• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Pestisida Nabati

1. Kronologi Pestisida Nabati

Pemahaman istilah dari pestisida baru muncul setelah berkembangnya industri agrokimia di Eropa dan Amerika yang memproduksi pupuk dan pestisida sintetis. Walaupun sebenarnya zat racun kerjanya sangat radikal dan membahayakan keselamatan hayati secara berkelanjutan, akan tetapi dikalangan petani tradisional menyebutnya dengan istilah obat pertanian (Suwahyono, 2010).

Penggunaan pestisida sintetik yang tidak bijaksana akan merusak lingkungan sekitar dan kesehatan dari manusia. Jacobson (1975) menelaah sekitar 1484 spesies Tanaman Pestisida Nabati yang telah diteliti di seluruh dunia. Disebutkan pula bahwa kawasan asli (indigenous) tanaman pestisida antara lain adalah Amazones, Papua New Guinea dan Indonesia. Eksistensi spesies-spesies tanaman pestisida nabati tersebut terancam punah akibat eksploitasi tropika yang tidak mempertimbangkan kaidah-kaidah pelestarian lingkungan (Suryaningsih, 2004:1).

2. Mengenal Pestisida Nabati

Konsep pertanian ramah lingkungan adalah konsep pertanian yang mengedepankan keamanan seluruh komponen yang ada pada lingkungan ekosistem dimana pertanian ramah lingkungan mengutamakan untuk meninggalkan dampak yang negatif bagi lingkungan. Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal

dari tanaman atau tumbuhan dan bahan organik lainya yang berkhasiat mengendalikan serangan hama pada tanaman.

Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan (daun, buah, biji, batang atau akar) berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya. dapat untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Pestisida nabati bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan, dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang.

Efektivitas tumbuhan sebagai pestisida nabati sangat tergantung dari bahan tumbuhan yang dipakai, karena satu jenis tumbuhan yang sama tetapi berasal dari daerah yang berbeda dapat menghasilkan efek yang berbeda pula, ini dikarenakan sifat bioaktif atau sifat racunnya tergantung pada kondisi tumbuh, umur tanaman dan jenis dari tumbuhan tersebut.

3. Kelebihan,Kelemahan, dan Prinsip Kerja Pestisida Nabati

Beberapa kelebihan dan kelemahan pestisida nabati (Suriana, 2012) :

A. Kelebihan pestisida nabati yaitu :

1. Teknologi pembuatannya lebih mudah dan murah, sehingga memungkinkan untuk dibuat sendiri dalam skala rumah tangga.

2. Pestisida nabati tidak menimbulkan efek negatif bagi lingkungan maupun terhadap makhluk hidup, sehingga, relatif aman untuk digunakan.

3. Tidak beresiko menimbulkan keracunan pada tanaman, sehingga, tanaman yang diaplikasikan pestisida nabati jauh lebih sehat dan aman dari pencemaran zat kimia berbahaya.

4. Tidak menimbulkan resistensi (kekebalan) pada hama. Dalam artian pestisida nabati aman bagi keseimbangan ekosistem. 5. Hasil pertanian yang dihasilkan lebih sehat serta terbebas dari

residu pestisida sintetis.

B. Kelemahan pestisida nabati yaitu :

1. Daya kerja pestisida nabati lebih lambat, tidak bisa terlihat dalam jangka waktu yang cepat.

2. Pada umumnya tidak membunuh langsung hama sasaran, akan tetapi hanya bersifat mengusir dan menyebabkan hama menjadi tidak berminat mendekati tanaman budidaya.

3. Mudah rusak dan tidak tahan terhadap sinar matahari.

4. Daya simpan relatif pendek, artinya pestisida nabati harus segera digunakan setelah proses produksi. Hal ini menjadi hambatan tersendiri bagi petani untuk mendapatkan pestisida nabati instan ataupun untuk memproduksi pestisida nabati untuk tujuan komersil.

5. Perlu dilakukan penyemprotan yang berulang-ulang. Hal ini dari sisi ekonomi tentu saja tidak efektif dan efisien.

C. Prinsip kerja pestisida nabati (Hendayana, 2010) :

a. Merusak perkembangan telur, larva dan pupa. b. Menghambat pergantian kulit.

c. Mengganggu komunikasi serangga. d. Menyebabkan serangga menolak makan. e. Menghambat reproduksi serangga betina. f. Mengurangi nafsu makan.

g. Memblokir kemampuan makan serangga. h. Mengusir serangga.

i. Menghambat perkembangan patogen penyakit.

4. Kriteria Tanaman Sumber Bahan Baku Pestisida Nabati

Menurut Suryaningsih (2004: 4-5) kriteria pestisida nabati yang baik antara lain adalah :

1. Toksisitas terhadap jasad bukan sasaran nol atau rendah.

2. Biotoksin memiliki lebih dari satu cara kerja, daya persistensi tidak terlalu singkat.

3. Diekstrak dari tanaman sumber yang mudah diperbanyak, tahan terhadap kondisi suboptimal, diutamakan tanaman tahunan, tidak akan jadi gulma atau inang alternatif OPT.

4. Tanaman sumber sedapat mungkin tidak atau kurang berkompetisi dengan tanaman yang diusahakan.

6. Biotoksin sudah efektif di bawah konsentrasi 10 ppm, secara praktikal sekitar 3-5% bobot kering bahan.

7. Sedapat mungkin solven atau pelarutnya adalah air.

8. Bahan baku pestisida nabati dapat digunakan baik dalam kondisi segar, kering dan pengkondisian sederhana lainnya.

9. Teknologi pestisida nabati tidak bertentangan, bahkan berakar pada teknologi tradisional, mudah dimengerti dan sederhana.

10.Teknologi pestisida nabati tidak menimbulkan masalah baru, terjangkau biayanya, bahan baku mudah didapat.

5.Bahan Aktif

Bahan aktif dari pestisida nabati adalah produk alam yang berasal dari tanaman yang mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung banyak senyawa bioaktif seperti senyawa alkaloid, terpenoid, fenolik, dan juga zat-zat kimia sekunder yang lain. Senyawa bioaktif tersebut apabila kita aplikasikan ke tanaman yang terinfeksi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), tidak berpengaruh terhadap fotosintesis pertumbuhan ataupun aspek fisiologis tanaman lainnya, namun berpengaruh terhadap sistem saraf otot, keseimbangan hormon, reproduksi, perilaku berupa penarik, anti makan dan sistem pernafasan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) (Setiawati, 2008:4).

Molekul biotoksin yang aktif berperan sebagai biosida dapat digolongkan dalam golongan alkaloid (nikotin, nornikotin, anabasin, solanin, antropin) dan golongan metabolit sekunder (pyrethrum

kompleks, pitetheroid sintetik, rotenone dan rotenoid, quassin, ryanin, azadirachtin) (Suryaningsih, 2004:11).

6. Kendala Penggunaan Pestisida Nabati

Berkaitan dengan manfaat yang didapatkan dari pestisida nabati maka sudah selayaknya jika penggunaan jenis pestisida nabati harus di masyarakatkan. Namun demikian, penggunaan dan pengembangan pestisida nabati di Indonesia mengalami beberapa kendala seperti berikut ini, (Kardinan, 2000:13-14).

a. Pestisida sintetis lebih disukai dengan alasan mudah didapatkan, praktis mengaplikasikannya, hasilnya relatif cepat dilihat, tidak perlu membuat sediaan sendiri, tersedia dalam jumlah banyak dan tidak perlu membudidayakan sendiri tanaman penghasil pestisida. b. Kurangnya rekomendasi atau dorongan dari pengambil kebijakan

(lack of official recommendation). Hal ini terlihat dari kurangnya atau tidak adanya penyuluhan dan pengenalan penggunaan pestisida nabati kepada petani atau pengguna.

c. Tidak tersedianya bahan secara berkesinambungan dalam jumlah yang memadai saat diperlukan.

d. Walaupun penggunaan pestisida nabati menimbulkan residu relatif rendah pada bahan makanan dan lingkungan serta dianggap lebih aman dari pada pestisida sintetis, tetapi frekuensi penggunaannya menjadi tinggi. Tingginya frekuensi penggunaan

pestisida ini diakibatkan oleh sifatnya yang mudah terurai, sehingga membutuhkan pengaplikasian yang lebih sering.

e. Sulitnya registrasi pestisida nabati mengingat pada umumnya jenis pestisida ini memiliki bahan aktif yang kompleks (multiple active ingredient) dan pada beberapa kasus tidak semua bahan aktif dapat dideteksi.

7. Peluang Penggunaan Pestisida Nabati

Beberapa peluang penggunaan pestisida nabati sebagai berikut ini (Kardinan, 2000:15)

a. Menghasilkan produk pertanian dengan kualitas dan juga kuantitas yang optimal

b. Bersahabat dengan alam

c. Mengupayakan kesuburan tanah secara lestari

d. Meminimalkan pemakaian bahan yang tidak dapat diperbaharui.

Dokumen terkait