• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif analitik dengan pendekatan kualitatif guna melihat karakteristik Rumah Gadang yang ada di Nagari Seribu Rumah Gadang tepatnya karakteristik Rumah Gadang Adat dan Kaum yang kemudian di analisa serta di deskripsikan masing-masing variabel yang akan menghasilkan perbandingan.

Kemudian pendekatan kualitatif juga dilakukan guna melihat beberapa variabel seperti Proses Pembangunan , ruang pendukung ,pola perkampungan dan pengaruh budaya masyarakat minangkabau terhadap arsitektur vernakular Rumah Gadang.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai arsitektur Rumah Gadang dilakukan di beberapa wilayah yang ada di Solok , Payakumbuh dan Nagari Seribu Rumah Gadang . Dilaksanakan mulai tanggal 13 November 2016 – 23 November 2016

3.3 Unit Penelitian

Rumah Gadang yang masih bertahan dan masih murni dilihat dari segi Keruangan dan karakteristik arsitektural nya ,serta beberapa Rumah Gadang yang ada di Nagari Seribu Rumah Gadang ,unit pertama yang diteliti yaitu karakteristik murni pada Rumah Gadang Adat Gajah Maram yang dijabarkan sebagai berikut yaitu ;

(2)

Filosofi bentuk atap gonjong dan kontruksinya. Bentuk Bangunan

Struktur dan Kontruksi Lantai

Dinding dan Jendela Bagian Kaki

Denah dan Keruangan.

Setalah itu dibandingkan dengan karakteristik pada Rumah Gadang Kaum dengan variabel dan unit yang sama, kemudian variabel yang diteliti selanjutnya yaitu proses pembangunan Rumah Gadang pada kawasan kajian , ruang pendukungnya , perkampungan minangkabau, serta perubahan karakter arsitekturnya akibat pengaruh budaya.

3.4 Pengumpulan Data

Data primer yang digunakan pada penelitian ini dilakukan dengan observasi langsung disertai dengan foto serta menggambar ulang sebagian variabel kemudian hasilnya dibandingkan dan didukung dengan wawancara mendalam bersama tokoh adat dan tokoh ahli mengenai unit variabel yang diteliti yang dijelaskan pada tabel dibawah ini.

(3)

Tabel 3.1 Metode Pengumpulan Data

Variabel Penelitian pada Rumah Gadang Adat dan Rumah Gadang Kaum

Metode pengumpulan data dan Pendukung

Filosofi bentuk atap gonjong dan kontruksinya.

Jurnal , foto, gambar ulang dan di analisa serta dideskripsikan

Bentuk Bangunan Foto ,gambar ulang serta dideskripsikan Struktur dan Kontruksi Foto,gambar ulang , jurnal

Lantai Foto, gambar ulang ,jurnal

Dinding dan Jendela Foto, gambar ulang ,jurnal

Bagian Kaki Foto, gambar ulang , jurnal

Denah dan Keruangan. Gambar ulang, foto, wawancara dianalisa serta di deskripsikan.

Proses pembangunan Rumah Gadang pada kawasan kajian , ruang pendukungnya , perkampungan minangkabau, serta perubahan karakter arsitekturnya akibat pengaruh budaya.

Wawancara , foto , gambar ulang , serta didukung dengan Jurnal , buku dan

penelitian sebelumnya

Data sekunder yaitu berasal dari beberapa jurnal yang berhubungan dengan Arsitektur Vernakular dan Rumah Gadang, beberapa buku seperti yang berhubungan dengan sejarah dan filosofi Minangkabau dan penelitian sebelumnya seperti penelitin yang dilakukan oleh KKL ITB pada tahun 1979 yang membahas tentang Rumah Gadang sebagai arsitektur vernakular.

(4)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Arsitektur Rumah Gadang Adat Gajah Maram dan

Rumah Gadang Kaum Pada Kawasan Kajian.

Pada Bab ini terdapat pembahasan tentang dua jenis Rumah Gadang yang ada pada kawasan kajian di Nagari Seribu Solok Selatan Sumatera Barat yaitu Rumah Gadang Adat dan Rumah Gadang Kaum.

a. Rumah Gadang Adat

Rumah Gadang Adat memilki tujuan untuk keperluan masyarakat bersama seperti acara adat , acara pernikahan pengangkatan penghulu dan lain sebagainya dan itulah salah satu alasan dimana Rumah Gadang adat tidak diperuntungkan untuk tempat tinggal sebagai contoh salah satu Rumah Gadang Adat dikawasan kajian yang bernama Gajah Maram pemilik dari suku Melayu Dt. Lelo Panjang.

(5)

Rumah Gadang Gajah Maram memiliki keistimewaan karna masih mempertahankan keaslian dari arsitektur murni Rumah Gadang mulai dari kontruksi nya yang masih kokoh dan menggunakan bahan kayu , ornamen pendukung pada dinding yang menggambarkan cirikhas minangkabau dan pada tampak samping fasad nya menggambarkan bentuk dari gajah , hampir tidak ada yang berubah semenjak pertama kali berdiri dan tidak diketahui umur pasti dari bangunan ini yang diperkiraan sudah berabad- abad, yang terlihat perubahannya hanya penggantian pada atap seng dan pada lantai yang sudah diberikan karpet.

b. Rumah Gadang Kaum

Rumah Gadang Kaum atau yang bisa dikenal sebagai Rumah Gadang penduduk bertujukan untuk tempat tinggal dan pemiliknya bertanggungjawab seutuhnya terhadap Rumah Gadang yang mereka bangun , Rumah Gadang kaum biasanya tidak memiliki anjuang di kedua sisi Rumah Gadang sehingga tidak terdapat perbedaan ketinggian lantai. Rumah Gadang kaum sudah banyak direnovasi oleh pemiliknya dengan penambahan ornamen pada dinding serta jendela dan juga banyak yang sudah dicat sehingga tampilan fasadnnya menjadi lebih bagus.

Pemilik Rumah Gadang Kaum banyak menambahkan rumah sisi pada samping Rumah Gadang yaitu rumah modern yang bertujuan untuk penambahan ruang yang dirasa tidak mencukupi lagi pada Rumah Gadang karna jumlah anggota keluarga yang banyak dan sebagian Rumah Gadang sudah banyak yang lapuk dimakan usia.

(6)

Gambar 4.2 Rumah Gadang Kaum (Sumber Dokumen Pribadi 2017)

Sebagian tipe Rumah Gadang kaum pada kawasan kajian dimana sudah banyak yang direnovasi dan juga penambahan bangunan atau rumah sisi ,ornamen pada dinding terlihat berbeda pada gajah maram karna sudah menggunakan material yang bukan didominasi oleh kayu lagi seperti keramik ,kaca ,beton dan lain lain, tentunya desain dari masing -masing Rumah Gadang kaum ini disesuaikan dengan kemauan masing-masing kelurga pemilik Rumah Gadang. 4.1.1 Wujud Arsitektural

Rumah Gadang merupakan rumah panggung dan terdiri dari tiga bentuk yaitu kepala, badan dan kaki yang memiliki ciri khas nya yang terletak pada atapnya yang memiliki gonjong dan terdapat ruang untuk berbagai fungsi

(7)

kosong untuk ternak dan menghindari dari binatang buas serta untuk meletakkan berbagai macam kebutuhan penghuni.

Gambar 4.3 Sketsa Tampak Depan Dan Samping Pada Rumah Gadang Sumber: Digambar Ulang

Tentunya Rumah Gadang ini merupakan hasil dari proses yang begitu panjang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti budaya sebagai faktor utama dan faktor tambahan seperti kondisi iklim ,tingkat teknologi yang dimiliki metode kontruksi dan kesedian material ( A. Rapopart ,1969)

4.1.1.1 Filosofi Bentuk Atap Gonjong dan kontruksinya

Bentuk atap gonjong tidak tercipta begitu saja ,garis lengkung serta geometri lainnya terbentuk dari hal yang dianggap penting oleh masyarakat minangkabau , ada dua pendapat dari tokoh masyarakat yang mendasari bentuk dari gonjong antara lain ;

(8)

a) Tanduk Kerbau (Sudirman Ismail , arsitektur tradisional minangkabau : Nilai-nilai Budaya dalam Arsitektur Tradisional Rumah Adat (Bung Hatta University Press ,2007)

Gambar 4.4 Atap Yang Dipengaruhi Oleh Bentuk Tanduk kerbau. Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Sejarah dahulu kala yang mengatakan bahwa pada saat itu terdapat adu kerbau dimana masyakat minangkabau menang melawan pedagang yang ingin meguasai daerah minang,dan akhirnya kerbau dianggap penting dalam sejarah minang.

b) Pucuk Rebung (Bakal Bambu)

Gambar 4.5 Atap Rumah Gadang yang dipengaruhi oleh Pucuk Rebung. Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Rebung dianggap penting karna menjadi makanan tradisional yang harus ada pada acara adat seperti perkawinan dan lainnya dan bambu dianggap sebagai tumbuhan yang penting dalam kontruksi tradisional. Lengkungan-lengkungan pada atap gonjong juga dibuat dari struktur kayu dengan material pelapis atap berupa ijuk. Ketebalan ijuk dan kecuraman atap membuat air hujan akan langsung

(9)

jatuh ketanah . susuan ijuk yang rapat tetap mempunyai sela sehingga menjadi salah satu siklus udara.

Gambar 4.6 Atap Gonjong

Sumber: Laporan KKL .Depatemen Arsitektur ITB .1979

Gambar 4.7 Bagian Pada atap Rumah Gadang Adat dan tampak didalam rumah,perbandingannya dengan Rumah Gadang kaum yang direonavasi .Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

(10)

Atap pada Rumah Gadang Adat Gajah Maram memiliki struktur yang masih kokoh yang telah berumur ratusan tahun dan tidak memiliki platfon untuk menutupi langit- langit untuk mencirikhaskan bahwasanya Rumah Gadang adat ini masih murni dan tidak boleh direnovasi (Gambar 4.7), Dan struktur atap pada Rumah Gadang kaum tidak terlalu memiliki perbedaan ,kontruksi dan bahan yang digunakan relatif sama dan tentunya pemilik Rumah Gadang kaum bebas untuk menambahkan platfon pada langit-langit rumah mereka.

4.1.1.2 Bentuk Bangunan

Seluruh bentuk Rumah Gadang adat maupun kaum menyerupai trapesium terbalik yang merupakan representasi terhadap kapal atau perahu layar. Hal ini terkait dengan asal usul nenek moyang minangkabau yang dianggap berasal dari rombongan Iskandar Zulkarnain yang berlayar dengan kapal dan terdampar di daerah minangkabau.

(11)

Gambar 4.8 Perbandingan Rumah Gadang adat dan Rumah Gadang kaum Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Perbedaan nya hanya pada penambahan dua sisi ruang yang bernama Anjuang pada Rumah Gadang adat sehingga nampak tinggi dikedua sisi kanan dan kiri yang menganut Gaya Arsitektur Laras Suku Piliang dan Rumah Gadang kaum tidak memiliki anjuang pada kedua sisi menganut Gaya Arsitektur Laras suku Bodi Chaniago dan banyak masyarakat Nagari Seribu Rumah Gadang menambahkan Rumah sisi pada samping Rumah Gadang mereka sesuai kebutuhan masing-masing keluarga pemilik Rumah Gadang tersebut.

Bentuk bangunan dari Rumah Gadang adat murni begitu saja dari pertama berdiri mulai dari bentuk jendela , pintu fasad dan ornamen lainnya tetapi berbeda dengan Rumah Gadang kaum yang sudah banyak direnovasi sesuai kebutuhan keluarga pemilik Rumah Gadang tersebut.

(12)

Gambar 4.9 Perbedaan fasad pada Rumah Gadang adat dan pada Rumah Gadang kaum Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Material yang digunakan didominsi oleh Kayu dan pada Rumah Gadang adat menggunakan hampir keseluruhan berbahan dasar kayu selain atap mulai dari struktur yang menggunaan kayu juar dan fasad serta pendukung bangunan lainnya juga menggunakan bahan dasar kayu , berbeda dengan bahan yang digunakan pada Rumah Gadang kaum ada yang sudah memakai material kaca sebagai penambah aksen jendela dan semen atau batu bata sebagai penegas tergantung keluarga pemilik Rumah Gadang kaum .

4.1.1.3 Struktur Kontruksi

a. Rumah Gadang Adat

Struktur utama dari Rumah Gadang Adat Gajah Maram merupakan rangkaian tonggak- tonggak yang dirangkai dengan sistem mengunci ,terdapat 7 ruang yang memiliki 40 tonggak utama yang terdiri dari ;

(13)

Lima deret tonggak menurut urutan dari muko ka balakang dan dihubungkan serta dirangkai oleh elemen struktur yang disebut rusuak Delapan deret dari ujuang pangka yang dihubungkan oleh palanca

Gambar 4.10 Struktur pada Rumah Gadang adat Sumber dokumen pribadi 2017

b. Rumah Gadang Kaum

Berbeda dengan struktur kontruksi pada Rumah Gadang kaum dimana tonggak nya berjumlah 4 dari muko ka balakang yang terdiri dari 2 tonggak luar dan tonggak dalam ,tonggak panjang hanya sampai rusuk bagian atas saja dan terdapat dua tonggak di ujung dan pangkal. Berarti jumlah tonggak yang menopang sampai sandi hanya 24 pada Rumah Gadang 5 ruang.

(14)

Gambar 4.11 Letak Tonggak Dan Struktur Tonggak Dari Muko Ka Balakang Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Gambar 4.12 Tampak Tonggak Dari Dalam Dan Sandi Penahan Tonggak Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

(15)

Keseluruhan tonggak kecuali tonggak tuo memiliki kemiringan 2 sampai 4 terhadap sumbu Y. Hal inilah yang membuat Rumah Gadang seperti trapesium terbalik. Yang mana masyarakat minangkabau meyakini bahwa kemiringan

Rumah Gadang ini menjadi sebuah akar yang seolah olah menumpu pada satu

titik jauh di dasar bumi yang menjadikan Rumah Gadang tahan akan gempa dan memiliki struktural yang kokoh terbukti dengan tidak adanya Rumah Gadang dengan arsitektur murni roboh pada gempa 7,9 SR ,30 September 2009.

4.1.1.4 Lantai

Tidak hanya struktur utama yang dibuat fleksibel terhadap gaya-gaya yang bekerja ,struktur lainnya juga menggunakan bahan kayu pada lantai dan menggunakan sistem saling mengunci . Balok-balok lantai yang disebut jariau dipasangkan dalam arah ujuang sampai pangkal dan dikunci pada balok pengunci dan terdapat diatas rusuk bawah yang disebut sigitan. Diatas jariau diletakkan material penutup lantai yang disebut palupuah yaiu pohon sampir yang di pukul-pukul diletakkan yang kasar diatas jariau dan yang lembut di letakkan di atas yang kasar .tetapi ada juga lantai dari kayu surian atau dari kayu pohon kelapa

(16)

Gambar 4.13 Detail Pada Lantai Sumber: Laporan KKL ITB (1979)(diedit)

Gambar 4.14 Perbedaan lantai pada Rumah Gadang Sumber Dokumen Pribadi 2017

Perbandingan lantai pada gambar diatas merupakan lantai pada Rumah Gadang adat Gajah Maram yang tidak memakai buluah dan pelupuh lagi tetapi diganti dengan karpet warna karna material buluah yang susah dicari dan gambar lantai dibawah merupakan lantai yang sudah direnovasi yang merupakan salah satu Rumah Gadang kaum yang memakai material kayu yang sudah dipoles dan sesuai dengan kebutuhan pemilik rumah.

4.1.1.5 Dinding dan Jendela

Dinding pada Rumah Gadang Gajah Maram terdiri dari dua lapis yang dipisah oleh tonggak-tonggak terluar. Material yang digunakan adalah papan dan bambu yang dianyam yang disebut sasak bugih. Papan digunakan pada lapisan

(17)

dinding bagian dalam keempat sisi,pada lapisan bagian luar dan pembatas bilik. Sedangkan sasak bugih diletakkan pada bagian luar depan dan belakang .

Gambar 4.15 Detail Dinding Sumber: KKL ITB 1979(diedit)

(18)

Gambar 4.16 Tampak Dinding dan jendela Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Terlihat perbedaan dimana dinding pada Rumah Gadang adat gajah maram masih murni dan masih menggunakan bahan bematerial kayu dan jendelanya yang berukuran sama satu dan lainnya terdapat ukiran yang sangat jelas dan berbeda dengan dinding dan jendela pada Rumah Gadang kaum yang menganut unsur bebas bagi pemilik rumahnya dimana materialnya bisa dirubah seperti yang digunakan pada jendela yang menggunakan material kaca dan dinding.

4.1.1.6 Bagian Kaki

Gambar 4.10 Sketsa Bagian Kaki Pada Rumah Gadang

Bagian kaki dari Rumah Gadang merupakan bagian kolong ,kolong rumah dibiarkan kosong begitu saja digunakan sebagai tempat ternak ayam dn itik dan

(19)

dibiarkan begitu saja kosong untuk kebutuhan lainnya.tentunya ditutupi oleh kisi-kisi atau papan.

Gambar 4.17 Foto Tampak Bagian Kaki Pada Rumah Gadang Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Perbandingan bagian kaki pada sisi kiri gambar masih tampak pada Rumah Gadang gajah maram dan masih menggunakan material berbahan kayu berbeda pada bagian kanan merupakan sisi kaki dari Rumah Gadang kaum dimana sudah tidak tampak lagi karna menggunakan material semen tapi masih menerapkan rumah panggungnya.

Ornamen pada kaki biasanya tergantung pada pemilik rumah ada yang memberikan ukiran yang bergaya minangkabau seperti pada ukiran dinding gajah maram dan ada juga yang polos.

(20)

4.1.2 Denah dan Keruangan

Gambar 4.18 Denah Rumah Gadang Gajah Maram dan Rumah Gadang Kaum Sumber: Digambar Ulang

Tampak perbedaan pada kedua gambar denah diatas dimana ukuran luas pada Rumah Gadang adat ±15x8 meter lebih besar dari pada Rumah Gadang kaum yang memiliki ukuran ±10x6 meter mengingat bahwa kebutuhan Rumah Gadang adat untuk masyarakat sedangkan Rumah Gadang kaum hanya sebatas untuk tempat tinggal keluarga , karna luas yang kurang besar Rumah Gadang kaum biasanya menempatkan rumah sisi pada samping kanan atau kiri bangunan yang memiliki akses langsung terhadap Rumah Gadang, atau penambahan ruang atau serambi aceh pada fasad depan Rumah Gadang .

(21)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 4.19 Foto Tampak Jendela (a)Tonggak dalam dari Kayu juar (b) 2 pintu masuk (c) Tinggi Anjuang dari lantai (d) Pintu dan batas biliak

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Ukuran jendela pada suatu Rumah Gadang biasanya sama seperti pada Rumah Gadang gajah maram memiliki delapan jendela yang memiliki bentuk dan ukuran yang sama yaitu 1 x 0,8 meter ,pintu masuk pada Rumah Gadang gajah maram memiliki dua pintu akses yang memiliki 4 daun pintu ,ketinggian lantai dapat dilihat mengingat Rumah Gadang merupakan rumah panggung biasanya dari dasar tanah ke lantai tingginya ±1 meter kemudian masuk kedalam rumah yang tingginya berbeda seperti pada ruang anjuang ,yang memiliki batas di dalam

(22)

Rumah Gadang hanya pada dinding biliak karna bersifat privasi dan pada Rumah Gadang kaum biasanya disesuaikan dengan kebutuhan keluarga.

Rumah Gadang Gajah Maram memiliki 5 ruang dan 2 anjuang dan memiliki dua pintu akses untuk keluar masuk rumah, perbedaaan nya dengan Rumah Gadang yang kita bahas sebelumnya ,yaitu batas antara labuah dan bandua hampir tidak ada dan tidak ada perbedaan tinggi lantai, tinggi lantai yang berbeda hanya pada anjuang sebelah kanan dan kiri rumah dengan tinggi lebih kurang 30 cm.

Terdapat empat biliak, dimana dua biliak utama di batasi oleh papan dan ada pintunya dan dua biliak yang bersambung dengan anjuang, hanya dibatasi oleh tirai saja.

Dua pintu yang diapit oleh dua biliak utama merupakan akses ke dapur karna tujuan utama tumah gadang gajah maram ini adalah untuk fungsi adat dimana dilakukan tempat acara adat ,niniak mamak ,perhelatan perkawinan dan lain-lain.

Kedua yaitu Rumah Gadang kaum 5 ruang dipengaruhi oleh Rumah Gadang Laras suku bodi chaniago dimana fungsi utama Rumah Gadang ini untuk tempat tinggal kelurga, perbedaanya yaitu terdapat pada tangga yang diletakkan di sebelah ujuang atau pangkal Rumah Gadang dan tidak ada juga batas yang jelas pada bandua dan labuah. Batas antara biliak dan bandua tergantung dengan kebutuhan masing-masing kelurga dimana ada yang ditutupi kayu dan ada juga dengan tirai.

(23)

Gambar 4.20 Pola Ruang Rumah Gadang 5 Ruang Di Nagari Seribu Rumah Gadang Dan Foto Sumber: Digambar Ulang Dan Dokumentasi Pribadi (2016)

Ketiga yaitu pola keruangan yang memiliki serambi aceh dan ruang nya sama dengan Rumah Gadang Kaum 5 ruang yang kita bahas sebelumnya perbedaannya hanya ditambah ruang utama untuk tamu jauh yang berkunjung dan bukan keluarga inti.

Gambar 4.21 Pola Ruang Pada R. Gadang Serambi Aceh Sumber: Digambar Ulang Dan Dokumentasi Pribadi (2016)

(24)

Secara keruangan Rumah Gadang yang tidak memiliki anjung memiliki denah yang sederhana yang berbentuk persegi panjang .terbagi atas dua yaitu:

1. Dari depan ke belakang Rumah terbagi atas 4 ruang yang disebut lanjar yang dipisahkan oleh jarak antara dua tiang yang disebut sebagai

balai,labuah ,bandua dan biliak.

2. Dari ujung ke pangkal

Rumah terbagi atas ruang dengan jumlah ganjil misalnya lima atau tujuh ruang dimana satu ruang jarak antara dua tiang dalam arah ujung-pangkal. Selain denah yang sederhana , batas batas yang nyata pada ruang Rumah Gadang juga sedikit bisa dikatakan ruang-ruang pada Rumah Gadang merupakan ruang yang lepas atau terbuka kecuali biliak sebagai ruang tidur. Dan batas bilik dan bandua hanya sebatas tirai saja.tirai inipun pada saat siang hari juga dilepas atau dibuka sehingga ruang dalam pada Rumah Gadang terkesan benar-benar lepas.

Ukuran Rumah Gadang dibedakan atas jumlah ruang yang dimilikinya yaitu besaran ganjil seperti tiga,lima,tujuh dan sembilan . Pembagian ruang atas lanjar terkait dengan pola kegiatan sehari –hari di Rumah Gadang. Lanjar pertama yaitu :

(25)

Gambar 4.22 Lanjar Balai Sumber: Digambar Ulang

Balai merupakan ruang yang bersifat umum atau publik dan merupakan ruang bersama bagi anggota kaum yang laki-laki dewasa dimana mereka hanya datang untuk berkegiatan dan tidak boleh menginap di Rumah Gadang, juga sebagai tempat niniak mamak menasehati dan mendidik kemenakannya.

Gambar 4.23 Lanjar Labuah Sumber: Digambar Ulang

Labuah lebih bersifat bebas dan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari oleh anggota keluarga. Lanjar ketiga dan keempat memiliki ketinggian satu jenggal lima jari dimana ruang lanjar ini bersifat terhomat jika dilihat dari sudut pandang adat .

(26)

Gambar 4.24 Lanjar Bandua Sumber: Digambar Ulang

Bandua merupakan tempat dimana orang orang terhormat duduk pada acara adat seperti niniak mamak, suami kelurga perempuan serta para tamu perempuan dan tempat bercengkrama para anggota keluarga yang tinggal di Rumah Gadang ,ruang makan dan tempat tidur bagi laki-laki atau perempuan yang belum baligh.

Gambar 4.25 Lanjar Biliak Sumber: Digambar Ulang

Biliak merupakan ruang yang bersifat privasi .sejatinya digunakan oleh anggota kaum perempuan bersama suami nya ,hal ini mendapat pengaruh dari

(27)

sistem matrilinear yang dianut.untuk menutup biliak dari arah bandua dibuat tirai penutup, dan pada bagian tengah biliak terdapat biliak adat untuk dipasangkan kelambu adat saat diadakan acara adat seperti perhelatan perkawinan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masing –masing lanjar memiliki fungsi ruang tertentu yang bersifat umum atau publik sampai kepada ruangan yang bersifat privasi .

Beberapa perbedaan Rumah Gadang kaum dan Rumah Gadang adat pada nagari seribu Rumah Gadang, tertera pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Perbedaan Karakteristik

No Rumah Gadang Adat Rumah Gadang Kaum

1. Tidak boleh direnovasi. Boleh direnovasi.

2. Struktur masih asli. Struktur sudah ada yang dirubah. 3. Memiliki 7 ruang. Memiliki 5 atau 3 ruang dan bisa

ditambah serambi Aceh. 4. Pintu akses masuk keluar terletak

ditengah.

Pintu terletak di ujung atau pangkal rumah,ada juga pada serambi.

5. Dinding kayu. Dinding kayu dan dimodifikasi dengan penambahan jendela kaca. 6. Berdiri sendiri. Banyak Rumah Gadang kaum

(28)

No Rumah Gadang Adat Rumah Gadang Kaum disisi Rumah Gadang.

7. Ruang masih asli. Pola ruang sudah diubah sesuai kebutuhan.

8. Bagian kaki yang kosong dan dibatasi oleh kisi-kisi.

Bagian kaki hampir tidak terlihat dan ada juga yang terlihat.

9. Tidak untuk tempat tinggal sebagai kelengkapan atau acara-acara seperti acara adat saja.

Tujuan utama untuk tempat tinggal.

4.1.3 Proses Pembangunan

Secara garis besar proses pembangunan pada Rumah Gadang di daerah lam Minangkabau adalah sama ,yaitu terdiri dari tahap perencanaan, pencarian bahan dan pembangunan. Berikut rangkaian pembangunan Rumah Gadang di Nagari Seribu Rumah Gadang di solok selatan.

1. Perencanaan

Perencanaan pembuatan Rumah Gadang di Nagari Seribu Rumah Gadang dimulai dengan mengadakan musyawarah antar anggota keluarga dan kaum yang bersangkutan , musyawarah dipimpin oleh tungganai dari kelurga yang akan membangun rumah dan disaksikan oleh tungganai seluruh kampung .kemudian dilaksankan musyawarah hal-hal yang terkait dengan teknis pelaksaan pembangun Rumah Gadang antara lain:

a) Lokasi pembangunan

(29)

c) Teknis gotong royong mulai dari pencarian kayu hingga waktu dan cara pengangkutan kayu dari lokasi penebangan ke lokasi perendaman

d) Penetapan tukang tuo

e) Material yang digunakan , seperti tunggak tuo yang menjadi tunggak utama karena dianggap sebagai pucuk ,dan pemimpin dari tonggak-tonggok lain.

f) Siapa saja yang menymbang bahan g) Hari-hari untuk memulai pencarian bahan

Dengan adanya pertemuan ini ,pekerjaan pembangunan Rumah Gadang bukan hanya merupkan tanggung jawab dari kaum yang akan mendirikan rumah tetapi juga merupakan tanggung jawab masyarakat kampung.

2. Pencarian bahan

Bahan yang paling penting untuk membangun Rumah Gadang adalah kayu untuk tonggak, jenis dan kualitas kayu yang akan dipakai sangatlah diperhitungkan karena terkait dengan fungsinya sebagai penopang utama pada Rumah Gadang yang dapat bertahan puluhan sampai ratusan tahun lamanya. Kayu yang umum digunakan adalah kayu juar. Ada beberapa kriteria dalam penentuaan tonggak oleh tukang tuo dimana tonggak harus berasal dari pohon yang tumbuh dengan baik,lurus dari pangkal hingga ujungnya .sedangkan tonggak tuo diambil dari pohon yang tumbuh dari daerah tinggi.

(30)

Gambar 4.26 Sketsa Pencarian bahan dan Penentuan Tonggak Tuo Sumber: KKL ITB

Kemudian untuk tonggak tuo yang menjadi tonggak utama harus ditebang dan dipilih oleh tukang tuo dimana pemilihan ini harus yang bersifat kokoh dan tonggak pendukung lainnya boleh ditebang oleh orang kampung yang bekerja.

Pohon yang sudah ditebang dibersihkan dari ranting dan dedauanan kemudian dibawa ketempat perendaman secara gotong royong ,dulunya dipindahkan dengan balok gelondong tetapi berganti dengan gerobak beroda dua.

Proses membawa disertai bunyi-bunyian sehingga masyarakat tahu tanda bahwa sedang ada pembangunan Rumah Gadang. Sesampainya di tempat perendaman yang berlumpur kemudian material utama tadi direndam berbulan-bulan untuk mengawetkan kayu supaya kokoh dan tujuan lainya untuk enungguu kecukupan persiapan untuk membangun rumah seperti persiapan ekonomi untuk megupah tukang yang bekerja.

(31)

Kemudian setelah direndam, bahan pendukung lainnya seperti papan ,ijuk dan palupuah dikumpulkan yang berasal dari hutan dan parak dan juga didapatkan dari sumbangan orang kampung yang sudah disepakati. 3. Pembangunan

Setelah kecukupan dari segi ekonomi dan material maka proses pembangunan dapat dilakukan .namun sebelum pembangunan Rumah Gadang benar benar dimulai , hal yang terlebih dahuu dilakukan yaitu mengambil tonggak yang direndam kemudian menunggunya sampai kering. Dalam masa menunggu tonggak kering .dilakukan pembersihan okas pembanguan yang dilakukan dengan goong royong.barulah pembangunan dimulai.

Pembangunan Rumah Gadang ditandai dengan mancacak paek , yaitu pemahatan pertama yang dilakukan oleh tukang tuo yang disaksikan oleh keluarga kaum dan orang kampung ,kemudian tukang tuo memahat tonggak tuo tiga kali disertai dengan cipratan darah ayam yang disembelih seketika di tongkat tuo tersebut.

Gambar 4.27 Mancacak Paek Sumber: (KKL ITB)

(32)

Mancacak paek sendiri dianggap proses yang penting karena dapat mengetahui tinggi lantai dari tanah , tinggi patfon sehingga tukang tuo dapat memperkirakan dan membayangkan proporsi tinggi dan lebar pada bangunan.

Setelah selesai maka dilakuakan pemahatan tonggak tonggak yang lain tanpa prosesi yang dilakukan pada tonggak tuo tadi .dan disambung dengan perangkaian tonggak yang disusun dari urutan depan ke belakang , dengan menggunakan rusuk atas dan rusuk bawah .

Setelah dirangkai , satu per satu rangkaian tersebut ditegakkan dengan prosesi batagak rumah yaitu menegakkan rangkaian tonggak. Rangkaian tonggak ditarik menggunakan tali yang disebut tali tondon dan ditopang dengan kayu penopang yang disebut kayu juang.

Gambar 4.28 Sketsa Batagak Rumah Dan Foto Sumber: KKL ITB

Setelah tonggak tuo berdiri ,dipasangkan palanca yang akan menghubungkan rangkaian yang satu dengan yang lainnya.

(33)

Kemudian dipasangkan kesemua tonggak bawah dan atas.disertai dengan doa kepada Allah S,W.T untuk melancarkan dan memohon keselamatan bagi penghuni Rumah Gadang nantinnya.

Gambar 4.29 Struktur Utama Setelah Berdiri Dan Dihubungkan Dengan Palanca Sumber: (KKL ITB)

Dengan berdirinya keseluruh an rangkaian tiang. Pekerjan struktur utama Rumah Gadang dianggap selesai. Dan dilanjutkan dengan pasangan sandi pada setiap tonggak. Sandi dipasang dengan cara mengungkit tonggak satu per satu dengan menggunakan kayu pengungkit dan baru disorongkan batu pipih yang digunakan sebagai sandi tersebut.

Gambar 4.30 Sandi Dari Batu Yang Di Ungkit Satu Persatu Sumber: Digambar Ulang

Kemudian penyelesaian selanjutnya dilakukan dan dimulai dari atap yang dimulai dengan pemasangan ijuk, terdapat ijuk kasa yang

(34)

diletakkan pada bagian dalam dan ijuk halui pada bagian luar dan kemudian dialanjutkan dengan pengerjaaan stuktur lantai , pelapisan serta balok-balok pengikatnya yaitu jariau yang dikunci oleh balok yang terletak di atas rusuk yang disebut sigitan. Setelah itu baru dilapisi palupuah halui dan palupuh kasa sebagai alas dari lantai atau jika lantai papan maka langsung di atas jaruan.

Pemasangan dinding bukaan seperti jendela dan pintu menandakan pengerjaan Rumah Gadang sudah hampir selesai . pengerjaan ini dilakukan setelah lantai dikerjakan dimulai dari dinding bagian luar.sebagai akses naik turun rumah, tangga menjadi bagian yang sangat penting dari Rumah Gadang .dengan berakhirnya pembutan tangga maka proses pembangunan rumah gadang pun siap dihuni dan diadakan proses syukuran atau proses menaiki rumah.

Hal yang menarik dalam pengerjaan Rumah Gadang adalah satuan ukuran yang digunakan tidak mengikuti kaidah metrik namun berdasarkan pada ukuran tubuh manusia sperti eto yang berarti kasta, jangka yang berarti jengkal, dan tumpak yang berarti ukuran selebar telapak tangan dan jari yang merupakan ukuran selebar jari.cara pengukuran ini biasanya selalu tepat dan Rumah Gadang dapat dibangun dengan baik walaupun menggunakan satuan ukuran tubuh.

4.1.4 Penggunaan

Sebagai suatu hasil karya dari arsitektur primitif tentunya Rumah Gadang memiliki fungsi dan tujuan tertentu selain untuk tempat tinggal semata, Organisai

(35)

ruang yang terjadi dipengaruhi oleh kehidupan budaya masyarakat Minangkabau itu sendiri. Beberapa fungsi dari Rumah Gadang antara lain,

1. Sebagai tempat tinggal

Rumah Gadang hanya berhak dihuni oleh kaum perempuan saja karana sistem matrilineal yang dianut oleh masyarakat Minangkabau ,suami mereka hanya sebagai pendatang , dan fungsi biliak hanya diperuntunkkan bagi perempuan yang sudah punya suaminya dan anak anak mereka yang masih kecil, ukuran biliak yang kecil hanya untuk tempat tidur saja ,lemari dan lainya diletakkan diluar bilik.

Jika anak perempuan dari keluarga kaum yang tidak bersuami akan tidur bersama di bandua dan anak laki-laki yang sudah baligh dan dewasa yang sudah tidak mempunyai istri tidak boleh menginap di Rumah Gadang, mereka meginap di surau walaupun kegiatan sehari-hari nya di lakukan di Rumah Gadang. Saat anak laki-laki sudah menikah, maka mereka akan tinggal di Rumah Gadang kaum istrinya. Setiap ada anak perempuan yang menikah dari keluarga Rumah Gadang ,maka keluarga mereka yang perempuan yang lebih dulu menikah merelakan biliak mereka dipakai untuk ditempati pengntin baru dan membangun rumah disamping Rumah Gadang tetapi bukan Rumah Gadang, begitu siklus seterusnya sampai masih ada keturunan perempuan.

Kedudukan sumando atau suami merupakan tamu terhormat, sebagai tamu, sewaktu-waktu dalam kondisi tertentu istri mereka meninggal atau bercerai maka sumando harus keluar dari Rumah Gadang , dan mamak

(36)

dari Rumah Gadang berhak mengusir sumando jika tiba-tiba tingkah lakunya dianggap melanggar tata krama .

Penggunaan Rumah Gadang sebagai rumah kaum, yang menyiratkan bahwa Rumah Gadang itu ditinggali oleh satuan keluarga dalam kelompok kecil (ibu, ayah, dan anak ) dan kelurga dalam kelompok besar (gabungan dari beberapa keluarga inti) oleh karena itu setiap individu harus menjalin hubungan yang harmonis.

2. Sebagai unsur kelengkapan adat

Acara yang berhubungan dengan adat seperti perhelatan perkawinan dan batagak pangulu semua dilakukan di Rumah Gadang, contohnya yaitu perhelatan perkawinan.

Di minagkabau, prosesi perkawinan dilakukan secara Islam yaitu akad nikah dilaksanakan di mesjid atau surau ,dan secara adat yaitu perhelatan menurut adat yang berlaku perhelatan secara adat dilakukan setelah akad nikah di surau/masjid dan dilaksankan di Rumah Gadang anak daro atau istri dilakukan di hari yang sama atau hari -hari berikutnya.

Marapulai beserta rombongan datang ke Rumah Gadang anak daro disambut dengan kelurga dari pihak anak daro yang terdiri dari bako,tungganai,niniak mamak ,dan urang kampuang dan duduk di Rumah Gadang berdasarkan kedudukan mereka secara adat.

(37)

Gambar 4.31 Pernikahan Dimana Marapulai Disambut Oleh Keluarga Anak Daro Dengan Tari Pasambahan

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016) 3. Sebagai wadah pendidikan dan penyelesaian masalah.

Selain dari tempat tinggal dan kelengkapan adat Rumah Gadang juga merupakan wadah pendidikan non-formal bagi anak-anak. Hal yang diajarkan adalah terkait kehidupan sehari hari dan sebagai tempat untuk menyelesaikan masalah yang terjadi pada kelurga ,dan diupayakan perdamaian oleh penghulu selaku niniak mamak.

4.1.5 Ruang Pendukung Kehidupan Leseharian Masyarakat

4.1.5.1 Dapua (Dapur)

Dapua atau dapur merupakan ruang masak bersama seluruh keluarga yang tinggal di Rumah Gadang, penempatan dapua biasanya sesuai dengan keinginanan keluarga kaum pemilik Rumah Gadang karena tidak ada aturan baku yang mengatur. Pada umum nya dapua terpisah dari Rumah Gadang seperti yang dijumpai pada Rumah Gadang gajah maram pemilik dt. Lelo panjang, dapua terdapat di belakang Rumah Gadang.

(38)

Peletakkan dapur pada Rumah Gadang tidak lagi menerapkan ruang panggung tetapi langsung berhadapan dengan tanah dan turun menggunakan tangga, terdapat tungku dari bara untuk memasak.

Gambar 4.32 Dapua Pada Rumah Gadang Sumber: Digambar Ulang 4.1.5.2 Surau ( Musholla)

Setiap kawasan Rumah Gadang mempunyai satu surau dan di kawasan nagari seribu Rumah Gadang terdapat satu surau dan satu mesjid, biasanya surau atau mesjid dibangun didekat sumber air dan di kawasan ini surau dan mesjid dekat dengan sungai yaitu sungai pagu dimana menjadi nama dari kecamatan nagari ini berada.

(39)

Gambar 4.27 Foto Surau Dan Letak Pada Kawasan Kajian Sumber: Dokumentasi Pribadi

Beberapa fungsi surau yaitu: Rumah bujang

Tempat mengaji bagi anak2 dan dewasa

Tempat melatih anak atau kamanakan dalam pidato ,alua pasambahan dan bela diri

Tempat penempaan mental masyarakat dengan pendidikan budi pekerti.

Tempat mencari solusi dari segala masalah yang menyangkut kepentingan orang banyak.

Karakteritik arsitektur pada surau tidak harus mengikuti arsitektur pada Rumah Gadang, walaupun ada yang sebagian memodifikasi dengan menerapkan atap gonjong. Fungsi surau pada kawasan kajian tidak lagi menjadi rumah bujang dan fungsinya hanya sebagat tempat mengaji anak-anak saja dan sebagai mushola jika masjid sulit dijangkau oleh orang tua , hal ini disebabkan oleh pergeseran budaya yang terjadi pada masyarakat sekarang zaman sekarang yang sudah banyak meninggalkan surau.

(40)

4.1.5.3 Rangkiang (Lumbung)

Rangkiang atau lumbung merupakan simbol kemakmuran bagi masyarakat minangkabau karena fungsinya yang terkait dengan penyimpanan padi yang merupakan hasil panen dari sawah milik keluarga kaum yang bersangkutan.

Rangkiang dibangun setelah Rumah Gadang selesai dibangun. Dan tidak melalui proses pembagunan seperti Rumah Gadang, dibangun di depan halaman Rumah Gadang bagian ujung atau pangkal dan berjejer jika jumlah rangking lebih dari satu.

Menurut fungsinya ,rangkiang terdiri dari tiga jenis yaitu ;

Sitinjuak lauik, merupakan rangkiang yang berfungsi menyimpan bahan bahan makanan yang diguakan untuk kepentingan tamu atau orang luar yang datang ke kampuang.

Sibayau-bayau , rangkiang yang berfungsi untuk menyimpan makanan kebutuhan sehari hari kaum yang bersangkutan

Sitangka lapa, rangkiang yang berfungsi untuk membantu membantu urang kampung saat mereka mengalami kesusahan. Wawancara dt. Lelo Panjang

Jumlah rangkiang yang dibangun disesuaikan dengan kemampuan dan keutuhan dari kaum ,satu Rumah Gadang dapat membangun ketiga jenis rangkiang tersebut dan bisa lebih dari 3 seperti yang terdapat pada depan halaman Rumah Gadang gajah maram di daerah nagari seribu Rumah Gadang terdapat 5 rangkiang yang berjajar dari ujuang sampai pangkal, menandakan bahwa

(41)

masyarakat di nagari ini makmur dan kaya akan hasil panen padi bahan makanan yang mereka peroleh.

Gambar 4.28 Peletakkan 5 Rangkiang di depan Rumah Gadang Gajah Maram Dt. Lelo Panjang Suku Malayu

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Rangkiang hanya mempunyai satu pintu sebagai akses masuk dan keluar beserta tangga portable dinding rangkiang juga terdiri dari dua lapis yaitu dinding tadia pada lapisan luar dan dinding papan pada lapis dalam. Adanya jariau yang berperan sebagai balok lantai mampu menahan padi yang ada dalam rangkiang.

Sebagai tempat menyimpan padi , rangkiang memiliki daya lindung yang cukup baik ,lantai panggung melindungi dari tanah yang lembab ,dinding yang mengerucut kebawah dapat menghindari dari hujan tetapi masih mempunyai celah untuk aliran udara masuk dan keluar, atap gonjong yang curam menyebabkan air langsung jatuh ke tanah.

(42)

Gambar 4.29 Bagian Rangkiang Dan Potongannya Serta Foto Rangkiang Asli Dan Yang Sudah Di Renovasi

Sumber: Digambar Ulang Dan Dokumentasi Pribadi (2016)

Selain wujud arsitekturalnya , penggunaan rangkiang dapat dikatakan unik karena pintunya yang terletak di bagian atas yaitu bagian singok. Tentu mempersulit untuk memasukkan dan mengeluarkan bahan makanan. Orang harus

(43)

bersusah payah untuk menaiki tangga sambil membawa bahan makanan dan mengambilnya lagi.

Jika kita berfikir dalam konteks masa kini, proses tersebut dinilai sangat menyulitkan. Namun jika dikaji lebih dalam lagi, ternyata bentuk rangkiang yag sulit itu menggambarkan karakter masyarakat minangkabau itu sendiri yang ekonomis dan menghargai hasil panen dan mengajarkan untuk berhemat dan tidak mudah menjualnya selain untuk kepentingan yang mendesak .

Wujud arsitektural rangkiang dan nilai budaya yang terkandung didalam nya menunjukkan bahwa masyarakat minangkabau mampu menggunakan bahasa arsitektur secara budayawan seperti yang dikatakan oleh Y. B Mangunwijaya , selain itu , walaupun hanya sebuah lumbung, bangunan kecil ini membahasakan jiwa minang.

(44)

4.2 Perkampungan Tradisional Minangkabau (Penelitian di Nagari Seribu

Rumah Gadang Solok Selatan)

Gambar 4.30 Foto Tampak Atas pemandangan Nagari Seribu Rumah Gadang Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Sama halnya dengan Rumah Gadang, perkampungan tradisional Minangkabau juga mendapatkan pengaruh dari pemikiran masyarakat minangkabau yang berkaitan dengan respon mereka terhadap alam, biasanya perkampungan dibangun di dataran yang rendah dekat dengan lembah , lereng bukit ,tepi sungai seperti yang di bahas pada kawasan penelitian ini yang berada di tepi sungai pagu.

Keistimewaan nagari ini adalah pola perkampungan yang masih tradisional dan terbukti dengan banyaknya Rumah Gadang yang hampir berdekatan seperti kawasan yang padat penduduk tetapi kawasan ini padat akan bangunan nya Rumah Gadang , kesadaran dari masyarakat untuk tetap mempertahankan Rumah Gadang dan tentunya upaya pemerintah yang memberi aturan bahwa Rumah

(45)

Gadang didaerah ini tidak boleh dirobohkan sehingga menjadi tujuan wisata bagi para pendatang untuk melihat dan menikmati suasananya.

Dahulu mereka masih memanfaatkan sungai sebagai sumber air dengan adanya lurah atau tempat menimba air serta tempat MCK , tetepi seiring perkembangan zaman tidak semua masyarakat yang memanfaatkan sungai lagi ada yang sebagian memakai air pam dan air sumur.

Gambar 4.31 Peta Kawasan Sumber: Digambar Ulang

(46)

Dari peta kawasan yang penulis paparkan Nagari ini banyak yang mempunyai Rumah Gadang Kaum 5 ruang yang sudah direnovasi dan masih dipertahankan keasliannya Namun di nagari ini kita dapat menjumpai rumah modern baik yang dibangun sebagai kesatuan di sisi Rumah Gadang maupun terpisah sama sekali dengan Rumah Gadang.

Gambar 4.32 Rumah Gadang Dengan Bangunan Modern Disisinya Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Rumah Gadang adat pada kawasan ini masih bertahan seperti Rumah Gadang gajah maram yang masih berdiri dan tidak boleh ada bangunan disisinya, yang memiliki 7 ruang.

(47)

Dan ada juga Rumah Gadang yang sudah ditinggal dan tidak di tempati lagi karna terkendala berbagai hal, seperti ditinggal oleh kelurga kaum dan lebih memiliki tinggal di rumah pribadi dan ada terkendala finansial.

Gambar 4.34 Rumah Gadang Yang Tidak Di Tempati Lagi Dan Dibiarkan Lapuk. Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

4.3 Perubahan Yang Terjadi Akibat Kehidupan Budaya Masyarakat

Minangkabau Terhadap Eksistensi Rumah Gadang

Disebagian wilayah yang tersebar di Sumatera barat masyarakat minangkabau mengalami perubahan pola kehidupan dari yang bersifat komunal ke individualis , dimana menjadi pengaruh yang besar terhadap Rumah Gadang. Rumah gadang sebagai tempat tinggal kaum tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan akan ruang oleh masing-masing kelurga inti ,dan akhinya mendorong keluarga inti untuk membangun rumah pribadi yang dirasa lebih nyaman .tentunya aturan rumah pribadi berbeda dengan Rumah Gadang yang menerapkan laki-laki dewasa tidak boleh menginap di Rumah Gadang dan akhirnya surau ditinggal dan tidak menjadi rumah bujang lagi karna sudah boleh laki-laki menginap dirumah pribadi.

(48)

Dan kebiasaan hidup mengambil sumber air dari sungai sudah mulai ditinggal karna masing-masing keluarga sudah membangun sumur sendiri. dan akhirnya Rumah Gadang ditinggal dan dibiarkan kosong begitu saja.

Selain cara hidup yang sudah mulai bergeser, alasan lain Rumah Gadang dibiarkan kosong antara lain :

1. Kondisi rumah yang tidak kokoh lagi 2. Ditinggal merantau keluarga kaum

3. Keluarga kaum pemilik Rumah Gadang tersebut sudah punah menurut garis keurunan ibu sehingga tidak ada lagi yang berhak menurut ketentuan adat menghuni rumah tersebut, yang sangat mengkhawatirkan adalah karena masyarakat sudah sangat jarang membangun Rumah Gadang dengan arsitektur dan fungsi asli.

Beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah :

1. Jarang dari keluarga kaum mau mendirikan lagi Rumah Gadang yang sudah rusak ,karna masing-masing kelurga sudah memiliki rumah pribadi masing-masing.

2. Pembangunan Rumah Gadang dengan struktur asli dinilai rumit dan membutuhkan jangka waktu yang lama.

3. Material arsitektur asli yang sangat sulit dicari seperti kayu untuk tonggak yang berasal dari pohon tinggi yang lurus dari ujung sampai pangkal. Selain itu material ijuk juga sangat sulit dicari dalam jumlah yang banyak sebagai penutup atap.

(49)

Dari fakta yang ada dan analisa yang sudah dilakukan ,penulis merumuskan beberapa elemen arsitektur yang masih dipertahankan dan tidak dapat dipertahankan seperti yang tercantum dalam tabel-tabel berikut.

Tabel 4.1 Elemen-elemen yang dapat dipertahankan

Dapat dipertahankan

No Elemen Keterangan

1. Atap gonjong Masih digunakan sebagai penanda pada bangunan modern walaupun tidak mengikuti konturksi asli

2. Massa bangunan berbentuk trapesium terbalik

Bisa diterapkan pada sistem struktur modern menggunakan beton atau baja.

3. Panggung Dimodifikasi

4. Ukiran Ukiran dapat di tempel 5. Fungsi sebagai

kelengkapan adat

Potensi untuk diselenggarakan acara-acara adat masih ada dan dapat terus dijalankan 6. Pola perkampungn Masih dapat dipertahankan karna bersifat

permanen dan dapat dipertahankan seperti letak surau dan sumber air

Tabel 4.2Elemen-elemen yang tidak dapat dipertahankan

Tidak dapat dipertahankan

(50)

Tidak dapat dipertahankan

No Elemen Keterangan

1. Struktur asli (tonggak kayu ) dan pondasi sandi.

Kayu sulit didapat diganti dengan tonggak beton dengan demikian pondasi bangunan harus tertanam dalam tanah.

2. Ijuk sebagai penutup atap

Sulit untuk menepukan ijuk dalam jumlah banyak dan akhirnya diganti dengan seng 3. Proses pembangunan

secara adat

Tidak adanya tukang tuo dan ritual yang dilakukan terbilang rumit

4. Fungsi sebagai rumah tinggal komunal

Pergesaran cara hidup masyarakat

5. Pembagian ruang Tidak sesuai lagi dengan pola ruang asli dan disesuakan dengan kebutuhan keluarga 6. Fungsi rangkiang

sebagai lumbuang

Sulit untuk menyimpan padi di rangkiang

7. Fungsi masing masing elemen di dalam perkampungan

a. Sumber air sudah mulai jarang dimanfaatkan

b. Surau hanya sebagai tempat ibadah

Berbeda dengan kawasan kajian, Rumah Gadang pada kawasan ini dilarang oleh pemerintah untuk dirobohkan karna program pemerintah untuk menjadikan kabupaten solok selatan sebagai nagari seribu Rumah Gadang ,dan pada akhirnya masyarakat banyak merenovasi dan membangun rumah modern pada sisi Rumah Gadang, walaupun kehidupan komunal nya juga sudah mulai hilang.

(51)

Tetapi berkat dukungan serta program yang dijalankan pemerintah dan diberikan bantuan kepada keluarga serta kesadaran dari masyarakat itu sendiri, Rumah Gadang dapat bertahan,walaupun ada sebagian unsur Arsitekturalnya yang dirubah atau mengikuti pengaruh dari arsitektur modern.

(52)

BAB V

RANGKUMAN

5.1 Kesimpulan

Rumah Gadang merupakan salah satu hasil karya Arsitektur Vernakular Nusantara yang menjadi cirikhas bagi masyarakat minangkabau ,yang dipengaruhi oleh berbagai aspek kehidupan dan melalui proses yang begitu panjang , seiring dengan berjalannya waktu dan pengaruh budaya luar serta perubahan pola pikir masyarakat minangkabau akhirnya mempengaruhi bentuk dari Rumah Gadang.

1. Wujud Arsitektural Rumah Gadang yang menjadi cirikhas yaitu atapnya berbentuk gonjong menurut filosofi berasal dari bentuk tanduk kerbau, dan bangunannya yang berbentuk rumah panggung serta kontruksi kayu sebagai struktur utama.

2. Keruangan dari Rumah Gadang secara umum terbagi dari ruang yang bersifat privat, semi privat sampai ke ruang publik dimana pembagian ruang ini ditentukan menurut tingkatan dari masyarakat minangkabau seperti biliak yang ditujukan untuk ruang privat bagi suami istri dan balai merupakan ruang publik tempat belajar anak dan kemenakan. 3. Sebelum melakukan proses pembangunan banyak ritual adat yang

dilakukan seperti berkumpul seluruh niniak mamak untuk merencanakan proses pembangunan nya kemudian pencarian bahan dilakukan bergotong royong bersama seluruh masyarakat, pembagian

(53)

siapa yang mencari bahan-bahan nya, serta perendaman tonggak tuo (utama ) kedalam lumpur untuk menjaga keawetan nya sampai pihak keluarga sanggup dan sudah mengumpulkan semua bahan untuk pembangunan , maka barulah pembangunan dilaksanakan dengan melakukan ritual memercikkan darah ayam ke tonggak tuo oleh tukang yang dinamakan mancacak paek lalu baru dilaksankan pembangunan nya .

4. Kegunaan dari Rumah Gadang selain sebagai tempat tinggal juga sebagai tempat adat atau acara bersama yang dilakukan seperti resepsi pernikahan pemilihan penghulu serta tempat belajar bagi anak kemenakan.

5. Ruang pendukung dari Rumah Gadang terbagi atas dapur sebagai tempat memasak keluarga atau memasak untuk acara adat yang mana tidak ada aturan untuk meletakkan dapur dibagian mana, seperti di Nagari Seribu Rumah Gadang dapur terletak terpisah dengan Rumah Gadang yaitu dibagian belakang dan ada juga dirumah sisi.

Surau menjadi bagian yang penting untuk pendukung Rumah Gadang karena menjadi tempat atau rumah bujang (laki-laki dewasa yang tidak boleh menginap di Rumah Gadang), serta Rangkiang atau Lumbung menjadi tempat untuk menyimpan hasil panen padi.

Pada kawasan kajian Rumah Gadang banyak yang dilestarikan sehingga menjada daya tarik pengunjung untuk melihat kekayaan beragam Rumah Gadang pada Nagari ini, terbagi atas dua tipe yaitu Rumah Gadang Adat dan Rumah Adat

(54)

Kaum(masyarakat) yang memiliki aturan dimana Rumah Gadang Adat tidak ada yang direnovasi sedangkan Rumah Adat Kaum banyak yang direnovasi sehingga perubahannya terlihat, seperti material dinding diganti semen lantai serta perubahan fasad yang memiliki jendela kaca dan penambahan rumah sisi atau rumah yang bukan Rumah Gadang disamping Rumah Gadang, yang kebanyakan berbentuk rumah minimalis untuk kebutuhan ruang bagi keluarga.

5.2 Saran

1. Masyarakat minangkabau sejatinya adalah masyarakat yang sangat mencintai budaya mereka, hal ini merupakan peluang yang baik unuk dilakukannya penggalakan pembangunan Rumah Gadang. meskipun ada beberapa hal yang tetunya akan berbeda antara material yang digunakan, sistem struktur , serta fungsi rumah yang nanti tidak lagi memungkinkan sebagai tempat tinggal keluarga kaum.

2. Masyarakat dan pemerintah daerah harus tetap melakukan upaya terhadap Rumah Gadang dengan arsitektur asli yang masih berdiri, baik kokoh ataupun yang hampir hancur ,harus ada kesadaran sendiri dari pemilik rumah dibantu dengan program dari pemerintah daerah setempat untuk bekerja sama dalam pelestarian Rumah Gadang.

3. Pembangunan Rumah Gadang dengan arsitektur dan cara berarsitektur asli memang sulit dilakukan namun esensi lain dari Rumah Gadang yaitu fungsi yang terkait dengan ruang tempat tinggal dan unsur kelengkapan hendaknya masih dapat terus diupayakan kelestariannya, jika hal untuk

(55)

bertinggal secara komunal di Rumah Gadang sulit dilakukan, setidaknya fungsi sebagai kelengkapan adat atau acara resmi masih tetap dilestarikan . 4. Saran untuk penelitian selanjutnya lebih mendalami tentang arsitektur vernakular khususnya Rumah Gadang yang membahas tentang wujud arsitektur murni Rumah Gadang yang tentunya memiliki perbedaan karakteristik setiap daerah, dari segi bentuk fasad , struktur , keruangan dan hal pendukung lainya serta juga membahas tentang solusi yang tepat untuk pembangunan Rumah Gadang yang sesuai dengan karakteristik arsitektur modern pada saat ini sehingga bisa melengkapi kekurangan pada penelitian ini .

Gambar

Gambar 4.2 Rumah Gadang Kaum  (Sumber Dokumen Pribadi 2017)
Gambar 4.3 Sketsa Tampak Depan Dan Samping Pada Rumah Gadang  Sumber: Digambar Ulang
Gambar 4.8 Perbandingan Rumah Gadang adat dan Rumah Gadang kaum  Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)
Gambar 4.9 Perbedaan fasad pada Rumah Gadang adat dan pada Rumah Gadang kaum   Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berlakunya peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) semuanya didasarkan pada kedaruratan kesehatan yang ditetapkan

Tapi koalisi berdamai Kades Kaliputih (Banyumas) dengan Sodikan, 40, warganya, justru bikin warga marah. Soalnya dari situ ketahuan bahwa Pak Kades suka mengganggu

Pengaruh Variabel Penerapan Sarbanes-Oxley Section 302 Terhadap Peranan Eksekutif Perusahaan Dalam Pencegahan Fraudulent Financial Reporting Merujuk pada model yang

Puncak efek diuresis yang terjadi pada jam pertama terdapat pada kelompok perlakuan furosemida, kelompok kombinasi ekstrak etanol putri malu dan pacar kuku (¼ : ¾),

Seperti yang dikutip dalam Bichler dan Gaines, pemecahan masalah dapat diartikan sebagai berikut: “Polisi mengambil tindakan secara individual atau bekerjasama dengan

Kreditna linija ili okvirni kredit - predstavlja kreditni odnos u kojem banka odobrava maksimalni iznos sredstava koje komitent može koristiti prema potrebi.. Obično se koristi na

Apoteker yang telah memenuhi syarat untuk memperoleh STRA, selanjutnya dapat mengajukan permohonan kepada KFN (Komite Farmasi Nasional) dengan membuat surat

Total hutang (kewajiban) terhadap asset (Total Debt To Total Asset) Rasio ini membambandingkan jumlah total utang dengan aktiva total yang dimiliki