• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Yang Terjadi Akibat Kehidupan Budaya Masyarakat

Dalam dokumen BAB III METODOLOGI PENELITIAN (Halaman 47-55)

Minangkabau Terhadap Eksistensi Rumah Gadang

Disebagian wilayah yang tersebar di Sumatera barat masyarakat minangkabau mengalami perubahan pola kehidupan dari yang bersifat komunal ke individualis , dimana menjadi pengaruh yang besar terhadap Rumah Gadang. Rumah gadang sebagai tempat tinggal kaum tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan akan ruang oleh masing-masing kelurga inti ,dan akhinya mendorong keluarga inti untuk membangun rumah pribadi yang dirasa lebih nyaman .tentunya aturan rumah pribadi berbeda dengan Rumah Gadang yang menerapkan laki-laki dewasa tidak boleh menginap di Rumah Gadang dan akhirnya surau ditinggal dan tidak menjadi rumah bujang lagi karna sudah boleh laki-laki menginap dirumah pribadi.

Dan kebiasaan hidup mengambil sumber air dari sungai sudah mulai ditinggal karna masing-masing keluarga sudah membangun sumur sendiri. dan akhirnya Rumah Gadang ditinggal dan dibiarkan kosong begitu saja.

Selain cara hidup yang sudah mulai bergeser, alasan lain Rumah Gadang dibiarkan kosong antara lain :

1. Kondisi rumah yang tidak kokoh lagi 2. Ditinggal merantau keluarga kaum

3. Keluarga kaum pemilik Rumah Gadang tersebut sudah punah menurut garis keurunan ibu sehingga tidak ada lagi yang berhak menurut ketentuan adat menghuni rumah tersebut, yang sangat mengkhawatirkan adalah karena masyarakat sudah sangat jarang membangun Rumah Gadang dengan arsitektur dan fungsi asli.

Beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah :

1. Jarang dari keluarga kaum mau mendirikan lagi Rumah Gadang yang sudah rusak ,karna masing-masing kelurga sudah memiliki rumah pribadi masing-masing.

2. Pembangunan Rumah Gadang dengan struktur asli dinilai rumit dan membutuhkan jangka waktu yang lama.

3. Material arsitektur asli yang sangat sulit dicari seperti kayu untuk tonggak yang berasal dari pohon tinggi yang lurus dari ujung sampai pangkal. Selain itu material ijuk juga sangat sulit dicari dalam jumlah yang banyak sebagai penutup atap.

Dari fakta yang ada dan analisa yang sudah dilakukan ,penulis merumuskan beberapa elemen arsitektur yang masih dipertahankan dan tidak dapat dipertahankan seperti yang tercantum dalam tabel-tabel berikut.

Tabel 4.1 Elemen-elemen yang dapat dipertahankan

Dapat dipertahankan

No Elemen Keterangan

1. Atap gonjong Masih digunakan sebagai penanda pada bangunan modern walaupun tidak mengikuti konturksi asli

2. Massa bangunan berbentuk trapesium terbalik

Bisa diterapkan pada sistem struktur modern menggunakan beton atau baja.

3. Panggung Dimodifikasi

4. Ukiran Ukiran dapat di tempel 5. Fungsi sebagai

kelengkapan adat

Potensi untuk diselenggarakan acara-acara adat masih ada dan dapat terus dijalankan 6. Pola perkampungn Masih dapat dipertahankan karna bersifat

permanen dan dapat dipertahankan seperti letak surau dan sumber air

Tabel 4.2Elemen-elemen yang tidak dapat dipertahankan

Tidak dapat dipertahankan

Tidak dapat dipertahankan

No Elemen Keterangan

1. Struktur asli (tonggak kayu ) dan pondasi sandi.

Kayu sulit didapat diganti dengan tonggak beton dengan demikian pondasi bangunan harus tertanam dalam tanah.

2. Ijuk sebagai penutup atap

Sulit untuk menepukan ijuk dalam jumlah banyak dan akhirnya diganti dengan seng 3. Proses pembangunan

secara adat

Tidak adanya tukang tuo dan ritual yang dilakukan terbilang rumit

4. Fungsi sebagai rumah tinggal komunal

Pergesaran cara hidup masyarakat

5. Pembagian ruang Tidak sesuai lagi dengan pola ruang asli dan disesuakan dengan kebutuhan keluarga 6. Fungsi rangkiang

sebagai lumbuang

Sulit untuk menyimpan padi di rangkiang

7. Fungsi masing masing elemen di dalam perkampungan

a. Sumber air sudah mulai jarang dimanfaatkan

b. Surau hanya sebagai tempat ibadah

Berbeda dengan kawasan kajian, Rumah Gadang pada kawasan ini dilarang oleh pemerintah untuk dirobohkan karna program pemerintah untuk menjadikan kabupaten solok selatan sebagai nagari seribu Rumah Gadang ,dan pada akhirnya masyarakat banyak merenovasi dan membangun rumah modern pada sisi Rumah Gadang, walaupun kehidupan komunal nya juga sudah mulai hilang.

Tetapi berkat dukungan serta program yang dijalankan pemerintah dan diberikan bantuan kepada keluarga serta kesadaran dari masyarakat itu sendiri, Rumah Gadang dapat bertahan,walaupun ada sebagian unsur Arsitekturalnya yang dirubah atau mengikuti pengaruh dari arsitektur modern.

BAB V

RANGKUMAN

5.1 Kesimpulan

Rumah Gadang merupakan salah satu hasil karya Arsitektur Vernakular Nusantara yang menjadi cirikhas bagi masyarakat minangkabau ,yang dipengaruhi oleh berbagai aspek kehidupan dan melalui proses yang begitu panjang , seiring dengan berjalannya waktu dan pengaruh budaya luar serta perubahan pola pikir masyarakat minangkabau akhirnya mempengaruhi bentuk dari Rumah Gadang.

1. Wujud Arsitektural Rumah Gadang yang menjadi cirikhas yaitu atapnya berbentuk gonjong menurut filosofi berasal dari bentuk tanduk kerbau, dan bangunannya yang berbentuk rumah panggung serta kontruksi kayu sebagai struktur utama.

2. Keruangan dari Rumah Gadang secara umum terbagi dari ruang yang bersifat privat, semi privat sampai ke ruang publik dimana pembagian ruang ini ditentukan menurut tingkatan dari masyarakat minangkabau seperti biliak yang ditujukan untuk ruang privat bagi suami istri dan balai merupakan ruang publik tempat belajar anak dan kemenakan. 3. Sebelum melakukan proses pembangunan banyak ritual adat yang

dilakukan seperti berkumpul seluruh niniak mamak untuk merencanakan proses pembangunan nya kemudian pencarian bahan dilakukan bergotong royong bersama seluruh masyarakat, pembagian

siapa yang mencari bahan-bahan nya, serta perendaman tonggak tuo (utama ) kedalam lumpur untuk menjaga keawetan nya sampai pihak keluarga sanggup dan sudah mengumpulkan semua bahan untuk pembangunan , maka barulah pembangunan dilaksanakan dengan melakukan ritual memercikkan darah ayam ke tonggak tuo oleh tukang yang dinamakan mancacak paek lalu baru dilaksankan pembangunan nya .

4. Kegunaan dari Rumah Gadang selain sebagai tempat tinggal juga sebagai tempat adat atau acara bersama yang dilakukan seperti resepsi pernikahan pemilihan penghulu serta tempat belajar bagi anak kemenakan.

5. Ruang pendukung dari Rumah Gadang terbagi atas dapur sebagai tempat memasak keluarga atau memasak untuk acara adat yang mana tidak ada aturan untuk meletakkan dapur dibagian mana, seperti di Nagari Seribu Rumah Gadang dapur terletak terpisah dengan Rumah Gadang yaitu dibagian belakang dan ada juga dirumah sisi.

Surau menjadi bagian yang penting untuk pendukung Rumah Gadang karena menjadi tempat atau rumah bujang (laki-laki dewasa yang tidak boleh menginap di Rumah Gadang), serta Rangkiang atau Lumbung menjadi tempat untuk menyimpan hasil panen padi.

Pada kawasan kajian Rumah Gadang banyak yang dilestarikan sehingga menjada daya tarik pengunjung untuk melihat kekayaan beragam Rumah Gadang pada Nagari ini, terbagi atas dua tipe yaitu Rumah Gadang Adat dan Rumah Adat

Kaum(masyarakat) yang memiliki aturan dimana Rumah Gadang Adat tidak ada yang direnovasi sedangkan Rumah Adat Kaum banyak yang direnovasi sehingga perubahannya terlihat, seperti material dinding diganti semen lantai serta perubahan fasad yang memiliki jendela kaca dan penambahan rumah sisi atau rumah yang bukan Rumah Gadang disamping Rumah Gadang, yang kebanyakan berbentuk rumah minimalis untuk kebutuhan ruang bagi keluarga.

5.2 Saran

1. Masyarakat minangkabau sejatinya adalah masyarakat yang sangat mencintai budaya mereka, hal ini merupakan peluang yang baik unuk dilakukannya penggalakan pembangunan Rumah Gadang. meskipun ada beberapa hal yang tetunya akan berbeda antara material yang digunakan, sistem struktur , serta fungsi rumah yang nanti tidak lagi memungkinkan sebagai tempat tinggal keluarga kaum.

2. Masyarakat dan pemerintah daerah harus tetap melakukan upaya terhadap Rumah Gadang dengan arsitektur asli yang masih berdiri, baik kokoh ataupun yang hampir hancur ,harus ada kesadaran sendiri dari pemilik rumah dibantu dengan program dari pemerintah daerah setempat untuk bekerja sama dalam pelestarian Rumah Gadang.

3. Pembangunan Rumah Gadang dengan arsitektur dan cara berarsitektur asli memang sulit dilakukan namun esensi lain dari Rumah Gadang yaitu fungsi yang terkait dengan ruang tempat tinggal dan unsur kelengkapan hendaknya masih dapat terus diupayakan kelestariannya, jika hal untuk

bertinggal secara komunal di Rumah Gadang sulit dilakukan, setidaknya fungsi sebagai kelengkapan adat atau acara resmi masih tetap dilestarikan . 4. Saran untuk penelitian selanjutnya lebih mendalami tentang arsitektur vernakular khususnya Rumah Gadang yang membahas tentang wujud arsitektur murni Rumah Gadang yang tentunya memiliki perbedaan karakteristik setiap daerah, dari segi bentuk fasad , struktur , keruangan dan hal pendukung lainya serta juga membahas tentang solusi yang tepat untuk pembangunan Rumah Gadang yang sesuai dengan karakteristik arsitektur modern pada saat ini sehingga bisa melengkapi kekurangan pada penelitian ini .

Dalam dokumen BAB III METODOLOGI PENELITIAN (Halaman 47-55)

Dokumen terkait