• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum Oleh: SUEND.R. H.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum Oleh: SUEND.R. H."

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

2021

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEMUDAHAN IZIN BERUSAHA YANG DIBERIKAN BAGI KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMK-M) DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11

TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

SUEND .R. H. SARAGIH 140200070

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEMUDAHAN IZIN BERUSAHA YANG DIBERIKAN BAGI KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMK-M) DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11

TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

SUEND .R. H. SARAGIH 140200070

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Disetujui Oleh:

Ketua Departemen HTN

Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H, M.H NIP. 195603291986011001

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Sunarmi, S.H, M.Hum Dr. Marianne Ketaren, S.H., M.Kn NIP. 196302151989032002 NIP. 198402152014042002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis hadiahkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala Rahmat dan Nikmat yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis persembahkan Kepada Kedua Orang Tua Tercinta, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEMUDAHAN IZIN BERUSAHA YANG DIBERIKAN BAGI KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMK-M) DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA”sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.Dalam perencanaan sampai dengan penyelesaian skripsi ini, penulis telah mendapatkan banyak bantuan-bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih sebanyak-banyaknya kepada pihak- pihak antara lain sebagai berikut :

1. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Saidin, SH, M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH, M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH, M.Hum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(4)

5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

6. Ibu Dr. Agusmidah, SH., M.Hum selaku penasehat akademik saya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing saya sebagai mahasiswanya.

7. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak membantu penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, untuk segala dukungan, nasehat dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis, penulis sangat berterima kasih.

8. Ibu Dr. Marianne Ketaren, S.H., M.Kn selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak membantu penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, untuk segala dukungan, nasehat dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis, penulis sangat berterima kasih.

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ... iii

ABSTRAK ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan ... 7

D. Keaslian Penulisan ... 9

E. Tinjauan Pustaka ... 10

F. Metode Penelitian ... 18

G. Sistematika Penulisan... 22

BAB II PENGATURAN HUKUM KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) SEBELUM DAN PASCA LAHIRNYA UNDANG- UNDANG CIPTA KERJA A. Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang Cipta Kerja ... 24

B. Pengaturan Hukum Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Sebelum Lahirnya UU Cipta Kerja ... 31

C. Perubahan Pengaturan Hukum Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam UU Cipta Kerja ... 39 BAB III KEMUDAHAN IZIN BERUSAHA YANG DIBERIKAN

BAGI KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA

(6)

A. Tujuan dan Sasaran Pemerintah dalam Pembentukan Undang-Undang Cipta Kerja Dalam Sektor Koperasi

dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ... 48 B. Kemudahan Izin Berusaha Disektor Koperasi ... 52 C. Kemudahn Izin Berusaha Disektor Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) ... 55

BAB IV IMPLEMENTASI KEMUDAHAN IZIN BERUSAHA BAGI KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TENTANG CIPTA KERJA

A. Harmonisasi Kebijakan Antara Pemerintah Pusat

dan Daerah dalam Bidang Izin Usaha ... 59 B. Efisiensi Pengurusan Izin Berusaha ... 65 C. Kemudahan Akses Permodalan Usaha ... 68 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 76 B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(7)

ABSTRAK Suend R H Saragih*

Sunarmi**

Marianne Ketaren***

Pada tanggal 2 November 2020 Presiden Joko Widodo menandatangani Undang-Undang ini sebagai Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.Pembentukan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dilakukan dalam rangka mewujudkan reformasi hukum, yang saat ini dbutuhkan karena sudah terlalu banyak peraturan dengan peraturan lainnya saling bertabrakan. Reformasi hukum dalam hal ini adalah adanya harmonisasi peraturan perundang-undangan. Perlunya harmonisasi hukum, yaitu dapat menyesuaikan peraturan dengan peraturan lainnya yang sebelumnya saling bertabarkan khusunya dalam klaster kemudahan perizinan berusaha bagi Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMK-M).

Dalam perubahan terkait dengan Pengaturan mengenai Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja. Terdapat beberapa Kemudahan Izin berusaha diberikan kepada para pelaku Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Bagi Koperasi kemudahan izin berusaha diwujudkan dengan memberikan syarat kemudahan pendirian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Pendaftaran Perizinan yang terintegrasi dengan OSS dan beberapa kemudahan akses permodalan usaha.

Kemudian pasca dibentuknya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja untuk saat ini diimplementasikan masih dalam tataran peraturan pelaksanaan yang bersifat normatif. dalam Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha di Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Kemudahahan, Perlindungan, dan Pemmberdayaan Koperasi dan Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah.

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Dosen pembimbing I

*** Dosen pembimbing II

(8)

A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN

Negara Indonesia adalah negara yang mengakui supremasi hukum yang mengisyarakan adanya kebutuhan penegakan hukum yang adil, berintegritas, profesional, dan akntabel. Oleh sebab itu, sistem penegakan hukum yang dibangun haruslah juga bekerja dengan efektif untuk mengungkap dan menyelesaikan seluruh permasalahan hukum yang terjadi dimasyarakat. Menurut Lawrence Friedman hukum yang baik harus memuat unsur-unsur sistem hukum yang terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu struktur hukum, substansi hukum, dan budaya hukum. Oleh sebab itu, segala sesuatu yang akan dilaksanakan dalam sebuah sistem hukum nasional suatu negara harus disesuaikan dengan kondisi dan kepentingan atau tujuan negara yang bersangkutan.1

Dalam konteks Indonesia, hal ini dapat diimplementasikan dengan menyesuaikannya dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang terdapat dalam Pancasila (sebagai filosofische grondslag) dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (sebagai staats fundamental norm). Segala hal yang dilaksnakan di Indonesia wajib disesuaikan dengan nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 karena kedual hal ini merupakan dasar dalam melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, segala sesuatu yang dilaksanakan di Indonesia tentunya harus berdarkan hukum mengingat Negara Indonesia adalah

1 Yopi Gunawan dan Kristian, Perkembangan Konsep Negara Hukum dan Negara Hukum Pancasila, Bandung: PT. Refika Aditama, 2015, h. 1

(9)

Negara Hukum khusus dalam pelaksanan reformasi bidang peraturan perundang- undangan. Karena saat ini perbaikan legislasi di Indonesia merupakan sebuah keniscayaan dalam rangka perbaikan sitem hukum negara ini.

Diperlukannya akan reformasi hukum saat ini dikarenakan sudah terlalu banyak peraturan dengan peraturan lainnya saling bertabrakan. Sehingga yang dimaksud dengan reformasi hukum dalam hal ini adalah adanya harmonisasi peraturan perundang-undangan. Perlunya harmonisasi hukum, yaitu dapat menyesuaikan peraturan dengan peraturan lainnya yang sebelumnya saling bertabarkan. Pada acara konfrensi Nasional Hukum Tata Negara Ke- 6 dengan “ Memperkuat Kabinet Presidensial Efektif ” di Jakarta tanggal 2-4 Septemaber 2019, Menteri Sekretaris Negara, Pratikno menyampaikan „keluhan‟ Pemerintah terkait

„Obesitas Regulasi‟ yang menghambat investasi di Indonesia. Ada 15 Kementrian yang membuat aturan berpotensi menghambat investasi. Sampai Oktober 2018, ada 7.621 Peraturan Menteri, 765 Peraturan Presiden, 452 Peraturan Pemerintah dan 107 Undang-Undang. Implikasi „Obesitas Regulasi‟ menimbulkan persoalan baru berupa:2

a) Potensi tumpang tindih;

b) Beban harmonisasi dan sinkronisasi;

c) tidak ada lembaga yang melakukan monitoring dan evaluasi

2 Ahmad Redi dan Ibnu Chandra, Omnibus Law Diskursus Pengadopsiannya Ke Dalam Sistem Perundang-Udangan Nasional, Depok, Rajawali Pers, 2020, hlm. v

(10)

Berdasarkan pangkalan data peraturan.go.id per 20 Maret 2020 jumlah regulasi Undang-Undang berjumlah 1.687, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang berjumlah 180, Peraturan Pemerintah berjumlah 4.533, Peraturan Presiden berjumlah 2.006 , Peraturan BPK berjumlah 26 , Peraturan Bank Indonesia berjumlah 146, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan berjumlah 328, Peraturan Menteri berjumlah 3.722, Peraturan Daerah berjumlah 15.960 maka total keseluruhan adalah 43.235

Untuk mengatasinya tersebut dalam rangka mewujudkan harmonisasi hukum dalam upaya mengtasinya pemerintah adalah membentuk undang-undang dengan denganmengadopsi konsep omnibus law untuk memangkas birokrasi dan menggelar karpet merah bagi investor asing untuk masuk kedalam negeri.

Pembentukan undang-undang secara omnibus law pertama kali disampaikan oleh Presiden Joko Widodo dalam pidato pertama pasca pelantikannya pada periode kedua sebagai Presiden Republik Indonesia dalam Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada tanggal 20 Oktober 2019. Presiden Joko Widodo mengajak Dewan Perwakilan Rakya (DPR) untuk membahas Undang- Undang besar, diantaranya Undang-Undang Perpajakan, Cipta Lapangan Kerja, dan Undang-Undang tentang pemberdayaan Usaha Menegah Kecil dan Mikro (UMKM).

Sehingga pasca hal tersebut disampaikan oleh Presiden hingga awal dan sampai pembentukan undang-undang dengan omnibus law selesai menjadi perbincangan hangat. Presiden Joko Widodo memaknai dan menjelaskan bahwa omnibus law merupakan “ Satu undang-undang yang sekaligus merevisi beberapa undang-undang, bahkan puluhan undang-undang”.

(11)

Keseriusan Ptrsiden Joko Widodo dalam mengajak Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk membentuk suatu omnibus law tersebut kemudian diwujudkan melalui salah satu langkah nyata berupa dasampaikannnya Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Cipta Kerja kepada Ketua DPR pada tanggal 7 Februari 2020 dengan Surat Presiden No. R-06/Pres/02/2020. Pada Rapat Paripurna ke-8 Masa Persidangan II Tahun Sidang 2019 -2020 menetapkan Program Legislasi Nasional Rancangan Undang-Undang Prioritas Tahun 2020 (Prolegnas Prioritas Tahun 2020) dijadikan menjadi salah satu RUU Prioritas. RUU ini dipersiapkan oleh Pemerintah untuk dijadikan sebuah skema dalam upaya membangun perekonomian Indonesia agar mampu menarik investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Pemerintah memandang perlu adanya RUU Cipta Kerja ini karena tingginya angka pengangguran di Indonesia. Di dalam RUU Cipta Kerja memiliki 11 klaster.3

Menurut pemerintah ini merupakan salah satu strategi dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi dengan melakukan reformasi regulasi dibidang perizinan berusaha. Reformasi yang dilakukan ditujukan untuk menyelesaikan hambatan investasi, yakni panjangnya rantai birokrasi, peraturan yang tumpang tindih, dan banyak regulasi yang tidak harmonis terutama dalam regulasi pusat dan daerah. Oleh karena itu, diperlukan deregulasi terhadap ketentuan mengenai perizinan usaha, persyaratan investasi, ketenagakerjaan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah, termasuk Koperasi, pengadaan lahan, pengembangan n

3Wisnu Aryo Dewanto, Problematika Pembentukan RUU Cipta Kerja Dengan Konsep Omnibus Law Pada Klaster Ketenagakerjaan Pasal 89 Angka 45 Tentang Pemberian Pesangon Kepada Yang di PHK, Jurnal Panorama Hukum Volume 5 Nomor. 1 Tahun 2020, hlm. 64

(12)

kawasan ekonomi, pelaksanaan proyek pemerintah, serta ketentuan mengenai administrasi pemerintahan dan penegenaan sanksi pidana yang diatur diberbagai undang-undang.4

Kemudian pada tanggal 5 Oktober 2020 DPR mensahkan Rancangan Undang- Undang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang, pengesahan Undang-Undang ini banyak menimbulkan reaksi dimasyarakat. Namun pada tanggal 2 November 2020 Presiden Joko Widodo menandatangani Undang-Undang ini sebagai Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja dalam klaster UMK-M dan Koperasi sangat diberi perhatian oleh pemerintah karena selain melalui kemudahan berusaha, penataan regulasi yang berdimensi kemudahan izin berusaha ini juga dilakukan untuk memperkuat dan pemeberdayaan UMK-M dan Koperasi. Dimana diharapkan bagi pencari kerja yang belum terserap dalam dunia kerja atau perusahaan, pemerintah dapat mendukung terbukanya peluang untuk tumbuh dan berkembangnya kewirausahaan melalui upaya mengembangkan dann meningkatkan kualitas UMK-M dan termasuk Koperasi. Dengan mengembangkan kewirausahaan melalui UMK-M dan Koperasi , terdapat 2 (dua) keuntungan yang sekaligus akan didapat. Disatu sisi, UMK-M dan Koperasi dapat menjadi pilihan bagi masyarakat untuk berusaha sendiri dan mendapatkan penghasilan. Disisi lain UMK- M dan Koperasi juga mampu meciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat.

4 Dalam Naskah Akdemik Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja, hlm. 23

(13)

Dengan dua keuntungan tersebut, penegembangan UMK-M dan Koperasi memberikan dampak positif bagi persoalan sumber daya manusia Indonesia.

Upaya pencitaan lapangan kerja dengan mendorong pengembangan UMK-M dan Koperasi juga dilakukan oleh pemerintah menjadi salah satu pilar perekonomian penting Indonesia. Data Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan 62 (enam puluh dua) atau 99 (sembilan puluh sembilan) persen usaha yang ada di Indonesia adalah UMK-M dan Koperasi dengan serapan tenaga kerja sebesar 97 (sembilan puluh tujuh) persen.5 Hal ini menggambarkan bahwa lanskap skala usaha yang terdapat di Idonesia adalah mayoritas merupakan UMK-M dan Koperasi. Namun, dengan jumlah unit usaha yang begitu besar, UMK-M dan Koperasi dinilai belum mampu mendorong tingkat kesehjahteraan masyarakat, utamanya masyarakat menegah kebawah, ke arah yang lebih tinggi.

Sehingga dengan memperhatikan seluruh aspek-aspek tersebut maka pemerintah memberikan perhatian khusus bagi UMK-M dan Koperasi terkhusus dalam bidang pengaturan penyederhaan perizinan dan pengaturan berusaha yang berimplikasi terhadap penciptaan lapangan kerja yang seluas-luasnya. Perhatian khusus pemerintah terhadap UMK-M dan Koperasi dalam harapanya tidak semata- mata hanya untuk menstimulus ekonomi menuju target yang telah pemerintah rencanakan dalam jangka panjang. Namun, sudah menjadi barang tentu setiap aturan yang baru apalagi aturan tersebut sangat spesifik berbeda dengan aturan sebelumnya timbul konflik aturan. Untuk itu perlu adanya suatu kajian yang komprhensif tentang

5 Ibid, hlm, 210

(14)

aturan kemudahan izin berusaha yang telah dibuat oleh pembentuk undang-undang bersama pemerintah agar pada tataran pelaksanaanya sesuai dengan yang diharapkan oleh stake holder terkait dan bukan aturan semata yang telah berlaku tanpa adanya efisiensi dan efektif terkait meudahan izin berusaha yang telah diberikan oleh undang-undang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan tersebut maka penulis dalam penelitian ini mengemukakan permasalahan pokok yang akan dibahas adalah sebagai berikut::

1. Bagaimana Pengaturan Hukum Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Sebelum dan Pasca Lahirnya Undang-Undang Cipta Kerja ?

2. Bagaimana Kemudahan Izin Berusaha Yang Diberikan Bagi Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja?

3. Bagaimana Implementasi Kemudahan Izin Berusaha Bagi Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Setelah Keluarnya Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan

(15)

Adapun yang hendak dicapai oleh penulis melalui karya tulis skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengaturan Hukum Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Sebelum dan Pasca Lahirnya Undang-Undang Cipta Kerja;

b. Untuk Mengetahui Bagaimana Kemudahan Izin Berusaha Yang Diberikan Bagi Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja;

c. Untuk Mengetahui Bagaimana Implementasi Kemudahan Izin Berusaha Bagi Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Setelah Keluarnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja.

2. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini dan harapannya adalah sebagai berikut:

aa Secara Teoritis

Secara teoritis skripsi ini diharapkan dapat memberi sumbangan pengetahuan dan pemikiran dalam bidang ilmu hukum, khususnya hukum ekonomi dengan perkembangan dan paradigma hukum terbaru yang ada dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentag Cipta Kerja khusunya dalam bahasan kemudah izin berusaha yang diberikan

(16)

kepada pelaku usahan UMK-M dan Koperasi. Kemudian menjadi salah satu referensi mahasiswa dalam menyusun skripsi dalam bidang hukum ekonomi. Karena bahasan skripsi ini masih jarang dan mungkin untuk pertamakalinya dibahas dalam tugas akhir mahasiswa dilingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

ab Secara Praktis

Secara praktis manfaat penulisan skripsi ini bagi penulis sendiri untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan studi atau perkuliahan dan meraih gelar sarjana hukum program strata satu (S-1) di Departemen Hukum Ekonomi, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara. Kemudian untuk kalangan umum agar mengetahui bagaimana subtansi yang perlu dimengerti dan dipahami kemudahan izin berusaha bagi pelaku UMK-M dan Koperasi yang dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja.

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera. Sepanjang pengetahuan penulis dilingkungan Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, “Tinjauan Yuridis Terhadap Kemudahan Izin Berusaha Yang Diberikan Bagi Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja”

(17)

yang diangkat sebagai judul dalam skripsi ini belum pernah diangkat dan ditulis oleh mahasiswa lain di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan skripsi ini asli bukan plagiat ataupun diambil dari skripsi orang lain.

Penulisan skripsi ini merupakan penemuan kebenaran ilmiah, sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Skripsi ini disusun melalui berbagai referensi baik dari buku-buku, peraturan perundang-undangan, jurnal,media elektronik, dan bantuan serta masukan dari berbagai pihak baik dosen pembimbing maupun teman-teman dan pihak yang lain yang terkait dengan penelitian ini. Apabila dikemudian hari ada terdapat judul skripsi yang sama atau telah ditulis orang lain dalam tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini dibuat, maka akan dipertanggungjawabkan penulis sepenuhnya.

E. Tinjauan Pustaka

Indonesia telah melakukan reformasi berkesinambungan dari waktu ke waktu di tingkat pusat maupun daerah untuk mendorong perkembangan iklim usaha.

Kemudahan berusaha yang dimaksud sudah menuju tahap yang lebih baik bahwa Indonesia telah terekam menerapkan 17 Jenis reformasi kemudahan berusaha (EODB) selama periode 17 tahun terakhir dan sebagai implementasi rencana kemudahan dalam berbisnis yang dikoordinir oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bersama dengan Badan Penanaman Modal, Indonesia telah menyelenggarakan reformasi yang meningkatkan kemudahan berusaha di area memulai usaha (starting of doing business), Memperoleh Pinjaman (Getting Credit) dan pendaftaran Properti (Registering Property). Indonesia memperoleh ranking ke

(18)

73 dalam Ease Of Doing Business (EODB) 2019 dari 191 negara. Dengan ranking ini menunjukkan perubahan yang dilakukan Indonesia untuk memperbaiki iklim investasi negara.6

Pemerintah mengadopsi indeks kemudahan berusaha (Ease of Doing Business/EoDB) untuk mengetahui respon pelaku usaha terhadap antara lain perizinan, peraturan perundang-undangan, pelayanan pemerintah, akses terhadap keuangan, dan kepastian hukum. Masukan dari dunia usaha digunakan Pemerintah untuk melakukan pembenahan agar dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan pelaku usaha, sehingga ke depan akan memudahkan masyarakat dan pelaku usaha untuk melakukan usaha di Indonesia. Pemerintah juga didorong untuk merancang kebijakan yang lebih efisien.

Komitmen Pemerintah dalam melaksanakan kemudahan izin berusaha di atas dilaksanakan oleh Presiden dengan menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau dikenal dengan nama Online Single Submission (OSS). OSS merupakan perizinan berusaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/walikota kepada Pelaku Usaha melalui sistem elektronik yang terintegrasi. Melalui peraturan ini, pemerintah telah memangkas izin yang semula berjumlah 537 (lima ratus tiga puluh tujuh) izin menjadi 237 (dua ratus tiga puluh tujuh) izin dan 362 (tiga ratus enam puluh dua) non

6Citra Uliana Simanjuntak, Kemudahan Berusaha di Indonesia, Jakarta, Universitas Pertamina, 2019, hlm. 5

(19)

izin menjadi 215 (dua ratus lima belas) non izin. Perizinan berusaha penting dalam berinvestasi, utamanya sebagai bukti legalitas usaha yang dijalankannya.

Koperasi dan UMKM merupakan bagian dunia usaha yang melakukan kegiatan dan domisili usahanya di Indonesia. Koperasi dan UMKM memiliki peran dalam pembangunan ekonomi kalangan menengah ke bawah. Koperasi dan UMKM di Indonesia juga memiliki andil besar dalam penyerapan tenaga kerja dan pendapatan nasional.

Terdapat berbagai definisi yang berbeda mengenai Koperasi. Koperasi mengandung makna “kerja sama”. Koperasi (cooperative) bersumber dari kata co- operation yang artinya “ kerja sama”. Koperasi berkenaan dengan manusia sebagai individu dan dengan kehidupannya dalam masyarakat. Manusia tidak dapat melakukan kerja sama sebagai satu unit, dia memerlukan orang lain dalam suatu kerangka kerja sosial. Koperasi adalah suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian, beranggotakan mereka yang umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara sukarela dan atas dasar persamaan hak, berkewajiban melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan - kebutuhan para anggotanya. Definisi koperasi menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan. Arifinal Chaniago dalam Sitio dan Tamba mendefinisikan koperasi sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang - orang atau badan hukum, yang memberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk dan keluar,

(20)

dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya. Sehingga koperasi memungkinkan beberapa orang atau badan dengan jalan bekerja sama atas dasar sukarela menyelenggarakan suatu pekerjaan untuk memperbaiki kehidupan anggota - anggotanya.

Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa koperasi merupakan kumpulaan individu yang saling membutuhkan modal bertujuan untuk mensejahterahkan anggota dan melaksanakan usaha berdasarkan pada prinsip - prinsip koperasi berdasarkan atas azas kekeluargaan. Dalam koperasi terdapat unsur kesukarelaan dan dengan bekerja sama serta menanamkan rasa kepercayaan manusia akan lebih mudah mencapai apa yang diinginkan karena pendirian dari suatu koperasi mempunyai pertimbangan - pertimbangan ekonomis.

Hanel mengemukakan bahwa organisasi koperasi merupakan suatu sistem sosioekonomi. Maka agar dapat dipenuhi sebagai koperasi harus dipenuhi 4 kriteria berikut (definisi Nominalis):

a. Kelompok koperasi: adalah kelompok individu yang sekurang - kurangnyamempunyai kepentingan yang sama (tujuan yang sama);

b. Swadaya kelompok koperasi: kelompok individu yang mewujudkan tujuannya melalui suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama – sama;

c. Perusahaan koperasi: dalam melakukan kegiatan bersama, dibentuk suatu wadah yaitu perusahaan koperasi yang dimilikidan dikelola secara bersama untuk mencapai tujuan yang sama;

(21)

d. Promosi anggota: perusahaan koperasi yang terdapat dalam organisasi tersebut, mempunyai tugas sebagai penunjang untuk meningkatkan kegiatan ekonomi. adalah tujuan utama usaha bersama mereka.

Terdapat berbagai definisi yang diberikan mengenai Usaha Mikro Kecil, Mikro, dan Menengah (UMK-M) diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Usaha Kecil, termasuk Usaha Mikro adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- sementara itu, Usaha Menengah merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih antara Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan.

2. Badan Pusat Statistik Nasional BPS memberikan definisi UMKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d. 19 orang. Sedangkan usaha menengah merupakan entitas usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang.

3. Bank Indonesia (BI) UMKM adalah perusahaan atau industri dengan karakteristik berupa:

a. Modalnya kurang dari Rp 20 juta;

b. Untuk satu putaran dari usahanya hanya membutuhkan dana Rp 5 juta;

c. Memiliki aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan. 4. Omzet tahunan kurang lebih Rp 1 miliar.

(22)

4. Keppres No. 16/1994 UKM adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 400 juta

5. Departemen Perindustrian dan perdagangan UMKM harus memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Perusahaan memiliki aset maksimal Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan

b. Perusahaan memiliki modal kerja di bawah Rp 25 juta f. Departemen Keuangan UMKM adalah perusahaan yang memiliki omzet maksimal Rp. 600 juta per tahun dan atau aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan

6. Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah: Pengertian UMKM meliputi:

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang ini.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan

(23)

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana di atur dalam Undang- Undang ini.

Bagi UMKM dan termasuk Koperasi perizinan seperti Izin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK) dimaksudkan memberikan pelindungan, kepastian hukum, pendampingan, serta kemudahan akses pembiayaan melalui perbankan dan lembaga non-bank serta mendapatkan kemudahan dalam pemberdayaan dari pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau lembaga lainnya, sebagaimana disebut dalam Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2014 Tentang Perizinan untuk Usaha Mikro dan Kecil. Pada tataran praktik, masalah perizinan berusaha di Indonesia dinilai tidak terstandar, birokratis, dan belum terintegrasi. Sebagai gambaran, perizinan usaha mikro kecil (UMK) terdiri atas Surat Izin Tempat Usaha (SITU), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Izin Usaha Industri (IUI), dan Tanda Daftar Industri (TDI).

Sedangkan perizinan untuk Usaha Kecil Menengah (UKM), selain harus memiliki izin-izin seperti UMK juga harus memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak). Pemerintah berupaya menetapkan satu mekanisme perizinan untuk seluruh sektor melalui pendekatan perizinan berbasis risiko.7

Klasifikasi risiko tersebut terbagi dalam risiko rendah, sedang, dan tinggi.

Jenis perizinan berusaha ditentukan berdasarkan tingkat risiko tersebut. Untuk risiko

7 Sulasi Rongiyati, Pengaturan Kemudahan Berusaha Untuk UMK-M dalam RUU Cipta Kerja, Vol 12, No.13, 2020, hlm. 3

(24)

rendah cukup dengan melakukan registrasi. Usaha dengan risiko sedang dikenai kewajiban untuk memenuhi standar sesuai bidang usaha masing-masing. Sedangkan usaha dengan risiko tinggi wajib memiliki izin usaha antara lain kegiatan usaha yang berkaitan dengan K3L (Kesehatan, Keselamatan, Keamanan, dan Lingkungan) dan pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) tertentu. Terkait dengan kemudahan perizinan berusaha untuk UMK, pemerintah pusat berperan aktif melakukan pembinaan dan pendaftaran bagi UMK yang dilakukan dengan pemberian nomor induk berusaha (NIB) melalui sistem pelayanan perizinan terintegrasi secara elektronik atau Online Single Submission (OSS). NIB merupakan perizinan tunggal yang berlaku untuk semua kegiatan usaha yang meliputi perizinan berusaha, izin edar, standar nasional Indonesia, dan sertifikasi jaminan produk halal. Dengan demikian UMK cukup melakukan pendaftaran NIB dan akan langsung memperoleh izin-izin yang dibutuhkan untuk memulai usaha tanpa harus mengurus masing-masing izin secara terpisah. Merujuk PP No. 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik, pelaku usaha dapat melakukan pendaftaran dan mengurus penerbitan izin usaha dan penerbitan izin komersial dan/ atau operasional terintegrasi secara elektronik.8

F. Metode Penelitian

8 Ibid, hlm. 4

(25)

Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum merupakan suatu bentuk kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari suatu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Disamping itu, juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap suatu faktor hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.9 Metode yang diterapkan di dalam suatu penelitian adalah kunci utama untuk menilai baik buruknya suatu penelitian. Metode ilmiah itulah yang menetapkan alur kegiatan suatu penelitian, mulai dari pemburuan data sampai ke penyimpulan suatu kebenaran yang diperoleh dalam penelitian itu.10

Dalam rangka merumuskan penulisan skripsi ini, maka digunakan metode penulisan sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini dalah hukum normatif yaitu jenis penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisis norma- norma hukum yang berlaku. Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum normatif mencakup:11

a. Penelitian terhadap asas-asas hukum;

b. Penelitian terhadap sistematika hukum;

9Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1981,hlm. 43

10Tampil Anshari Siregar, Metodologi Penelitian Hukum, Medan, Pustaka Bangsa Press, 2005, hlm.10

11Soerjono Soekanto, Op.Cit. hlm.51

(26)

c. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum;

d. Penelitian sejarah hukum;

e. Penelitian perbandingan hukum.

Penelitian hukum normatif terutama dilakukan untuk penelitian norma hukum dalam pengertian ilmu hukum sebagai ilmu tentang kaedah atau apabila hukum dipandang sebagai suatu kaidah yang perumusannya secara otonom dikaitkan dengan masyarakat.12 Dalam hal ini penelitian dilakukan dengan cara menganalisa norma-norma hukum yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian ini dan tidak terlepas juga mengenai asas-asas hukum dan prinsip hukum.

2. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah terdiri dari sumber bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier yaiu sebagai berikut:

a. Bahan hukum primer

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian;

12Jhonny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2007, hlm.57

(27)

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah;

4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja 5. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang

Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik 6. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 Tentang

Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko

7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha di Daerah

8. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Kemudahahan, Perlindungan dan Pemmberdayaan Koperasi dan Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan maengenai bahan hukum primer seperti buku-buku, karya tulis para ahli hukum, skripsi, jurnal, makalah,dan media elektronik yang relevan dengan penelitian ini khusunya pembahasan mengenai hukum tata negara yang akan memberikan petunjuk kemana penelitian ini diarahkan.

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan yang digunakan guna menunjang dan memberikan petunjuk maupun penjelasan atas bahan

(28)

hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus, wikipedia, dan ensiklopedia.

3. Alat Pengumpul Data

Dalam melakukan penelitian bisa digunakan alat pengumpul data yaitu, studi pustaka (library research), pengamatan. Alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah melalui studi dokumen dengan penelusuran kepustakaan untuk megumpulkan data melalui bahan hukum primer, bahan hukum primer, dan sekunder.

4. Analisis Data

Dalam menganalisa permasalahan yang dibahas analisis yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan data-data dan bahan-bahan hukum yang relevan dengan objek penelitian, memilih kaidah-kaidah hukum ataupun doktrin-doktrin yang sesuai dengan objek penelitian yang kemudian mensistematiskannya dan menjelaskan korelasinya, dan yang terakhir dengan menarik kesimpulan secara deduktif yaitu mengkaji dari hal-hal yang umum terlebih dahulu menuju ke hal yang khusus yang akan bermuara pada pemecahan permasalahan. Metode deduktif dalam penelitian digunakan untuk menyimpulkan pengetahuan-pengetahuan konkrit kaidah yang benar dan tepat untuk diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan tertentu.13

13Soerjono Soekanto, Op.Cit.hlm.21

(29)

G. Sistematika Penulisan

Untuk dapat mempermudah pemahaman skripsi ini, maka pembahasan dalam skripsi ini akan diuraikan secara sistematis. Adapun penulisan skripsi ini dibagi ke dalam 5 bab yang berhubungan satu sama lainnya, adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi Latar Belakang diangkatnya sebagai menjadi sebuah skripsi, kemudian Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan Manfaat Penulisan,Keaslian Penulisan, Tinjauan Pustaka, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan.

BAB II PENGATURAN HUKUM KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) SEBELUM DAN PASCA LAHIRNYA UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA

Bab ini terdiri atas tiga sub bab yaitu, latar belakang lahirnya Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dengan Metode Omnibus Law dan Pengaturan UMK-M dan Perkoperasian Sebelum dan Pasca Lahirnya Undang-Undang Cipta Kerja

BAB III KEMUDAHAN IZIN BERUSAHA YANG DIBERIKAN BAGI KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA

Bab ini terdiri atas empat sub bab yaitu terdiri atas pokok bahasan menegenai Tujuan dan Sasaran Pemerintah dalam Pembentukan Undang-Undang Cipta Kerja dan Kemudahan Izin Berusaha Disektor UMK-M dan Koperasi kemudian Manfaa Hukum yang didapat atas Kemudah Izin Berusaha Tersebut.

(30)

BAB IV IMPLEMENTASI KEMUDAHAN IZIN BERUSAHA BAGI KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TENTANG CIPTA KERJA

Bab ini terdiri atas tiga sub bab bahasan Mengenai Harmonisasi Antar Pengaturan dalam Upaya Mencapai Kemudahan Izin Berusaha Serta Efisiensi Pengurusan Izin Berusaha dan Kemudah Akses Permodalan Usaha.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab akhir dari skripsi ini yg terdiri atas kesimpulan akan pembahasan skripsi dan saran atas fenomena maupun perbaikan- perbaikan hukum yang ditawarkan melalui pembahasan skripsi ini.

(31)

BAB II

PENGATURAN HUKUM KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) SEBELUM DAN PASCA LAHIRNYA UNDANG-

UNDANG CIPTA KERJA A. Lahirnya Undang-Undang Cipta Kerja

Berdasarkan Visi Indonesia 2045, Indonesia berkehendak untuk menjadi 5 (lima) besar kekuatan ekonomi dunia dengan menjadi negara berpendapatan tinggi pada tahun 2040. Oleh karena itu, dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Tahun 2020-2024, Pemerintah telah menargetkan pertumbuhan ekonomi yang tumbuh ratarata 6 (enam) persen dalam 5 (lima) tahun dan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita sebesar 4 (empat) +/- 1 (satu) persen. Dalam jangka panjang, transformasi ekonomi yang dilakukan pada tahun 2020-2024 akan membuat Indonesia keluar dari Middle Income Trap (MIT) di tahun 2036. Dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7 (lima koma tujuh) persen dan pertumbuhan PDB riil per Kapita sebesar 5 (lima) persen, pada tahun 2045 Indonesia diprediksi menjadi negara maju dengan ekonomi berelanjutan, tingkat kemiskinan mendekati 0 (nol) persen, dan memiliki tenaga kerja yang berkualitas.14

Namun dalam mencapai hal tersebut, Indonesia harus menghadapi tantangan besar yang bersifat internal dan internal. Tantangan eksternal dipicu dari kondisi perekonomian global yang tengah kini mengalami pelemahan dan ketidakpastian.

14 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja, hlm. 1

(32)

Dinamika geopolitik di berbagai belahan dunia, serta hadirnya berbagai teknologi baru pada era Revolusi Industri Keempat yang merubah lanskap ekonomi global merupakan sumber ketidakpastian yang membatasi pergerakan perekonomian global.

Pertumbuhan ekonomi global yang melambat telah memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Dalam rangka menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, Pemerintah terus berupaya untuk mempertahankan daya beli masyarakat, mendorong peningkatan konsumsi pemerintah, serta meningkatkan kinerja investasi. Pertumbuhan ekonomi yang saat ini tengah mengalami perlambatan dan hanya mencapai angka di kisaran 5 (lima) persen dinilai belum cukup dalam menghindari ancaman MIT. Indonesia sendiri masih menjadi negara Upper Middle Income pada tahun 2019 dengan Gross National Income (GNI) per kapita USD 6.010

Beberapa persoalan untuk menjadikan perekonomian Indonesia maju dan berdaya saing, antara lain persoalan daya saing yang relatif rendah, perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi yang kurang merata. Ketiga persoalan di atas antara lain disebabkan oleh iklim berusaha di Indonesia yang tidak kondusif dan investasi di Indonesia yang rendah dan tidak merata.

Berdasarkan sejumlah kajian dan pemeringkatan dunia seperti S&P Global Ratings, Fitch Ratings, dan Moody’s yang membandingkan kemudahan berusaha dan daya saing Indonesia dengan negara lain di dunia, menunjukkan bahwa Indonesia masih relatif tertinggal dibandingkan dengan beberapa negara tetangga, khususnya Singapura, Malaysia, dan Thailand. Pemerintah mengadopsi indeks kemudahan berusaha (Ease of Doing Business/EoDB) untuk mengetahui respon pelaku usaha

(33)

terhadap antara lain perizinan, peraturan perundang-undangan, pelayanan pemerintah, akses terhadap keuangan, dan kepastian hukum. Masukan dari dunia usaha digunakan Pemerintah untuk melakukan pembenahan agar dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan pelaku usaha, sehingga ke depan akan memudahkan masyarakat dan pelaku usaha untuk melakukan usaha di Indonesia. Pemerintah juga didorong untuk merancang kebijakan yang lebih efisien, mudah diakses oleh semua pihak, dan dapat dilaksanakan dengan mudah.15

Peringkat kemudahan berusaha di Indonesia memang mengalami perbaikan namun, masih jauh tertinggal dibandingkan negara lain (peer group) seperti Malaysia dan Thailand. Berdasarkan peringkat kemudahan berusaha (EoDB) pada Tahun 2020, Indonesia berada pada peringkat 73 (tujuh puluh tiga), jauh di bawah Malaysia yang memiliki peringkat 12 (dua belas) dan Thailand di peringkat 21 (dua puluh satu). Dari sisi daya saing berdasarkan Global Competitiveness Index (GCI) pada tahun 2019 Indonesia berada pada peringkat 50 (lima puluh) sementara Malaysia di peringkat 27 (dua puluh tujuh) dan Thailand di peringkat 40 (empat puluh). Bahkan dari sisi digitalisasi, Daya Saing Bisnis Digital Indonesia pada tahun 2019 berada pada peringkat 56 (lima puluh enam) sementara Malaysia di peringkat 26 (dua puluh enam). Meskipun potensi yang dimiliki Indonesia cukup banyak namun, kenyataannya tingkat investasi di Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia, Singapura, Vietnam, dan

15Doing Business Di Indonesia, Kemudahan Berusaha di Indonesia, http://www.

eodb.ekon.go.id, diakses tanggal 15 Februari 2021, Pukul 17.52 WIB

(34)

Thailand. Sehingga investor asing lebih memilih untuk berinvestasi di negara tersebut dibandingkan di Indonesia.

Jika diuraikan secara detail, permasalahan yang masih menjadi penyebab rendahnya peringkat kemudahan berusaha disebabkan oleh beberapa indikator seperti rumitnya perizinan dalam memulai berusaha, pengadaan lahan yang rigid, sulitnya mendapatkan akses pembiayaan, dan rumitnya penyelesaian kepailitan. Di sisi lain, efisiensi birokrasi di Indonesia juga masih perlu ditingkatkan. Gambaran mengenai inefisiensi birokrasi muncul di laporan GCI pada Pilar Institution. Indikator Burden of Government Regulation pada sub pilar Public Sector Performance. Sub pilar ini mengalami penurunan, baik dari segi peringkat maupun skor. Indikator ini menunjukkan bahwa regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah ternyata justru menjadi beban. Padahal efisiensi birokrasi adalah modal utama untuk meningkatkan kepercayaan asing berinvestasi di Indonesia.

Selanjutnya rumitnya berinvestasi dan rendahnya daya saing Indonesia tentu menggarisbawahi perlunya langkah perbaikan di berbagai sektor untuk mendukung terwujudnya kemudahan berusaha di Indonesia. Perbaikan kebijakan untuk penyederhanaan prosedur termasuk penyederhanaan persyaratan perizinan, percepatan waktu, dan penurunan biaya untuk mendirikan, mengoperasikan, dan mengembangkan usaha telah dilakukan pemerintah sejak tahun 2015 melalui kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). PTSP merupakan kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan non perizinan yang berdasarkan pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan

(35)

perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam 1 (satu) tempat. Sistem ini dapat memangkas waktu pengurusan beberapa perizinan, sehingga lebih efisien dan efektif.16

Kerja keras Pemerintah untuk mendorong kemudahan berusaha tidak hanya berhenti pada pembentukan PTSP saja. Pembenahan terus dilakukan untuk meningkatkan iklim investasi di Indonesia, serta membuka ruang bagi setiap orang yang ingin berusaha untuk dapat bersaing secara sehat. Reformasi regulasi ditempatkan sebagai strategi penting dalam meningkatkan daya saing. Pemerintah gencar melakukan pemangkasan regulasi yang dianggap menghambat investasi melalui Paket Kebijakan Ekonomi.

Salah satu strategi pemerintah dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi adalah melakukan reformasi regulasi di bidang perizinan berusaha. Reformasi yang perlu dilakukan ditujukan untuk menyelesaikan hambatan investasi, yakni panjangnya rantai birokrasi, peraturan yang tumpang tindih, dan banyaknya regulasi yang tidak harmonis terutama dalam regulasi pusat dan daerah (hyper-regulation). Oleh karena itu, diperlukan deregulasi terhadap ketentuan mengenai perizinan berusaha, persyaratan investasi, ketenagakerjaan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMK-M) termasuk koperasi, pengadaan lahan, pengembangan kawasan ekonomi, pelaksanaan proyek pemerintah, serta ketentuan

16 PTSP dan Paket Kebijakan Ekonomi Untuk Menjaring Investasi, diakses melalui https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/ptsp-dan-paket-kebijakan-ekonomi-untukmenjaring- investasi/ diakses tanggal 15 Februari 2021, Pukul 18.06 WIB

(36)

mengenai administrasi pemerintahan dan pengenaan sanksi pidana yang diatur dalam berbagai Undang-Undang.

Pada acara konfrensi Nasional Hukum Tata Negara Ke- 6 dengan “ Memperkuat Kabinet Presidensial Efektif ” di Jakarta tanggal 2-4 Septemaber 2019, Menteri Sekretaris Negara, Pratikno menyampaikan „keluhan‟ Pemerintah terkait

„Obesitas Regulasi‟ yang menghambat investasi di Indonesia. Ada 15 Kementrian yang membuat aturan berpotensi menghambat investasi. Sampai Oktober 2018, ada 7.621 Peraturan Menteri, 765 Peraturan Presiden, 452 Peraturan Pemerintah dan 107 Undang-Undang. Implikasi „Obesitas Regulasi‟ menimbulkan persoalan baru berupa:17

a) Potensi tumpang tindih;

b) Beban harmonisasi dan sinkronisasi;

c) tidak ada lembaga yang melakukan monitoring dan evaluasi

Berdasarkan pangkalan data peraturan.go.id per 20 Maret 2020 jumlah regulasi Undang-Undang berjumlah 1.687, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang berjumlah 180, Peraturan Pemerintah berjumlah 4.533, Peraturan Presiden berjumlah 2.006 , Peraturan BPK berjumlah 26 , Peraturan Bank Indonesia berjumlah 146, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan berjumlah 328, Peraturan Menteri berjumlah 3.722, Peraturan Daerah berjumlah 15.960 maka total keseluruhan adalah 43.235.

Setidaknya terdapat 3.143 peraturan daerah baik perda provinsi dan kabupaten/kota yang telah dibatalkan Presiden melalui Kementrian Dalam Negeri pada tahun 2016.

17 Ahmad Redi dan Ibnu Chandra, Loc.Cit

(37)

Menteri Tjahto Kumolo menyatakan bahwa perda tersebut dibatalkan karena menghambat laju investasi di daerah. Untuk mengatasinya tersebut dalam rangka mewujudkan harmonisasi hukum dalam upaya mengtasinya pemerintah adalah membentuk undang-undang dengan denganmengadopsi konsep omnibus law untuk memangkas birokrasi.

Dalam melakukan penataan regulasi, teknik legislasi baru yakni teknik Omnibus Law pun diterapkan. Dengan menggunakan teknik Omnibus Law, persoalan dalam berbagai Undang-Undang tersebut dapat diselesaikan tanpa harus merevisi berbagai Undang-Undang yang substansinya terkait dengan perizinan, melainkan cukup dengan membuat 1 (satu) Undang-Undang baru yang mengamandemen pasal dalam beberapa Undang-Undang. Kajian dan penelitian yang dilakukan melalui penyusunan memastikan bahwa penggunaan teknik legislasi omnibus law dalam pembentukan UU tentang Cipta Kerja mampu menata dan mengharmoniskan dan menciptakan simplifikasi peraturan perundangundangan yang terkait dengan Penciptaan Lapangan Kerja, mampu menghasilkan, melahirkan pelayanan perizinan berusaha yang mudah, cepat dan terintegrasi, serta memperkuat UMK-M termasuk koperasi. Cipta kerja selain melalui kemudahan berusaha juga dilakukan melalui pemberdayaan UMK-M termasuk koperasi. Bagi pencari kerja yang belum terserap dalam dunia kerja atau perusahaan, Pemerintah dapat mendukung terbukanya peluang untuk tumbuh dan berkembangnya kewirausahaan melalui upaya mengembangkan dan meningkatkan kualitas UMK-M termasuk koperasi. Penataan regulasi berdimensi

(38)

perizinan akan menciptakan kemudahan berusaha dan meningkatkan investasi yang berkualitas di Indonesia.

B. Pengaturan Hukum Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Sebelum Lahirnya UU Cipta Kerja

a. Pengaturan Hukum Koperasi Sebelum Lahirnya Undang-Undang Cipta Kerja.

Koperasi mendapatkan tempat yang istimewa sejak berdirinya negara Indonesia. Hal demikian ditunjukkan dalam konstitusi Indonesia terutama Pasal 33 ayat (1) yang menyatakan: “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.” Dalam Penjelasan Pasal 33 yang merupakan bagian tidak terpisahkan keberlakuannya dari Pasal tersebut menyebutkan “Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi.”

Koperasi merupakan bagian dari tata susunan ekonomi, hal ini berarti bahwa dalam kegiatannya koperasi turut mengambil bagian bagi tercapainya kehidupan ekonomi yang sejahtera, baik bagi orang-orang yang menjadi anggota perkumpulan itu sendiri maupun untuk masyarakat di sekitarnya.18 Koperasi sebagai perkumpulan untuk kesejahteraan bersama, melakukan usaha dan kegiatan di bidang pemenuhan kebutuhan bersama dari para anggotannya. Koperasi mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyusun usaha bersama dari orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi terbatas. Dalam rangka usaha untuk memajukan kedudukan

18 Pujiyono, Hukum Koperasi dalam Potret Sejarah di Indonesia, Surakarta, CV. Indotama Solo, 2015. hlm. 15

(39)

rakyat yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas tersebut, maka Pemerintah Indonesia memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan perkumpulan- perkumpulan Koperasi.

Koperasi didesain harus dalam kerangka meningkatkan kesejahteraan anggota. Kepentingan mensejahterakan anggota adalah kepentingan ekonomi.

Sebagai salah satu pelaku ekonomi, koperasi merupakan organisasi ekonomi yang berusaha menggerakkan potensi sumber daya ekonomi demi memajukan kesejahteraan anggota. Diutamakan sumber daya berasal dari potensi anggota itu sendiri. Namun harus disadari bahwa ketersediaan sumber daya ekonomi adalah terbatas dan dalam mengembangkan koperasi harus mengutamakan kepentingan anggota, maka koperasi harus mampu bekerja seefektif dan seefisien mungkin berdasarkan prinsip-prinsip koperasi.19 Di dalam Penjelasan pasal tersebut, dinyatakan bahwa bangunan usaha yang sesuai dengan kepribadian bangsa indonesia adalah koperasi. Koperasi adalah sebuah gerakan terorganisasir yang didorong oleh citacita rakyat mencapai masyarakat yang maju, adil dan makmur seperti yang diamanatkan di dalam pembukaan UUD 1945.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka salah satu usaha pemerintah adalah membuat berbagai regulasi tentang koperasi dan mendorong perkembangan koperasi.

Pada perkembangan rezim orde baru, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Koperasi pada tahun 1992 diganti menjadi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Secara gagasan hukum, UndangUndang ini

19 Ibid, hlm. 5

(40)

melanjutkan Undang-Undang yang telah dibentuk sebelumnya. Kemudian ebih dari satu dasawarsa pasca reformasi, pengaturan koperasi diganti dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian yang menggantikan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992. Sayangnya Undang-Undang ini jauh panggang dari api untuk memajukan koperasi. Yang ada malah melemahkan koperasi dan bertentangan dengan UndangUndang Dasar. Undang-Undang ini baru dua tahun berjalan kemudian dibatalkan secara keseluruhan oleh Mahkamah Konstitusi. Undang-Undang Koperasi dianggap sudah kehilangan ruhnya sebab tidak lagi mendasari pada prinsip-prinsip koperasi. Koperasi didesain seperti halnya perusahaan kapitalisme yang semata-mata mencari keuntungan, bukan bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya. Bahkan koperasi dalam definisinya menjadi lahan utuk mencari keuntungan oleh oranag peroranagan. Dalam pengujian ini Mahkamah mengabulkan permohonan pemohon dan membatalkan keseluruhan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 dengan beberapa pertimbangan yang kemudian bermuara kepada pengaturan koperasi kembali ke Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992.

Dalam Undang-Undang Perkoperasian definisi Koperasi mengalami perubahan paradigm yang mendasar. Koperasi diberi pengertian sebagai Koperasi adalah badan usahayang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. dalam definisi tersebut koperasi sudah menonjolkan bentuknya sebagai badan usaha, artinya koperasi sudah dilepaskan untuk melakukan usaha ekonomi. Koperasi sudah diperkenankan untuk

(41)

mencari keuntungan usaha. Hal ini berbeda dengan pengertian sebelum-sebelumnya yang mendefinisikan koperasi sebagai perkumpulan atau sebagai organisasi ekonomi.

Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Pengaturan yang lebih mengekang dan membatasi ruang gerak koperasi adalah pengaturan tentang Lembaga Gerakan Koperasi. Dalam Pasal 57 tentang lembaga ini diatur Koperasi secara bersama-sama mendirikan satu organisasi tunggal yang berfungsi sebagai wadah untuk memperjuangkan kepentingan dan bertindak sebagai pembawa aspirasi Koperasi.20 Dalam Pengaturan ini mengatur bahwa semua koperasi nanti akan bergabung dalam satu wadah organisasi tunggal. Seandainya ada koperasi yang tidak sepakat dengan kebijakan organisasi maka koperasi tidak bisa berbuat apa- apa karena organisasi tersebut merupakan satu-satunya wadah koperasi yang sah.

Sebagai wadah tunggal, organisasi tersebut rentan dipolitisasi dari internal kepengurusannya sendiri. Organisasi ini memiliki tugas:21 (1) Memperjuangkan dan menyalurkan aspirasi Koperasi; (2) Meningkatkan kesadaran ber koperasi di kalangan masya rakat; (3) Melakukan pendidikan perko perasian bagi anggota dan masyarakat;

(4) Mengembangkan kerja sama antar Koperasi dan anggota Koperasi dengan Badan usaha lain, baik pada tingkat nasional maupun internasional. Tugas poin (1) di atas menderogasi keberadaan koperasi sebagai organisasi otonom. Setelah didirikannya organisasi tersebut, suara masing-masing koperasi untuk menyalurkan aspirasi diambil oleh organisasi tersebut. Koperasi tidak berhak lagi memperjuangkan dan

20 Pasal 57 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian

21 Pasal 58 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian

(42)

menyalurkan aspirasinya sendiri. Dalam masa orde baru ini, koperasi menjadi kepanjangan tangan pemerintah. Keberadaannya direkayasa sedemikian rupa sehingga meninggalkan prinsip-prinsip dasar koperasi.22

b. Pengaturan Hukum Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Sebelum Lahirnya UU Cipta Kerja

Dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dalam meningkatkan perekonomian nasional, Usaha Kecil dan Menengah merupakan sektor yang yang mampu menyerap lapangan kerja, memberikan penambahan pendapatan secara ekonomi kepada masyarakat.23 Dalam industri yang dilakukan diberbagai sektor UKM, masuknya produk impor ke dalam negeri yang lebih bagus kulitasnya dan berdaya saing tinggi, telah menerobos ke pasar Indonesia. Bahkan, industri garmen Indonesia yang sebelumnya kokoh di pasar internasional mulai kalah bersaing dan tak berdaya menghadapinya. Hal tersebut tentu saja membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah agar upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia dapat tercapai bagi para pelaku usaha di sektor UMK-M

Kesejahteraan tercapai apabila pemerintah memberikan perlindungan hukum pada usaha kecil dan menengah (UKM). Perlindungan terhadap pelaku usaha dan produk dalam negeri skala ini akan memberi keuntungan ekonomi, khususnya industri ekspor Indonesia.24 Sebab bagaimanapun kehidupan dan perkembangan dunia perdagangan membutuhkan perhatian yang khusus,terlebih kepada UKM.

22 Mochamad Adib Zain, Politik Hukum Koperasi di Indonesia (Tinjauan Yuridis Historis Pengaturan Koperasi di Indonesia), Jurnal Penelitian Hukum Volume 2, Nomor 3, 2015, hlm.173

23 Wiwik Sri Widiarty, Perlindungan Hukum Usaha Kecil, dan Menengah Dalam Perdangangan Garmen, Jakarta, Universitas Kristen Indonesia Press, 2019, hlm. V

24 Ibid, hlm. 3

(43)

Perlindungan hukum dari pemerintah bagi UKM dirasakan sangat penting terutama dalam menjalankan usaha dan perdagangannya. Indonesia sebagai negara berpenduduk besar berpotensi ikut meramaikan perdagangan pasar dunia, khususnya di bidang ekspor dan impor produk yang mengandung nilai ekonomi demi kesejahteraan rakyat. Untuk memperkuat UKM, pemerintah telah merencanakan program yang dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, yaitu “Melakukan restrukturisasi kredit, memperkuat struktur permodalan, menyalurkan peminjaman kredit yang berjangka waktu relatif pendek, sehingga kondisi yang stabil memberikan kesempatan kepada dunia usaha.25 Untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi pelaku usaha guna mengembangkan usahanya, khususnya pada UKM dalam perdagangan garmen sebagai sektor unggulan, bagi pertumbuhan perekonomian nasional maka pemerintah mengeluarkan peraturan (regulasi) untuk membangun dan memberdayakan Usaha Kecil dan Menengah agar lebih mandiri dan kuat yaitu lahirnya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional yang berdasarkan ekonomi yang berkeadilan.26

Dalam upaya melindungi UKM pemerintah telah menyusun serangkaian peraturan perundang-undangan yang memberikan penjaminan kredit bagi UKM.

25 Undang – Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPN) Tahun 2005 – 2025, pada Bab II Kondisi Umum, Ekonomi dan IPTEK, Jakarta; CV Novindo nasional Pustaka Mandiri, 2007, hlm. 28

26 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(44)

Tujuannya, memacu pertumbuhan sektor riil yang berdampak terbukanya penyediaan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, dan kemiskinan. Nasroen Yasabari, Direktur Penjaminan Kredit Perum Sarana Pembangunan Usaha, menyatakan bahwa para pengambil keputusan di Indonesia dapat mengadopsi praktek penjamin kredit di negara lain guna memacu program pengentasan kemiskinan dan pengangguran.

Penjaminan kredit ini juga diatur didalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah sehingga pinjaman untuk permodalan bagi UKM dapat mendorong penyerapan tenaga kerja, sekaligus pelaku usaha dipacu untuk berkreativitas mencari peluang pasar. Pemerintah pun bertugas mengakselarasikan peningkatan daya saing sektor usaha untuk memperbaiki akses bahan baku dan akses modal.27

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Merupakan bentuk sikap politik pemerintah dalam melakukan penguatan ketahanan ekonomi nasional khususnya dibidang UMK-M. Salah satu pertimabngan diterbitkannya Undang-Undang UMK-M tersebut sebagaimana termaktub dalam konsideransnya yaitu bahwa pemberdayaan UMK-M perlu diselengarakan secara menyeluruh, optimal, dan berkesinambungan melalui pengemabangan iklim yang kondusif, pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan, dan pengembangan usaha seluas-luasnya sehingga mampu meningkatkan kedudukan, potensi dan peran UMK-M dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan

27 Lihat UU Nomor. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang berbunyi penjaminan adalah pemberian jaminan pinjaman UMKM oleh lembaga kredit sebagai dukungan untuk memperbesar kesempatan memperoleh pinjaman dalam rangka memperkuat permodalannya.

(45)

dan peningkatan pendapatan rakyat, penciptaaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan. Undang-Undang UMK-M juga telah mengantisipasi terhadap berbagai bahaya dari liberalisasi ekonomi, melalui mekanisme pasar bebas dengan kekuatan modalnya, yang selalu mengancam ekonomi nasional dan khususnya UMK-M. Peran pemerintah dapat dilihat didalam Pasal 7 sampai dengan Pasal 15 Bab V mengenai Penumbuhan Iklim Usaha.

Undang-Undang UMK-M disebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah akan memberikan dukungan dalam persoalan:

a. Pendanaan;

b. sarana dan prasarana;

c. informasi usaha;

d. kemitraan;

e. perizinan usaha;

f. kesempatan berusaha;

g. promosi dagang; dan h. dukungan kelembagaan

Pengembangan dan pemeberdayaan UMK-M tidak dapat diserahkan sepenuhnya kepada pihak pemerintah karena pemerintah sendiri mempunyai keterbatasan, seperti anggaran keuangan, jumlah dan kompetensi aparat, batas kewengan, periodeisasi tugas, dan sebagainya sehingga diperlukan pelibatan dari

(46)

pihak swasta. Peran sawasta dalam pemberdayaan UMK-M adalah memberikan kontribusi dan foemulasi, implementasi, monitoring dan evaluasi.28

Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (8) Undang-Undang UMK-M pengertian pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap UMK-M, sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Pemberdayaan UMK-M dilaksanakan dengan berpegangan pada beberapa prinsip, yaitu:29

a. penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri;

b. perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan;

c. pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

d. peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; dan

e. penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu.

C. Perubahan Pengaturan Hukum Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam UU Cipta Kerja

1. Perubahan Pengaturan Hukum Koperasi dalam UU Cipta Kerja

Pembangunan Koperasi di Indonesia dari masa ke masa penuh dengan dinamika yang tampak pada arah kebijakan pemerintah dalam pembangunan Koperasi yang terus mengalami perubahan. Tercatat, sejak awal kemerdekaan sampai

28 Icha Cahyaning dan Firman Floranta Adonara, Omnibus Law: Cipta Kerja Vs Usaha Mikro Kecil Menengah (Dalam Omnibus Law Diskursus Pengadopsiannya Ke Dalam Sistem Peraturan Perundang-Undangan Nasional), Depok, Rajawali Pers, 2020, hlm. 259

29 Lihat Pasal 4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa jaminan sosial tenaga kerja sebagai bentuk perlindungan terhadap pekerja yang diberikan CV Melyka sendiri meliputi beberapa hal, yaitu

907/MENKES/SK/VII/2002.(2).Perusahaan Daerah Air Minum dalam melaksanakan kegiatan jasanya sebagai subjek hukum diwakili oleh organ-organnya, kemudian segala sesuatu hal

Oleh karena itu unsur kehendak dan pernyataan merupakanunsur-unsur pokok disamping unsurlain yang menentukan lahirnya perjanjian.Berlakunya asas konsensualisme menurut

Apabila pihak perusahaan tidak melaksanakan tanggung jawabnya dalam menjaga dan melindungi lingkungan hidup masyarakat, maka masyarakat sosor ladang melalui organisasi

Jika mengacu pada Pasal 1320 KUH Perdata tentang syarat-syarat perjanjian yang salah satunya adalah kesepakatan para pihak, kesepakatan disini maksudnya kesepakatan

Berdasarkan uraian diatas maka terbukti sebagai fakta didepan persidangan, sehingga tepatlah Amar putusan majelis hakim yang menyatakan bahwa Fahmi Adriyanto alias

Ganti rugi yang harus dibayarkan oleh pihak operator penerbangan tidak hanya mengenai barang muatan atau bagasi saja,melainkan juga mengenai hak penumpang.Apabila

Teknik pengumpulan data yang digunakan studi kepustakaan (library research dan Penelitian lapangan (field research), dengan metode kualitatif. Akibat hukum terhadap