harus lebih besar dari 0,99, jadi nilai CVR adalah 1. Oleh karena itu, tiap butir soal dinyatakan memiliki validitas isi yang baik jika nilai CVR-nya adalah 1. Setelah perhitungan nilai CVR, selanjutnya hitung CVI (content validity indeks) yaitu rata-rata keseluruhan nilai CVR untuk menggambarkan bahwa secara keseluruhan butir-butir instrumen mempunyai validitas isi yang baik. Berdasarkan perhitungan estimasi validitas tiap butir tes, diperoleh untuk butir soal No 1, 2, 3, 4, dan 5 dinyatakan butir soal memiliki validitas yang baik, dan untuk butir No 6 dinyatakan butir soal memiliki validitas yang rendah. Hasil perhitungan estimasi validitas isi dapat dilihat pada lampiran B. 5. Rekapitulasi hasil validitas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.4

Rekapitulasi Hasil Validitas

Butir soal N Ne CVR Keterangan

1 3 3 1 Butir soal memiliki validitas isi yang baik

2 3 3 1 Butir soal memiliki validitas isi yang baik

3 3 3 1 Butir soal memiliki validitas isi yang baik

4 3 3 1 Butir soal memiliki validitas isi yang baik

5 3 3 1 Butir soal memiliki validitas isi yang baik

(10)

6 3 2 0,33 Butir soal memiliki validitas isi yang rendah

b. Estimasi Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka ketetapan reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Jadi, reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama (Arikunto, 2012:100). Untuk menghitung reliabilitas instrumen tes bentuk uraian dapat di ukur dengan menggunakan rumus alpha cronbach, rumus sebagai berikut:

                

2 2 1 1 t i n n r  

Dengan: n = banyak soal

2 i

 = variansi item

2 t

 = variansi total (Arikunto, 2012:122)

Dari hasil uji coba diperoleh koefisien reliabilitas dengan klasifikasi Guilfor sebagai berikut:

Tabel 3.5

Kategori Koefisien Reliabilitas

Nilai Interpretasi

0,20 < rp ≤ 0,40 Derajat reliabilitas rendah

0,40 < rp ≤ 0,60 Derajat reliabilitas sedang

0,60 < rp ≤ 0,80 Derajat reliabilitas tinggi

0,80 < rp ≤ 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi

Subana dan Sudrajat (2005: 132) Penelitian ini menggunakan bantuan software Anates versi 4.0.5 dalam perhitungan reliabilitas. Hasil perhitungan reliabilitas instrumen tes diperoleh nilai reliabilitas instrumen sebesar 0,69. Suatu kontruk dikatakan reliabel jika (Nugroho, 2005 dalam Aripin, 2013:39). 0,69 , jadi dapat disimpulkan bahwa konstruk pertanyaan pada item soal tersebut berkategori reliabel dan dapat di interpretasikan

(11)

bahwa derajat reliabilitasnya tinggi. Hasil perhitungan estimasi reliabilitas dapat dilihat pada lampiran B.6.

c. Indeks Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Rumus untuk mencari indeks kesukaran adalah:

Dimana :

P = indeks kesukaran.

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul. JS = jumlah seluruh siswa peserta tes (Arikunto, 2012:223).

Tabel 3.6

Klasifikasi Koefisien Indeks Kesukaran

No Proporsi Interpretasi

1 0,00 - 0,30 Sukar

2 0,31 - 0,70 Sedang

3 0,71 - 1,00 Mudah

(Arikunto, 2012:225) Berdasarkan perhitungan dengan bantuan software Anates versi 4.0.5, instrument tes yang digunakan didapatkan indeks kesukaran soal sebagai berikut

Tabel 3.7

Indeks Kesukaran Soal Berfikir Tingkat Tinggi

Nomer Butir Soal Tingkat Kesukaran (%) Tafsiran

1 54,69 Sedang 2 54,69 Sedang 3 54,69 Sedang 4 29,69 Sukar 5 25,00 Sukar 6 7,81 Sangat Sukar d. Daya Pembeda

(12)

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Rumus daya pembeda dalam Arikunto (2012: 228-229) sebagai berikut:

Dimana: J = Jumlah peserta tes.

JA = Banyaknya peserta kelompok atas.

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah.

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan

benar.

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan

benar.

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P

sebagai indeks kesukaran).

PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

Arikunto (2012:232) klasifikasi daya pembeda soal pada tabel berikut : Tabel 3.8

Klasifikasi Daya Pembeda

No. Nilai Daya Pembeda Interpretasi 1 0,00 ≤ DP ≤ 0,20 Jelek (poor) 2 0,21 ≤ DP ≤ 0,40 Cukup (satistifactory)

3 0,40 ≤ DP ≤ 0,70 Baik (good)

4 0,70 ≤ DP ≤ 1,00 Baik sekali (excellent)

Berdasarkan perhitungan dengan bantuan software Anates versi 4.0.5 instrument tes yang digunakan memiliki daya beda sebagai berikut :

Tabel 3.9

Daya Pembeda Soal Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi

No Soal Rata2 Un Rata2 As Beda SB Un SB As SB Gab T DP (%) 1 2,88 1,50 1,38 0,83 0,53 0,35 3,92 34,38

(13)

2 2,75 1,63 1,13 0,89 0,52 0,36 3,10 28,13 3 2,88 1,50 1,38 0,35 0,53 0,23 6,07 34,38 4 1,88 0,50 1,38 0,83 0,76 0,40 3,45 34,38 5 1,75 0,25 1,50 0,71 0,71 0,35 4,24 37,50 6 0,13 0,50 -0,38 0,35 0,53 0,23 -1,66 -9,38 Tabel 3.10

Interpretasi Uji Daya Pembeda Tes Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi

Nomor Soal Indeks Daya

Pembeda Interpretasi 1. 34,38 Cukup 2. 28,13 Cukup 3. 34,38 Cukup 4. 34,38 Cukup 5. 37,50 Cukup 6. -9,38 Jelek

Berdasarkan analisis uji coba yang telah dilakukan, instrument soal yang dapat digunakan oleh peneliti adalah soal yang memiliki validitas yang baik, soal yang reliabel, soal yang tingkat kesukarannya baik, dan soal yang mempunyai daya pembeda yang baik. Instrument soal berfikir tingkat tinggi yang dapat dipergunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.11

Rekapitulasi Data Hasil Uji Coba

No

Soal Validitas Reabilitas

Daya Pembeda

Indeks Kesukaran 1. Valid (CVR 1) Tinggi Cukup Sedang 2. Valid (CVR 1) Tinggi Cukup Sedang 3. Valid (CVR 1) Tinggi Cukup Sedang

4. Valid (CVR 1) Tinggi Cukup Sukar

5. Valid (CVR 1) Tinggi Cukup Sukar

6. Invalid(CVR 0,33) Tinggi Jelek Sangat Sukar

Berdasarkan tabel 3.10 hasil uji coba penelitian yang dilakukan, tes subyektif dalam bentuk essay disusun sebanyak 6 soal pertanyaan dan setelah dilakukan uji

(14)

coba instrument hanya 5 soal yang valid, sehingga peneliti hanya menggunakan 5 soal pada penelitian ini, yaitu butir soal nomer 1, 2, 3, 4, dan 5.

3.8 Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan analisis data. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan ujian (pretest dan posttest). Data yang diperoleh dikategorikan kedalam jenis data kuantitatif. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap hasil data pretest, posttest dan peningkatan kemampuan (gain / indeks gain). Tujuan dari analisis ini adalah untuk melihat perbandingan pembelajaran dengan pendekatan induktif, pembelajaran dengan pendekatan deduktif, dan pembelajaran dengan pendekatan induktif-deduktif terhadap kemampuan berfikir matematika tingkat tinggi siswa, adakah salah satu yang terbaik dari ketiga pendekatan tersebut.

Setelah penelitian di lapangan dilaksanakan, diperoleh sekelompok data dengan periancian sebagai berikut :

1. Data skor pretest siswa kelas eksperimen di SMP Al-Falah yang pendekatan pembelajarannya menggunakan induktif, deduktif, dan induktif-deduktif.

2. Data skor posttest siswa kelas eksperimen di SMP Al-Falah yang pendekatan pembelajarannya menggunakan induktif, deduktif, dan induktif-deduktif.

Pengolahan data tes tulis dalam penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa dengan menggunakan pendekatan yang berbeda, sehingga dapat diketahui pendekatan pembelajaran yang terbaik dari tiga pendekatan (induktif, deduktif, dan induktif-deduktif) yang digunakan oleh peneliti sebagai eksperimen, langkah-langkah pengolahan datanya sebagai berikut :

1. Kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa kategori sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang.

a) Mengelompokkan siswa kelas ekperimen ke dalam kategori sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang.

b) Menghitung nilai pretest dan posttest setiap kategori siswa pada kelas eksperimen berdasarkan ketentuan penilaian.

Sistem penskoran tingkat kemampuan tersebut dibuat seperti pada tabel berikut : Tabel 3.12

Sistem Penskoran

Tingkat Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa

(15)

4 Tampak 3 deskriptor

3 Tampak 2 deskriptor

2 Tampak 1 deskriptor

1 Tampak 0 deskriptor

0 Tampak tidak ada jawaban

(Lewi, dkk., 2009:19)

Untuk menentukan skor akhir siawa pada setiap kelas dengan menggunakan rumus :

Skor kemampuan berpikir tingkat tinggi dari masing-masing siswa adalah jumlah skor yang diperoleh sesuai dengan banyaknya deskriptor yang tampak pada saat menyelesaikan soal tes kemampuan berpikir tingkat tinggi. Skor maksimum adalah skor tertinggi (skor 4) dikalikan dengan jumlah soal (5 butir soal), skor maksimumnya 5 x 4 = 20, maka nilai siswa

. Sedangkan skor minimumnya adalah 5 x 0 = 0,

sehingga interval skor rata-rata kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa adalah 100 – 0 = 100, peneliti membagi interval menjadi 5 selang/kelas (penetapan nilai subjektif), diadopsi dari Lewi, dkk.,(2009:19). Untuk mencari rentang interval menggunakan formula:

(Kumaidi & Manfaat, 2013:46) dengan

demikian rentang interval kelasnya adalah: . c) Menghitung presentase nilai tes siswa kelas eksperimen. d) Menghitung rata-rata nilai tes siswa kelas eksperimen.

e) Menilai tingkat kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa kategori sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang.

Data dikonversi kedalam data kualitatif untuk menentukan kategori tingkat kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa, maka kategori tingkat berfikir tingkat tinggi siswa tersebut ditentukan seperti tabel berikut :

Tabel 3.13

Kategori Tingkat Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi siswa

Nilai Siswa Tingkat Kemempuan Berfikir Tingkat Tinggi Siswa

0-20 Sangat Kurang

(16)

41-60 Cukup

61-80 Baik

81-100 Sangat Baik

2. Peningkatan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa kelas eksperimen.

a) Menskor tiap lembar jawaban pretest dan posttest siswa kelas ekperimen berdasarkan kunci jawaban.

b) Menghitung nilai pretest dan posttest tiap siswa di kelas ekperimen berdasarkan ketentuan penilaian.

c) Menghitung gain tiap siswa di kelas eksperimen, Meltzer (Firmansah, 2008) mengembangkan mengembangkan sebuah alternatif untuk menjelaskan gain yang disebut normalized gain (N-gain) yang diformulasikan dalam bentuk seperti dibawah ini :

Menghitung nilai gain rata-rata keseluruhan siswa pada setiap kelas eksperimen dengan formula :

Nilai gain tersebut di interpretasikan dengan menggunakan kriteria yang digunakan oleh Hake (Firmansah, 2008) dalam Rahmah (2013:52) adalah sebagai berikut :

Tabel 3.14 Kriteria N-gain No N-gain Kriteria 1 g 0,3 Rendah 2 0,3< g  0,7 Sedang 3 g> 0,7 Tinggi (Rahmah, 2013:52) d) Mengolah data gain secara statistik untuk menguji signifikasi perbedaan rata-rata gain

siswa kelas eksperimen induktif, kelas eksperimen deduktif, dan kelas eksperimen induktif-deduktif secara keseluruhan dengan menggunakan teknik ANOVA, cara perhitungan menggunakan bantuan software SPSS versi 18.0, dengan tahapan sebagai berikut :

(17)

Uji normalitas merupakan tahap pendahuluan yang penting dalam menganalisis data. Hasil uji normalitas ini berhubungan dengan jenis statistik yang akan digunakan dalam penelitian. Pengujian ini bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya suatu data. Dalam penelitian ini, statistik uji yang digunakan adalah uji Shapiro-wilk karena jumlah data yang terlibat lebih dari 30 dengan taraf signifikasi α sebesar 5%. H0 (sampel berasal dari populasi yang berdistribusi

normal), H1 (sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal). Kriteria

Pengujiannya yaitu: (a) Jika nilai probabilitas (sig) < 0,05 maka H0 ditolak , dan (b)

Jika nilai probabilitas (sig) 0,05 maka H0 diterima. Jadi akan diketahui H0

diterima atau ditolak. (2) Uji Homogenitas

Prasarat agar pengujian homogenitas dapat dilakukan ialah apabila datanya telah terbukti berdistribusi normal. Dalam penelitian ini, statistik uji yang digunakan adalah statistik Leven’s dengan taraf signifikasi α sebesar 5%. Kriteria Pengujiannya yaitu : (a) Jika nilai probabilitas (sig) < 0,05 maka H0 ditolak, dan (b)

Jika nilai probabilitas (sig) 0,05 maka H0 diterima. Jika nilai signifikansi 0,05

maka H0 diterima, artinya varian dua populasi homogen. Jika signifikansi < 0,05

maka H0 ditolak, artinya varian dua populasi heterogen. Jadi akan diketahui H0

diterima atau ditolak.

(3) Uji Perbedaan Rata-Rata/Uji Hipotesis

Menurut Usman dan Akbar (2006:119) untuk menguji kebenaran sebuah hipotesis digunakan pengujian yang disebut pengujian hipotesis atau pengetesan hipotesis (testing hypothesis). Pengujian hipotesis akan membawa kepada kesimpulan untuk menolak atau menerima hipotesis. Pada penelitian ini untuk menguji hipotesis digunakan rumus Anova (analysis of variance / mencari perbedaan atau persamaan beberapa rata-rata) satu jalur. Anova digunakan untuk menguji perbedaan antara sejumlah rata-rata populasi dengan cara membandingkan variansinya. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah antara ketiga kelas eksperimen terdapat perbedaan kemampuan atau tidak pada pokok yang menjadi fokus penelitian setelah perlakuan diberikan. Langkah-langkah untuk mencari uji perbedaan rata-rata menggunakan anova satu jalur adalah sebagai berikut dalam Usman dan Akbar (2006:151-153):

(a) Uji atau asumsikan bahwa data masing-masing dipilih secara acak. (b) Uji atau asumsikan bahwa data masing-masing berdistribusi normal.

(18)

(c) Uji atau asumsikan bahwa data masing-masing homogen. (d) Tulis dan dalam bentuk kalimat.

(e) Tulis dan dalam bentuk statistik. (f) Buatlah tabel penolong anova sebagai berikut:

Tabel 3.15 Penolong Anova Nomer Responden Variabel Bebas …. N … ….

(g) Hitung jumlah kuadrat rata-rata dengan rumus:

(h) Hitung jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus :

(i) Hitung jumlah kuadrat dengan kelompok dengan rumus :

(j) Hitung derajat kebebasan rata-rata dengan rumus :

(k) Hitung derajat kebebasan antar kelompok dengan rumus :

dimana k = banyak kelompok

(19)

dimana N = jumlah seluruh anggota sampel.

(m)Hitung rata-rata jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus :

(n) Hitung rata-rata jumlah kuadrat dalam kelompok dengan rumus :

(o) Cari dengan rumus :

(p) Tetapkan taraf signifikansi

(q) Cari dengan rumus :

dengan menggunkan tabel F didapat

(r) Masukkanlah semua nilai yang telah didapat kedalam tabel anova berikut : Tabel 3.16 ANOVA Jumlah Variasi Jumlah Kuadrat (JK) Dk Rata-Rata Kuadrat (RK) F Rata-rata Antar klpk Dalam klpk 1 Jumlah

(s) Tentukan kriteria pengujiannya yaitu :

(t) Bandingkan dengan

(u) Buatlah kesimpulannya

(v) Seandainya ternyata ditolak, maka perhitungan dilanjutkan agar dapat diketahui pasangan mana yang berada dengan menggunakan uji Tukey. Teknik Tukey digunakan dengan cara membandingkan perbedaan setiap pasangan

(20)

rata-rata dengan nilai kritis HSD (honestly significant difference test) yang dapat ditentukan sebagai berikut:

(Furqon, 2009:215-216).

Untuk menghitung Anova, peneliti menggunakan bantuan software SPSS Versi 18.0 dengan taraf signifikasi α sebesar 5%.

3.9 Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik adalah pernyataan khusus mengenai populasi atau sampel (Usman & Akbar, 2006:121). Berdasarkan permasalahan pada penelitian yang berjudul “Perbandingan Pendekatana Induktif, Deduktif, Induktif-Deduktif dalam Meningkatkan Kemampuan Berfikir Matematika Tingkat Tinggi Siswa”, hipotesis statistiknya adalah :

:

: sedikitnya terdapat satu pendekatan yang memberikan efek terbaik. Keterangan :

: Rata-rata gain kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa-siswa kelompok dengan pendekatan induktif.

: Rata-rata gain kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa-siswa kelompok dengan pendekatan deduktif.

: Rata-rata gain kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa-siswa kelompok

dengan pendekatan induktif-deduktif.

BAB IV

(21)

1.1 Deskripsi Data

Data yang didapatkan melalui pengukuran kemampuan berfikir tingkat tinggi berupa data kuantitatif yaitu hasil tes pretest dan posttest dari kelas eksperimen. Penelitian ini mengambil sampel dari siswa kelas VIII SMP Al-Falah Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon yang berjumlah 94 siswa dari 3 kelas. Tes tersebut berupa tes essay. Pensekoran dilihat dari deskripsi yang muncul pada jawaban siswa, tes ini terdiri dari 5 soal yang berkaitan dengan materi kubus dan balok dan dibuat sesuai dengan indikator kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa berdasarkan ranah kognitif (Taksonomi Bloom yang direvisi). Data yang telah diperoleh akan dijadikan ukuran untuk menjawab hipotesis pada penelitian ini. Deskripsi data hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1.1.1 Siswa-Siswa dengan Kelompok Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Induktif

Data hasil perolehan nilai pretest dan posttest kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan induktif di kelas VIII B dengan jumlah 33 siswa, akan dijelaskan berikut ini:

a. Perolehan hasil pretest siswa-siswa dengan kelompok pembelajaran dengan pendekatan induktif

Perolehan nilai pretest siswa-siswa kelas eksperimen dengan pendekatan induktif dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1

Nilai Pretest Induktif dan Kategori KBTT

No Interval Frekuensi Kategori KBTT

1 0-20 3 Sangat Kurang

2 21-40 25 Kurang

3 41-60 5 Cukup

4 61-80 0 Baik

No Interval Frekuensi Kategori KBTT

5 81-100 0 Sangat Baik

Berdasarkan tabel 4.1, dari 33 siswa ada 25 siswa yang berkategori kemampuan berfikir tingkat tinggi kategori kurang, 5 siswa yang berkategori kemampuan berfikir tingkat tinggi kategori cukup, dan tidak ada siswa yang berkategori kemampuan berfikir tingkat tinggi kategori baik. Dari hasil pretest yang

(22)

diperoleh menunjukkan tingkat kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa masih berdominan kategori kurang, ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang diberikan selama ini kurang mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa.

Untuk memperjelas tabel 4.1, maka disajikan dalam bentuk diagram batang berikut :

Gambar 4.1

Perolehan Nilai Pretest Kelas Eksperimen Induktif

Dari gambar 4.1 dapat terlihat bahwa siswa yang mendapatkan nilai 21 sampai 40 jauh lebih banyak, dan hanya sedikit saja siswa yang mendapatkan nilai 41 sampai 60. Terlihat pula tidak ada siswa yang mendapatkan nilai .

Presentase nilai, berdasarkan kategori kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang terlihat dalam diagram lingkaran berikut : 0 5 10 15 20 25 0-20 21-40 41-60 61-80 81-100

(23)

Berdasarkan pemaparan gambar 4.2, dapat diketahui bahwa dari 33 siswa 76% berkategori kurang, sedangkan hanya 15% saja berkategori cukup dan 0% berkategori baik. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa masih kurang baik.

b. Perolehan hasil posttest siswa-siswa dengan kelompok pembelajaran dengan pendekatan induktif

Perolehan nilai postest siswa-siswa kelas eksperimen dengan pendekatan induktif dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2

Nilai Posttest Induktif dan Kategori KBTT

No Interval Frekuensi Kategori KBTT

1 0-20 0 Sangat Kurang

2 21-40 5 Kurang

3 41-60 26 Cukup

4 61-80 2 Baik

5 81-100 0 Sangat Baik

Berdasarkan tabel 4.2, ada 26 siswa yang berkategori kemampuan berfikir tingkat tinggi kategori cukup, 5 siswa yang berkategori kemampuan berfikir tingkat tinggi ketegori kurang, dan ada 2 siswa yang berkategori kemampuan berfikir tingkat tinggi kategori baik. Dari hasil posttest yang diperoleh yaitu setelah diberikannya perlakuan pembelajaran dengan pendekatan induktif menunjukkan peningkatan tingkat kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa yang sebelumnya

Sangat Kurang 9% Kurang 76% Cukup 15% Baik 0% Sangat Baik 0% Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik

Gambar 4.2 Presentasi Kategori KBTT Pretest Kelas Eksperimen Induktif

(24)

berdominan kategori kurang sekarang menjadi kategori cukup dan ada beberapa siswa yang berkategori baik. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang diberikan mampu meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa.

Untuk memperjelas tabel 4.2, maka disajikan dalam bentuk diagram batang berikut :

Gambar 4.3

Perolehan Nilai Posttest Kelas Eksperimen Induktif

Dari gambar 4.3, dapat terlihat bahwa siswa yang mendapatkan nilai 41 sampai 60 jauh lebih banyak, dan sekarang hanya sedikit saja siswa yang mendapatkan nilai 41 smapai 60. Terlihat pula ada siswa yang mendapatkan nilai 0.

Presentase nilai, berdasarkan kategori kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa terlihat dalam diagram lingkaran berikut :

0 5 10 15 20 25 30 0-20 21-40 41-60 61-80 81-100

(25)

Berdasarkan pemaparan gambar 4.4, dapat diketahui bahwa dari 33 siswa 79% berkategori cukup, sedangkan sekarang hanya 15% saja berkategori kurang dan ada 6% berkategori baik. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa yang sebelumnya lebih dominan berkategori kurang, sekarang mengalami peningkatan menjadi kategori cukup.

c. Perolehan hasil gain kelompok pembelajaran dengan pendekatan induktif Perolehan nilai gain masing-masing siswa kelas eksperimen dengan pendekatan induktif dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 4.3

Gain Kelas Eksperimen Induktif

No N-gain Frekuensi Kriteria

1 g 0,3 26 Rendah

2 0,3< g  0,7 7 Sedang

3 g> 0,7 0 Tinggi

Peningkatan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa kelas eksperimen induktif terlihat pada tabel berikut:

Tabel. 4.4

Peningkatan Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi

Jumlah Subjek Rerata Pretest Rerata Posttest

Rerata Gain Kriteria 33 33,787878788 48,787878788 0,228840225 Rendah Sangat Kurang 0% Kurang 15% Cukup 79% Baik 6% Sangat Baik 0% Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik

Gambar 4.4 Presentasi Kategori KBTT Posttest Kelas Eksperimen Induktif

(26)

Berdasarkan tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa dengan pendekatan induktif rata-rata termasuk rendah.

1.1.2 Siswa-Siswa dengan Kelompok Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Deduktif

Data hasil perolehan nilai pretest dan posttest kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan deduktif di kelas VIII C dengan jumlah 28 siswa. akan dijelaskan berikut ini:

a. Perolehan hasil pretes siswa-siswa dengan kelompok pembelajaran dengan pendekatan deduktif

Perolehan nilai pretest siswa-siswa kelas eksperimen dengan pendekatan deduktif dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5

Nilai Pretes Deduktif dan Kategori KBTT

No Interval Frekuensi Kategori KBTT

1 0-20 2 Sangat Kurang

2 21-40 22 Kurang

3 41-60 4 Cukup

4 61-80 0 Baik

5 81-100 0 Sangat Baik

Berdasarkan tabel 4.5, dari 28 siswa ada 22 siswa yang berkategori kemampuan berfikir tingkat tinggi kategori kurang, 4 siswa yang berkategori kemampuan berfikir tingkat tinggi kategori cukup, dan tidak ada siswa yang berkategori kemampuan berfikir tingkat tinggi kategori baik. Dari hasil pretest yang diperoleh menunjukkan tingkat kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa masih berdominan kategori kurang, ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang diberikan selama ini kurang mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa.

Untuk memperjelas tabel 4.5, maka disajikan dalam bentuk diagram batang berikut :

(27)

Gambar 4.5

Perolehan Nilai Pretest Kelas Eksperimen Deduktif

Dari gambar 4.5 dapat terlihat bahwa siswa yang mendapatkan nilai 21 sampai 40 jauh lebih banyak, dan hanya sedikit saja siswa yang mendapatkan nilai 41 smapai 60. Terlihat pula tidak ada siswa yang mendapatkan nilai .

Presentase nilai, berdasarkan kategori kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa terlihat dalam diagram lingkaran berikut :

Berdasarkan pemaparan gambar 4.6, dapat diketahui bahwa dari 28 siswa 79% berkategori kurang, sedangkan hanya 14% saja berkategori cukup dan 0% berkategori baik. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa masih kurang baik.

0 5 10 15 20 25 0-20 21-40 41-60 61-80 81-100 Sangat Kurang 7% Kurang 79% Cukup 14% Baik 0% Sangat Baik 0% Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik

Gambar 4.6. Presentasi Kategori KBTT Pretest Kelas Eksperimen Deduktif

(28)

b. Perolehan hasil posttest siswa-siswa dengan kelompok pembelajaran dengan pendekatan deduktif

Perolehan nilai postes siswa-siswa kelas eksperimen dengan pendekatan deduktif dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.6

Nilai Posttest Deduktif dan Kategori KBTT

No Interval Frekuensi Kategori KBTT

1 0-20 1 Sangat Kurang

2 21-40 13 Kurang

3 41-60 13 Cukup

4 61-80 1 Baik

5 81-100 0 Sangat Baik

Berdasarkan tabel 4.6, ada 13 siswa yang berkategori kemampuan berfikir tingkat tinggi kategori cukup, 13 siswa yang berkategori kemampuan berfikir tingkat tinggi kategori kurang, dan ada 1 siswa yang berkategori kemampuan berfikir tingkat tinggi kategori baik. Dari hasil postes yang diperoleh yaitu setelah diberikannya perlakuan pembelajaran dengan pendekatan deduktif menunjukkan ada peningkatan tingkat kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa yang sebelumnya berdominan kategori kurang sekarang menjadi kategori kurang dan cukup menjadi sama-sama dominan, dan ada siswa yang berkategori baik. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang diberikan mampu meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa.

Untuk memperjelas tabel 4.6, maka disajikan dalam bentuk diagram batang berikut :

(29)

Gambar 4.7

Perolehan Nilai Posttest Kelas Eksperimen Deduktif

Dari gambar 4.7, dapat terlihat bahwa dari 28 siswa yang mendapatkan nilai 41 sampai 60 dan 21 sampai 40 sama banyaknya. Terlihat pula ada siswa yang mendapatkan nilai 0.

Presentase nilai berdasarkan kategori kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa terlihat dalam diagram lingkaran berikut :

Berdasarkan pemaparan gambar 4.8, dapat diketahui bahwa dari 33 siswa untuk kategori cukup dan kurang sama-sama mendapatkan 46%, dan ada 6% berkategori baik. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa yang sebelumnya lebih dominan berkategori kurang, sekarang ketegori kurang dan cukup menjadi sama-sama dominan.

0 2 4 6 8 10 12 14 0-20 21-40 41-60 61-80 81-100 Sangat Kurang 4% Kurang 46% Cukup 46% Baik 4% Sangat Baik 0% Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik

Gambar 4.8 Presentasi Kategori KBTT Posttest Kelas Eksperimen Deduktif

(30)

c. Perolehan hasil gain kelompok pembelajaran dengan pendekatan deduktif Perolehan nilai gain masing-masing siswa kelas eksperimen dengan pendekatan deduktif dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 4.7

Gain Kelas Eksperimen Deduktif

No N-gain Frekuensi Kriteria

1 g 0,3 26 Rendah

2 0,3< g  0,7 2 Sedang

3 g> 0,7 0 Tinggi

Peningkatan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa kelas eksperimen deduktif terlihat pada tabel berikut:

Tabel. 4.8

Peningkatan Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi

Jumlah Subjek Rerata Pretest Rerata Posttest

Rerata Gain Kriteria 28 32.500000000 42.678571429 0.153389319 Rendah

Berdasarkan tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa dengan pendekatan deduktif rata-rata termasuk rendah. 1.1.3 SiswaSiswa dengan Kelompok Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan

-Induktif-Deduktif

Data hasil perolehan nilai pretest dan posttest kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan induktif-deduktif di kelas VIII A dengan jumlah 33 siswa, akan dijelaskan berikut ini: a. Perolehan hasil pretest siswa-siswa dengan kelompok pembelajaran dengan

pendekatan induktif-deduktif

Perolehan nilai pretest siswa-siswa kelas eksperimen dengan pendekatan induktif-deduktif dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.9

Nilai Pretes Induktif-Deduktif dan Kategori KBTT

(31)

1 0-20 4 Sangat Kurang

2 21-40 26 Kurang

3 41-60 3 Cukup

4 61-80 0 Baik

5 81-100 0 Sangat Baik

Berdasarkan tabel 4.9, dari 33 siswa ada 26 siswa yang berkategori kemampuan berfikir tingkat tinggi kategori kurang, 3 siswa yang berkategori kemampuan berfikir tingkat tinggi kategori cukup, dan tidak ada siswa yang berkategori kemampuan berfikir tingkat tinggi kategori baik. Dari hasil pretes yang diperoleh menunjukkan tingkat kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa masih berdominan kategori kurang, ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang diberikan selama ini kurang mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa.

Untuk memperjelas tabel 4.9, maka disajikan dalam bentuk diagram batang berikut :

Gambar 4.9

Perolehan Nilai Pretest Kelas Eksperimen Induktif-Deduktif

Dari gambar 4.9 dapat terlihat bahwa siswa yang mendapatkan nilai 21 sampai 40 jauh lebih banyak, dan hanya sedikit saja siswa yang mendapatkan nilai 41 sampai 60. Terlihat pula tidak ada siswa yang mendapatkan nilai .

Presentase nilai, berdasarkan kategori kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa terlihat dalam diagram lingkaran berikut :

0 5 10 15 20 25 30 0-20 21-40 41-60 61-80 81-100

(32)

Berdasarkan pemaparan gambar 4.10, dapat diketahui bahwa dari 33 siswa 79% berkategori kurang, sedangkan hanya 9% saja berkategori cukup dan 0% berkategori baik. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa masih kurang baik.

b. Perolehan hasil posttest siswa-siswa dengan kelompok pembelajaran dengan pendekatan induktif-deduktif

Perolehan nilai posttest siswa-siswa kelas eksperimen dengan pendekatan induktif-deduktif dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.10

Nilai Postes Induktif-Deduktif dan Kategori KBTT

No Interval Frekuensi Kategori KBTT

1 0-20 1 Sangat Kurang

2 21-40 8 Kurang

3 41-60 20 Cukup

4 61-80 4 Baik

5 81-100 0 Sangat Baik

Berdasarkan tabel 4.10, ada 20 siswa yang berkategori kemampuan berfikir tingkat tinggi kategori cukup, 8 siswa yang berkategori kemampuan berfikir tingkat tinggi kategori kurang, dan ada 4 siswa yang berkategori kemampuan berfikir tingkat tinggi kategori baik. Dari hasil postes yang diperoleh yaitu setelah diberikannya perlakuan pembelajaran dengan pendekatan induktif-deduktif

Sangat Kurang 12% Kurang 79% Cukup 9% Baik 0% Sangat Baik 0% Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik

Gambar 4.10 Presentasi Kategori KBTT Pretest Kelas Eksperimen Induktif-Deduktif

(33)

menunjukkan peningkatan tingkat kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa yang sebelumnya berdominan kategori kurang sekarang menjadi kategori cukup dan ada beberapa siswa yang berkategori baik. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang diberikan mampu meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa.

Untuk memperjelas tabel 4.10, maka disajikan dalam bentuk diagram batang berikut:

Gambar 4.11 Perolehan Nilai Posttest Kelas Eksperimen Induktif-Deduktif

Dari gambar 4.11 dapat terlihat bahwa siswa yang mendapatkan nilai nilai 21 sampai 40 lebih sedikit dibandingkan nilai 41-60, jika sebelumnya nilai 21-40 lebih banyak. Terlihat pula ada beberapa siswa yang mendapatkan nilai .

Presentase nilai, berdasarkan kategori kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa terlihat dalam diagram lingkaran berikut :

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 0-20 21-40 41-60 61-80 81-100 Sangat Kurang 3% Kurang 24% Cukup 61% Baik 12% Sangat Baik 0% Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik

Gambar 4.12 Presentasi Kategori KBTT Posttest Kelas Eksperimen Induktif-Deduktif

(34)

Berdasarkan pemaparan gambar 4.12, dapat diketahui bahwa dari 33 siswa 61% berkategori cukup, sedangkan sekarang hanya 24% saja berkategori kurang dan ada 12% berkategori baik. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa yang sebelumnya lebih dominan berkategori kurang, sekarang mengalami peningkatan menjadi kategori cukup.

c. Perolehan hasil gain kelompok pembelajaran dengan pendekatan induktif-deduktif

Perolehan nilai gain masing-masing siswa kelas eksperimen dengan pendekatan induktif-deduktif dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 4.11

Gain Kelas Eksperimen Induktif-deduktif

No N-gain Frekuensi Kriteria

1 g 0,3 20 Rendah

2 0,3< g  0,7 13 Sedang

3 g> 0,7 0 Tinggi

Peningkatan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa kelas eksperimen induktif terlihat pada tabel berikut:

Tabel. 4.12

Peningkatan Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi

Jumlah Subjek

Rerata Pretest Rerata Posttest

Rerata Gain Kriteria 33 31.363636364 49.242424242 0.266798858 Rendah

Berdasarkan tabel 4.12 dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa dengan pendekatan induktif-deduktif rata-rata termasuk rendah.

1.2 Persyaratan Uji Hipotesis

Masalah dalam penelitian ini adalah menguji ada tidaknya perbedaan kemampuan berfikir tingkat tinggi antara pembelajaran dengan pendekatan induktif, pembelajaran dengan

(35)

pendekatan deduktif, dan pembelajaran dengan pendekatan induktif-deduktif. Untuk menguji hal tersebut diperlukan uji persyaratan analisis data terlebih dahulu yaitu:

1.2.1 Uji Normalitas

Dari hasil perhitungan data dengan menggunakan bantuan SPSS versi 18.0, diperoleh nilai signifikasi (sig) pada Shapiro-wilk untuk pendekatan pembelajaran induktif sebesar 0,167, untuk pendekatan pembelajaran deduktif sebesar 0,144, dan untuk pembelajaran dengan pendekatan induktif-deduktif sebesar 0,503. Karena nilai signifikasi masing-masing variabel lebih besar dari nilai yang ditetapkan yaitu sebesar atau 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel tersebut berdistribusi normal artinya diterima. Output hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran D.4.

1.2.2 Uji Homogenitas

Hasil perhitungan homogenitas diperoleh nilai signifikasi (sig) pada Test of Homogeneity of Variances 0,207. Karena nilai signifikasi variabel lebih besar dari nilai yang ditetapkan yaitu sebesar atau 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua variances tersebut seragam atau homogen, artinya diterima. Output hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran D.5.

1.3 Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil perhitungan ANOVA dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 18.0 diperoleh taraf signifikasi (sig) 0,001. Jika nilai sig maka tolak . 0,001 0,05 maka berarti ditolak dan diterima . Artinya, terdapat perbedaan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa yang signifikan antara kelompok pembelajaran matematika dengan pendekatan induktif, pendekatan deduktif, dan pendekatan induktif-deduktif. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa antara kelas eksperimen induktif, kelas eksperimen deduktif, dan kelas eksperimen induktif-deduktif, maka perhitungan dilanjutkan dengan uji Tukey.

Dari hasil perhitungan uji Tukey, diperoleh:

a. Penggunaan pendekatan pembelajaran induktif dengan pendekatan pembelajaran deduktif, besar mean difference adalah 0,07543 dengan signifikasi (sig) 0,030. Mean difference bernilai positif, jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan induktif lebih baik dari siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan deduktif, dan ini signifikan.

(36)

b. Penggunaan pendekatan pembelajaran induktif dengan pendekatan pembelajaran induktif-deduktif, besar mean difference adalah -0,04030 dengan signifikasi (sig) 0,323. Mean difference bernilai negatif, jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan induktif tidak lebih baik dari siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan induktif-deduktif, akan tetapi ini tidak signifikan.

c. Penggunaan pendekatan pembelajaran deduktif dengan pendekatan pembelajaran induktif-deduktif, besar mean difference adalah -0,11574 dengan signifikasi (sig) 0,000. Mean difference bernilai negatif, jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan deduktif tidak lebih baik dari siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan induktif-deduktif, dan ini signifikan. Output hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran D.6.

1.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Penerapan pendekatan pembelajaran induktif-deduktif dikatakan dapat meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa. Dikarenakan pendekatan ini dapat memberikan dampak yang baik bagi siswa dalam berfikirnya. Pendekatan induktif-deduktif merupakan gabugan dari pendekatan induktif dan pendekatan deduktif. Dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk memisah-misahkan pendekatan tersebut dan kemudian membandingkannya, sehingga dapat diketahui pendekatan mana yang dapat memberikan efek terbaik dalam meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa yang difokuskan pada tiga proses kognitif yang dianggap sebagai HOT’S, yaitu menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan (berdasarkan taksonomi bloom yang direvisi).

Setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan pendekatan deduktif dalam proses berfikir dari hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus. Pendekatan ini menekankan pada guru mentransfer informasi atau penetahuan, yaitu dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah dengan pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berjalan dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya dan konsep dasarnya (Nugroho, dkk.,2011:1). Sehingga siswa terbiasa belum mengenal pembelajaran yang dipelajari, kurang membutuhkan proses berfikir, sifat dan rumus yang diperoleh dapat langsung diaplikasikan kedalam soal-soal atau masalah yang konkrit, selain itu juga siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan induktif dalam proses berfikir yang sifatnya spesifik menuju generalisasi, siswa terbiasa

(37)

mengespresikan gagasannya, mengembangkan proses berfikirnya, memanfatkan pengetahuan dan keterampilannya, menemukan konsep dan memberikan bukti atau penjelasan, menemukan pengalaman yang banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan, dengan ini kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa dapat dilatih sehingga dapat meningkat. Selain itu juga siswa terbiasa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan pendekatan induktif-deduktif yang merupakan gabungan dari pendekatan induktif dan pendekatan deduktif . Peneliti mengasumsikan bahwa penerapan pendekatan induktif, deduktif dan induktif-deduktif menyebabkan perbedaan kemampuan berfikir tinggkat tinggi siswa.

Hasil penelitian ini pun didukung oleh penelitian-penelitian yang telah lebih dulu dilakukan. Penelitian yang dilakukan Dewanto pada tahun 2004 dapatkan hasil kemampuan berfikir tingkat tinggi mahasiswa, yang meliputi aspek pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, dan koneksi matematika, lebih meningkat dalam pembelajaran dengan pendekatan induktif-deduktif daripada pendekatan konvensional. Penelitian yang dilakukan Mariam Ar Rahmah pada tahun 2012 didapatkan hasil sebagian siswa memiliki sifat yang positif terhadap pembelajaran matematiaka dengan menggunakan pendekatan induktif-deduktif. penelitian yang dilakukan Katrina Samosir pada tahun 1998 di dapatkan hasil dengan menggunakan pendekatan induktif siswa jauh lebih aktif dan lebih baik. Dan penelitian yang dilakukan Yani Ramdani pada tahun 2011 di dapatkan hasil peningkatan kemampuan berfikir matematika tingkat tinggi siswa yang pembelajaran matematikanya dengan CTL rata-rata termasuk sedang. Namun, penelitian sebelumnya tidak ada yang sama persis meneliti untuk membandingkan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa dengan menggunakan pendekatan induktif, deduktif, dan induktif-deduktif. Walaupun demikian, penelitian-penelitian tersebut dapat menjadi acuan untuk membuktikan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa.

Setelah berbagai tahapan yang dilakukan peneliti, dari permsalahan yang muncul samapai analisis data, hasil penelitian yang didapatkan dalam meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa dengan melakuakan eksperimen, yaitu membandingakan tiga pendekatan yang berbeda, pendekatan induktif, deduktif, dan induktif-deduktif di SMP Al-Falah kelas VIII Depok Cirebon. Berdasarkan hasil pengujian yang telah diuraikan pada deskriptif data, nilai rata-rata pretes dan postes siswa untuk kelas induktif, deduktif, dan induktif-deduktif dapat dilihat pada digram batang berikut ini :

(38)

Kemampuan awal berfikir tingkat tinggi siswa di SMP Al-Falah kelas VIII rata-rata memiliki kemampuan kurang. Setelah diberikannya perlakuan dimasing-masing kelas dengan perlakuan yang berbeda, yaitu dengan pendekatan induktif, deduktif, dan induktif-deduktif rata-rata kemampuan berfikir tingkat tinggi siswanya menjadi cukup.

Adapun berdasarkan perhitungan rata-rata gain, peningkatan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa dengan menggunakan pendekatan induktif, pendekatan deduktif, ataupun dengan pendekatan induktif-deduktif rata-rata masih termasuk kedalam kriteria rendah.

Hasil uji statistik dengan perhitungan ANOVA, diperoleh taraf signifikasi (sig) 0,001. Artinya, terdapat perbedaan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa yang signifikan antara kelompok pembelajaran matematika dengan pendekatan induktif, pendekatan deduktif, dan pendekatan induktif-deduktif. Karena adanya perbedaan, maka perhitungan dilanjutkan dengan uji Tukay. Berdasarkan hasil perhutungan Tukay, dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa dengan menggunakan pendekatan induktif atau dengan pendekatan induktif-deduktif adalah yang terbaik, dibandingkan dengan pendekatan deduktif. Hal ini tentunya tidak terlepas dari adanya teori – teori para ahli mengenai pendekatan pembelajaran induktif, deduktif dan induktif-deduktif dan kemampuan berfikir tingkat tinggi yang mendukung asumsi penulis bahwa perbedaan penerapan pendekatan induktif, deduktif, dan induktif-deduktif menyebabkan perbedaan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa.

1.5 Keterbatasan Penelitian 0 10 20 30 40 50 INDUKTIF DEDUKTIF INDUKTIF-DEDUKTIF 33,79 32,5 31,36 48,79 42,68 49,24 Postes Pretes

Gambar 4.13 Perolehan Nilai Rata-Rata Pretest dan Posttest Kelas Eskperimen

(39)

Beberapa keterbatasan penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut :

a. Keterbatasan dalam materi pembelajaran matematika, karena yang diukur hanya materi kubus dan balok yang terdiri dari tiga kompetensi dasar saja, sehingga penelitian ini hannya berfokus pada kompetensi dasar yang menjadikan alat ukur dalam meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi.

b. Keterbatasan waktu pelaksanaan penelitian yang relatif singkat, karena untuk meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa memerlukan proses.

c. Keterbatasan dalam pelaksanaan pendekatan pembelajaran, dalam segi media sehingga menyebabkan tugas yang diberikan kurang memaksimalkan kemampuan berfikir siswa. Pemahaman terhadap tugas yang berbentuk soal keterampilan berfikir tingkat tinggi agak lama karena pemahaman siswa. Pelaksanaan pendekatan pembelajaran induktif dan induktif-deduktif membutuhkan penyesuaian terhadap siswa.

Gambar

Tabel 3.1  Jadwal Penelitian  N o  Kegiatan  Penelitian
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian
Tabel  di  bawah  ini  merupakan  data  populasi  yang  digunakan  dalam  penelitian,  yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.14  Kriteria N-gain  No  N-gain  Kriteria  1  g 0,3  Rendah  2  0,3 &lt; g  0,7  Sedang  3  g &gt;  0,7  Tinggi  (Rahmah, 2013:52)  d) Mengolah data gain secara statistik untuk menguji signifikasi perbedaan rata-rata gain  siswa  kelas  eksperim
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan hal tersebut peneliti banyak menjumpai beberapa hal,misalnya bahwa tidak semua pekerja freelance hanya bekerja dirumah produksi 700 pictures dalam produksi film catatan harian

Setelah medium membeku, masing-masing isolat bakteri diinokulasikan ke dalam Medium Lipid Agar dan diinkubasi pada suhu 25-27°C selama 24 jam.. Hasil uji

Tindakan bodoh adalah sesuatu yang dilakukan tapi tidak membuat Anda mendekati yang Anda inginkan atau, bahkan lebih buruk lagi, menjauhkan dari yang Anda

Karya tulis ilmiah ini berjudul “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Penderita Osteoarthritis Lutut Dextra Dengan Menggunakan Infra Red dan Terapi Latihan” disusun dalam

Instrumen penelitian pada metode wawancara yakni pedoman wawancara mencakup daftar pertanyaan kepada guru Bahasa Indonesia terkait data yang diperoleh yaitu

Dari hasil uji signifikasi dua teknik di atas, diperoleh hasil yang paling tepat adalah Fixed Effect dan Random Effect, maka selanjutnya kita akan menguji model

5) karenanya kenyataan atau realitas tindakan itu adalah hasil dari konstruksi sosial. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pendekatan konstruksionistik di atas,

Dari alternatif kebijakan dalam hal dukungan Pemerintah yang diusulkan sesuai dengan Tabel V.1 tersebut, dilakukan simulasi pelaksanaan PPPs untuk masing – masing alternatif