• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perumahan Sehat

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN - Skripsi Gizi (Halaman 22-34)

Kriteria rumah sehat menurut Depkes 2002, secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut.

1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain: pencahayaan, penghawaan, dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

2. Memenuhi kebutuhan fsikologis antara lain: privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah. 3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni

rumah dengan penyediaan air bersih pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan miniman dari pencemaran, di samping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cendrung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

Menurut Depkes RI (2002), indikator rumah yang dinilai adalah komponen rumah yang terdiri dari: langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, dan ruang tamu, ventilasi, sarana pembuatan asap, dapur, dan pencahayaan serta sarana sanitasi antara lain: sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, sarana pembuangan air limbah, dan sarana pembuangan sampah.

Komponen yang harus dimiliki rumah sehat adalah:

1. Fondasi yang kuat untuk meneruskan beban bangunan ke tanah dasar, memberi kesetabilan bangunan dan merupakan konstruksi penghubung antara bangunan dengan tanah.

2. Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari perkarangan dan 25 cm dari badan jalan, bahan kedap air, untuk rumah panggung dapat terbuat dari papan atau anyaman bambu.

3. Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan masuknya sinar matahari dengan luas minimum 10% luas lantai.

4. Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau menyangga atap, menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas dan debu dari luar serta menjaga kerahasiaan privacy penghuninya. 5. Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari,

minimum 2,4 lantai, bisa dari bahan papan, anyamana bambu, triplek, atau gipsum.

6. Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari, serta melindungi masuknya debu, angin dan air hujan (Depks RI, 2001).

Adapun aspek konstruksi atau komponen rumah yang memenuhi syarat rumah sehat adalah: (Entjang, 1993)

1. Langit-langit

Dibawah kerangka atap/kuda-kuda biasanya dipasang penutup yang disebut langit-langit yang tujuannya antara lain: (a) untuk menutup seluruh konstruksi atap dan kuda-kuda penyangga agar tidak terlihat dari bawah, sehingga ruangan terlihat rapi dan bersih; (b) untuk menahan debu yang jatuh dan kotoran yang lain juga menahan tetesan air hujan yang menembus melalui celah-celah atap; dan (c) untuk membuat

ruangan antara yang berguna sebagai penyekat sehingga panas atas tidak mudah menjalar ke dalam ruangan di bawahnya.

2. Dinding

Adapun syarat-syarat untuk dinding antara lain: (a) dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat sendiri, benan tekanan angin dan bilas sebagai dinding pemikul harus pula dapat memikul beban di atasnya; (b) dinding harus terpisah dari pondasi oleh suatu lapisan air rapat air sekurang-kurangnya 15 cm dibawah permukaan tanah sampai 20 cm di atas lantai bangunan agar tanah tidak dapat meresap naik ke atas sehingga dinding tembok terhindar dari basah dan lembab dan tampak bersih dan tidak berlumut; (c) lubang jendela dan pintu pada dinding bila lebarnya lebarnya kurang dari 1 cm dapat diberikan susunan batu tersusun tegak di atas lubang harus dipasang balok lantai dari beton bertulang atau kayu awet untuk memperkuat berdirinya tembok setengah bata di gunakan rangka pengkaku yang terdiri dari plester-plester atau balok beton bertulang setiap luas 12 m.

3. Lantai

Lantai harus cukup kuat untuk menahan beban di atasnya. Bahan untuk lantai biasanya digunakan ubin, kayu plesteran, atau bambu dengan syarat-syarat tidak licin, stabil tidak lentur di injak, tidak mudah aus, permukaan lantai harus rata dan mudah dibersihkan. Macam-macam lantai: (a) lantai tanah stabilitas. Lantai tanah stabilitas terdiri dari tanah,

pasir, semen, dan kapur; (b) lantai papan. Pada umumnya lantai papan dipakai di daerah basah atau rawan; (c) lantai ubin adalah lantai yang terbanyak digunakan pada bangunan perumahan karena lantai ubin murah/tahan lama, dapat mudah dibersihkan dan tidak dapat mudah dirusak rayap.

4. Pembagian Ruangan/Tata Ruangan

a. Setiap harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai dengan fungsinya. Penataan ruang dalam rumah harus disesuaikan dengan persyaratan kesehatan kesehatan rumah, misalnya pemisahan kamar tidur, dapat dan ruangan lainnya, jumlah kamar tidur yang cukup seluruh anggota keluarga, jendela yang dibuka pada siang hari agar cahaya matahari dapat masuk dan udara dapat berputar sehingga akan memperkecil resiko penularan penyakit infeksi

b. Kamar mandi dan jamban kelaurga: 1) Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit salah satu dari dindingnya yang berlubang ventilasi berhubungan dengan udara luar. Bila tidak harus dilengkapi dengan ventilasi mekanis untuk mengeluarkan udara dari kamar mandi dan jamban tersebut, sehingga tidak mengotori ruangan lain, 2) Pada setiap kamar mandi harus bersih untuk mandi yang cukup jumlahnya, dan 3) Jamban harus berleher angsa dan 1 jamban tidak boleh dari 7 orang bila jamban tersebut terpisah dari kamar mandi.

5. Ventilasi

Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar kedalam suatu ruangan dan pengeluaran udara kotoran suatu ruangan tertutup baik alamiah maupun secara buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengarh buruk yang dapat merugikan kesehatan manusia pada suatu ruangan yang tertutup atau kurang ventilasi.

Dengan adanya ventilasi silang (cross ventilation) akan terjamin adanya gerak udara yang lancar dalam ruang kediaman. Caranya ialah dengan memasukkan kedalam ruangan udara yang bersih dan segar melalui jendela atau lubang angin di dinding, sedangkan udara kotor dikeluarkan melalui jendela/lubang angin di dinding yang herhadapan.

Tetapi jarak udara ini harus di jaga jangan sampai terlalu besar dan keras, karena gerak angin atau udara angin yang berlebihan meniup badan seseorang, akan mengakibatkan penurunan suhu badan secara mendadak dan menyebabkan jaringan selaput lendir akan berkurang sehingga mengurangi daya tahan pada jaringan dan memberikan kesempatan kepada bakteri-bakteri penyakit berkembang biak, dan selanjutnya menyebabkan gangguan kesehatan, yang antara lain: masuk angin, pilek atau komplikasi radang saluran pernapasan. Gejala ini terutama terjadi pada pada orang yang peka terhadap udara dingin. Untuk menghindari akibat buruk ini, maka jendela atau lubang ventilasi jangan terlalu besar/banyak, tetapi jangan pula terlalu sedikit.

Ketentuan luas jendela/lubang angin tersebut hanya sebagai pedoman yang umum dan untuk daerah tertentu, harus disesuaikan dengan keadaan iklim daerah tersebut. Untuk daerah pegunungan yang berhawa dingin dan banyak angin, maka luas jendela/lubang angin dapat dikurangi sampai dengan 1/20 dari luas ruangan. Sedangkan untuk daerah pantai laut dan daerah rendah yang berhawa panas dan basah, maka jumlah luas bersih jendela, lubang angin harus diperbesar dan dapat mencapai 1/5 dari luar lantai ruangan.

Jika ventilasi alamiah untuk pertukaran udara dalam ruangan kurang memenuhi syarat, sehingga udara dalam ruangan akan berbau pengap, maka diperlukan suatu sistem pembaharuan udara mekanis. Untuk memperbaiki keadaan udara dalam ruangan, sistem mekanis ini harus bekerja terus menerus selama ruangan yang dimaksud digunakan. Alat mekanis yang biasa digunakan/dipakai untuk sistem pembaharuan udara mekanis adalah kipas angin (ventilating, fan atau exhauster), atau air conditioning.

6. Pencahayaan

Sanropie (1989) menyatakan bahwa cahaya yang cukup kuat untuk penerangan di dalam rumah merupakan kebutuhan manusia. Penerangan ini dapat diperoleh dengan pengaturan cahaya dan cahaya alam.

a. Pencahayaan alamiah

Pencahayaan alamiah diperoleh dengan maksudnya sinar matahari ke dalam ruangan melalui jendela, celah-celah atau bagian ruangan yang terbuka. Sinar sebaiknya tidak terhalang oleh bangunan, pohon-pohon maupun tembok pagar yang tinggi. Kebutuhan standar cahaya alami yang memenuhi syarat kesehatan untuk kamar keluarga dan kamar tidur menurut WHO 60-120 Lux. Suatu cara untuk menilai baik atau tidaknya penerangan alam yang terdapat dalam rumah, adalah sebagai berikut: 1) baik, bila jelas membaca koran dengan huruf kecil; 2) cukup, bila samar-samar bila membaca huruf kecil; 3) kurang, bilahanya huruf besar yang terbaca; dan 4) buruk, bila sukar membaca huruf besar.

Pemenuhan kebutuhan cahaya untuk penerangan alamiah sangat ditentukan oleh letak dan lebar jendela. Untuk memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi hari secara optimal sebaiknya jendela kamar tidur menghadapi ke timur.

Apabila luas jendela melebihi 20% dapat menimbulkan kesilauan dan panas, sedangkan sebaliknya kalau terlalu kecil dpat menimbulkan suasana gelap dan gengap.

b. Pencahayaan buatan

Untuk penerangan pada rumah tinggal dapat di atur dengan memilih sistem penerapan dengan suatu pertimbangan hendaknya

penerangan tersebut dapat menumbuhkan suasan rumah yang lebih menyenangkan. Lampu Flouresen (neon) sebagai sumber cahaya dapat memenuhi kebutuhan penerangan karena pada kuat penerangan yang relatif rendah mampu menghasilkan cahaya yang baik bila dibandingkan dengan penggunaan lampu pijar. Bila ingin menggunakan pampu pijar sebaiknya dipilih warna putih dengan dikombinasikan beberapa lampu neon.

Dilihat dari aspek sarana sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan yang berkaitan dengan perumahan sehat adalah sebagai berikut:

1. Sarana Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak (Per Men Kes No. 416/MENKES/Per/IX/1990). Air minum adalah air yang syaratnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung dimimum yang berasal dari penyediaan air minum (Dep Kes RI, 1994).

syarat tersebut terdiri dari: a. Syarat Fisik

Yaitu air yang tidak berwarna, tidak berbau, jernih dengan suhu sebaiknya dibawah suhu udara sehingga menimbulkan rasa nyaman.

b. Syarat Kimia

Yaitu yang mengandung zat-zat yang berbahaya untuk kesehatan seperti zat-zat organik lebih tinggi dari jumlah yang telah ditentukan. Misalnya:

KMNO4 : di dalam standar kualitas tertentu maksimal angka permanganat

adalah 10mg/liter. Penyimpangan standar kualitas tersebut akan mengakibatkan timbulnya bau tidak sedap dan dapat menyebabkan sakit perut.

c. Syarat bakteriologis

Air tidak boleh mengandung suatu mikroorganisme. Penyakit-penyakit sering menular dengan perantara air adalah penyakit yang tergolong dalam golongan ”water diseases” yaitu: Cholera, Paracholera Eltor, Thypus abdominalis, Dysentrian bacillaris, Hiptatitis infectiosa, Poliomylitis anterior accuta, penyakit-penyakit karena cacing. Karena mikroorganisme kelaur bersama faeces penderita, maka disyaratkan air rumgah tangga tidak boleh dikotori feaces manusia.

2. Jamban (sarana pembuangan kotoran)

Kotoran manusia yaitu segala benda atau zat yang dihasilkan oleh tubuh dan dipandang tidak berguna lagi sehingga perlu dikeluarkan untuk dibuang. Ditinjau dari pengertian ini jelaslah bahwa yang disebut kotoran manusia mencakup bidang yang amat luas. Kotoran manusia ini mempunyai karakteristik tersendiri yang dapat menjadi sumber penyebab timbul (Azwar, 1990). Pembuangan kotoran yaitu suatu pembuangan yang digunakan oleh keluarga atau sejumlah keluarga untuk buang air besar.

3. Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Air limbah adalah air yang tidak mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia ataupun hewan, dan lazimnya karena hasil perbuatan manusia.

4. Sarana pembuangan sampah (tempat sampah) adalah tempat penampungan sampah sementara di rumah tangga dalam keadaan tertutup dan memenuhi syarat kesehatan yang dimiliki responden.

2.2 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian dan studi literature dapat dikemukakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi status gizi balita, faktor-faktor tersebut antara lain asupan makanan dan penyakit infeksi, ketahanan pangan di keluarga, pola asuh anak, pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Faktor lingkungan terdiri dari lingkungan fisik, biologis, dan sosial. Dari faktor tersebut yang akan diteliti adalah Kejadian ISPA dan Lingkungan fisik dalam rumah. Secara skematik kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 1.Kerangka konsep Penelitian Kejadian ISPA

Status gizi balita Lingkungan fisik dalam

2.3 Hipotesis

Ha : Ada hubungan antara lingkungan fisik dalam rumah dengan status gizi balita di wilayah kerja puskesmas Kampung Bali.

Ho : Tidak ada hubungan antara lingkungan fisik dalam rumah dengan status gizi balita di wilayah kerja puskesmas Kampung Bali.

Ha : Ada hubungan antara Kejadian ISPA dengan status gizi balita di wilayah kerja puskesmas Kampung Bali.

Ho : Tidak ada hubungan Kejadian ISPA dengan status gizi balita di wilayah kerja puskesmas Kampung Bali.

BAB III

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN - Skripsi Gizi (Halaman 22-34)

Dokumen terkait