BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3. Bird-in-the Hand dan Dividend Irrelevance Theory
2.1.2 Perusahaan Perbankan
Setiap perusahaan pasti memiliki laporan keuangan begitu juga dengan perusahaan Perbankan di Indonesia. Laporan keuangan juga dapat menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Perusahaan perbankan adalah suatu lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa – jasa perbankan lainnya. Berdasarkan Bursa Efek Indonesia, perusahaan perbankan adalah salah satu sektor perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang termasuk kedalam sektor ke 8 yaitu keuangan (industri jasa). Perusahaan perbankan merupakan subsektor utama industri jasa keuangan yang memiliki 43 perusahaan yang listing di BEI selama periode penelitian ini.
Perbedaan perusahaan jasa keuangan perbankan dengan perusahaan lain adalah terdapatnya regulasi pemerintah mengenai perbankan yang tertulis pada Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 perihal sistem penilaian tingkat
kesehatan bank umum dan peraturan No. 9/10/PBI/2007 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah menggunakan metode CAMELS (Capital, Asset quality, Management, Earnings, Liquidity dan Sensitivity to market risk) diperbaharui berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No.4/POJK.03/2016 menggunakan metode RGEC (Risk profile, Good Corporate Governance (GCG), Earnings and Capital ) sehingga perusahaan perbankan menggunakan rasio khusus yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia mewajibkan bank umum untuk melakukan penilaian sendiri (self assessment) baik secara individual maupun secara konsolidasi.
2.1.3 Profitabilitas
Profitabilitas atau sering disebut juga rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dan berhubungan dengan pendapatan, total aktiva atau dengan modal (ekuitas) (Harahap, 2013). Teori yang berhubungan dengan profitabilitas adalah pecking order theory yang dikemukakan oleh MM bahwa perusahaan dengan tingkat pofitabilitas yang tinggi maka hutangnya rendah, dikarenkan perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi memiliki sumber dana sendiri (modal sendiri) yang berlimpah. Modal sendiri tersebut diperoleh berdasarkan laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan. Laba yang meningkat ini pula akan meningkatkan nilai perusahaan juga dan meningkatkan pembagian deviden ke investor. Manfaat Profitabilitas adalah mengetahui peningkatan laba setiap tahun, alat pengukur keefektifan manajeman serta meningkatkan nilai perusahaan dipandangan investor, Dengan
demikian dapat dikatakan profitabilitas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas yang dilakukan pada periode akuntansi. Baiknya profitabilitas perusahaan maka meningkatkan laba dan meningkatkan pembagian deviden ke investor (Sari, Gustini, & Tripermata, 2016).
Profitabilitas dalam penelitian ini diproksi oleh return on equity (ROA).
ROA membandingkan besarnya laba bersih terhadap total aktiva. Seorang calon investor perlu melihat ROA suatu perusahaan sebelum memutuskan melakukan investasi saham agar investor mengetahui seberapa banyak keuntungan yang akan didapatkannya dari total aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi tingkat laba yang diperoleh dari laba bersih dan total aset, maka kemampuan perusahaan untuk membayar dividen juga akan semakin tinggi dan harga saham perusahaan akan semakin meningkat.
Banyak indikator dapat digunakan untuk mengukur suatu profitabilitas perusahaan selain ROA,seperti : Rasio profit margin ,Rasio Gross Profit Margin, Rasio Net Profit Margin, Rasio Return On Investment (ROI),Net Interest Margin (NIM) ,Rasio Return On Equity (ROE) (Brealey, Myres, & Marcus, 2008) dan (Harahap, 2013). Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2013 dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No.4/POJK.03/2016, pada penelitian ini digunakan proksi ROA adalah perbandingan laba bersih dan total aset perusahaan.
Total aset terdiri dari aset lancar: (kas, piutang, giro, surat berharga, kredit yang diberikan dan biaya dibayar dimuka) dan aset tetap: (Gedung, tanah, peralatan),
laba bersih setelah pajak adalah pendapatan jasa dikurangi beban pajak (Harahap, 2013).
Semakin besar ROA maka kinerja perusahaan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut khususnya di perusahaan perbankan (Harahap, 2013). ROA diukur dengan skala rasio melalui rumus sebagai berikut :
ROA =
x 100%
2.1.4 Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. MM mengemukakan pecking order theory selain untuk profitabilitas , likuiditas juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan dengan melihat tingkat pembayaran kewajiban jangka pendek yang tinggi akan menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi yang baik sehingga akan menambah permintaan akan saham dan tentunya akan menaikkan harga saham dan nilai perusahaan pun meningkat, pembayaran deviden pun meningkat (Wardoyo & Agustini, 2015).
Secara umum rasio untuk mengukur likuiditas adalah Current Ratio, Quick Ratio,dan Cash ratio (Harahap, 2013). Penelitian terdahulu seperti Mery, Zulbahridar, & Kurnia (2017) dan Mahendra, Artini, & Suarjaya (2012) menggunakan proksi Cash ratio. Namun, berdasarkan peraturan Bank Indonesia No.17/11/PBI/2015 tanggal 25 Juni 2015 prihal perubahan atas peraturan Bank Indonesia No.15/15/PBI/2013 penelitian ini menggunakan rasio likuiditas diproksi
dengan Loan to Funding ratio (LFR) dengan menambahkan komponen surat berharga dalam formula LFR yaitu kredit yang diberikan dibagi dana pihak ketiga (Giro,Tabungan dan Deposito) ditambah surat berharga yang diterbitkan bank (Surat pengakuan utang, Obligasi dan sekuritas kredit). Penelitian sebelumnya menggunakan proksi LDR adalah penelitian Fadhli (2015) dengan hasil penelitian bahwa LDR mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Rumus LFR yang digunakan peneliti adalah:
LFR
x 100%
2.1.5 Leverage
Leverage atau sering disebut juga solvabilitas merupakan rasio yang menunjukkan bagaimana perusahaan mampu untuk mengelola seluruh hutangnya dalam memperoleh keuntungan dan juga mampu untuk melunasi kembali seluruh hutangnya. Perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya adalah perusahaan tidak solvabel (Sudiyatno & Puspitasari, 2010).
Selain teori sinyal dan pecking order theory yang memberikan dampak terhadap terbentuknya leverage, terdapat teori pertukaran yang sering disebut dengan Trade - Off Theory dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (1958) adalah perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu bahwa manajer akan berpikir teori trade-off antara penghematan pajak (tax shields) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) dalam penentuan struktur modal.
Perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio hutangnya, sehingga tambahan hutang tersebut akan mengurangi pajak (Brigham & Houston,
2011). Hal ini merupakan leverage sering disebut dengan istilah “pedang bermata dua” karena disatu sisi dapat menguntungkan perusahaan dalam pengurangan pajak dan merugikan perusahaan dalam menanggung utang yang banyak.
Terdapat 2 jenis leverage, yaitu: pertama, Leverage Operasional adalah sejauh mana perusahaan menggunakan biaya tetapnya dalam operasi suatu perusahaan. Leverage operasi timbul sebagai suatu akibat dari adanya beban-beban tetap yang ditanggung dalam operasional perusahaan. Perusahaan yang memiliki biaya operasi tetap atau biaya modal tetap, maka perusahaan menggunakan operating leverage, perusahaan mengharapkan bahwa perubahan penjualan akan mengakibatkan perubahan laba sebelum bunga dan pajak yang lebih besar. Kedua, Financial leverage adalah kebijakan perusahaan mendapatkan modal pinjaman dari luar dilihat dari bidang manajemen keuangan, dimana perusahaan membiayai kegiatannya dengan menggunakan modal pinjaman serta menanggung suatu beban tetap yang bertujuan untuk meningkatkan laba per lembar saham (Brigham & Houston, 2011).
Menurut Harahap (2013) dan Brealey, Myres, & Marcus, (2008) terdapat beberapa proksi yang digunakan yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), Time Interest Earned Ratio, Debt Ratio. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2013 dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No.4/POJK.03/2016 dalam penelitian ini leverage diproksi dengan CAR berfungsi menampung resiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh perusahaan khususnya perbankan, komponen CAR terdiri atas dua yaitu : Pertama, modal inti yaitu modal disetor dan cadangan – cadangan yang terbentuk
dari laba setelah pajak seperti agio saham, laba tahun berjalan dan tahun lalu, laba ditahan, dan bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasi. Kedua, modal pelengkap yaitu cadangan yang tidak terbentuk dari laba setelah pajak dan modal pinjaman dan pinjaman subordinasi seperti cadangan revaluasi aktiva tetap, penyisihan aktiva tetap (Harahap, 2013).
Jika semakin baik kemampuan perusahaan untuk menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang beresiko, semakin tinggi nilai CAR maka perusahaan perbankan tersebut mampu membiayai kegiatan operasional sehinga meningkatkan laba (Harahap, 2013). Rumus CAR sebagai berikut :
CAR =
x 100%