• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Perubahan Tabel NBM

Tabel NBM Tahun 2008 terdapat penyederhanaan dalam hal jumlah jenis bahan makanan meliputi :

- Pangan Nabati : Pada kelompok Padi-padian mulai tahun 2008 terdapat penambahan jenis bahan makanan jagung muda, sedangkan NBMtahun sebelumnya terdapat jenis bahan makanan Sorgum/Cantel. Kelompok Makanan Berpati mulai tahun 2008 terdapat penambahan Sagu/tepung sagu dan tahun sebelumnya terdapat jenis bahan makanan Talas. Khusus NBM DIY untuk kelompok Makanan Berpati tidak ada jenis Gandum (Wheat) dan diganti dengan Mie Instant karena konsumsi Mie Instant cukup tinggi. Kelompok Gula tidak terdapat perubahan. Kelompok Buah Biji Berminyak pada tahun 2007 terdapat jenis bahan makanan Glondong/ Kacang mete, sedang tahun 2008 dan 2009 tidak ada, jenis bahan makanan Kacang mete pada tahun 2008 dan 2009 seharusnya tidak tercantum dalam tabel NBM namun karena Kacang mete merupakan produk unggulan dari DIY sehingga perlu untuk dicantumkan. Pada kelompok Buah-buahan terdapat perbedaan dalam jumlah maupun jenis bahan makanan, mulai tahun 2008 terdapat 20 jenis sedangkan tahun sebelumnya ada 22 jenis, perbedaan terdapat pada jenis bahan makanan apel, anggur, jambu air, jambu biji, kelengkeng dan melon yang terdapat pada tahun 2007 sedangkan mulai tahun 2008 jenis jambu adalah gabungan dari jambu biji dan jambu air, juga terdapat penambahan jenis sukun dan markisa dan tahun 2011 terdapat penambahan jenis buah yaitu melon karena di wilayah DIY buah melon sangat potensial. Kelompok Sayuran mulai tahun 2008 terdapat penambahan Jamur sedang tahun sebelumnya tidak ada, selain itu sukun dan nangka sayur juga masuk kelompok sayuran. Kelompok minyak lemak nabati terdapat perbedaan jenis bahan makanan minyak jagung, minyak

NBM 2015 Sementara halaman 32

kedelai dan minyak ikan pada tahun 2007 sedang mulai tahun 2008 tidak terdapat jenis tersebut.

- Pangan Hewani : Untuk jenis bahan makanan daging, susu dan telur tidak terdapat perbedaan, sedangkan untuk ikanmulai tahun 2008 terdapat 18 jenis ikan sedang tahun sebelumnya dikelompokkan menjadi ikan darat dan ikan laut. Mulai pada tabel 2008 seharusnya tidak terdapat jenis ikan lele dan nila, namun karena jenis tersebut merupakan bahan makanan unggulan dari DIY maka perlu untuk dicantumkan. Dan mulai tahun tahun 2010 terdapat satu tambahan komoditi ikan yaitu Gurameh, sedangkan pada tahun 2011 ditambahkan jenis ikan Grasscarp karena di DIY sangat potensial dan pada tahun 2013 terdapat penambahan ikan patin .

NBM 2015 Sementara halaman 33

BAB IV

ANALISIS KETERSEDIAAN PANGAN TAHUN 2015 (SEMENTARA)

A. Situasi Ketersediaan Pangan Tahun 2013-2015 (Sementara)

Ketersediaan setiap bahan pangan untuk dikonsumsi berasal dari produksi, stok net impor, kemudian dikurangi penggunaan pakan, bibit, industri dan tercecer. Pada Tabel 2, terlihat bahwa Ketersediaan energi tahun 2013 sebesar 3.699 kal/kap/hari lebih rendah dibandingkan tahun 2014 (3.701 kal/kap/hari) dan protein sebesar 107,23 gram/kap/hari lebih rendah dari tahun 2014 (111,75 gram/kap/hari. Ketersediaan energi dan protein tahun 2014 (Tabel 4) lebih tinggi dibanding tahun 2013 (Tabel 2). Ketersediaan energi tahun 2015 sementara sebesar 3.677 kal/kap/hari lebih rendah dibanding tahun 2014 (3.701 kal/kap/hari) dikarenakan beberapa komoditi bahan pangan mengalami penurunan produksi serta impor. Jumlah penduduk tahun 2015 bersumber dari proyeksi SP 2010 yaitu 3.679.200 jiwa. Keragaman ketersediaan per-kelompok bahan pangan tahun 2013-2015 sementara secara rinci seperti diuraikan berikut ini :

1. Kelompok Padi-padian

Ketersediaan kelompok padi – padian tahun 2013 sebesar 2.108 kal/kap/hari lebih tinggi dibanding tahun 2014 (1.944 kal/kap/hari), hal ini dikarenakan penurunan produksi GKG dari tahun 2013 (921.824 ton) menjadi 919.573 ton (tahun 2014). Penurunan produksi padi disebabkan turunnya produktivitas akibat tingginya curah hujan utamanya di SR3 yang berakibat pada gangguan penyerbukan padi, gangguan OPT dan keterlambatan pemupukan khususnya di Kabupaten Sleman yang terjadi pada padi sawah. Produktivitas padi sawah tahun 2014 sebesar 57,53 Ku/ Ha sedangkan tahun 2013 sebesar 57,88 Ku/ Ha. Penurunan produktivitas padi turun dikarenakan curah hujan yang

NBM 2015 Sementara halaman 34

relatif tinggi utamanya pada SR3 yang berakibat pada gangguan penyerbukan padi, gangguan OPT dan keterlambatan pemupukan khususnya di Sleman.

Ketersediaan padi – padian tahun 2015 (berdasarkan angka sementara) sebesar 1.814 kkal/kap/hari lebih rendah dibanding tahun 2014 (1.944 kkal/kap/hari). Hal ini dikarenakan menurunnya produksi jagung pada tahun 2015 dibanding tahun 2014.

Pada komoditi Padi meningkat dalam hal produksi, dikarenakan produktivitas padi sawah pada tahun 2015 sebesar 66,07 ku/ha atau naik 3,89 ku/ha (6,26%) dari tahun 2014. Hal itu karena penerapan GP PTT (Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu) di Kulonprogo, Bantul dan Sleman yang hasilnya dirasakan pada sub round 3. Teknologi yang diterapkan terdiri atas : jarak tanam (jajar legowo sisipan), bantuan benih (varietas Ciherang dan Pepe di Kulonprogo, Ciherang, IR64 dan Inpari di Bantul) dan pemupukan berimbang (ada bantuan pupuk NPK). Peningkatan provitas juga disebabkan oleh dampak positif kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) 16.000 ha, GP PTT 5.000 ha. Produksi padi sawah pada tahun 2015 sebesar 746.810 ton atau naik sebesar 27.616 ton (3,84%) dari tahun 2014. Karena produktivitas padi yang naik mengakibatkan produksi padi sawah 2015 naik dari 2014.

Ketersediaan Jagung tahun 2014 sebesar 322 kkal/kap/hari lebih rendah dari tahun 2013 (370 kkal/kap/hari), walaupun bila dilihat dari sisi produksi tahun 2014 (312.236 ton) lebih tinggi dibanding tahun 2013 (289.5880 ton), namun karena pada tahun 2014 penyediaan dalam negeri lebih tinggi dibanding tahun 2013 sehingga ketersediaan energinya juga lebih rendah.

Ketersediaan Jagung pada tahun 2015 sebesar 152 kal/kap/hari lebih rendah dibanding dengan ketersediaan jagung pada tahun 2014 (322 kal/kap/hari), hal ini dikarenakan terjadi penurunan produksi jagung pada tahun 2015, penyebabnya adalah luas panen jagung pada tahun 2015 sebesar 65.485

NBM 2015 Sementara halaman 35

atau turun -2.172 ha (-3,21%) dari tahun 2014. Hal itu karena panen di sentra produksi Kulonprogo sentolo dan Pengasih kurang air pada SR II, di Gunungkidul bergeser ke kacang tanah. Produktivitas jagung pada tahun 2015 sebesar 45,67 ku/ha atau turun -0,48 ku/ha (-1,04%) dari tahun 2014. Hal itu karena pada periode tanam SR II kurangnya pasokan air. Juga karena sebagian petani menggunakan benih sendiri turunan hibrida. Produksi jagung pada tahun 2015 sebesar 299.084 ton atau turun sebesar -13.152 ton (-4,21%) dari tahun 2014. Karena luas panen yang turun dan produktivitas yang turun mengakibatkan produksi tahun 2015 mengalami penurunan.

Ketersediaan energi komoditi tepung gandum tahun 2014 sebesar 128 kkal/kap/hari lebih rendah bila dibanding tahun 2013 (255 kkal/kap/hari), hal ini karena impor tahun 2014 lebih rendah dibanding tahun 2013. Pada tahun 2014 impor tepung gandum sebesar 29.117 ton, impor mie instant 23.891 ton dan ekspor tepung gandum sebesar 1.712 ton, ekspor mie instant 132 ton. Sedangkan tahun 2013 impor tepung gandum sebesar 880.215 ton, impor mie instant 44.635.855 ton dan ekspor tepung gandum sebesar 869.650 ton, ekspor mie instant 44.585.347 ton.

Untuk ketersediaan energi komoditi tepung gandum tahun 2015 sebesar 160 kkal/kap/hari lebih tinggi dibanding tahun 2014 (128 kkal/kap/hari). Hal ini disebabkan terjadi peningkatan angka impor tepung gandum dari wilayah lain. Data impor tepung gandung tahun 2015 sebesar 51.291 ton sedangkan tahun 2014 (29.117 ton).

2. Kelompok Makanan Berpati

Ketersediaan energi kelompok makanan berpati tahun 2014 sebesar 345 kal/kapita/hari sedikit meningkat bila dibanding tahun 2013 (344 kal/kapita/hari), hal ini dikarenakan kenaikan produksi ubi jalar dari 4.951 ton

NBM 2015 Sementara halaman 36

(tahun 2013) menjadi 5.237 ton (tahun 2014). Namun demikian terjadi penurunan produksi ubi kayu yaitu pada tahun 2013 (1.013.565 ton) menjadi 884.931 ton (tahun 2014),hal ini dikarenakan adanya penurunan luas panen (LP) ubi kayu di Gunung Kidul sebagai sentra produksi utama ubi kayu LP ubi kayu di DIY. Luas panen tahun 2014 sebesar 56.120 Ha, sedangkan tahun 2013 sebesar 58.777 Ha (turun 2.657 Ha)(-4,52%). Penurunan LP terjadi pada SR3, disebabkan oleh kurangnya ketersediaan benih bermutu utamanya di Gunungkidul. Namun demikian ada fenomena yang menarik, di Gunungkidul ubi kayu ditanam tumpang sari dengan tanaman jagung, dan kacang tanah. Di Gunungkidul terjadi pengurangan tanaman tumpangsari pada ubi kayu di kecamatan Wonosari, Ponjong, Karangmojo dan Playen.Produktivitas ubi kayu secara umum turun 14,75 ku/ha (-8,55%) dari angka tetap (ATAP) 2013. Penurunan ini disebabkan adanya hujan di bulan Mei sampai dengan Juli yang menyebabkan ubi menjadi muda lagi dan busuk,serta kurangnya ketersediaan benih unggul.

Ketersediaan energi kelompok makanan berpati tahun 2015 sebesar 242 kal/kapita/hari lebih rendah bila dibanding tahun 2014 (345 kal/kapita/hari), hal ini karena penurunan luas panen ubi kayu pada tahun 2015 sebesar 55.626 atau turun -494 ha (-,088%) dari tahun 2014. Hal itu karena petani beralih ke tebu dan sebagian karena ditanam tumpang sari karena penjarangan tanaman utamanya di Gunungkidul. Produktivitas ubi kayu pada tahun 2015 sebesar 157,01 ku/ha atau turun -0,68 ku/ha (-,043%) dari tahun 2014. Hal itu karena petani lebih memperhatikan tanaman kacang tanah dan palawija lainnya. Produksi ubi kayu pada tahun 2015 sebesar 873.362 ton atau turun sebesar -11.569 ton (-1,31%) dari tahun 2014. Karena luas panen yang turun dan produktivitas yang turun mengakibatkan produksi ubi kayu 2015 turun. Walaupun bila dilihat untuk produksi Ubi jalar tahun 2015 lebih tinggi bila

NBM 2015 Sementara halaman 37

dibanding tahun 2014, hal ini karena Produktivitas ubi jalar pada tahun 2015 sebesar 149,14 ku/ha atau naik 21,10 ku/ha (16,48%) dari tahun 2014. Hal itu karena pemeliharaan tanaman yang lebih baik di sentra produksi ubi jalar di Kabupaten Bantul. Produksi ubi jalar pada tahun 2015 sebesar 6.070 ton atau naik sebesar 833 ton (15,91%) dari tahun 2014. Karena luas panen yang turun namun produktivitas yang naik mengakibatkan produksi ubi jalar 2015 naik.

3. Kelompok Gula

Ketersediaan energi kelompok gula tahun 2014 sebesar (152 kal/kapita/hari) menurun bila dibanding tahun 2013 (179 kal/kapita/hari), dikarenakan penurunan produksi gula pasir pada tahun 2014 (31.429 ton) dibanding tahun 2013 (57.940 ton), hal ini dikarenakan dari PT. Madu Baru tidak memproduksi gula yang berasal dari eks raw sugar.

Ketersediaan energi kelompok gula tahun 2015 sebesar 211 kal/kapita/ hari lebih tinggi dibanding tahun 2014 (152 kal/kapita/hari), dikarenakan terjadi peningkatan produksi gula pasir tahun 2015 sebesar 31.524 ton dan 2014 (31.429 ton), selain juga terjadi peningkatan produksi gula merah tahun 2015 sebesar 4.549 ton sedangkan tahun 2014 (2.395 ton)

4. Kelompok Buah Biji Berminyak

Ketersediaan energi kelompok makanan buah biji berminyak tahun 2014 sebesar 383 kal/kapita/hari (Tabel 4) lebih tinggi bila dibanding tahun 2013 (374 kal/kapita/hari) (Tabel 2). Namun bila dilihat per komoditinya masih terdapat beberapa komoditi yang turun dalam hal produksinya seperti kacang tanah dan kedelai. Produktivitas kacang tanah 2014 secara umum turun 0,18 ku/ha (-1,67%) dari 2013 yang disumbang oleh Kabupaten Kulonprogo, Bantul dan Sleman. Penurunan provitas ini terkait dengan kurangnya pasokan air pada SR1 dan SR2. Dan untuk produksi komoditi kacang hijau pada 2014

NBM 2015 Sementara halaman 38

diperkirakan turun 57 ton (-17,92%) dari ATAP 2013, dikarenakan penurunan LP. Produksi kacang hijau 2014 sebesar 261 ton biji kering. Untuk komoditi Kedelai, luas panen (LP) ATAP 2014 total DIY turun 6.953 ha (-29,85%) dari ATAP 2013, dikarenakan penyediaan benih untuk MH II terlambat dan benih kedelai bermutu bersertifikat tak tersedia. Penurunan LP juga disebabkan oleh perbaikan saluran irigasi Kalibawang sehingga sentra produksi kedelai di kecamatan Nanggulan tidak bisa tanam kedelai, sedangkan di Bantul karena lahan yang biasanya ditanami kedelai, beralih ke penanaman melon dan semangka dengan alasan lebih menguntungkan petani. Sedangkan di Gunungkidul dikarenakan program SLPTT tidak dilaksanakan dan terdapat pergeseran ke tanaman jagung.

Ketersediaan energi kelompok buah biji berminyak tahun 2015 sebesar 423 kal/kap/hari lebih tinggi dibanding tahun 2014 (383 kal/kapita/hari). Hal ini dikarenakan terjadi peningkatan produksi kacang tanah tahun 2015 sebesar 83.300 ton lebih tinggi disbanding tahun 2014 (71.582 ton) selain itu peningkatan ketersediaan juga dikarenakan peningkatan impor kelapa tahun 2015 sebesar 18.745 ton sedangkan tahun 2014 (5.845 ton), walaupun bila dilihat dari sisi produksi beberapa komoditi terlihat mengalami penurunan pada tahun 2015 diantaranya komoditi kedelai tahun 2014 sebesar 19.579 ton menurun pada tahun 2015 (18.822 ton); kacang hijau tahun 2014 sebesar 261 ton menurun pada tahun 2015 (230 ton); produksi kelapa tahun 2014 sebesar 51.369 ton menurun pada tahun 2015 (50.383 ton) dan kacang mete tahun 2014 sebesar 420 ton menurun pada tahun 2015 (112 ton). Penurunan produksi beberapa komoditi diantaranya dikarenakan komoditi kedelai yaitu karena luas panen tahun 2015 sebesar 13.886 ha atau turun -2.451 ha (-15%) dari tahun 2014. Hal itu karena bergeser ke komoditi kacang tanah karena alasan harga jual kedelai yang tidak menarik. Pada komoditi kacang hijau bila ditinjau dari luas panen tahun 2015 sebesar 394 ha

NBM 2015 Sementara halaman 39

atau turun -45 ha (-10,25%) dari tahun 2014. Hal itu karena sentra produksi tanaman yaitu di Kecamatan Imogiri, Sentolo dan Girimulyo tidak lagi menanam kacang hijau.

5. Kelompok Buah-buahan

Ketersediaan energi kelompok buah – buahan tahun 2014 sebesar 89 kkal/kap/hari (Tabel 4) lebih rendah bila dibanding tahun 2013 (124 kkal/kap/hari). Hal ini dikarenakan beberapa produksi komoditi buah mengalami penurunan diantaranya alpokat tahun 2013 (6.245 ton) dan tahun 2014 (5.632 ton); jambu tahun 2013 (6.746 ton) menurun pada tahun 2014 (6.435 ton); salak tahun 2013 (106.145 ton) dan tahun 2014 (75.751 ton); pisang tahun 2013 (56.850 ton) turun pada tahun 2014 (56.062 ton). Penurunan produksi beberapa komoditi buah – buahan disebabkan karena curah hujan yang tinggi sehingga menghambat faktor pembungaan, serangan OPT dan sebagian petani beralih menanam komoditas yang lain. Penurunan produksi salak disebabkan karena peralihan penggunaan pupuk dari an organik ke pupuk organik. Perlu diketahui bahwa pupuk organik merupakan pupuk yang mempunyai unsur hara lebih tinggi dibandingkan pupuk anorganik, sehingga dengan menggunakan pupuk organikakan mengakibatkan penurunan hasil panen tetapi memperbaiki kualitas hasil dari segi keamanan pangan. Pada komoditi pisang terjadi penurunan produksi karena terjadi serangan penyakit buncy top dan serangan layu bakteri dan layu fusarium.

Ketersediaan energi kelompok buah – buahan tahun 2015 sebesar 89 kkal/kap/hari (Tabel 6) sama dengan tahun 2014 (89 kkal/kap/hari). Walaupun bila dilihat dari sisi produksi beberapa komoditi buah mengalami penurunan diantaranya komoditi jeruk tahun 2015 sebesar 3.471 ton menurun dibanding tahun 2014 (3.814 ton), hal ini disebabkan banyak tanaman yang

NBM 2015 Sementara halaman 40

mati karena penyakit kuning; komoditi jambu tahun 2015 sebesar 6.357 ton menurun dibanding tahun 2014 (6.435 ton), hal ini disebabkan kekurangan air, serangan ulat, serangan jamur dan busuk (ulat buah); komoditi mangga tahun 2015 sebesar 36.740 ton menurun dibanding tahun 2014 (49.667 ton), penurunan disebabkan adanya serangan penggerek cabang, penggerek batang, kutu putih serta wereng mangga; komoditi nanas tahun 2015 sebesar 454 ton menurun dibanding tahun 2014 (600 ton); komoditi pepaya tahun 2015 sebesar 12.543 ton menurun dibanding tahun 2014 (13.606 ton); komoditi pisang tahun 2015 sebesar 51.218 ton menurun dibanding tahun 2014 (56.062 ton), penurunan disebabkan adanya serangan bercak daun dan banyak terkena layu fusarium; komoditi salak tahun 2015 sebesar 73.283 ton menurun dibanding tahun 2014 (75.751 ton), hal ini disebabkan serangan hama kuret; komoditi semangka tahun 2015 sebesar 9.136 ton menurun dibanding tahun 2014 (11.735 ton), hal ini karena luas panen menurun terutama di Kecamatan Temon (rencana untuk bandara) tidak tanam, di Galur beralih ke tambak ikan dan di Sleman beralih ke komoditi cabe; komoditi melon tahun 2015 sebesar 26.786 ton menurun dibanding tahun 2014 (33.063 ton); hal ini disebabkan gagal buah pada bulan Agustus 2015 karena suhu ekstrim dan kurangnya air sehingga pembungaan menjadi terhambat.

6. Kelompok Sayur-sayuran

Ketersediaan energi untuk kelompok sayur – sayuran tahun 2015 sebesar 43 kkal/kap/hari sedikit lebih rendah dari tahun 2014 yaitu sebesar (44 kkal/kap/hari) hal ini dikarenakan curah hujan yang tinggi dan serangan OPT. Penurunan produksi bawang merah disebabkan luas panen yang menurun terutama di Kabupaten Bantul karena ada puso yaitu terjadi banjir dan serangan fusarium serta ulat grayak. Penurunan pada komoditi bawang daun

NBM 2015 Sementara halaman 41

disebabkan sebagian besar hanya ditanam di pinggiran/ tanaman sela antara cabe/ tumpang sari dengan cabe dan intensifikasi kurang. Produksi komoditas kacang panjang turun karena serangan OPT ulat kacang, Aphis sp, virus kuning, Liryomyza sp.

7. Kelompok Daging

Ketersediaan energi kelompok daging tahun 2014 sebesar 326 kkal/kap/hari lebih tinggi dibanding tahun 2013 (151 kkal/kap/hari), hal ini dikarenakan peningkatan produksi daging unggas yaitu daging ayam ras, buras, serta itik. Produksi daging ayam buras tahun 2013 (2.238 ton) meningkat pada tahun 2014 (6.160 ton); ayam ras tahun 2013 (16.563 ton) meningkat pada tahun 2014 (40.395 ton); itik tahun 2013 (194 ton) meningkat pada tahun 2014 (492 ton). Peningkatan produksi dikarenakan adanya peningkatan dalam hal sanitasi kandang serta kesehatan dari ternak itu sendiri. Sedangkan untuk komoditi daging sapi pada tahun 2014 (8.612 ton) lebih rendah dibanding tahun 2013 (9.020 ton), hal ini dikarenakan terjadi penurunan jumlah pemotongan yang dilaksanakan dan dipasarkan di DIY.

Ketersediaan energi daging sapi tahun 2015 sebesar 325 kal/kap/hari sedikit menurun bila dibanding tahun 2014 (326 kal/kap/hari), karena terdapat penurunan produksi beberapa komoditi ternak diantaranya produksi daging sapi tahun 2015 sebesar 7.766 ton lebih rendah dari tahun 2014 (8.612 ton); daging kuda tahun 2015 sebesar 36 ton lebih rendah dari tahun 2014 (48 ton); daging ayam buras tahun 2015 sebesar 6.035 ton lebih rendah dari tahun 2014 (6.160 ton); daging ayam ras tahun 2015 sebesar 39.171 ton lebih rendah dari tahun 2014 (40.395 ton). Penyebab penurunan beberapa produksi daging sapi karena pada perayaan Idul Adha tahun 2015 kemarin data penyembelihan dimasukkan dalam data pemotongan tercatat sehingga dalam data

NBM 2015 Sementara halaman 42

pemotongan tidak tercatat tidak dimasukkan padahal riil penyembelihan dimasukkan dalam pemotongan tercatat sedangkan pada tahun 2014 pada perayaan Idul Adha penyembelihan dimasukkan dalam pemotongan tercatat dan pemotongan tidak tercatat sehingga ada kemungkinan double data. Sehingga hal ini akan berpengaruh pada data produksi daging sapi.

8. Kelompok Telur

Ketersediaan energi kelompok telur pada tahun 2014 sebesar 33 kkal/kap/hari sedikit lebih rendah dibanding tahun 2013, hal ini dikarenakan penurunan penyediaan dalam negeri pada komoditi ayam ras petelur pada tahun 2014 (28.043 ton) sedangkan tahun 2013 (32.889 ton). Pada tahun 2013 terdapat angka impor telur sebesar 20.405 ton dan ekspor sebesar 107 sedangkan pada tahun 2014 impor sebesar 1.656 ton dan ekspor (107 ton).

Ketersediaan energi untuk komoditi telur pada tahun 2015 sebesar 52 kal/kap/hari) lebih tinggi dari tahun 2014 (33 kal/kap/hari), walaupun terdapat dua komoditi yang produksinya menurun yaitu telur itik dan telur puyuh, karena factor cuaca yang kurang mendukung yaitu adanya el nino sehingga rentan terhadap penyakit dan mengakibatkan kualitas telur yang berkurang.

9. Kelompok Susu

Ketersediaan energi kelompok susu pada tahun 2014 sebesar 8 kkal/kap/hari meningkat dibandingkan tahun 2013 (5 kkal/kap/hari), hal ini karena terjadi peningkatan produksi susu pada tahun 2014 sebesar 6.019 ton, dibandingkan tahun 2013 sebesar 4.912 ton.

Ketersediaan energi kelompok susu pada tahun 2015 sebesar 8 kkal/kap/hari sama dengan tahun 2014 (8 kkal/kap/hari). Bila dilihat dari

NBM 2015 Sementara halaman 43

produksinya pada tahun 2015 sebesar 6.187 ton lebih tinggi dibanding tahun 2014 ((6019 ton), hal ini karena sudah ada pemulihan pasca erupsi merapi sehingga populasi sapi perah sudah meningkat dari beberapa tahun lalu, system pemeliharaannyapun sudah baik sehingga akan berpengaruh dalam kualitas dan kuantitas produksi susu.

10. Kelompok Ikan.

Ketersediaan energi untuk kelompok ikan tahun 2014 sebesar 42 kkal/kap/hari dan protein sebesar 8,16 gram/kap/hari lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 dengan ketersediaan energi sebesar 36 kkal/kap/hari dan protein sebesar 7,01 gram/kap/hari. Peningkatan ketersediaan energi dan protein disebabkan meningkatnya produksi beberapa komoditi ikan diantaranya ikan tuna/cakalang/tongkol tahun 2014 (1.048 ton) sedangkan tahun 2013 (837 ton); ikan kakap tahun 2014 (37 ton) sedangkan tahun 2013 (31 ton); ikan bawal tahun 2014 (6.583 ton) sedangkan tahun 2013 (5.170 ton); ikan teri tahun 2014 sebesar 100 ton sedangkan tahun 2013 sebesar 23 ton; ikan gurameh tahun 2014 sebesar 10.497 ton sedangkan tahun 2013 sebesar 9.821 ton; ikan lele tahun 2014 sebesar 30.658 ton dan tahun 2013 sebesar 29.520 ton. Kenaikan produksi jenis perikanan tangkap disebabkan bertambahnya alat tangkap dana jumlah kapal sehingga produksi ikan tangkap juga bertambah sedangkan untuk jenis perikanan budidaya disebabkan peningkatan jumlah Pokdakan (Kelompok Budidaya Ikan) dan lahan untuk budidaya ikan diantaranya dengan pembuatan tambak – tambak di Kabupaten Kulon Progo dan Bantul.

Ketersediaan energi kelompok ikan tahun 2015 sebesar (44 kkal/kap/hari) lebih tinggi disbanding tahun 2014 (42 kkal/kap/hari). Hal ini karena terjadi peningkatan produksi ikan baik ikan tangkap maupun budidaya

NBM 2015 Sementara halaman 44

karena cuaca yang sangat mendukung dalam hal penangkapan ikan dan alat yang digunakan juga memenuhi syarat sehingga mendukung dalam hal penangkapan ikan.

11. Kelompok Minyak/Lemak

Ketersediaan energi untuk kelompok pangan minyak dan lemak tahun 2014 sebesar 336 kal/kapita/hari lebih tinggi dibanding tahun 2013 (296 kal/kapita/hari), hal ini dikarenakan kenaikan produksi kelapa yang berpengaruh pada produksi makanan yang diolah. Produksi kelapa tahun 2014 sebesar 51.369 ton lebih tinggi dibanding tahun 2013 (40.951 ton).

Ketersediaan energi untuk kelompok pangan minyak dan lemak tahun 2015 sebesar 420 kal/kap/hari lebih tinggi dibanding tahun 2014 (333 kal/kap/hari). Hal ini karena produksi kelapa yang meningkat dari tahun 2014, sehingga mempengaruhi ketersediaan minyak dan lemak.

Dokumen terkait