BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
J. Berakhirnya Perjanjian
KUH Perdata tidak diatur secara khusus tentang berakhirnya perjanjian, tetapi yang diatur dalam Bab IV Buku III KUH Perdata hanya hapusnya perjanjian-perjanjian. Walau demikian, ketentuan tentang hapusnya perjanjian tersebut juga merupakan ketentuan tentang hapusnya perjanjian karena perjanjian yang dimaksud dalam Bab IV KUH Perdata tersebut adalah perjanjian pada umumnya baik itu dari lahir dari perjanjian maupun yang lahir dari perbuatan melanggar hukum.
45 Ahmadi Miru, Op.Cit, hal 52-57
46Sutarno. Op.Cit, hal 35
Berdasarkan Pasal 1381 KUH Perdata hapusnya perjanjian karena sebagai berikut:
1. Pembayaran
Pembayaran dalam hal ini tidak hanya meliputi penyerahan sejumlah uang, tetapi juga penyerahan suatu benda. Dengan kata lain, perjanjian berakhuir karena pembayaran dan penyerahan suatu benda. Jadi dalam hal ini objek perjanjian berakhir dengan pembayaran utang. Dalam hal ini objek perjanjian adalah suatu benda, maka perjanjian berakhir setelah penyerahan benda.
Dalam hal ini objek perjanjian adalah pembayaran uang dan penyerahan benda secara timbal balik, perjanjian baru berakhir setelah pembayaran dan penyerahan benda.47
2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan Pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan, apabila seorang kreditur menolak pembayaran yang dilakukan oleh debitur, debitur dapat melakukan penawaran pembayaran tunai atas utangnya, dan jika kreditur masih menolak, debitur dapat menitipkan uang atau barangnya di pengadilan.
Penawaran pembayaran yang diikuti dengan penitipan uang atau barang di pengadilan, membebaskan debitur dan berlaku baginya pembayaran asal penawaran itu dilakukan berdasarkan undangundang, dan apa yang dititipkan itu merupakan atas tanggungan kreditur.48
47 Abdul Kadir Muhammad, Op.Cit, hal 282
48 Ibid, hal 96.
40
3. Pembaharuan utang
Pembaharuan utang terjadi dengan cara mengganti utang lama dengan utang baru,debitur lama dengan debitur baru dan kreditur lama dengan kreditur baru, dalam hal utang lama diganti dengan utang baru, terjadilah penggantian objek perjanjian,yang disebut “novasi objektif”. Di sini utang lama lenyap. Dalam hal terjadi penggantian orangnya (subjeknya), maka jika debiturnya yang diganti, pembaharuan ini disebut “inovasi subjektif pasif”, jika krediturnya yang diganti, pembaharuan ini disebut “novasi subject aktif”, dalam hal ini utang lama lenyap.49
Menurut Pasal 1413 KUHPerdata pembaharuan utang terjadi karena:
a. Apabila antara kedua belah pihak diadakan perjanjian baru untuk mengganti perjanjian lama yang degan ini dihapuskan
b. Apabila subjek uang dibebani kewajiban diganti subjek baru dan dengan demikian subjek lama dikeluarkan dari kewajiban
c. Apabila subjek yang berhak diganti dengan subjek baru dan dengan demikian subjek lama tidak berhak lagi.50 Pasal 1415 KUH Perdata menekankan bahwa adanya suatu pembaharuan hutang harus terang ternyata dari perbuatan hukum dari para pihak tidak boleh hanya dianggap saja.
4. Perjumpaan utang atau kompensasi
Perjumpaan utang atau kompensasi ini terjadi jika antara dua pihak saling berutang antara satu dan yang lain sehingga apabila utang tersebut masing-masing diperhitungkan dan sama nilainya, kedua belah pihak akan bebas dari
49 Abdul Kadir Muhammad, Op.Cit, hal 283
50 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perjanjian, Bandung, Mandar Maju, 2011, hal 138
utangmya. Perjumpaan utang ini terjadi secara hukum walaupun hal itu tidak diketahui oleh debitur. Perjumpaan ini hanya dapat terjadi jika utang tersebut berupa uang atau barang habis karena pemakaian yang sama jenisnya serta dapat ditetapkan dan jatuh tempo.
5. Pencampuran utang
Apabila kedudukan kreditur dan debitur berkumpul pada satu orang, utang tersebut hapus demi hukum. Dengan demikian, percampuran utang tersebut juga dengan sendirinya menghapuskan tanggungjawab penanggung utang.
Namun sebaliknya, apabila percampuran utang terjadi pada penggung utang, tidak dengan sendirinya menghapuskan utang pokok. Demikian pula percampuran terhadap salah seorang dari piutang tanggung menanggung tersebut tidak dengan sendirinya menghapuskan utang kawan-kawan berutang.
6. Pembebasan utang
Pembebasan utang bagi kreditur tidak dapat dipersangkakan, tetapi harus dibuktikan karena jangan sampai utang tersebut sudah cukup lama tidak ditagih, debitur menyangka bahwa terjadi pembebasan utang. Hanya saja pengembalian sepucuk tanda piutang asli secara sukarela oleh kreditur. Maka, hal itu sudah merupakan suatu bukti tentang pembebasan utangnya bahkan terhadap orang lain yang turut berutang secara tanggung menanggung.
7. Musnahnya barang yang terutang
Jika suatu barang tertentu yang dijadikan objek perjanjian musnah, tidak ada dapaty lagi diperdagangkan, atau hilang, hapuslah perikatannya, kecuali kalau
42
hal tersebut terjadi karena kesalahan debitur atau debitur telah lalai menyerahkan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
8. Kebatalan dan pembatalan
Kebatalan atau batal demi hukum suatu kontrak terjadi jika perjanjian tersebut tidak memenuhi syarat objektif dan syarat sahnya kontrak yaitu suatu hal tertentu dan sebab yang halal. Jadi kalau kontrak itu objeknya tidak jelas atau bertentangan dengan undang-undang ketertiban umum atau kesusilaan, kontrak tersebut batal demi hukum.
Pembatalan perjanjian sangat terkait dengan pihak yang melakukan perjanjian, dalam arti apabila pihak yang melakukan perjanjian tersebut tidak cakap menurut hukum, baik itu karena belum cukup umur 21 tahun atau karena dibawah pengampuan, perjanjian tersebut dapat dimintakan pembatalan oleh pihak yang tidak cakap tersebut apakah diwakili oleh wali atau pengampunya atau setelah dia sudah berumur 21 tahun atau sudah tidak di bawah pengampuan.
9. Berlakunya syarat batal
Syarat batal yang dimaksud di sini adalah ketentuan ini perjanjian uang diseujui oleh kedua belah pihak, syarat tersebut apabila dipenuhi mengakibatkan perjanjian itu batal, sehingga perjanjian menjadi hapus.51 Syarat ini disebut “syarat bata” syarat batal pada asasanya selalu berlaku surut, yaitu sejak perjanjian itu dibuat, perjanjian yang batal dipulihkan dalam keadaan semula seolah-olah tidak pernah terjadi perjanjian.
51 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal 296
Hapusnya perikatan yang diakibatkan oleh berlakunya syarat batal terjadi jika kontrak yang dibuat oleh para pihak adalah kontrak dengan syarat batal dan apabila syarat itu terpenuhi, maka kontrak dengan sendirinya batal, yang berarti mengakibatkan hapusnya kontrak tersebut. Hal ini berbeda dari kontrak dengan syarat tangguh, karena apabila syarat terpenuhi pada kontrak dengan syarat tangguh, maka kontraknya bukan batal melainkan tidak lahir.
10. Kedaluwarsa
Kedaluwarsa atau lewat waktu juga dapat mengakibatkan hapusnya perjanjian antara para pihak. Hal ini diatur dalam Pasal 1967 KUHPerdata.52 Pasal 1967 KUH Perdata menentukan bahwa segala tuntutan, baik yang bersifat kebendaan maupun yang bersifat perorangan hapus karena daluwarsa, dengan lewat waktu 30 tahun. Sedangkan orang yang menunjukkan adanya daluwarsa itu tidak usaha menunjukkan alas hak dan tidak dapat diajukan terhadapnya tangkisan yang berdasar pada iktikad buruk. Terhadap benda bergerak yang bukan bunga atau piutang yang bukan atas tujuk (niet aan toonder), siapa yang menguasainya dianggap sebagai pemiliknya. Walaupun demikian, jika ada orang yang kehilangan atau kecurian suatu benda, dalam jangka waktu tiga tahun tiga tahun terhitung sejak hari hilangnya atau dicuriagainya benda itu, dia dapat menuntut kembali bendanya yang hilang atau dicuri itu sebagai miliknya dari tangan siapapun yang menguasainya. Pemegang benda terakhir
52 Ahmadi Miru, Op.Cit, hal 110
44
dapat menuntut pada orang terakhir yang menyerahkan atau menjual kepadanya suatu ganti kerugian Pasal 1977 KUHPerdata.53
Cara-cara yang disebut oleh Pasal 1381 KUHPerdata belum lengkap karena masih ada cara-cara yang tidak disebutkan misalnya berakhirnya suatu ketetapan waktu /termijn dalam suatu perjanjian atau meninggalnya salah satu pihak dalam beberapa macam perjanjian seperti meninggalnya seorang pesero dalam suatu perjanjian firma dan pada umumnya dalam perjanjian-perjanjian di mana prestasi hanya dapat dilaksanakan oleh si debitur sendiri dan tidak oleh seorang lain.54
Hapusnya kontrak belum tentu menghapuskan perjanjian kecuali semua perjanjian-perjanjian yang ada pada perjanjian tersebut sudah hapus dan dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika suatu perjanjian baik sepihak atau timbal balik sudah hapus maka keseluruhan perikatan didalamnya juga hapus, tetapi apabila sebagian perikatan dalam perjanjian sudah hapus pada perjanjian timbal balik maka perjanjian tersebut belum hapus atau berakhir.
Perjanjian dapat dikatakan telah berakhir apabila tujuan dari perjanjian tersebut telah tercapai dengan terpenuhinya hak dan kewajiban para pihak yang membuat perjanjian. Pada saat perjanjian tersebut berakhir atau hapus, maka hal tersebut dapat mengakibatkan hapusnya perikatan dengan kata lain apabila suatu perjanjian hapus dengan berlaku surut misalnya perjanjian tersebut hapus akibat dari pembatalan yang disebabkan oleh wanprestasi Pasal 1266 KUHP, maka
53 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal 287-288
54 Subekti, Op.Cit., hlm. 64.
semua perikatan yang telah terjadi menjadi hapus dan perikatan tersebut tidak perlu lagi dipenuhi sehingga apa yang telah dipenuhi harus pula ditiadakan.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan suatu perjanjian hapus atau berakhir, yaitu :
a. Ditentukan dalam perjanjian oleh para pihak atau undang-undang.
b. Undang-undang telah memberikan penetapan tentang batas waktu berlakunya suatu perjanjian.
c. Ditentukan oleh hakim.
d. Pernyataan menghentikan perjanjian.
e. Tujuan telah tercapai.
f. Dengan persetujuan para pihak55
55Dewi Asmawardhani, “Analisis Asas Konsensualisme Terkait Dengan Kekuatan Pembuktian Perjanjian Jual Beli Di Bawah Tangan”, dalam Ganec Swara Volume 9 Nomor 1 Maret 2015, hal. 171
BAB III