• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGATURAN HUKUM KOPERASI DAN USAHA

C. Perubahan Pengaturan Hukum Koperasi

1. Perubahan Pengaturan Hukum Koperasi dalam UU Cipta Kerja

Pembangunan Koperasi di Indonesia dari masa ke masa penuh dengan dinamika yang tampak pada arah kebijakan pemerintah dalam pembangunan Koperasi yang terus mengalami perubahan. Tercatat, sejak awal kemerdekaan sampai

28 Icha Cahyaning dan Firman Floranta Adonara, Omnibus Law: Cipta Kerja Vs Usaha Mikro Kecil Menengah (Dalam Omnibus Law Diskursus Pengadopsiannya Ke Dalam Sistem Peraturan Perundang-Undangan Nasional), Depok, Rajawali Pers, 2020, hlm. 259

29 Lihat Pasal 4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah

dengan sekarang Perundang-undangan yang mengatur mengenai Koperasi telah mengalami 5 (lima) kali fase perubahan.30 Ditambah dengan Undang-Undang Cipta Kerja maka pengaturan mengenai Koperasi sudah genap mengalami 6 (enam) kali fase perubahan.Undang-Undang Cipta Kerja yang disahkan pada rapat Paripurna DPR RI pada 5 Oktober 2020. Pembahasan terkait koperasi dijabarkan dalam Bab V tentang Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan, Koperasi, Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah. Adapun terkait koperasi ada beberapa perubahan isi pasal dan penambahan dalam UU Cipta kerja. Undang-Undang Cipta Kerja mengubah beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

Pertama, syarat minimal jumlah pendiri dalam Koperasi Primer. Ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Perkoperasian diubah sehingga berbunyi:31 Koperasi Primer dibentuk paling sedikit 3 (tiga) orang; (2) Koperasi Sekunder dibentuk oleh paling sedikit 3 (tiga) Koperasi. Sebelumnya, Koperasi Primer dalam Undang-Undang Perkoperasian adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang dan minimal dibentuk sekurang-kurangnya oleh 20 (dua puluh) orang. Namun, dalam Undang-Undang Cipta Kerja minimal 3 (tiga) orang untuk mendirikan Koperasi.

Sedangkan Koperasi Sekunder baik di dalam Undang-Undang Perkoperasian maupun dalam Undang-Undang Cipta Kerja tetap sama yaitu minimal 3 Koperasi. Perubahan tersebut merupakan konseptualisasi asas kemudahan berusaha dalam norma perkoperasian. Untuk mendirikan Koperasi dipermudah minimal 3 orang. Hal itu dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan pendirian Koperasi di Indonesia dengan

30 Ambar Budhisulistyawatii, Format Baru Koperasi Dalam Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja, Jurnal Rechtsvinding, Volume 3 No.5 , 2020, hlm.1

31 Lihat Pasal 6 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja

harapan lahirnya Koperasi-Koperasi baru penggerak ekonomi dan menciptakan lapangan kerja.

Kedua, penegasan mengenai sistem perwakilan dalam Rapat Anggota Koperasi. Pada dasarnya, sistem perwakilan dalam Rapat Anggota sudah diatur dalam Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah No.

19/PER/M.KUKM/IX/2015 tentang Penyelenggaraan Rapat Anggota Koperasi.

Namun, hal itu dipertegas dalam Undang-Undang Cipta Kerja yang menyebutkan bahwa ketentuan Pasal 22 Undang-Undang Perkoperasian diubah sehingga berbunyi :32 (1) Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam Koperasi; (2) Rapat Anggota dihadiri oleh anggota; (3) Kehadiran anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan melalui sistem perwakilan: dan (4) Ketentuan mengenai rapat anggota diatur dalam Anggaran Dasar/Rumah Tangga. Sampai dengan saat ini, masih sedikit Koperasi yang menggelar Rapat Anggota Tahunan (RAT).

Karakteristik Koperasi adalah anggota sebagai pemilik sekaligus pengguna jasa Koperasi. Sebagai anggota, mereka wajib berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dengan ikut serta dalam RAT walaupun melalui perwakilan. Setidaknya, melalui sistem perwakilan dalam RAT itulah partisipasi anggota sebagai pemilik dan pengguna jasa Koperasi dapat dimaksimalkan. Dalam Undang-Undang Cipta Kerja, Pemerintah mendorong kualitas RAT untuk ditingkatkan melalui sistem perwakilan.

Kualitas pelaksanaannya pun harus meningkat sebagai fungsi kontrol dan pengawasan internal anggota kepada Koperasi.33

32 Lihat Pasal 22 Undang-Udang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja

33 Ambar Budhisulistyawati, Op.Cit, hlm.4

Ketiga, Koperasi dapat melaksanakan usaha berdasarkan prinsip syariah.

Pengaturan mengenai pengelolaan Koperasi berdasarkan prinsip syariah sudah diatur dalam Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No.1 l/PER/M.KUKM/XII/2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi. Dalam Undang-Undang Cipta Kerja menyebutkan bahwa ketentuan Pasal 43 Undang-Undang Perkoperasian diubah sehingga berbunyi :34 (1) Usaha Koperasi adalah usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan anggota untuk meningkatkan usaha dan kesejahteraan anggota;

(2) Kelebihan kemampuan pelayanan Koperasi dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang bukan anggota Koperasi: (3) Koperasi RechtsVinding Online 4 menjalankan kegiatan usaha dan berperan utama di segala bidang kehidupan ekonomi rakyat; (4) Koperasi dapat melaksanakan usaha berdasarkan prinsip syariah.

Pengaturan mengenai Koperasi dapat melaksanakan usaha berdasarkan prinsip syariah semakin mempertegas, bahwa semua jenis usaha Koperasi yang tidak sebatas pada usaha simpan pinjam dapat dikelola berdasarkan prinsip syariah. Pengaturan tersebut merupakan konseptualiasi asas kepastian hukum dan kebersamaan yang tertuang dalam Undang-Undang Cipta Kerja. Kepastian Hukum memiliki arti bahwa penciptaan kerja dilakukan sejalan dengan penciptaan iklim usaha konsdusif yang dibentuk melalui sistem hukum yang menjamin konsistensi antara peraturan perundang-undangan dengan pelaksanaannya.35 Kebersamaan memiliki arti bahwa penciptaan kerja dengan mendorong peran seluruh dunia usaha dan Usaha Mikro,

34 Lihat Pasal 43 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja

35 Ambar Budhisulistyawati, Op.Cit, hlm.5

Kecil, dan Menengah termasuk Koperasi secara bersama-sama dalam kegiatannya untuk kesejahteraan rakyat. Pengaturan mengenai Koperasi dalam Undang-Undang Cipta Kerja seakan menjadi isyarat masih perlunya upaya masif untuk mendorong iklim berkoperasi dalam masyarakat. Sekretaris Kemeterian Koperasi dan UKM Rully Indrawan bahwa koperasi diposisikan sangat jelas yaitu sebagai agregator bagi UMKM. Demikian juga dengan pembiayaan dimana Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) Koperasi. UMKM ditugasi secara khusus melayani pembiayaan pada koperasi. Hal ini menjadi hal penting untuk masa depan Koperasi di Indonesia.36

2. Perubahan Pengaturan Hukum Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMK-M) dalam UU Cipta Kerja

UMK-M memiliki kontribusi bagi perekonomian Indonesia.37 Sejarah panjang telah membuktikan bahwa UMK-M di Indonesia mempunyai peran utama dalam perekonomian bangsa Indonesia yaitu:38

a. Pemain utama dalam kegiatan ekonomi di Indonesia;

b. Penyediaan kesempatan kerja yang menaik, pemain penting dalam pengembangan ekonomi lokal dan pengembangan masyarakat;

c. Penciptaan pasar dan inovasi baru melalui fleksisibiltas dan sensitivitas UMK-M serta keterkaitan dinamis antar kegiatan perusahaan; dan

36 Ratih Waseso, Ini Dia Aturan Pembentukan Koperasi di UU Cipta Kerja, Cukup 9 Orang Saja, https://nasional.kontan.co.id/news/ini-dia-aturan-pembentukan-koperasi-di-uu-cipta-kerja-cukup- 9-orang-saja, diakses tanggal 19 Februari Pukul 11.59 WIB

37 Sulasi Rongiyati, Menata Regulasi Pemberdayaan UMKM Melalui Omnibus Law, Jurnal Info Singkat, Volume. 9 Nomor. 23, 2019, hlm.2

38 Paramita Prananingtiyas, UMKM di Indonesia Perspektif Hukum Ekonomi, Yogyakarta, Pustaka Belajar, 2016, hlm. 108

d. Pemain dalam perbaikan neraca pembayaran internasional melalui peran yang semakin nyata dalam komposisi ekspor dan penghematan devisa melalui produk-produk substitusi impor yang dikaitkan oleh UMK-M.

Pada tahun 2017, UMK-M menyumbang Rp.8160 Triliun dari total keseluruhan PDB Indonesia sebesar 13.600 triliun. Oleh karena itu maka pemerintah perlu memberikan perhatian secara khusus dikarenakan oleh ada 2 (dua) faktor yaitu:

(1) besarnya jumlah pengusaha UMK-M di Indonesia dan (2) adanya berbagai kelemahan atau kekurangan UMK-M ketika masuk dalam sistem persaingan pasar bebas. Oleh karena itu penataan regulasi penting dilakukan untuk menciptakan UMK- M yang mampu bersaing di pasar global.39

Sebelumnya regulasi megenai UMK-M tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan yaitu secara langsung diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMK-M, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, beserta peraturan pelaksana dari setiap undang-undang tersebut. Sehingga berimplikasi pada sistim pemberdayaan UMK-M yang terpecah , tidak komprehensif, dan menghambat investasi.

Konsep penyederhanaan regulasi melalui omnibus law dilakukan dengan mencabut beberapa regulasi dan menyusunnya kembali dalam satu undang-undangs secara menyeluruh, komprehensif, dan sederhana.40

39 Sulasi Rongiyati, Op.Cit, hlm. 2

40 Ibid, hlm.4

Dalam undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja mengubah, menghapus atau menetapkan pengaturan baru terkait dengan UMK-M.

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 diubah dengan terdiri atas bagian Kriteria (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah), Basi Data Tunggal, Pengelolaan Terpadu Usaha Mikro dan Kecil, Kemitraan, Kemudahan Perizinan Usaha, Kemudahan Failitas Pembiayaan dan Insentif Fiskal.

Kriteria Usaha, ketentuan Pasal 6 diubah pada sebelumnya mengatur secara rinci Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Sebelumnya Kriteria Usaha Mikro adalah memilki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan hasil penjualan tahuna paling banyak Rp.300.000.00;

Kriteria Usaha Kecil Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000 sampai dengan paling banyak Rp.500.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan hasil penjualan tahunan lebih dar Rp.300.000.000 sampai dengan paling banyak Rp.2.500.000.000; dan Kriteria Usaha Menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.500.000.0000 sampai dengan paling banyak Rp.10.000.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan hasil penjualan tahunan lebih dari 2.500.000.000 sampai dengan palin banyak Rp.50.000.000.000 . Namun dalam Undang-Undang Cipta Kerja ketentuan ini diubah bahwa Kriteria Usaha Miko, Kecil dan Menengah paling sedikit memuat indikator kekayaan bersih, hasil penjualan, tahunan, atau nilai investasi, dan jumlah tenaga kerja sesuai dengan kriteria setiap usaha dan ketentua lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pada Bagian Basis Data Tunggal, ini merupakan penambahan pasal baru dalam aturan UMK-M. Pasal 88 Undang-Undang Cipta Kerj menjelaskan bahwa

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan sistem informasi dan pendataan UMK-M secara terintegrasi danketentua lebih lanjut pengaturannya nanti ditur dalam Peraturan Pemerintah

Bagian Pengeloaan Terpadu Usaha Mikro dan Kecil, ini merupakan juga penambahan pasal yaitu dalam Pasal 89. Pada intinya pasal ini memerintahkan Pemerintah Pusat untuk mendorong implmentasi pengelolaan terpadu Usaha Mikro dan Kecil dan penataan klaster melalui sinergi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daera, dan pemangku kepentingan terkait, serta melakukan evaluasi pengelolaan terpadu Usaha Mikro dan Kecil dalam Penataan Klaster. Mengenai hal ini akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

Kemitraan, Pasal 90 juga merupakan penambahan pasal atas perubahan Undang-Undang UMK-M. Pemerintah Pusat dan Daerah diperintahkan sesuai dengan kewenangannya wajib memfasilitasi, mendukung, dan menstimulasi kegiatan kemitraan Usaha Mikro, Menengah, Usaha Kecil dan Koperas dalam rangka meningkatkan kompetensi dan level usaha.

Kemudahan Perizinan Berusaha diatur dalam Pasal 91, ini merupakan penambahan pasal dalam perubahan Undang-Undang UMK-M. Dalam rangka mewujudkan Kemudahan Perizinan Berusaha Pemrintah Pusat dan Daerah diwajibkan untuk melaksanakan pembinaan dan pendaftaran bagi Usaha Mikro dan Kecil berdasarka ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Kemudahan Izin Berusaha ini dapat diperoleh dengan melakukan pendaftaran melalui daring dan luring.

Kemudahan Fasilitas Pembiayaan dan Insentif Fiskal diatur dalam Pasal 92 yang merupakan juga penambahan pasal atas perubahan Undang-Undang UMK-M.

UMK diberi kemudahan/penyederhanaan administrasi perpajakan dalam rangka pengajuan fasilitas pembiayaan dari Pemerintah Pusat. UMK yang mengajukan Perizinan Berusaha dapat diberi insentif berupa tidak dikenai biaya atau keringanan biaya. Kemudian UKM juga dapat dijadikan jaminan kredit program.

BAB III

KEMUDAHAN IZIN BERUSAHA YANG DIBERIKAN BAGI KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMK-M) DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA

A. Tujuan dan Sasaran Pemerintah dalam Pembentukan Undang-Undang Cipta Kerja dalam Sektor Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Latar belakang mengapa pemerintah ingin menerapkan undang-undang metode omnibus law merupakan karena banyaknya regulasi yang dibuat pada masa sebelumnya. Terlalu banyaknya regulasi tersebut justru menimbulkan banyak permasalahan seperti adanya tumpang tindih undang-undang.41 Sehingga konflik kebijakan pun terjadi antar lembaga atau kementrian. Konflik tersebut menimbulkan dampak buruk terhadap implementasi program pembangunan dan investasi di Indonesia menurut pemerintah.Sehingga dengan keadaan yang sedemekian rupa maka sulit diwujudkan kesehjahteraan bagi masyarakat.

Dalam konteks pembentukan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja menurut Presiden Joko Widodo yang menjadi tujuan utama pembentukan Undang-Undang Cipta Kerja adalah menciptakan iklim usaha dan ivestasi yang berkualitas bagi para pelaku bisnis, termasuk UMK-M dan Investor.42

41 Fathkhulamien, Tujuan Omnibus Law Diterapkan Pemerintah

https://www.unisbank.ac.id/v2/news/tujuan-omnibus-law-diterapkan-pemerintah/, Diakses Pada Tanggal 22 Februari Pukul 17.43 WIB

42 Mitha Paradilla, Ungkap Tujuan Utama Dibuatnya UU Cipta Kerja, Jokowi: Syarat Investasi Jadi Sederhana, https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-01987445/ungkap-tujuan-utama-

Menurut Presiden, regulasi yang tumpang tindih dan prosedur yang rumit dipangkas, rantai birokrasi perizinan yang berbeli-belit dipotong, serta pungutan liar yang selama ini menghambat usaha dan investasi juga diberantas dengan tetap mengutamakan komitmen untuk perlindungan kepada lingkungan komitmen ramah lingkungan.

Namun secara formal yang menjadi tujuan dari pembentukan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja terdapat dalam Pasal 3 Undang-Undang Tersebut yang berbunyi bahwa Undang-Undang Cipta Kerja dibentuk untuk:43

1. Menciptakan dan meningkatkan lapangan kerja dengan memberikan kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan terhadap koperasi dan UMK-M serta industri dan perdagangan internasional sebagai upaya untuk dapat menyerap tenaga kerja Indonesia yang seluas-luasnya dengan tetap memperhatikan keseimbangan dan kemajuan antar daerah dalam kesatuan ekonomi nasional;

2. Menjamin setiap warga negara memperoleh pekerjaan, serta mendapat imabalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja;

3. Melakukan penyesuaian berbagai aspek pengaturan yang berkaitan dengan keberpiahakan, penguatan, dan perlindungan bagi koperasi dan UMK-M serta Industri nasional; dan

4. Melakukan penyesuaian berbagai aspek pengaturan yang berkaitan dengan peningkatan ekosistem investasi, kemudahan dan percepatan proyek strategis nasional yang berorientasi pada kepentingan nasional yang berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi nasioanal dengan berpedoman pada haluan ideologi Pancasila.

Apabila diperhatikan secara umum yang menjadi tujuan pembentukan Undang-Undang Cipta Kerja tersebut diatas. Maka dalam konteks yang lebih spesifik dan langsung yang menjadi tujuan pemerintah membentuk Undang-Undang Cipta Kerja disektor Koperasi dan UMK-M adalah terdapat pada poin satu dan tiga.

dibuatnya-uu-cipta-kerja-jokowi-syarat-investasi-jadi-sederhana, Diakses Pada tanggal 22 Februari 2021 Pukul 17.05 WIB

43 Lihat Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja

Kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan terhadap koperasi dan UMK-M merupakan salah satu yang menjadi bagian dari tujuan pembentukan Undang-Undang Cipta Kerja. Dalam Naskah Akademik Ranacangan Undang-Undang Cipta Kerja sebelumya dijelaskan bahwa Pembentukan Undang-Undang Cipta Kerja diprediksi selain mampu menata dan mengharmonisasikan dan menciptakan simplisifikasi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penciptaan lapangan kerja serta menghasilkan, melahirkan pelayanan perizinan berusaha yang mudah cepat, terintegrasi, Namun mampu juga untuk memperkuat dan pemberdayaan Koperasi dan UMK-M. Pemberdayaan Koperasi dan UMK-M dilakukan melalui kemudahan berusaha. Karena penataan regulasi berdimensi perizinan akan menciptakan kemudahan berusaha dan meningkatkan investasi yang berkualitas dan mendorong produktifitas Koperasi dan UMK-M. Pemerintah dapat mendukung terbukanya peluang untuk tumbuh dan berkembangnya kewirausahaan melaui upaya mengembangkan dan meningkatkan kualitas Koperasi dan UMK-M. Menurut pemerintah, dengan mengembangkan kewirausahaan melalui Koperasi dan UMK-M.

Terdapat 2 (dua) keuntungan sekaligus yang akan didapat. Disatu sisi, Koperasi dan UMK-M dapat menjadi pilihan bagi masyarakat untuk berusaha sendiri dan mendapatkan penghasilan. Disisi lain Koperasi dan UMK-M juga mampu menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat. Dengan dua keuntungan tersebut, pengembangan Koperasi dan UMK-M memberikan dampak positif bagi persoalan sumber daya manusia Indonesia. Pengembangan kewirausahan melalui Koperasi dan

UMK-M juga meningkatkan nilai tambah ekonomi yang berujung pada peningkatan pertumbuhan ekonomi.44

Penyesuaian berbagai aspek pengaturan yang berkaitan dengan keberpiahakan, penguatan, dan perlindungan bagi koperasi dan UMK-M diwujudkan oleh pemerintah dengan reformasil regulasi. Karena menurut pemerintah reformasi regulasi diharapakan membantu memastikan bahwa peraturan perundang-undangan di semua bidang kegiatan sepenuhnya responsif terhadap perubahan kondisi ekonomi, sosial, dan teknologi yang mengelilinginya. Banyak reformasi didorong oleh perkembangan teknologi yang telah mengubah biaya dan struktur kompetitif dalam industri mulai dari telekomunikasi, perbankan hingga bioteknologi. Pada saat yang sama, reformasi regulasi adalah stimulus yang kuat untuk inovasi. Peningkatan pengaruh positif regulasi terhadap inovasi juga dapat dilakukan dengan upaya melakukan perampingan regulasi, untk kepentingan efisiensi ekonomi dan inovasi, reformasi regulasi berupaya menghapuskan duplikasi, regulasi yang menghambat, dan tidak efisien, khususnya Koperasi dan UMK-M.

Dalam Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja tepatnya pada Bab V tentang Jangkaun, Arah Pengaturan, dan Ruang Lingkup Materi Muatan Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja dijelaskan bahwa sasaran yang ingin diwujudkan dalam pembentukan Undang-Undang Cipta Kerja adalah sebagai berikut:45

44 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja, hlm. 213

45 Naksah Akademik Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja, hlm.216

1. Melaksanakan reformasi regulasi dalam rangka penciptaan lapangan kerja yang mampu menyerap tingginya pertumbuhan penduduk Indonesia dengan:

(a) mendorong peningkatan investasi; (b) mengembangkan sektor Koperasi dan UMK-M melalui dukungan riset dan inovasi sehingga Koperasi dan UMK-M dapat berkembang dan mampu bersaing di dunia usaha; dan (c) mendorong percepatan dan kelancaran investasi pemerintah dan proyek pemerintah yang menjadi sumber penciptaan lapangan kerja.

2. Meningkatkan laju pertumbuhan produksi nasional sehingga berimplikasi signifikan pada pertumbuhan ekonomi.

Mengembangkan sektor Koperasi dan UMK-M melalui dukungan riset dan inovasi selain mampu bersaing didunia usaha juga berimplikasi terhadap penciptaan lapangan kerja yang seluas-luasnya.Upaya ini dilakukan dengan terlebih dahulu menyelesaikan persoalan hukum yang akan dihadapi yang terdiri atas beberapa persoalan hukum sebagai berikut:

1. Atura hukum yang tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan kebutuhan masyarakat;

2. Disharmonisasi atau tumpang tindih pengaturan tentang Koperasi dan UMKM;

3. Peraturan yang sudah ada namun tidak memadai.

B. Kemudahan Izin Berusaha di Sektor Koperasi

Urgensi deregulasi yang merupakan salah satu strategi pemerintah dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia bukan hanya merambah

masuknya investor ke Indonesia. Namun, pemerintah juga memberikan perhatian secara khusus terhadap deregulasi terkait pengaturan koperasi. Pemerintah membuat deregulasi bidang koperasi dengan strategi memudahkan koperasi sebagai suatu tonggak sejarah yang telah memberikan manfaat besar terhadap pertumbuhan ekonomi selam ini. Melalui produk legislasi Undang-Undang Cipta Kerja pemerintah membuat dan perubahan sejumlah aturan didalamnya yang memberikan akses dan kemudahan izin berusaha bagi koperasi. Dalam perkembangannya Koperasi masih mengalami beberapa masalah berkaitan dengan izin berusaha yaitu kriteria/jenis Koperasi dalam pembentukannya, basis data tunggal, kemitraan dan perizinan.

Sehingga dengan permasalahan tersebut pemerintah masih melihat banyak kesulita- kesulitan yang dialami oleh para pelaku usaha di bidang Koperasi yang dalam penyelenggarannya menjadi tidak efektif dan efisien.

Dalam Bab V Bagian Kedua Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja mengenai perubahan pengaturan Koperasi dijelaskan berbagai kemudahan izin berusah bagi Koperasi.

Dalam Pasal 89 Undang-Undang Cipta Kerja melalui undang-undang ini memberikan kemudahaan terkait jenis dan jumlah anggta untuk mendirikan koperasi.

Dijelaskan untuk mendirikan koperasi primer dapat dibentuk paling sedikit 9 (sembilan) orang dan koperasi sekunder dibentuk paling sedikit 3 (tiga) koperasi.

Tentu ketentuan ini akan memberikan akses kemudahan untuk membuat izin berusaha bagi koperasi yang sebelumnya mengatur bahwa untuk mendirikan koperasi primer dibentuk sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang dan koperasi sekunder

dibentuk dengan sekurang-kurangnya 3 (tiga) koperasi. Dengan demikian maka akan menstimulasi bertumbuh kegiatan usaha di bidang koperasi. Kemudian mengenai Rapat Anggota Koperasi, pada aturan sebelumnya Rapat Anggota Koperasi hanya dimungkinkan dengan rapat secara manual atau tatap muka. Namun melalui perubahan dalam undang-undang ini dalam Pasal 89 mengenai perubahan atas Pasal 22 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian dalam ayat (3) berbunyi “Rapat Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara daring dan/atau luring”. Dimungkinkannya Rapat Anggota dengan daring (online) juga akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas koperasi dalam melaksanakan pertanggungjawabannya terhadap seluruh anggota koperasi baik pada tingkat koperasi primer maupun sekunder.

Kemudahan izin berusaha terkait koperasi juga yaitu memperluas kegiatan dan jenis usaha koperasi yaitu dalam menjalankan usahanya koperasi dibentuk berdasarkan prinsip syariah. Aturan ini merupakan perubahan dengan penambahan pasal pada Undang-Undang Perkoperasian. Kegiatan usaha yang berdasarkan prinsip syariah memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas memberikan nasihat, saran, serta mengawasi kegiatan koperasi agart tetap sesuai dengan prinsip syariah. DPS juga mendapatkan pembinaan atau pengembangan kapasitas oleh pemerintah pusat dan Dewan Syariah Nasional MUI.

Koperasi juga sebagai badan usaha, dalam Undang-Undang Cipta Kerja mendapat beberapa kemudahan memperoleh dan memperluas bidang usahanya. Pasal 27 menjelaskan bahwa koperasi dapat diberikan izin usaha untuk pemanfaatan hutan

lindung dapat berupa pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, dan pemungutan hasil hutan bukan kayu dan Pasal 29 dijelsakan juga koperasi dapat diberikan izin dalam pemanfaatan hutan produksi selain kayu yang didalamnya dan kedua duanya dapat dilakukan dengan kegiatan perhutanan sosial.Kemudian dalam rangka pemberdayaan usaha koperasi pemerintah melalui undang-undang ini juga mensyaratkan bahwa setiap BUMN, BUMD, dan BUMS untuk memperoleh perizinan usaha pemanfaatan hutan diwajibkan bermitra atau menggandeng koperasi.

Terkait usaha ketenagalistrikan juga koperasi dapat berpartsipasi dengan syarat untuk kepentingan umum dan tetap mengutamakan produk dan potensi dalam negeri.

Terkait usaha ketenagalistrikan juga koperasi dapat berpartsipasi dengan syarat untuk kepentingan umum dan tetap mengutamakan produk dan potensi dalam negeri.

Dokumen terkait