BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
H. Syarat Sahnya Perjanjian
I. Jenis dan Fungsi Perjanjian
Para ahli di bidang perjanjian tidak ada kesatuan pandangan tentang pembagian perjanjian. Masing-masing ahli mempunyai pandangan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Ada ahli yang mengkajinya dari sudut hukumnya,
34
namanya, bentuknya, aspek kewajiban, maupun aspek larangannya. Berikut jenis-jenis perjanjian berdasarkan pembagian.42
1. Perjanjian menurut sumbernya
Perjanjian menurut sumber hukumnya merupakan penggolongan perjanjian yang didasarkan pada tempat perjanjian itu ditemukan.
2. Perjanjian menurut namanya
Penggolongan ini didasarkan pada nama perjanjian yang dicantumkan dalam Pasal 1319 KUH Perdata dan artikel 1335 NBW. Di dalam Pasal 1319 KUH Perdata dan Artikel 1355 NBW hanya disebutkan 2 (dua) macam perjanjian menurut namanya, yaitu perjanjian nominaat (bernama) dan perjanjian innominat (tidak bernama). Perjanjian nominat adalah perjanjian yang dikenal dalam KUH Perdata. Yang termasuk dalam perjanjian nominat adalah jual beli, tukar menukar, sewa menyewa, persekutuan perdata, hibah, penitipan barang, pinjam pakai, pinjam meminjam, pemberian kuasa, penanggunagan utang, perdamaian. Sedangkan perjanjian innominat adalah perjanjian yang timbul, tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Jenis perjanjian ini belum dikenal dalam KUH Perdata.
3. Perjanjian menurut bentuknya
KUH Perdata tidak disebutkan secara sistematis tentang bentuk perjanjian.
Namun apabila dilihat berbagai ketentuan yang tercantum dalam KUH Perdata maka perjanjian menurut bentuknya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu perjanjian perjanjian lisan dan tertulis. Perjanjian lisan adalah perjanjian yang
42 Salim H.S (2) Op.Cit, hal 18
dibuat oleh para pihak cukup dengan lisan atau kesepakatan saja Pasal 1320 KUH Perdata. Perjanjian tertulis merupakan perjanjian yang dibuat para pihak dalam bentuk tulisan. Hal ini dapat dilihat pada perjanjian hibah yang harus dilakukan dengan akta notaries Pasal 1682 KUH Perdata.
4. Perjanjian timbal balik
Perjanjian timbal balik merupakan perjanjian yang dilakukan kedua belah pihak yang menimbulkan hak dan kewajiban-kewajiban pokok seperti pada jual beli dan sewa menyewa. Perjanjian timbal balik dibagi menjadi dua jenis yaitu, timbal balik tidak sempurna dan yang sepihak.
5. Perjanjian cuma-cuma atau dengan alas hak membebani
Penggolongan ini didasarkan pada keuntungan salah satu pihak dan adanya prestasi dari pihak lainnya. Perjanjian cuma-cuma merupakan perjanjian menurut hukum hanya menimbulkan keuntungan bagi salah satu pihak.
6. Perjanjian berdasarkan sifatnya
Penggolongan ini didasarkan pada hak kebendaan dan kewajiban yang ditimbulkan dari adanya perjanjian tersebut. Perjanjian menurut sifatnya dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu perjanjian kebendaan dan perjanjian obligatoir. Disamping itu, dikenal juga jenis perjanjian dari sifatnya, yaitu pokok dan perjanjian pinjam meminjam uang, baik kepada individu maupun pada perjanjian pembebanan hak tanggungan atau fidusia.
36
7. Perjanjian dari aspek larangannya
Penggolongan perjanjian berdasarkan larangannya merupakan penggolongan perjanjian dari aspek tidak diperkenankannya para pihak untuk membuat perjanjian yang bertentangan dengan undang-undang.43
Sedangkan menurut Sutarno, perjanjian dibedakan menjadi yaitu:
1. Perjanjian timbal balik. Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang dibuat dengan meletakkan hak dan kewajiban kepada kedua pihak yang membuat perjanjian. Misalnya perjanjian jual beli Pasal 1457 KUHPerdata dan perjanjian sewa menyewa Pasal 1548 KUHPerdata.
2. Perjanjian sepihak. Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang dibuat dengan meletakkan kewajiban pada salah satu pihak saja.
3. Perjanjian dengan percuma. Perjanjian dengan percuma adalah perjanjian menurut hukum terjadi keuntungan bagi salah satu pihak saja, yaitu Pasal 1666 dan 1740 KUH Perdata.
4. Perjanjian konsensuil, riil dan formil. Perjanjian konsensuil adalah perjanjian yang dianggap sah apabila telah terjadi kesepakatan antara pihak yang membuat perjanjian. Perjanjian riil adalah perjanjian yang memerlukan kata sepakat tetapi barangnya harus diserahkan.
5. Perjanjian bernama atau khusus dan perjanjian tak bernama Perjanjian bernama atau khusus adalah perjanjian yang telah diatur dengan ketentuan khusus dalam KUHPerdata Buku ke tiga Bab V sampai dengan bab XVIII.44
43 Ibid, hal 17-21
44 Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank,Bandung Alfabeta,2003, hal 82
KUHPerdata dikenal beberapa jenis perjanjian, namun yang dimaksud jenis-jenis perjanjian dalam KUHPerdata tersebut pada dasarnya adalah jenis-jenis perjanjian. Jenis-jenis perjanjian yang dimaksud adakah perjanjian yang bukan merupakan perjanjian yang bersahaja atau perjanjian yang dapat dilaksanakan dengan mudah karena para pihak hanya terdiri atas masing-masing satu orang dan objek perjanjiannya pun hanya satu macam dan lain-lain yang terkait dengan perjanjian tersebut serba bersahaja. Perjanjian yang tidak bersahaja yang dimaksud, antara lain :
1. Perjanjian bersyarat
Perjanjian bersyarat adalah perjanjian yang digantungkan pada suatu peristiwa yang akan datang dan peristiwa-peristiwa tersebut belum tentu terjadi.
Perjanjian bersyarat ini dapat dibagi dua, yaitu perjanjian bersyarat tangguh dan perjanjian dengan bersyarat batal.
2. Perjanjian dengan ketetapan waktu
Berbeda dengan perjanjian bersyarat, perjanjian dengan ketetapan waktu ini tidak menangguhkan terjadinya atau lahirnya perjanjian, melainkan menangguhkan pelaksanaan perjanjian.
3. Perjanjian mana suka atau alternatif
Perjanjian mana suka atau alternatif ini mungkin jarang ditemui dalam praktik, tetapi hal ini dimungkinkan dalam hukum perjanjian.
4. Perjanjian tanggung renteng atau tanggung menanggung
Suatu perjanjian dikatakan tanggung menanggung jika dalam perjanjian tersebut terdiri atas beberapa orang kreditur dan dalam perjanjian tersebut
38
secara tegas dinyatakan bahwa masing-masing perjanjian tersebut secara tegas dinyatakan bahwa masing-masing kreditur berhak untuk menagih seluruh utang atau pembayaran utang pada kreditur lainnya.45
Berdasarkan pendapat di atas jenis perjanjian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang dibuat dengan meletakkan hak dan kewajiban kepada kedua pihak yang membuat perjanjian. Misalnya perjanjian jual beli Pasal 1457 KUHPerdata dan perjanjian sewa menyewa Pasal 1548 KUHPerdata
Fungsi perjanjian dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu fungsi yuridis dan fungsi ekonomis. Fungsi yuridis perjanjian adalah fungsi dapat memberikan kepastian hukum bagi para pihak. Sedangkan fungsi ekonomis adalah menggerakan (hak milik) sumber daya dari nilai penggunaan yang lebih rendah menjadi nilai yang tinggi.46