• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN

1.2. Perumusan Masalah

Deindustrialisasi adalah menurunnya peran industri dalam perekonomian

secara menyeluruh. Menurunnya peranan industri dalam perekonomian bisa dilihat

dari berbagai sisi, misalnya turunnya pekerja di sektor industri, turunnya produk

industri, serta turunnya kontribusi sektor industri dibandingkan sektor lain.

Fenomena deindustrialisasi di Indonesia mulai terlihat dari menurunnya kontribusi

sektor industri dalam PDB. Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa kontribusi sektor

industri mengalami peningkatan dari tahun 1993 sampai mencapai puncaknya pada

tahun 2004 yaitu 28.37 persen. Peranan sektor industri terus mengalami penurunan

pada periode tahun 2005 sampai dengan 2010 dimana pada tahun 2010 kontribusi

sektor industri turun menjadi 25.76 persen.

Penurunan pertumbuhan sektor industri paling dirasakan pada masa

berlangsungnya krisis ekonomi yaitu pada tahun 1998. Pada tahun 1998, nilai

pertumbuhan sektor industri mencapai angka terendah yaitu –11.88 persen. Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa pada periode tahun 2005 sampai dengan 2010,

pertumbuhan sektor industri selalu berada di bawah pertumbuhan ekonomi

nasional. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri tidak dapat lagi diandalkan

Sumber : Badan Pusat Statistik, Berbagai Tahun (Diolah)

Gambar 1. Kontribusi Sektor Industri dalam Pembentukan Produk Domestik Bruto

Pada periode tahun 1993-1997, nilai tambah sektor industri terus mengalami

peningkatan seperti dapat dilihat pada Gambar 3. Krisis ekonomi menyebabkan

sektor industri mengalami kemunduran dan mulai bangkit kembali pada tahun 2001

dimana nilai tambah sektor industri kembali pada kondisi sebelum krisis. Pada

periode tahun 2001 sampai dengan 2010, nilai tambah sektor industri terus

mengalami peningkatan walaupun pertumbuhannya masih berada di bawah

pertumbuhan ekonomi nasional.

Penurunan kontribusi sektor industri yang merupakan sektor sekunder juga

disebabkan oleh meningkatnya kontribusi sektor jasa atau sektor tersier dalam

struktur perekonomian Indonesia seperti dapat dilihat pada Gambar 4. Pada periode

tahun 1993-2004, peranan sektor sekunder terus mengalami peningkatan dari 22.30

12

sekunder mengalami penurunan pada periode tahun 2005-2010 di mana pada tahun

2010 kontribusi sektor sekunder menjadi 25.76 persen.

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 (Diolah)

Gambar 2. Pertumbuhan Sektor Industri Periode Tahun 1993-2010

Sumber : Badan Pusat Statistik, Berbagai Tahun (Diolah)

Gambar 3. Nilai Tambah Sektor Industri Periode Tahun 1993 - 2010 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000

Sebaliknya pada periode tahun 2001-2010, peranan sektor jasa/tersier

meningkat dari 45.11 persen menjadi 53 persen. Dari Gambar 4 juga dapat dilihat

bahwa pada periode krisis ekonomi, yaitu tahun 1997-2000, sektor tersier

mengalami penurunan karena terkena dampak baik langsung maupun tidak

langsung dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Sebaliknya, pada krisis

tersebut sektor primer termasuk di dalamnya sektor pertanian mengalami

peningkatan dari 23.78 persen pada tahun 1997 menjadi 27.30 persen pada tahun

2000.

Sumber : Badan Pusat Statistik, Berbagai Tahun (Diolah)

Gambar 4. Kontribusi Sektor Primer, Sektor Sekunder, dan Sektor Tersier dalam Perekonomian Indonesia Periode Tahun 1993-2010

Menurunnya kontribusi sektor industri dalam PDB disebabkan oleh relatif

rendahnya pertumbuhan sektor industri non-migas dibandingkan dengan

pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2006, sektor industri non-migas dapat

14

tumbuh sekitar 5.09 persen. Pada periode 2006-2010, sektor industri non-migas

rata-rata tumbuh sekitar 4.4 persen.

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010(Diolah)

Gambar 5. Kontribusi sktor Tradeable dan Sektor Nontradeable dalam Perekonomian Indonesia Periode Tahun 1993-2010

Sementara itu, dalam periode yang sama perekonomian nasional rata-rata

tumbuh 5.7 persen. Dengan angka pertumbuhan yang lebih rendah dari

pertumbuhan ekonomi nasional, sektor industri non-migas tidak bisa diharapkan

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia ke angka yang lebih tinggi

lagi. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa dari sembilan cabang industri non-migas

hanya industri makanan, minuman dan tembakau serta industri alat angkutan,

mesin dan peralatannya yang rata-rata pertumbuhannya di atas 5 persen per tahun.

Bahkan ada beberapa cabang industri yang kinerjanya cukup memprihatinkan

dengan pertumbuhan relatif kecil dan bahkan negatif seperti industri tekstil, barang

kulit dan alas kaki; barang kayu dan hasil hutan serta industri logam dasar besi dan

baja. Kondisi ini cukup memprihatinkan mengingat industri tekstil dan industri

kayu memegang peranan yang penting dalam sumbangannya terhadap ekspor dan

merupakan cabang industri yang menjadi penyokong (supporting industry) bagi

berkembangnya cabang-cabang industri yang lebih moderen. Jadi penurunan

kinerja ketiga cabang industri ini jelas akan memberikan pengaruh terhadap kinerja

sektor industri non-migas secara keseluruhan yang akhirnya akan berdampak pada

perekonomian Indonesia.

Sementara itu dilihat dari sisi struktur industri, industri nasional selama

periode 1993 – 2010 mengalami banyak mengalami pergeseran. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa alat angkutan, mesin dan peralatannya merupakan cabang industri

yang strukturnya mengalami peningkatan dalam periode tersebut yaitu dari 14.20

persen pada tahun 1993 menjadi 28.14 persen pada tahun 2010.

Tabel 1. Pertumbuhan Cabang Industri Non-MigasTahun 2006 - 2010

(Persen) Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 2010 Rata- Rata Ekonomi Nasional 5.47 6.37 6.01 4.55 6.10 5.7 Industri Non-migas 5.27 5.15 4.05 2.52 5.09 4.4

1. Makanan, minuman dan tembakau 7.22 5.04 2.34 11.29 2.73 5.7 2. Tekstil, barang kulit dan alas kaki 1.23 -3.68 -3.64 0.53 1.74 -0.8 3. Barang kayu dan hasil hutan lainnya -0.66 -1.74 3.45 -1.46 -3.50 -0.8 4. Kertas dan barang cetakan 2.09 5.79 -1.48 6.27 1.64 2.9 5. Pupuk, kimia dan barang dari karet 4.48 5.69 4.46 1.51 4.67 4.2 6. Semen dan barang galian bukan logam 0.53 3.40 -1.49 -0.63 2.16 0.8 7. Logam dasar besi dan baja 4.73 1.69 -2.05 -4.53 2.56 0.5 8. Alat angkutan, mesin dan peralatannya 7.55 9.73 9.79 -2.94 10.35 6.9 9. Barang lainnya 3.62 -2.82 -0.96 3.13 2.98 1.2 Sumber : Kementerian Perindustrian, 2011 (Diolah)

Sementara itu makanan, minuman dan tembakau mengalami penurunan dari

42.13 persen tahun 1993 menjadi 33.60 persen pada tahun 2010. Sementara itu

16

industri tersebut memegang peranan yang cukup penting dalam struktur industri

non-migas nasional. Di sisi lain, tekstil, barang kulit dan alas kaki cenderung

mengalami fluktuasi dalam struktur industri pada periode tersebut. Perubahan

struktur keempat cabang industri tersebut, jelas akan sangat mempengaruhi kinerja

industri nasional mengingat keempat cabang industri tersebut merupakan tulang

punggung industri nasional karena kontribusinya yang mencapai 83.43 persen pada

tahun 2010.

Tabel 2. Perubahan Struktur Industri Non-Migas Tahun 1993 -2010

(Persen) Cabang Industri Non-migas 1993 1998 2009 2010 1. Makanan, minuman dan tembakau 42.13 57.74 29.78 33.60 2. Tekstil, barang kulit dan alas kaki 10.68 8.56 9.80 8.97 3. Barang kayu dan hasil hutan lainnya 8.19 5.07 3.83 5.82

4. Kertas dan barang cetakan 4.14 4.48 5.18 4.75

5. Pupuk, kimia dan barang dari karet 13.31 11.95 13.28 12.72 6. Semen dan barang galian bukan logam 3.11 2.73 3.04 3.29

7. Logam dasar besi dan baja 3.64 2.76 1.47 1.95

8. Alat angkutan, mesin dan peralatannya 14.20 6.28 32.88 28.14

9. Barang lainnya 0.60 0.43 0.74 0.76

Industri Non-migas 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber : Kementerian Perindustrian, 2011 (Diolah)

Struktur industri di Indonesia dilihat dari skala usaha menunjukkan

ketidakseimbangan antara industri kecil, industri menengah dan industri besar

sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3. Dari sisi jumlah unit usaha dan

penyerapan tenaga kerja, struktur industri lebih banyak didominasi oleh industri

kecil. Namun demikian, relatif besarnya jumlah unit usaha industri kecil tidak

berbanding lurus dengan nilai tambah yang dihasilkan. Jumlah unit usaha industri

kecil yang mencapai 99.43 persen dari seluruh unit usaha sektor industri hanya

Ketidakseimbangan struktur industri dalam pembentukan nilai tambah sektor

industri yang didominasi oleh industri besar sangat riskan terhadap guncangan-

guncangan yang terjadi dalam perekonomian seperti yang terjadi pada periode

krisis ekonomi 1997-1998. Oleh karena itu, penguatan peranan industri kecil dan

menengah perlu terus dilakukan untuk memperkokoh struktur industri nasional.

Tabel 3. Struktur Industri Indonesia Menurut Skala Usaha Tahun 2008

(Persen) Skala Usaha Jumlah Tenaga Kerja Nilai Tambah

Industri Kecil 99.43 53.62 12.81

Industri Menengah 0.44 1.52 12.02

Industri Besar 0.13 44.86 75.17

Total 100.00 100.00 100.00

Sumber : Departemen Perindustrian, 2009

Sementara itu dilihat dari sisi ekspor, sektor industri mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun seperti dapat dilihat pada Tabel 4. Namun

demikian, dari sisi kontribusi terhadap total ekspor non-migas, sektor industri

mengalami fluktuasi selama periode tahun 2006 – 2010. Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada tahun 2010, sektor industri memberikan kontribusi terbesar dalam

peranannya menyumbang ekspor non-migas nasional yaitu sekitar 75.55 persen

dengan nilai sekitar 98 milyar US $. Tingginya kontribusi ekspor sektor industri

menunjukkan bahwa sektor industri memegang peranan yang sangat penting dalam

pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya dalam kontribusinya terhadap neraca

perdagangan.

Tingginya kontribusi sektor industri pada ekspor non-migas nasional tidak

diimbangi dengan peranannya dalam penyerapan lapangan kerja seperti dapat

18

nasional telah mencapai 25.76 persen, tetapi pangsa penyerapan tenaga kerjanya

hanya mencapai 12.78 persen. Sementara itu, sektor pertanian yang pangsanya

terhadap PDB tinggal 13.17 persen masih menanggung beban tenaga kerja sebesar

38.35 persen.

Tabel 4. Perkembangan Nilai Ekspor Non-Migas Menurut Sektor Tahun 2006 – 2010 (Juta US $)

No. Sektor 2006 2007 2008 2009 2010 Trend (%)

2003-2010 1 Pertanian 3 374 3 658 4 585 4 353 5 002 10.09 2 Industri 65 015 76 454 88 390 73 434 98 011 8.12 3 Pertambangan 11 192 11 885 14 906 19 692 26 713 25.17 4 Lainnya 9 9 10 11 10 4.47 Non-migas 79 589 92 006 107 891 97 490 129 735 10.91

Sumber : Kementerian Perdagangan, 2011 (Diolah)

Kondisi tersebut di atas mengindikasikan bahwa perubahan struktur

perekonomian yang terjadi di Indonesia berlangsung tidak seimbang yaitu

perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri tidak

diimbangi dengan pergeseran tenaga kerjanya. Walaupun demikian, sektor industri

bersama-sama dengan sektor pertanian dan sektor perdagangan mampu menyerap

tenaga kerja sekitar 74.2 persen dari total tenaga kerja nasional.

Tabel 5. Perkembangan Pangsa Ekspor Menurut Sektor Tahun 2006 – 2010

(Persen) No. Sektor 2006 2007 2008 2009 2010 1 Pertanian 4.24 3.98 4.25 4.46 3.86 2 Industri 81.69 83.10 81.93 75.32 75.55 3 Pertambangan 14.06 12.92 13.82 20.20 20.59 4 Lainnya 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 Non-migas 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Sumber : Kementerian Perdagangan, 2011 (Diolah)

Relatif tingginya kontribusi sektor industri dalam penyerapan tenaga kerja

menunjukkan tingginya peranan sektor industri dalam mengurangi angka

pengangguran di Indonesia. Hal ini berimplikasi bahwa dampak yang ditimbulkan

pada peningkatan angka pengangguran jika sektor industri mengalami stagnasi

apalagi jika sampai mengalami kemunduran.

Tabel 6. Perbandingan Pangsa Produk Domestik Bruto dan Pangsa Tenaga Kerja Menurut Sektor Usaha Tahun 2010

No. Sektor Usaha Jumlah

(Orang) Pangsa Tenaga Kerja (Persen) Pangsa PDB (Persen) 1 Pertanian,Kehutanan,Perburuan dan Perikanan 41 494 941 38.35 13.17

2 Pertambangan dan Penggalian 1 254 501 1.16 8.07

3 Industri 13 824 251 12.78 25.76

4 Listrik, Gas dan Air 234 070 0.22 0.78

5 Bangunan 5 592 897 5.17 6.50

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 22 492 176 20.79 17.34 7 Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 5 619 022 5.19 9.41 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 1 739 486 1.61 9.55

9 Jasa Kemasyarakatan 15 956 423 14.75 9.43

Total 108 207 767 100.00 100.00

Sumber : Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2011 (Diolah)

Dari uraian di atas maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai

berikut :

1. Terjadinya perubahan struktur perekonomian yang relatif dini dari sektor

industri ke sektor jasa.

2. Menurunnya kontribusi sektor industri dalam perekonomian nasional karena

pertumbuhan sektor industri non-migas yang lebih rendah dibandingkan dengan

pertumbuhan ekonomi nasional.

3. Menurunnya kinerja dari beberapa cabang industri non-migas sehingga

20

4. Tidak seimbangnya struktur industri antara industri kecil, menengah dan besar

dalam jumlah unit usaha, penyerapan tenaga kerja, dan kontribusinya pada nilai

tambah sektor industri sehingga rentan terhadap guncangan-guncangan yang

terjadi dalam perekonomian.

5. Cenderung menurunnya pangsa ekspor sektor industri terhadap total ekspor

nasional.

6. Tidak seimbangnya penyerapan tenaga kerja sektor industri dibandingkan

dengan kontribusinya pada PDB.

Dari paparan di atas menunjukkan bahwa gejala-gejala deindustrialisasi telah

nampak pada perekonomian Indonesia, dimana secara umum peranan sektor

industri dalam sumbangannya terhadap PDB mengalami penurunan.

Deindustrialisasi terjadi jika PDB negara semakin tinggi pada saat pangsa sektor

industri menurun dan sebaliknya pangsa sektor jasa cenderung meningkat. Bila

deindustrialisasi di Indonesia terus berlanjut, maka sektor industri tidak bisa lagi

diharapkan menjadi motor penggerak dan memegang peranan penting bagi

perekonomian Indonesia di masa-masa mendatang. Perlu dilakukan serangkaian

upaya antisipasi melalui reindustrialisasi agar kondisi deindustrialisasi tidak

berlanjut dan berdampak buruk pada perekonomian Indonesia. Oleh karena itu

identifikasi faktor-faktor penyebab deindustrialisasi dan dampak reindustrialisasi

menjadi penting untuk dilakukan agar dapat dirumuskan berbagai strategi

reindustrialisasi untuk mendorong kembali baik peranan sektor industri dalam

perekonomian nasional maupun pembangunan sektor industri secara berimbang

antara industri kecil, menengah dan besar untuk memperkuat struktur industri

nasional.

melalui penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Faktor-faktor apakah yang secara signifikan menyebabkan deindustrialisasi

yang dilihat dari pangsa nilai tambah sektor industri dalam perekonomian

Indonesia ?

2. Bagaimana dampak reindustrialiasi terhadap ekonomi makro Indonesia ?

3. Bagaimana dampak reindustrialiasi terhadap kinerja sektor industri termasuk

kecil, menengah dan besar dalam perekonomian Indonesia ?

4. Strategi reindustrialisasi apa yang dapat dilakukan untuk dapat keluar dari

kondisi deindustrialisasi sehingga kinerja dan kontribusi sektor industri dalam

perekonomian Indonesia dapat ditingkatkan di masa-masa mendatang ?

Dokumen terkait