• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum. Oleh : FAISAL ISWANDI S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum. Oleh : FAISAL ISWANDI S"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJASAMA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA SIBOLGA DENGAN PT. ANDIKA PUTRA PERDANA

UNTUK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DI KOTA SIBOLGA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat – syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Hukum

Oleh :

FAISAL ISWANDI S 110200472

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 7

(2)

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJASAMA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA SIBOLGA DENGAN PT. ANDIKA PUTRA PERDANA

UNTUK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DI KOTA SIBOLGA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat – syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Hukum

Oleh :

FAISAL ISWANDI S 110200472

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

Disetujui oleh:

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum NIP. 196602021961032002

Pembimbing I

Dr. Edy Ikhsan, S.H., M.Hum NIP. 196302161988031002

Pembimbing II

Maria Kaban, S.H., M.Hum

NIP. 196012251987032001

(3)

ABSTRAK Faisal Iswandi S*)

Edy Ikhsan**) Maria Kaban***)

Perjanjian kerjasama yang dibuat antara Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga dengan PT. Andika Putra Perdana dalam peningkatan Jl. Ahmad Yani dari Hotmix menjadi Perkerasan Beton Semen Kecamatan Sibolga Kota bersifat mengikat, bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Permasalahan dalam penelitian dasar hukum pelaksanaan perjanjian kerjasama. Hak dan kewajiban para pihak terkait dalam perjanjian kerjasama dan hambatan dan kendala dalam pelaksanaan perjanjian.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Data yang digunakan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan (library reaseacrh) dan studi lapangan (fie . Analsis data secara kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk uraian secara sistematis pula.

Dasar hukum pelaksanaan perjanjian kerjasama, yang menjadi dasar adanya perjanjian kerja sama antara Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga dengan PT. Andika Putra Perdana adalah didasari dengan adanya kepentingan dimana kepentingan tersebut tidak dapat diselesaikan sendiri dan membutuhkan bantuan dari pihak lain, maka atas dasar kepentingan tersebut, terbentuklah hubungan kerja sama proses pelaksanaan pekerjaan, meliputi galian biasa, timbunan biasa dari sumber galian, lapis pondasi agregat kelas A, perkerasan beton semen, lapis rasap pengikat aspal cair, lapis perekat aspal cair, laston lapis aus (AC-WS), Laston lapis antara (AC-BC), Beton mutu rendah fc15 MPa, Beton mutu rendah fc10 MPa, Baja tulangan BJ 24 polos dan anyaman kawat yang dilas (welded wire mesh) Hak dan kewajiban penyedia, antara lain :Menerima pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan harga yang telah ditentukan dalam kontrak.

Berhak meminta fasilitas-fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana dari PPK untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan ketentuan kontrak. Hak dan kewajiban PPK, antara lain Mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh penyedia. Meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh penyedia jasa. Hambatan dan kendala dalam pelaksanaan perjanjian, yaitu pihak pemerintah selaku pelaksana dari pengadaan barang dan jasa selalu membuat jadwal sesuai dengan pola Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), hal ini disebabkan karena pengadaan barang dan jasa akan terkait dengan proses anggaran, dimana waktu pelaksanaan akan disesuaikan pula

Kata Kunci: Perjanjian, kerjasama

1

* Mahasiswa

** Dosen Pembimbing I

***Dosen Pembimbing II

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt atas segala rahmad dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. Adapun judul dari skripsi ini adalah Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga Dengan PT.

Andika Putra Perdana Untuk Pembangunan Infrastruktur Jalan di Kota Sibolga.

Untuk penulisan skripsi ini penulis berusaha agar hasil penulisan skripsi ini mendekati kesempurnaan yang diharapkan, tetapi walaupun demikian penulisan ini belumlah dapat dicapai dengan maksimal, karena ilmu pengetahuan penulis masih terbatas. Oleh karena itu, segala saran dan kritik akan penulis terima dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan penulisan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kapada :

1. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. OK. Saidin, SH, MHum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH, MHum, selaku Wakil Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

(5)

iii

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH, MS, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan.

7. Bapak Dr. Edy Ikhsan, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I, yang meluang waktu untuk membimbing penulis, hingga terselesaikannya skripsi ini.

8. Ibu Maria Kaban, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II, yang meluang waktu untuk membimbing penulis, hingga terselesaikannya skripsi ini.

9. Seluruh staf dan pengajar Fakultas Hukum USU yang dengan penuh dedikasi menuntun dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan sampai dengan menyelesaikan skripsi ini.

10. Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis ayahanda Sahlul Umur Situmeang, SH dan Ibunda Samsinar dan keluarga Syaiful Amri Situmeang, SE, Rian Sahputra, Mutiara Sri Rezeki dan Naulia Situmeang, yang telah banyak memberikan dukungan moril, materil, dan kasih saying mereka yang tidak pernah putus sampai sekarang dan selamanya.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang telah kita lakukan mendapatkan Balasan dari Allah Swt. Penulis memohon maaf kepada Bapak atau Ibu dosen pembimbing, dan dosen penguji atas sikap dan kata yang tidak berkenan selama penulisan skripsi ini.

Medan, September 2017 Penulis,

Faisal Iswandi S

110200472

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan... 8

C. Tujuan Penulisan ... 8

D. Manfaat Penulisan ... 9

E. Metode Penelitian ... 9

F. Keaslian Penulisan ... 14

G. Sistematika Penulisan... 16

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN ... 18

A. Pengertian Perjanjian ... 18

B. Asas-Asas Dalam Perjanjian ... 21

C. Syarat Sahnya Perjanjian ... 27

D. Jenis dan Fungsi Perjanjian ... 33

E. Berakhirnya Perjanjian ... 38

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA ... 46

A. Pengaturan Kontrak Perjanjian Kerjasama Menurut Perpres 46 B. Para Pihak Dalam Perjanjian Kerjasama ... 47

C. Isi Perjanjian Dalam Perjanjian Kerjasama ... 50

D. Aspek-Aspek Dalam Pembangunan Infrastruktur

(7)

v

Pembangunan Jalan di Kota Sibolga ... 55

BAB IV PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA SIBOLGA DENGAN PT. ANDIKA PUTRA PERDANA UNTUK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DI KOTA SIBOLGA ... 62

1. Dasar Hukum pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Dan Proses Pelaksanaannya ... 62

2. Hak dan Kewajiban Para Pihak Terkait Dalam Perjanjian Kerjasama ... 68

3. Hambatan dan Kendala Dalam Pelaksanaan Perjanjian ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini di Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional di segala bidang, di mana pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan nasional merupakan upaya yang berkesinambungan yang meliputi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Sesuai tujuan yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945) disebutkan bahwa hakikat pembangunan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, menciptakan kesejahteraan umum, melindungi seluruh tumpah darah Indonesia, dan membantu melaksanakan ketertiban dunia dan perdamaian abadi.

2

Bisnis apapun hampir tidak dilepaskan dari keberadaan suatu perjanjian, di mana ada bisnis disitu ada perjanjian.

3

Penyelenggaraan kehidupan bernegara, pemerintah senantiasa dituntut untuk memajukan kesejahteraan umum. Guna mengemban kewajiban ini, pemerintah mempunyai kewajiban menyediakan kebutuhan rakyat dalam berbagai bentuknya baik yang berupa barang/jasa, maupun pembangunan infrastruktur.

4

Pembangunan di bidang fisik dewasa ini perkembangannya seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2

www.bappenas.go.id/get-file-server/node/8616, diakses tanggal 16 Februari 2017

3

Munir Fuady, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek, Buku Ke Empat, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1997, hal. 3.

4

Y. Sogar Simamora, Hukum Kontrak Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

di Indonesia, Surabaya, Kantor Hukum “WINS & Partners” 2013, hal. 1.

(9)

2

Pembangunan fisik seperti gedung sekolah, jalan tol, rumah sakit adalah objek dari perjanjian pemborongan bangunan. Perjanjian pemborongan bangunan di lihat dari sistem hukum merupakan salah satu komponen dari hukum bangunan (bouwrecht).

Kota Sibolga yang merupakan salah satu Kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Pembangunan yang berkelanjutan di Kota Sibolga harus senantiasa dibarengi dengan pembangunan sarana dan prasarana baik di bidang fisik maupun di bidang non fisik. Buruknya keadaan infrastruktur Kota Sibolga tentunya akan menghambat pertumbuhan Kota Sibolga. Salah satu infrastruktur yang dapat mendukung pembangunan Kota Sibolga adalah jalan. Jalan sebagai salah satu prasarana fisik atau infrastruktur dasar yang sangat penting untuk menunjang aktivitas kehidupan sehari-hari. Jalan dibutuhkan manusia untuk dapat melakukan pergerakan dari suatu lokasi ke lokasi lainnya dalam rangka pemenuhan kebutuhan. Kondisi jalan yang baik akan memperlancar aktivitas sehari-hari, sebaliknya kondisi jalan yang buruk akan menghambat lancarnya aktivitas sehari-hari.

5

Salah satu dari sekian banyak pembangunan yang dilakukan Pemerintah Kota Sibolga perjanjian kerjasama adalah peningkatan jalan Ahmad Yani dari Hotmix menjadi Beton Semen Kecamatan Sibolga, Kota Sibolga yang dalam hal ini pelaksanaanya diwakilkan oleh Dinas Pekerjaaan Umum, untuk merencanakan, melaksanakan pembangunan dan mengawasi bangunan-bangunan yang sedang dalam proses pembangunan sampai selesai dibutuhkan suatu

5

Hasil wawancara dengan Mahmuddin Waruhu, selaku Direktur PT. Andika Putra

Perdana, tanggal 17 Februari 2017

(10)

perikatan tertulis antara Dinas Pekerjaan Umum dengan pihak PT. Andika Putra Perdana, dalam hal peningkatan Jalan Ahmad Yani dari Hotmix menjadi Perkerasan Beton Semen Kecamatan Sibolga Dinas Pekerjaan Umum telah menerima atau menyetujui perihal penawaran yang ditawarkan oleh PT Andika Putra Perdana dengan nomor 17.d/L.I/PPK-BM/SP/DPUK/2015 tanggal 15 Oktober 2015 sebagai pihak pelaksana (pemborong) dalam peningkatan Jalan Ahmad Yani dari Hotmix menjadi Perkerasan Beton Semen Kecamatan Sibolga.

Diterimanya penawaran tersebut maka Dinas Pekerjaan Umum melakukan perjanjian pemborongan dengan PT Andika Putra Perdana. Setelah diterimanya penawaran tersebut, banyak hal yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak untuk dapat memenuhi syarat-syarat ataupun ketentuan-ketentuan dari sebuah perjanjian kerjasama peningkatan Jalan Ahmad Yani dari Hotmix menjadi Perkerasan Beton Semen tersebut.

6

Perjanjian kerjasama yang dibuat antara Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga dengan PT. Andika Putra Perdana dalam peningkatan Jl. Ahmad Yani dari Hotmix menjadi Perkerasan Beton Semen Kecamatan Sibolga Kota bersifat mengikat, bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya, sehingga para pihak yang membuat perjanjian harus mematuhi dan melaksanakan perjanjian tersebut.

Perjanjian kerjasama yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga dengan PT. Andika Putra Perdana, menimbulkan suatu hukum akibat hukum yang berupa terpenuhi atau tidaknya hak dan kewajiban para pihak yang mengadakan

6

Ibid

(11)

4

perjanjian tersebut, sampai kedua belah pihak telah sepakat untuk mengakhiri perjanjian yang mereka buat.

7

Tender merupakan satu metode yang paling banyak dikenal di mana pemerintah menjadi penyedia proyek dan swasta menjadi pelaksananya. Selain tender, satu metode lagi yang dapat digunakan adalah negosiasi dengan pihak swasta. Tetapi, tender atau pelelangan paling umum digunakan karena dapat menjamin akuntabilitas, selain karena bagian dari prosedur resmi seperti yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Pentingnya memasukkan unsur akuntabilitas dikarenakan proyek-proyek pemerintah yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBN/APBD) merupakan cerminan dari pelaksanaan pembangunan yang muaranya adalah untuk kemaslahatan masyarakat atau publik.

Pelaksanaan perjanjian antara PT. Andika Putra Perdana dengan selaku Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga pemberi pekerjaan tersebut, selama ini berlangsung secara baik, walaupun pada kenyataannya terjadi beberapa perbedaan kepentingan di lapangan yang berkaitan dengan tanggung jawab para pihak.

Permasalahan yang timbul dalam perjanjian kerjasama peningkatan Jalan Ahmad Yani dari Hotmix menjadi Perkerasan Beton Semen Kecamatan Sibolga Kota, yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga dengan PT. Andika Putra Perdana selaku pihak kontraktor. PT. Andika Putra Perdana tidak mampu

7

Hasil wawancara dengan Mahmuddin Waruhu, selaku Direktur PT. Andika Putra

Perdana, tanggal 17 Februari 2017.

(12)

menyelesaikan pembangunan peningkatan Jalan Ahmad Yani dari Hotmix menjadi Perkerasan Beton Semen Kecamatan Sibolga Kota, sesuai dengan waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Jika mengacu pada Pasal 1320 KUH Perdata tentang syarat-syarat perjanjian yang salah satunya adalah kesepakatan para pihak, kesepakatan disini maksudnya kesepakatan untuk dapat menyelesaikan pengerjaan peningkatan Jalan Ahmad Yani dari Hotmix menjadi Perkerasan Beton Semen Kecamatan Sibolga Kota selama 75 (tujuh puluh lima) hari kalender yang dimulai dari tanggal 17 Oktober 2015 pengerjaan, maka PT.

Andika Putra Perdana jelas telah melakukan wanprestasi, karena tidak mampu menyelesaikan suatu prestasi sesuai dengan waktu yang telah disepakati.

Terhitung hingga batas akhir pengerjaan yaitu pada tanggal 31 Desember 2015 pembangunan jalan peningkatan Jalan Ahmad Yani dari Hotmix menjadi Perkerasan Beton Semen Kecamatan Sibolga Kota tersebut masih belum terselesaikan. Seharusnya, dengan adanya kesepakatan yang telah terjalin, PT.

Andika Putra Perdana dapat menyelesaikan kewajibannya sesuai waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

8

Pelaksanaan kerjasama ini, para pihak yang terlibat tidak boleh mengabaikan akta perjanjian. Perjanjian kerjasama dalam melaksanakan pekerjaannya harus selalu berpatokan pada isi perjanjian yang telah disepakati bersama antara kedua belah pihak, karena apabila terjadi penyimpangan dapat dijadikan alasan untuk menyatakan telah terjadi wanprestasi, dan isi perjanjian harus memperhatikan asas keadilan dan keseimbangan. Pengaturan mengenai

8

Ibid

(13)

6

pengadaan barang/jasa untuk instansi pemerintah diatur dalam Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2015 (selanjutnya disebut Perpres No. 4 Tahun 2015) yang merupakan perubahan keempat dari Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Ketentuan Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUHPerdata) keabsahan kontrak merupakan hal yang sangat esensial dalam hukum kontrak. Pelaksanaan isi kontrak, yaitu meliputi hak dan kewajiban, hanya dapat di tuntut oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain, demikian pula sebaliknya, apabila kontrak yang di buat itu sah menurut hukum.

9

Perjanjian tersebut akan menimbulkan suatu hak dan kewajiban antara pihak yang mengikat perjanjian tersebut, yaitu diantaranya adalah bagi pihak pemborong melaksanakan pekerjaan yang telah disepakati hingga selesai,sedangkan pihak yang memberikan pekerjaan harus membayar prestasi yang telah mereka kerjakan. Dengan telah setujunya para pihak baik dari pihak yang memberikan pekerjaan maupun pihak yang menerima pekerjaan, maka pekerjaan yang menjadi prestasi dari pihak yang menerima pekerjaan sudah harus dimulai, dan permasalahan pembiayaan awalnya ini yang bertanggungjawab adalah pihak yang menerima pekerjaan tersebut.

Permasalahan yang timbul kemudian adalah terjadinya berbagai bentuk

“praktek-praktek” pengadaan barang dan jasa pemerintah yang dilakukan banyak instansi pemerintah di tingkat pusat maupun daerah, yang disatu pihak kemasannya telah memenuhi segala persyaratan perundang-undangan dan

9

Subekti, R dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta, Pradnya

Paramita, 2010, hal 391.

(14)

peraturan yang berlaku, akan tetapi apabila diamati secara cermat pada kenyataannya banyak terjadi “praktek-praktek” yang merugikan keuangan negara dan kepentingan masyarakat. Masyarakat sebagai penerima manfaat terbesar dan terpenting dalam sistem pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah, ternyata pada kenyataannya menerima hasil akhir dari suatu proses pengadaan yang tidak sesuai dilihat dari sudut mutu, jumlah, manfaat, sasaran, waktu penyerahan, serta hargadari yang seharusnya. Hal ini dapat dilihat dari tanggapan melalui wawancara peneliti pada beberapa elemen masyarakat terkait proses pengadaan barang dan jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga.

Dewasa ini banyak perjanjian yang bermasalah, banyak isi perjanjian kerjasama yang sifatnya hanya menguntungkan salah satu pihak tanpa memperhatikan pihak lain, sehingga asas keadilan dan keseimbangan tidak terlihat lagi sehingga tidak sesuai dengan apa yang diharapkan kedua belah pihak. Selain itu, dalam proses pekerjaan di lapangan tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati bersama dalam perjanjian kerjasama tersebut, sehingga banyak pekerjaan berhenti sebelum selesai proses pekerjaannya.

Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga, merupakan lembaga yang memiliki

otoritas paling besar dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pada proses

belanja daerah. Berdasarkan hasil pengamatan sehari-hari maupun dari laporan-

laporan yang ada, dapat dikatakan bahwa implementasi kebijakan pengadaan

barang dan jasa di Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga belum berjalan secara

optimal, ini terjadi pada PT. Andika Putra Perdana yang mengerjakan 10 kegiatan,

yakni 5 kegiatan pada pekerjaan jalan, 3 kegiatan pada pekerjaan drainase dan

(15)

8

jalan setapak, 1 pekerjaan di jaringan irigasi, serta 1 pekerjaan pada pengadaan kendaraan. Terindikasi PT. Andika Putra Perdana yang melaksanakan pekerjaan jalan dan pengadaan penunjang kantor, mulai dari tahap kepengurusan administrasi hingga pelaksanaan kegiatan fisik dilapangan semua dilakukan oleh pelaksana-pelaksana dari PT. Andika Putra Perdana, ini semakin meyakinkan bahwa PT. Andika Putra Perdana adalah pemilik kegiatan-kegiatan tersebut.

Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas penulis tertarik memilih judul Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga dengan PT. Andika Putra Perdana Untuk Pembangunan Infrastruktur Jalan Di Kota Sibolga.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah

4. Apa dasar hukum pelaksanaan perjanjian kerjasama dan proses pelaksanaannya?

5. Apa hak dan kewajiban para pihak terkait dalam perjanjian kerjasama?

6. Apa hambatan dan kendala dalam pelaksanaan perjanjian?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dasar hukum pelaksanaan perjanjian kerjasama dan proses

pelaksanaannya.

(16)

2. Untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak terkait dalam perjanjian kerjasama.

3. Untuk mengetahui apa hambatan dan kendala dalam pelaksanaan perjanjian.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut 1. Secara teoretis

Penulisan skripsi ini diharapkan bermanfaat bagi dunia pendidikan pada umumnya serta dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan perjanjian kerjasama pada khususnya.

2. Secara praktis

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan bagi masyarakat yang masih awam mengenai perjanjian kerjasama serta dapat memberikan tambahan bagi instansi pemerintah tentang cara membuat perjanjian kerjasama yang baik dan melaksanakannya sesuai dengan ketentuan hukum perundang-undangan yang berlaku.

E. Metode Penulisan

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari

sesuatu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Di

samping itu, juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap faktor hukum

tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-

(17)

10

permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.

10

Dalam hal ini penulis akan menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang mengelola dan mempergunakan data-data sekunder. Penelitian empiris adalah menelaah hukum sebagai pola perilaku yang ditujukan pada penerapan peraturan hukum. Pendekatan yuridis empiris ini digunakan karena untuk mendukung data normatif, yang berkaitan dengan perjanjian kerjasama Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga dengan PT. Andika Putra Perdana untuk pembangunan infrastruktur jalan di kota Sibolga.

11

Penelitian hukum yang bersifat deskriptif yaitu, penelitian yang menggambarkan serta menjelaskan suatu keadaan yang diperoleh melalui penelitian yang dilakukan ke lapangan yang dapat mendukung teori yang sudah ada.

12

2. Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitiani ini adalah data sekunder yang diperoleh disusun secara sistematis dan kemudian dianalisis secara yuridis untuk memperoleh gambaran tentang pokok permasalahan. Adapun data sekunder adalah data yang terdiri dari :

a. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang mengikat atau yang membuat orang taat pada hukum (bersifat mengikat) dan disahkan oleh

10

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, 2014, hal 18

11

Zainuddin Ali. Metode Penelitian Hukum. Jakarta, Sinar Grafika, 2011, hal. 31

12

Soerjono Soekanto, Op.Cit, hal. 50

(18)

pihak yang berwenang seperti peraturan perundang-undangan, dan putusan hakim. Bahan hukum primer yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini yakni: Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

b. Bahan hukum sekunder, diartikan sebagai bahan hukum yang tidak mengikat tetapi menjelaskan mengenai bahan hukum primer yang merupakan hasil olahan pendapat atau pikiran para pakar atau ahli yang mempelajari suatu bidang tertentu secara khusus yang akan memberikan petunjuk kemana peneliti akan mengarah. Bahan sekunder disini yang dimaksud oleh penulis adalah doktrin-doktrin yang ada didalam buku, pendapat para ahli, jurnal hukum, makalah dan artikel.

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan informasi hukum yang baik dan terdokumentasi maupun tersaji melalui media, yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum, kamus Bahasa Indonesia, ensiklopedia, majalah dan surat kabar.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara:

(19)

12

a. Penelitian kepustakaan (library research)

Dalam hal ini penulis mencari dan mengumpulkan data serta mempelajari data dengan melakukan penelitian atas sumber-sumber atau bahan-bahan tertulis berupa buku-buku karangan para sarjana dan ahli hukum yang bersifat teoritis ilmiah yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini.

b. Penelitian lapangan (field research)

Studi lapangan, dilakukan melalui wawancara guna mengetahui dasar hukum pelaksanaan perjanjian kerjasama, hak dan kewajiban para pihak terkait dalam perjanjian kerjasama dan hambatan dan kendala dalam pelaksanaan perjanjian. Wawancara dilakukan secara bebas terpimpin, yaitu dengan mempersiapkan terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan sebagai pedoman tetapi masih dimungkinkan adanya variasi-variasi pertanyaan yang disesuaikan dengan situasi ketika wawancara.

Wawancara ini dilakukan pada Mahmuddin Waruhu Direktur Utama, PT.

Andika Putra Perdana, sebagai orang yang berkompeten untuk

memberikan data/keterangan tentang perjanjian kerjasama Dinas

Pekerjaan Umum Kota Sibolga dengan PT. Andika Putra Perdana untuk

pembangunan infrastruktur jalan di Kota Sibolga. Data yang diperoleh

baik dari studi kepustakaan maupun penelitian lapangan, pada dasarnya

merupakan data tataran yang dianalisis secara kualitatif, yaitu setelah data

terkumpul kemudian dituangkan dalam bentuk uraian logis dan sistematis,

selanjutnya dianalisis untuk memperoleh kejelasan penyelesaian masalah,

(20)

kemudian ditarik kesimpulan secara deduktif, yaitu dari hal yang bersifat umum menuju hal yang bersifat khusus.

4. Analisis data

Penarikan kesimpulan dilakukan menggunakan metode deduktif yaitu suatu metode penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menuju penulisan yang bersifat khusus. Untuk mencapai tujuan penelitian ini dan memperoleh kesimpulan, maka data yang ada diolah. Proses ini akan dilakukan editing, yaitu memeriksa atau meneliti data yang telah diperoleh untuk menjamin apakah sudah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan kenyataan. Selanjutnya di dalam editing dilakukan pembetulan data yang keliru, menambahkan data yang kurang, melengkapi data yang belum lengkap.

Analisis data dilakukan dengan cara melakukan penafsiran hukum terhadap data, selanjutnya data tersebut diuraikan dalam bentuk kalimat yang disusun secara sistematis, lengkap dan rinci menurut kerangka bahasan yang sudah ditentukan, sehingga memudahkan dalam memberikan arti terhadap data sesuai dengan tujuan penelitian dan akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan.

Setelah proses analisis dilakukan, maka penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan metode deduktif, yakni penarikan kesimpulan secara menyeluruh dengan suatu metode dari hal-hal yang bersifat umum menuju penulisan yang bersifat khusus.

Data yang dianalisis secara kualitatif dikemukakan dalam bentuk uraian

yang sistematis dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis data,

selanjutnya semua data diseleksi dan diolah kemudian dianalisis secara deskriptif

(21)

14

sehingga selain menggambarkan dan mengungkapkan diharapkan memberikan solusi atas permasalahan dalam penelitian tesis ini. Uraian hasil analisis ini dideskripsikan dalam verbalisasi kualitatif, diikuti dengan interpretasi dan logika hukum sesuai dengan kebutuhan dalam memecahkan masalah penelitian. Hasil dari analisis ini diharapkan dapat memberikan solusi hukum yang tepat sehingga dapat menjawab permasalahan.

F. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Khususnya Fakultas Hukum, diketahui bahwa skripsi dengan judul tinjauan yuridis perjanjian kerjasama Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga dengan PT. Andika putra perdana untuk pembangunan infrastruktur jalan, belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Kalaupun ada judul yang serupa, namun permasalahan dan materi pembahasan yang diangkat juga berbeda dan bila di kemudian hari ditemukan skripsi dengan judul yang sama yang telah ada sebelumnya, maka hal tersebut menjadi tanggung jawab penulis. Berikut beberapa skripsi yang memiliki judul yang hampir serupa dengan skripsi ini:

Irfan Fauzi Daulay (2016), dengan judul penelitian Tinjauan Hukum

Pelaksanaan Perjanjian Kontrak Kerja Pembangunan Irigasi Antara Cv. Raut

Agung Group Dan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi. Adapun

permasalahan dalam penelitian ini adalah:

(22)

1. Pengaturan hukum pelaksanaan perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi dengan Cv. Raut Agung Group dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi.

2. Faktor terjadinya kendala dalam pelaksanaan perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi dengan Cv. Raut Agung Group dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi.

3. Penyelesaian sengketa jika terjadi perselisihan dalam Pelaksanaan Perjanjian Kontrak Kerja Pembangunan Irigasi dengan Cv. Raut Agung Group dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi.

Devi Silvia (2014), dengan judul penelitian Tinjauan Yuridis Surat Perjanjian (Kontrak) Pemborongan Antara Dinas KIMPRASDA (Permukiman Dan Prasarana Daerah) Labuhanbatu Dengan Cv. Raut Agung Group. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Proses pelaksanaan perjanjian pemborongan antara Dinas KIMPRASDA (Dinas Permukiman Dan Prasarana Daerah) Labuhanbatu dengan Cv. Raut Agung Group telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Pengaturan hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan pengaspalan Jalan Dusun Gunung Tempurung tersebut.

3. Kendala dalam pelaksanaan proyek dan bagaimana upaya yang dilakukan oleh para pihak untuk menyelesaikan sengketa dalam perjanjian pemborongan tersebut.

Sri Winda Pasaribu (2010), dengan judul penelitian tinjauan yuridis

perjanjian pemborongan pekerjaan antara Dinas Pekerjaan Umum Kimpraswil

(23)

16

Kabupaten Toba Samosir dengan Cv. Bagas Belantara (Studi Kasus pada Cv.

Bagas Belantara). Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Proses pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan Peningkatan Saluran Irigasi Bondar Sitoman Sosor Pandan Sepanjang 75 meter telah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

2. Tanggung jawab para pihak dalam melaksanakan perjanjian pemborongan pekerjaan.

3. Penyelesaian Perselisihan yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya di mana permasalahan yang diangkat yaitu dasar hukum pelaksanaan perjanjian kerjasama.

Hak dan kewajiban para pihak terkait dalam perjanjian kerjasama dan hambatan dan kendala dalam pelaksanaan perjanjian, sehingga hasil kajian dalam skripsi ini dapat dikatakan aktual dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

G. Sistematika Penulisan

Guna memudahkan penulisan skripsi ini maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab dengan bab yang lain yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang,

permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian,

keaslian penulisan dan sistematika penulisan.

(24)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

Bab ini berisikan pengertian perjanjian, asas-asas dalam perjanjian, syarat sahnya perjanjian, jenis dan fungsi perjanjian serta berakhirnya perjanjian

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA Bab ini berisikan pengaturan kontrak perjanjian kerjasama menurut Peraturan Presiden, para pihak dalam perjanjian kerjasama, isi perjanjian dalam perjanjian kerjasama dan aspek-aspek dalam pembangunan infrastruktur pembangunan jalan di Kota Sibolga

BAB IV PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA DINAS

PEKERJAAN UMUM KOTA SIBOLGA DENGAN PT. ANDIKA

PUTRA PERDANA UNTUK PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR JALAN DI KOTA SIBOLGA

Bab ini berisikan dasar hukum pelaksanaan perjanjian kerjasama dan proses pelaksanaannya dan hak dan kewajiban para pihak terkait dalam perjanjian kerjasama serta Hambatan dan Kendala dalam Pelaksanaan Perjanjian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran terhadap hasil pembahasan

yang dilakukan. Kesimpulan merupakan intisari dari pembahasan

terhadap permasalahan yang diajukan dalam skripsi ini yang ditelah

dibahas serta memberikan saran.

(25)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

F. Pengertian Perjanjian

Istilah perjanjian berasal dari bahasa Belanda yaitu overeenkomst, dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah contract/agreement. Perjanjian dirumuskan dalam Pasal 1313 KUH Perdata yang menentukan bahwa: “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.” Dengan kata lain, perjanjian merupakan suatu peristiwa konkret yang dapat diamati. Bentuknya, perjanjian merupakan suatu rangkaian perkataan yang mengandung kesepakatan/persetujuan para pihak yang membuatnya baik secara lisan maupun dalam bentuk tertulis.Tutik memakai istilah verbintenis untuk perjanjian, sedangkan Utrecht dalam bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia memakai istilah overeenkomst untuk perjanjian.

13

Namun secara implisit buku ketiga KUHPerdata tidak menjelaskan defenisi perikatan oleh karena itu para ahli memberikan rumusan tentang perikatan ini beraneka ragam. Dari hal ini para ahli memberikan rumusan masing-masing.

Ketentuan pasal ini kurang tepat, karena ada beberapa kelemahan yang perlu dikoreksi. Kelemahan-kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Hanya menyangkut sepihak saja. Hal ini dapat diketahui dari rumusan kata kerja “mengikatkan diri”, sifatnya hanya datang dari satu pihak saja, tidak dari

13

Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional,

Jakarta, Kencana, 2008, hal. 197

(26)

kedua belah pihak. Seharusnya rumusan itu ialah “saling mengikatkan diri”, jadi ada konsensus antara dua pihak.

2. Kata perbuatan mencakup juga tanpa konsensus. Dalam pengertian

“perbuatan” termasuk juga tindakan penyelenggaraan kepentingan (zaakwaarneming), tindakan melawan hukum (onrechtmatige daad) yang

tidak mengandung suatu konsensus. Seharusnya dipakai istilah “persetujuan”.

3. Pengertian perjanjian terlalu luas. Pengertian perjanjian mencakup juga perjanjian kawin yang diatur dalam bidang hukum keluarga. Padahal yang dimaksud adalah hubungan antara debitor dan kreditor mengenai harta kekayaan. Perjanjian yang diatur dalam buku III KUH Perdata sebenarnya hanya meliputi perjanjian yang bersifat kebendaan, bukan bersifat kepribadian (personal).

4. Tanpa menyebut tujuan. Dalam rumusan pasal tersebut tidak dinyatakan tujuan pihak-pihak mengadakan perjanjian sehingga untuk apa pra pihak mengikatkan diri itu tidak jelas. Jika tujuan mereka tidak jelas mungkin dapat menimbulkan dugaan tujuan yang dilarang undang-undang yang dapat mengakibatkan perjanjian batal

14

Berdasarkan pada alasan-alasan yang dikemukan di atas, konsep perjanjian adalah persetujuan dengan mana dua pihak atau lebih saling mengikatkman diri untuk melaksanakan suatu hal yang bersifat kebendaan di bidang harta kekayaan.

15

14

Abdulkadir. Hukum Perdata Indonesia. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2011, hal 289

15

Ibid, hal 290

(27)

20

Menurut Mariam Darus Badrulzaman pengertian ini sangat luas dan tidak lengkap, karena kata “perbuatan” mencakup juga perjanjian dalam hukum keluarga dan perbuatan melawan hukum.

16

Menurut Ahmadi Miru dan Sakka Pati tidak lengkap karena kata “satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih” maka hanya ditujukan pada kontrak yang sepihak saja, padahal seharusnya juga meliputi kontrak dua pihak

17

.

Berikut pengertian perjanjian menurut para sarjana hukum, antara lain:

Menurut Ahmadi Miru, menyatakan bahwa

Perjanjian merupakan suatu peristiwa hukum di mana seorang berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Selain itu, kontrak dan perjanjian mempunyai makna yang sama karena dalam KUHPerdata hanya dikenal perikatan yang lahir dari perjanjian dan yang lahir dari undang- undang atau yang secara lengkap dapat diuraikan sebagai berikut:

18

Menurut Syahmin AK, menyatakan bahwa

Dalam bentuknya perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.

19

Menurut Subekti, menyatakan bahwa

Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana ada seorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.

20

16

Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, 2005, hal 18

17

Ahamdi Miru dan Sakka Pati. Hukum Perikatan : Makna Pasal 1233 sampai 1456 BW, Jakarta, Rajawali Pers, 2009, hal 18

18

Ahamdi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2017, hal 1

19

Syahmin AK, Hukum Kontrak Internasional, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2006 , hal.. 140.

20

Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta, Intermasa, 2005, hal. 1.

(28)

Sudikno Mertokusumo menyatakan bahwa

Perjanjian adalah perbuatan hukum dan hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.

21

Berdasarkan pengertian-pengertian perjanjian di atas, dapat disimpulkan bahwa perjanjian adalah hubungan hukum antara dua pihak atau lebih yang saling terikat untuk melaksanakan suatu hal sesuai dengan isi perjanjian yang telah disepakati.

G. Asas-Asas dalam Perjanjian

Asas hukum merupakan suatu landasan yang paling luas bagi lahirnya peraturan hukum. Peraturan-peraturan hukum pada akhirnya dapat dikembalikan kepada asas-asas tersebut. Dengan demikian, asas hukum merupakan pikiran dasar yang bersifat umum dan terdapat dalam hukum positif atau keseluruhan peraturan perundang-undangan atau putusan-putusan hakim yang merupakan ciri-ciri umum dari peraturan konkrit tersebut. Dalam hukum perjanjian ada beberapa asas, yaitu : 1. Asas kebebasan berkontrak

Latar belakang lahirnya asas kebebasan berkontrak adalah adanya paham individualisme yang secara emberional lahir pada zaman Yunani, yang diteruskan oleh kaum Epicuristen dan berkembang pesat pada zaman renaisance melalui ajaran-ajaran Hugo de Groth, Thomas Hobbes, Jhon Locke dan Rosseau.

Menurut paham individualisme, sistem orang bebas untuk memperoleh apa yang

21

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta, Liberty,

1996, hal. 103

(29)

22

dikehendakinya. Dalam hukum kontrak asas ini diwujudkan dalam “kebebasan berkontrak”

22

Asas kebebasan berkontrak ini bermakna bahwa setiap orang bebas membuat perjanjian dengan siapapun, apapun isinya, apapun bentuknya sejauh tidak melanggar undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan Pasal 1337 dan Pasal 1338 KUH Perdata. Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang dinyatakan bahwa : “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”

23

Asas kebebasan berkontrak merupakan salah satu asas yang sangat penting dalam hukum kontrak. Asas kebebasan berkontrak ini oleh sebagian sarjana hukum biasanya didasarkan pada Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata dinyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Demikian pula ada yang mendasarkan pada Pasa 1320 KUH Perdata yang menerangkan tentang syarat sahnya perjanjian.

Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan bagi para pihak untuk :

a. Membuat atau tidak membuat perjanjian b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun

c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya

22

Salim H.S., (1). Hukum Kontrak (Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak), Jakarta, Sinar Grafika, 2008, hal 9.

23

Ibid.

(30)

d. Menentukan bentuk perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.

24

Keempat hal tersebut dapat dilakukan dengan syarat tidak melanggar undang- undang, ketertiban umum, dan kesusilaan.

Asas kebebasan berkontrak merupakan suatu dasar yang menjamin kebebasan orang dalam melakukan kontrak. Hal ini tidak terlepas dari sifat Buku III KUH Perdata yang hanya merupakan hukum yang mengatur sehingga para pihak menyimpanginya (mengesampingkannya), kecuali terhadap pasal-pasal tertentu yang sifatnya memaksa.

2. Asas konsensualisme

Asas konsensualisme sering diartikan bahwa dibutuhkan kesepakatan untuk lahirnya kesepakatan. Pengertian ini tidak tepat karena maksud asas konsensualisme ini adalah bahwa lahirnya kontrak ialah pada saat terjadinya kesepakatan.

Asas konsensualisme muncul diilhami dari hukum Romawi dan hukum Jerman. Di dalam hukum Jerman tidak dikenal asas konsensualisme, tetapi yang dikenal adalah perjanjian riil dan perjanjian formil. Perjanjian riil adalah suatu perjanjian yang dibuat dan dilaksanakan secara nyata (kontan dalam hukum adat).

Sedangkan yang disebut perjanjian formil adalah perjanjian yang ditentukan bentuknya, yaitu tertulis (baik berupa akta autentik maupun akta dibawah tangan).

Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata dalam pasal itu dinyatakan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian yaitu adanya kesepakatan kedua belah pihak. Asas konsensualisme merupakan

24

Handri Raharjo, Hukum Perjanjian DiIndonesia, Yogyakarta, Pustaka Yustisia, 2002,

hal 44

(31)

24

asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, tetapi cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan merupakan persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak, ini mengandung makna, suatu perjanjian dianggap telah terjadi pada saat salah satu pihak menyatakan sepakat (menyepakati) pokok perjanjian yang dinyatakan oleh pihak lainnya. Pernyataan tersebutlah yang dijadikan dasar kesepakatan (pernyataan kehendak) dari kedua belah pihak.

25

.

Asas konsensualisme ini tidak berlaku bagi semua jenis kontrak karena asas konsensualisme ini hanya berlaku terhadap kontrak konsensual sedangkan kontrak formal dan kontrak riesl tidak berlaku.

3. Asas Pacta Sunt Servanda

Setiap orang yang membuat kontrak, dia terikat untuk memenuhi kontrak tersebut karena kontrak tersebut mengandung janji-janji yang harus dipenuhi dan janji tersebut mengikat para pihak sebagaimana mengikatnya undang-undang. Hal ini dapat dilihat pada Pasal 1338 ayat (1) yang dinyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Asas Pacta Sunt Servanda atau disebut juga dengan kepastian hukum. Asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas ini merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak

25

Salim H.S., Op.Cit, hal 10.

(32)

selama tidak berlawanan dengan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan

26

.

Asas pacta sunt aervanda dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang dinyatakan bahwa : “perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang”

4. Asas iktikad baik

Asas iktikad baik merupakan salah satu asas yang dikenal dalam hukum perjanjian. Ketentuan tentang iktikad baik ini dinyatakan dalam Pasal 1339 ayat (3) KUH Perdata dinyatakan bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik.

Asas iktikad baik dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata.

Pasal 1338 ayat (3) dinyatakan bahwa :“Perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik”. Asas ini merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi perjanjian berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak.

27

Asas iktikad baik merupakan asas bahwa para pihak, harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak.

Asas iktikad baik dibagi menjadi dua macam, yaitu :

28

a. Iktikad baik nisbi

b. Iktikad baik mutlak

26

Ibid, hal 11.

27

Yahman. Karakteristik Wanprestasi dan Tindak Pidana Penipuan, (Yang lahir dari hubungan kontraktual), Kencana, Jakarta, 2015, hal 8-9

28

Salim H.S., Op.Cit, hal 11-12

(33)

26

Maksud iktikad baik nisbi, orang memperhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata dari subyek. Sedangkan pada iktikad baik mutlak, peneliannya terletak pada akal sehat dan keadilan, dibuat ukuran yang obyektif untuk menilai keadaan (penilaiannya tidak memihak) menurut norma-norma yang obyektif.

5. Asas Kepribadian (personalitas)

Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUH Perdata. Pasal 1315 KUH Perdata dinyatakan bahwa :“Pada umumnya seseorang tidak dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji daripada untuk dirinya sendiri”. Inti ketentuan ini bahwa seseorang yang mengadakan perjanjian hanya untuk dirinya sendiri.

Ketentuan Pasal 1340 KUH Perdata dinyatakan bahwa :“Suatu perjanjian

hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya”. Ini berarti perjanjian yang

dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya. Namun

ketentuan itu ada pengecualiannya, sebagaimana yang dinyatakan Pasal 1317

KUH Perdata, dinyatakan bahwa “dapat pula perjanjian diadakan untuk pihak

ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat untuk diri sendiri, atau suatu pemberian

kepada orang lain, mengandung syarat semacam itu”. Pasal ini mengonstruksikan

bahwa sesorang dapat mengadakan perjanjian untuk kepentingan pihak ketiga

dengan syarat yang ditentukan. Sedangkan didalam Pasal 1318 KUH Perdata,

tidak hanya mengatur perjanjian untuk diri sendiri, tetapi juga untuk kepentingan

(34)

ahli warisnya dan untuk orang-orang yang memperoleh hak daripadanya sedangkan Pasal 1317 KUHPerdata mengatur tentang pengecualiannya.

Pasal 1317 KUHPerdata mengatur tentang pengecualiannya, sedangkan Pasal 1318 KUHPerdata, ruang lingkupnya lebih luas. Dalam setiap kontrak yang dibuat oleh para pihak, pasti dicantumkan identitas dari subjek hukum, yang meliputi nama, umur, tempat domisili dan kewarganegaraan.

6. Asas Kesetaraan

Asas ini merupakan bahwa para pihak didalam persamaan derajat, tidak ada perbedaan walaupun ada perbedaan warna kulit, bangsa, kekayaan, kekuasaan, jabatan, dan lain-lain. Masing-masing pihak wajib melihat adanya persamaan ini dan mengharuskan kedua pihak untuk menghormati satu sama lain sebagai manusia ciptaan Tuhan.

29

H. Syarat Sahnya Perjanjian

Keabsahan perjanjian merupakan hal yang esensial dalam hukum perjanjian. Pelaksanaan isi perjanjian, yakni hak dan kewajiban hanya dapat dituntut oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain, demikian pula sebaliknya, apabila perjanjian yang dibuat itu sah menurut hukum.

30

Oleh karena itu, keabsahan perjanjian sangat menentukan pelaksanaan isi perjanjian yang ditutup.

Perjanjian yang sah tidak boleh diubah atau dibatalkan secara sepihak.

Kesepakatan yang tertuang dalam suatu perjanjian menjadi aturan yang dominan bagi para pihak yang menutup perjanjian.

31

29

Mariam Darus Badrulzaman, Op.Cit., hal 88

30

Yahman. Op.Cit., hal 53

31

Ibid.

(35)

28

Walaupun dikatakan bahwa perjanjian lahir pada saat terjadinya kesepakatan mengenai hal pokok dalam perjanjian tersebut, namun masih ada hal lain yang harus diperhatikan, yaitu sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu:

1. Kesepakatan

Pasal 1320 KUHPerdata syarat pertama menyebutkan adanya kesepakatan sebagai salah satu syarat keabsahan perjanjian.

32

Kesepakatan mengandung pengertian bahwa para pihak saling menyatakan kehendak masing-masing untuk menutup suatu perjanjian atau pernyataan pihak yang satu “cocok” atau bersesuaian dengan pernyataan pihak yang lain.

33

Kesepakatan para pihak merupakan unsur mutlak untuk terjadinya suatu perjanjian. Kesepakatan ini dapat terjadi dengan berbagai cara, namun yang paling penting adalah adanya penawaran dan penerimaan atas penawaran tertentu.

34

Cara-cara untuk terjadinya penawaran dan penerimaan dapat dilakukan secara tegas maupun dengan tidak tegas, yang penting dapat dipahami atau dimengerti oleh para pihak bahwa terjadi penawaran dan penerimaan. Beberapa contoh yang dapat dikemukakan, sebagai cara terjadinya kesepakatan dan penawaran adalah :

a. Dengan carat tertulis b. Dengan cara lisan

c. Dengan simbol-simbol tertentu d. Dengan diam-diam

32

Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian (asas proporsionalitas dalam kontrak komersial, Jakarta, Prenada Media Group, 2011, hal 162

33

Ibid

34

Ahamdi Miru, Op.Cit, hal 14

(36)

Berdasarkan berbagai cara terjadinya kesepakatan tersebut di atas, secara garis besar terjadinya kesepakatan dapat terjadi secara tertulis dan tidak tertulis, yang mana kesepakatan yang terjadi secara tidak tertulis tersebut dapat berupa kesepakatan lisan, symbol-simbol tertentu, atau diam-diam.

2. Kecakapan bertindak

Kecakapan (bekwaamheid-capacity) yang dimaksud dalam Pasal 1320 KUHPerdata syarat kedua adalah kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum.

Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum diartikan sebagai kemungkinan untuk melakukan perbuatan hukum secara mandiri yang mengikat diri sendiri tanpa dapat diganggu gugat.

35

Kecakapan bertindak adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum.

36

Perbuatan hukum adalah perbuatan yang yang akan menimbulkan akibat hukum.

37

Orang-orang yang akan mengadakan perjanjian haruslah orang-orang yang cakap dan mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum, sebagaimana yang diatur oleh undang-undang. Orang yang mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum adalah orang yang sudah dewasa. Ukuran kedewasaan adalah telah berumur 21 tahun dan/atau sudah kawin. Orang yang tidak berwenang untuk melakukan perbuatan hukum, antara lain anak di bawah umur, orang yang ditaruh dibawah pengampunan dan istri, akan tetapi dalam perkembangannya istri dapat melakukan perbuatan hukum,

35

Agus Yudha Hernoko, Op.Cit,hal 184

36

Salim H.S. Perkembangan Hukum Kontrak Innominat di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, 2014, hal 24

37

Ibid

(37)

30

sebagaimana yang diatur dalam Pasal 31 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan jo SEMA No. 3 Tahun 1963.

Menurut Pasal 1320 KUHPerdata, setiap orang adalah cakap membuat perjanjian-perjanjian, jika ia oleh undang-undang tidak dinyatakan tidak cakap.

Dalam Pasal 1330 KUHPerdata dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan tidak cakap untuk membuat perjanjian-perjanjian adalah

a. Orang yang belum dewasa

b. Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan

c. Orang-orang perempuan dalam hal yang ditetapkan oleh undang-undang dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian tertentu (substansi ini dihapus SEMA No.3 Tahun 1963 dan Pasal 31 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan)

38

Beranjak dari penafsiran a-contratio terhadap substansi Pasal 1330 jo Pasal 330 BW tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa usia dewasa adalah 21 tahun. Pandangan yang menggunakan usia 21 tahun sebagai dasar menetapkan seseorang dianggap dewasa dilandasi pemikiran.

3. Suatu hal tertentu atau Objek tertentu

Objek tertentu atau suatu hal tertentu dalam Pasal 1320 KUH Perdata ayat (3), yaitu suatu prestasi yang menjadi pokok dalam membuat perjanjian, pernyataan- pernyataan yang sifat dan luasnya sama sekali tidak dapat ditentukan sifat dan luas kewajiban para pihak sehingga tidak mempunyai daya mengikat. Syarat-

38

Agus Yudha Hernoko, Op.Cit,hal 185

(38)

syarat hal tertentu yaitu adanya objek tertentu dalam membuat atau menutup suatu perjanjian, hal ini untuk memperjelas suatu ketika perjanjian ditutup. Adalah dimungkinkan untuk hal tertentu tersebut sekedar ditentukan jenisnya, sementara mengenai jumlah depan ditentukan di kemudian hari.

39

Mengenai hal tertentu atau objek tertentu merujuk pada pasal-pasal sebagai berikut:

a. Pasal 1332 KUH Perdata, menyatakan bahwa hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja yang dapat menjadi pokok perjanjian. Tidak dapat dijadikan pokok/objek perjanjian antara lain seperti, jalan-jalan umum, pelabuhan umum, terminal umum.

b. Pasal 1333 KUH Perdata, menyatakan bahwa suatu perjanjian harus mempunyai pokok berupa suatu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya. Jenis barang itu tidak perlu pasti, asal saja jumlah itu kemudian dapat ditentukan atau dihitung.

c. Pasal 1334 KUHPerdata, menyatakan, bahwa barang yang baru ada pada waktu yang akan dating menjadi pokok suatu perjanjian. Tetapi tidaklah diperkenankan untuk melepaskan suatu warisan yang belum terbuka, ataupun untuk meminta diperjanjikan sesuatu hal mengenai warisan itu, sekalipun dengan sepakatnya orang yang nantinya akan meninggalkan warisan yang menjadi pokok perjanjian itu, dengan tidak mengurangi ketentuan Pasal 169, Pasal 176 dan Pasal 178.

39

Yahman. Op.Cit, hal 61-62

(39)

32

Maksudnya adalah seseorang yang belum meninggal telah melepaskan hak atas warisan, atau membuat perjanjian tentang waris meskipun ada izin dari calon pewaris, perjanjian ini tidak diperbolehkan karena dianggap tidak sopan atau tidak etis dalam kehidupan masyarakat terhadap calon pewaris yang nyata-nyata masih hidup.

4. Sebab yang halal

Halal di sini bukan dengan maksud untuk memperlawankan dengan kata haram dalam hukum Islam, tetapi yang dimaksudkan di sini adalah bahwa isi perjanjian tersebut tidak dapat bertentangan dengan undang-undang kesusilaan dan ketertiban umum.

40

Syarat pertama di atas disebut juga dengan syarat subyektif, (subyek atau para pihak)sedangkan syarat ketiga dan keempat disebut syarat obyektif, (objek perjanjian) jika objek dalam perjanjian itu illegal, atau bertentangan dengan kesusilaan atau ketertiban umum, maka perjanjian tersebut menjadi batal. Sebagai contohnya, perjanjian untuk membunuh seseorang mempunyai objek tujuan yang illegal, maka kontrak ini tidak sah. Dalam hal tidak terpenuhinya unsur pertama (kesepakatan) dan unsur kedua (kecakapan) maka kontrak tersebut dapat dibatalkan. Sedangkan apabila tidak terpenuhinya unsur ketiga (suatu hal tertentu) dan unsur keempat (suatu sebab yang halal) maka kontrak tersebut adalah batal demi hukum.

41

40

Ahmad Miru, Op.Cit, hal 69

41

Wita Sumarjono C. Setiawan. Penerapan Asas Kebebasan Berkontrak Dalam

Pembuatan Perjanjian Franchise Pizza Hut. Semarang, Tesis. Universitas Diponegoro, 2010, hal

36.

(40)

Perjanjian dapat dibatalkan, yaitu salah satu atau kedua pihak dapat meminta pembatalan perjanjian yang telah dibuat itu ke pengadilan. Perjanjiannya sendiri tetap mengikat kedua belah pihak sebelum hakim memutuskan pembatalan tersebut (sebelum hakim membatalkan). Permintaan atau pengajuan pembatalan ini dapat dilakukan apabila misalnya salah satu pihak tidak cakap atau salah satu pihak dalam memberikan kata sepakatnya tidak sesuai dengan keinginannya (misalnya diancam, dipaksa, dipengaruhi pihak lain). Sedangkan batal demi hukum, artinya sejak semula dianggap tidak pernah ada perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan. Dalam pelaksanaanya apabila suatu perjanjian tidak memenuhi syarat atau unsur subjektif, maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan (dimintakan pembatalan). Dan apabila suatu perjanjian tidak memenuhi syarat atau unsur objektif, maka perjanjian tersebut batal demi hukum.

Berdasarkan syarat sahnya suatu perjanjian di atas dapat disimpulkan bahwa syarat sah perjanjian adalah adanya kesepakatan untuk mengikatkan diri, para pihak mampu membuat perjanjian, ada hal yang diperjanjikan, dilakukan atas sebab yang halal.

I. Jenis dan Fungsi Perjanjian

Para ahli di bidang perjanjian tidak ada kesatuan pandangan tentang

pembagian perjanjian. Masing-masing ahli mempunyai pandangan yang berbeda

antara satu dengan lainnya. Ada ahli yang mengkajinya dari sudut hukumnya,

(41)

34

namanya, bentuknya, aspek kewajiban, maupun aspek larangannya. Berikut jenis- jenis perjanjian berdasarkan pembagian.

42

1. Perjanjian menurut sumbernya

Perjanjian menurut sumber hukumnya merupakan penggolongan perjanjian yang didasarkan pada tempat perjanjian itu ditemukan.

2. Perjanjian menurut namanya

Penggolongan ini didasarkan pada nama perjanjian yang dicantumkan dalam Pasal 1319 KUH Perdata dan artikel 1335 NBW. Di dalam Pasal 1319 KUH Perdata dan Artikel 1355 NBW hanya disebutkan 2 (dua) macam perjanjian menurut namanya, yaitu perjanjian nominaat (bernama) dan perjanjian innominat (tidak bernama). Perjanjian nominat adalah perjanjian yang dikenal dalam KUH Perdata. Yang termasuk dalam perjanjian nominat adalah jual beli, tukar menukar, sewa menyewa, persekutuan perdata, hibah, penitipan barang, pinjam pakai, pinjam meminjam, pemberian kuasa, penanggunagan utang, perdamaian. Sedangkan perjanjian innominat adalah perjanjian yang timbul, tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Jenis perjanjian ini belum dikenal dalam KUH Perdata.

3. Perjanjian menurut bentuknya

KUH Perdata tidak disebutkan secara sistematis tentang bentuk perjanjian.

Namun apabila dilihat berbagai ketentuan yang tercantum dalam KUH Perdata maka perjanjian menurut bentuknya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu perjanjian perjanjian lisan dan tertulis. Perjanjian lisan adalah perjanjian yang

42

Salim H.S (2) Op.Cit, hal 18

(42)

dibuat oleh para pihak cukup dengan lisan atau kesepakatan saja Pasal 1320 KUH Perdata. Perjanjian tertulis merupakan perjanjian yang dibuat para pihak dalam bentuk tulisan. Hal ini dapat dilihat pada perjanjian hibah yang harus dilakukan dengan akta notaries Pasal 1682 KUH Perdata.

4. Perjanjian timbal balik

Perjanjian timbal balik merupakan perjanjian yang dilakukan kedua belah pihak yang menimbulkan hak dan kewajiban-kewajiban pokok seperti pada jual beli dan sewa menyewa. Perjanjian timbal balik dibagi menjadi dua jenis yaitu, timbal balik tidak sempurna dan yang sepihak.

5. Perjanjian cuma-cuma atau dengan alas hak membebani

Penggolongan ini didasarkan pada keuntungan salah satu pihak dan adanya prestasi dari pihak lainnya. Perjanjian cuma-cuma merupakan perjanjian menurut hukum hanya menimbulkan keuntungan bagi salah satu pihak.

6. Perjanjian berdasarkan sifatnya

Penggolongan ini didasarkan pada hak kebendaan dan kewajiban yang

ditimbulkan dari adanya perjanjian tersebut. Perjanjian menurut sifatnya

dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu perjanjian kebendaan dan perjanjian

obligatoir. Disamping itu, dikenal juga jenis perjanjian dari sifatnya, yaitu

pokok dan perjanjian pinjam meminjam uang, baik kepada individu maupun

pada perjanjian pembebanan hak tanggungan atau fidusia.

(43)

36

7. Perjanjian dari aspek larangannya

Penggolongan perjanjian berdasarkan larangannya merupakan penggolongan perjanjian dari aspek tidak diperkenankannya para pihak untuk membuat perjanjian yang bertentangan dengan undang-undang.

43

Sedangkan menurut Sutarno, perjanjian dibedakan menjadi yaitu:

1. Perjanjian timbal balik. Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang dibuat dengan meletakkan hak dan kewajiban kepada kedua pihak yang membuat perjanjian. Misalnya perjanjian jual beli Pasal 1457 KUHPerdata dan perjanjian sewa menyewa Pasal 1548 KUHPerdata.

2. Perjanjian sepihak. Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang dibuat dengan meletakkan kewajiban pada salah satu pihak saja.

3. Perjanjian dengan percuma. Perjanjian dengan percuma adalah perjanjian menurut hukum terjadi keuntungan bagi salah satu pihak saja, yaitu Pasal 1666 dan 1740 KUH Perdata.

4. Perjanjian konsensuil, riil dan formil. Perjanjian konsensuil adalah perjanjian yang dianggap sah apabila telah terjadi kesepakatan antara pihak yang membuat perjanjian. Perjanjian riil adalah perjanjian yang memerlukan kata sepakat tetapi barangnya harus diserahkan.

5. Perjanjian bernama atau khusus dan perjanjian tak bernama Perjanjian bernama atau khusus adalah perjanjian yang telah diatur dengan ketentuan khusus dalam KUHPerdata Buku ke tiga Bab V sampai dengan bab XVIII.

44

43

Ibid, hal 17-21

44

Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank,Bandung Alfabeta,2003, hal 82

Referensi

Dokumen terkait

907/MENKES/SK/VII/2002.(2).Perusahaan Daerah Air Minum dalam melaksanakan kegiatan jasanya sebagai subjek hukum diwakili oleh organ-organnya, kemudian segala sesuatu hal

Oleh karena itu unsur kehendak dan pernyataan merupakanunsur-unsur pokok disamping unsurlain yang menentukan lahirnya perjanjian.Berlakunya asas konsensualisme menurut

Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis persembahkan Kepada Kedua Orang Tua Tercinta, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Apabila pihak perusahaan tidak melaksanakan tanggung jawabnya dalam menjaga dan melindungi lingkungan hidup masyarakat, maka masyarakat sosor ladang melalui organisasi

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa jaminan sosial tenaga kerja sebagai bentuk perlindungan terhadap pekerja yang diberikan CV Melyka sendiri meliputi beberapa hal, yaitu

Berdasarkan uraian diatas maka terbukti sebagai fakta didepan persidangan, sehingga tepatlah Amar putusan majelis hakim yang menyatakan bahwa Fahmi Adriyanto alias

Ganti rugi yang harus dibayarkan oleh pihak operator penerbangan tidak hanya mengenai barang muatan atau bagasi saja,melainkan juga mengenai hak penumpang.Apabila

Teknik pengumpulan data yang digunakan studi kepustakaan (library research dan Penelitian lapangan (field research), dengan metode kualitatif. Akibat hukum terhadap