• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran

Pengembangan wilayah pada dasarnya bertujuan mengembangkan suatu wilayah agar sesuai dengan yang diinginkan melalui optimasi pemanfaatan sumberdaya alam yang dimiliki secara harmonis, serasi, dan terpadu untuk pembangunan berkelanjutan. Dalam upaya mewujudkan pengembangan wilayah yang optimum diperlukan penataan ruang yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Perencanaan penggunaan lahan merupakan salah satu komponen perencanaan yang bertujuan untuk mengetahui potensi wilayah, daya dukung, dan daya tampung, serta faktor pembatas suatu kegiatan tertentu.

Ancaman bencana merupakan salah satu faktor yang harus dipahami dan dipertimbangkan dalam pemanfaatan ruang karena akan menghambat laju pembangunan dan pengembangan suatu wilayah. Kebakaran hutan dan lahan merupakan salah satu ancaman bencana yang sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia dan didukung oleh kondisi tertentu. Arahan pemanfaatan ruang dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan harus mempertimbangkan lokasi/pola kebakaran dan aktivitas manusia serta kondisi pendukung yang mempengaruhi kebakaran hutan dan lahan. Kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 1.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi analisis faktor-faktor fisik menggunakan pendekatan tematik ruang dengan mengintegrasikan metode Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Composite Mapping Analysis (CMA) serta Regresi Logistik untuk mendapatkan karakteristik areal kebakaran hutan dan lahan dan faktor fisik yang mempengaruhi kebakaran hutan dan lahan serta daerah rawan kebakaran hutan dan lahan, sedangkan analisis faktor sosial dilakukan berdasarkan wawancara menggunakan kuesioner terhadap prilaku masyarakat yang mempengaruhi kebakaran hutan dan lahan dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah administrasi Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah. Wilayah administrasi Kota Palangka Raya terdiri dari 5 (lima) Kecamatan yaitu: Kecamatan Pahandut, Kecamatan Sebangau, Kecamatan Jekan Raya, Kecamatan Bukit Batu, dan Kecamatan Rakumpit. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan bulan Desember 2011 sampai dengan Desember 2012.

16

Gambar 1 Diagram kerangka pemikiran.

Pengumpulan Data, Sumber dan Alat

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari interpretasi citra satelit berupa data areal bekas kebakaran hutan dan lahan dan tutupan lahan serta melakukan wawancara menggunakan kuesioner untuk memperoleh aktivitas/perilaku masyarakat yang mempengaruhi kebakaran hutan dan lahan. Adapun sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive random sampling dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. Data sekunder berupa peta, citra satelit, laporan tertulis dan data numerik lainnya yang dikumpulkan dari berbagai sumber sesuai dengan tujuan penelitian seperti pada Tabel 1.

Arahan Pemanfaatan Ruang

Dalam Upaya Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Penataan Ruang Aktivitas Manusia Kondisi Pendukung Kebakaran

Hutan dan Lahan

Faktor yang Mempengaruhi Kebakaran Hutan dan Lahan

Daerah Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan Rencana Tata Ruang Wilayah Ancaman Bencana Pengembangan Wilayah

17

Tabel 1 Data sekunder yang digunakan dalam penelitian

No Jenis Data Format Tahun Skala

Dasar Sumber

1 Peta Administrasi Digital 2000 1:50.000 Pemkot Palangka Raya

2 Peta Tutupan Lahan Digital 2000,2003,

2006,2009,2011 1:50.000

Direktorat Jenderal Planologi Kementerian Kehutanan

3 Peta Jenis Tanah Digital 1986 1:250.000 Puslitanak

4 Peta Kemiringan

Lereng Digital - - USGS

5 Peta Jaringan Jalan

dan Sungai Digital 2000 1:50.000 Pemkot Palangka Raya

6 Peta RTRW Digital 2000 1:50.000 Pemkot Palangka Raya

7 Citra Satelit Landsat Digital 2000,2003,

2006,2009,2012 - USGS

8 Data Sebaran Hotspot

(Titik Panas) Digital

2000,2003,2006,

2009, 2012 - NASA

9 Data Curah Hujan Tabular 2004-2011 - BMKG Palangka Raya

10 Data Kependudukan Tabular 2008-2011 - BPS Kota Palangka Raya

11 Data Kebakaran

Hutan dan lahan Tabular 2005-2011 - BKSDA Kalimantan Tengah

Alat yang digunakan adalah GPS, kamera digital dan seperangkat komputer yang dilengkapi dengan software: ArcGIS/ArcView, ERDAS Imagine Microsoft Office, dan SPSS/Statistica.

Penyusunan Kuesioner

Kuesioner disusun untuk mendapatkan informasi mengenai aktivitas/perilaku masyarakat terhadap kejadian kebakaran hutan dan lahan. Penyusunan kuesioner dilakukan dengan studi literatur dan pendapat para ahli, sehingga diharapkan kuesioner dapat menjadi alat untuk menjawab tujuan penelitian. Metode pengambilan sampel dilakukan secara purposive random sampling dan responden yang dijadikan sampel adalah pelaku pembakaran hutan dan lahan yaitu masyarakat yang melakukan pembukaan, persiapan dan pembersihan lahan di wilayah administratif Kota Palangka Raya dengan jumlah responden yang diambil seluruhnya adalah sebanyak 30 responden.

Kuesioner dibuat berdasarkan tujuan melakukan pembakaran hutan dan lahan yaitu membangun perumahan/pertambangan, bertani/berkebun, penanda kepemilikan/penguasaan lahan serta motivasi masyarakat menggunakan teknik membakar dalam membuka, menyiapkan dan membersihkan hutan dan lahan yaitu dapat menyuburkan tanah, merupakan cara yang cepat dan murah/ekonomis atau merupakan budaya/kebiasaan masyarakat serta keterbatasan pengetahuan dalam membuka, menyiapkan dan membersihkan hutan dan lahan.

Persiapan Data

Persiapan data dilakukan sebelum dilakukan analisis menggunakan fungsi spasial dengan metode SIG dan CMA. Persiapan data dilakukan terhadap data-data tabular yang ditransformasikan dalam bentuk spasial, sedangkan perbaikan

18

data dilakukan terhadap peta digital dan data atributnya. Peta dengan sistem koordinat yang berbeda akan ditransformasikan ke sistem koordinat yang sama yaitu Universal Transverse Mercator (UTM) sehingga terbentuk basis data spasial dengan sistem koordinat yang sama.

Data primer dan data sekunder yang telah ditranformasikan dalam bentuk digital disusun menjadi suatu basis data dengan sistem koordinat UTM dalam format vektor yang disimpan dalam bentuk shapefile.

Persiapan Citra Satelit Landsat

Citra satelit landsat didapat dari United States Geological Survey (USGS), terdiri dari beberapa band (multi-band) yang memiliki karakteristik tersendiri dalam mendeteksi unsur-unsur spatial. Untuk mendapatkan citra satelit landsat yang menampilkan citra berwarna dilakukan penggabungan band menggunakan perangkat lunak ERDAS Imagine dengan melakukan fungsi stacking pada menu interpreter. Untuk mendapatkan citra dengan sistem koordinat yang diinginkan maka dilakukan transformasi geometrik dengan menggunakan titik kontrol (Ground Control Point) yang dicari pada citra lain yang sudah memiliki georeferensi atau menggunakan titik pengukuran yang diambil mengunakan GPS pada lokasi tertentu yang mudah dikenali pada citra. Pada penelitian ini, transformasi geometrik menggunakan persamaan polinomial ordo 1 atau affine (linier) transformation dengan Root mean Suared Error (RMSE) < 0,5 piksel dan mengacu pada peta rupa bumi skala 1 : 50 000.

Persiapan Peta Tutupan Lahan

Peta tutupan lahan diperoleh dari interpretasi citra satelit landsat tahun 2012 Path 118 Row 61 dan 62. Interpretasi dilakukan secara visual dengan kombinasi band yang digunakan adalah 5-4-2 (RGB). Adapun pendekatan unsur interpretasi secara visual meliputi: rona (berkaitan dengan warna/derajat keabuan suatu obyek), tekstur (frekuensi perubahan rona), pola (susunan keruangan obyek), ukuran, bentuk (berkaitan langsung terhadap bentuk umum, konfigurasi atau kerangka dari obyek tunggal), bayangan dan situs (lokasi suatu obyek terhadap obyek-obyek yang lain).

Uji akurasi hasil interpretasi penggunaan/penutupan lahan dilakukan dengan melakukan pengecekan lapangan (ground truth) terhadap kebenaran, ketepatan atau kenyataan di lapangan. Dalam hal ini uji akurasi dilakukan dengan bantuan citra Google Earth sebagai citra referensi yang dibandingkan dengan beberapa titik hasil klasifikasi penggunaan/penutupan lahan. Validasi yang digunakan untuk menguji kualitas hasil interpretasi penggunaan/penutupan lahan dengan mempertimbangkan semua elemen hasil interpretasi (ketepatan dan kesalahan) dari beberapa titik yang dijadikan contoh, adalah menggunakan akurasi kappa. Adapun persamaan akurasi kappa (Kappa Accuracy), sebagai berikut (Jennes dan Wynne 2006):

=

….……….. (5)

dengan Xii adalah nilai diagonal dari matrik kontingensi baris i dan kolom ke-I, Xi+ adalah jumlah piksel dalam baris ke-I, X+i adalah jumlah piksel dalam kolom ke-I, N adalah banyaknya piksel dalam contoh dan r adalah jumlah kelas.

19

Persiapan Data Sebaran Kebakaran Hutan dan Lahan

Sebaran kebakaran hutan dan lahan diperoleh dari interpretasi Citra satelit landsat pada waktu kejadian kebakaran hutan dan lahan yaitu tahun 2000, 2003, 2006, 2009 dan 2012 (Path 118, Row 61 dan 62) mengacu data pemadaman kebakaran oleh Manggala Agni, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah, Daerah Operasi I Palangka Raya periode 2005-2011 serta pola dan sebaran titik panas (hotspot).

Proses awal dalam mengidentifikasi areal bekas kebakaran hutan dan lahan adalah proses image enhancement yaitu transformasi citra komposit Red-Green-Blue (RGB) ke Intensity-Hue-Saturation (IHS) menggunakan perangkat lunak ERDAS Imagine dengan fungsi RGB to IHS pada menu Image Interpreter. Komposit warna RGB 7-4-1 yang telah ditransformasi ke model warna IHS merupakan kombinasi band yang sangat efektif memisahkan daerah terbakar dari tutupan lainnya dengan jelas (Koutsias et al. 2000; Maingi, 2005; Panuju et al. 2010) sehingga interpretasi citra untuk areal bekas kebakaran hutan dan lahan dilakukan secara visual guna mendapatkan peta areal bekas kebakaran eksisting tahun 2000, 2003, 2006, 2009 dan 2012.

Persiapan Data Curah Hujan

Data curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan maksimum harian rata-rata tahunan, diperoleh dari 5 (lima) stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang masuk dalam wilayah administrasi Kalimantan Tengah, yaitu: Pangkalan Bun, Sampit, Palangka Raya, Buntok dan Muara Teweh. Data curah hujan harian rata-rata tahunan dianalisis atau diinterpolasi (spatial analysis) dengan metode Invers Distance Weighted (IDW) yaitu metode rata-rata tertimbang antara nilai dan jarak terdekat sel yang diinterpolasi dengan pertimbangan kondisi tofografi wilayah yang homogen.

Untuk mendapatkan data curah hujan berdasarkan wilayah administrasi Kota Palangka Raya, data curah hujan yang telah diinterpolasi dilakukan proses pemotongan menggunakan fungsi extract by mask. Data curah hujan Kota Palangka Raya yang dihasilkan masih dalam bentuk format raster, sehingga perlu dilakukan reklasifikasi dan dikonversi dalam bentuh format vektor. Reklasifikasi data curah hujan dilakukan menggunakan metode natural break mengacu pada jumlah tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan.

Persiapan Data Kepadatan Kependudukan

Data kependudukan yang digunakan adalah data kependudukan Kota Palangka Raya tahun 2008-2011 mengacu pada Kota Dalam Angka. Kepadatan penduduk diperoleh dari rasio jumlah penduduk dengan luas wilayah. Untuk mendapatkan data kepadatan penduduk secara spasial dilakukan penambahan kolom data atribut berupa jumlah penduduk dan kepadatan penduduk pada peta wilayah administrasi berdasarkan kecamatan atau kelurahan, kemudian dilakukan fungsi field Calculator pada kolom kepadatan penduduk berdasarkan luas wilayah terhadap jumlah penduduk. Klasifikasi kepadatan penduduk mengacu pada Undang-undang Nomor: 56/PRP/1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian dan disesuaikan dengan kelas rawan kebakaran hutan dan lahan.

20

Persiapan Peta Jaringan Jalan dan Sungai serta Permukiman

Peta jaringan jalan dan sungai diperoleh dari Pemerintah Kota Palangka Raya sedangkan peta permukiman yang digunakan mengacu pada peta tutupan lahan yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Planologi Kementerian Kehutanan. Untuk mendapatkan jarak terhadap masing-masing parameter dilakukan analisis proximity dengan interval 1000 m dan disesuaikan dengan kelas rawan kebakaran hutan dan lahan.

Perbaikan Peta Tutupan Lahan

Perbaikan peta tutupan lahan dilakukan pada peta tutupan lahan tahun 2000, 2003, 2006, dan 2009 yang diperoleh dari Badan Planologi Kementerian Kehutanan. Perbaikan peta tutupan lahan dilakukan pada data atribut peta tutupan lahan dengan melakukan standarisasi/generalisasi kelas tutupan lahan mengacu kepada SNI 7645 : 2010 tentang Klasifikasi Penutupan Lahan.

Analisis dan Pengolahan Data

Analisis daerah rawan kebakaran hutan dan lahan dalam penataan ruang dilakukan melalui beberapa tahap. Analisis dan Pengolahan Data di dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap seperti yang digambarkan dalam diagram alir penelitian (Gambar 2).

Karakteristik Lokasi Kebakaran Hutan dan Lahan

Proses awal dalam menganalisis karekteristik lokasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan adalah analisis tumpang susun antara areal bekas kebakaran dengan faktor pemicu dan faktor pendukung kebakaran hutan dan lahan, yaitu: permukiman, jaringan jalan dan sungai, kepadatan penduduk, curah hujan, tutupan lahan, jenis tanah, dan kemiringan lereng (Tabel 2). Pendugaan pengaruh aktivitas manusia sebagai pemicu kebakaran hutan dan lahan adalah dengan menghitung jarak terdekat antara lokasi kebakaran dengan jarak permukiman, jalan dan sungai serta kondisi tutupan lahan dan kepadatan penduduk di lokasi kebakaran. Karakteristik kondisi pendukung yang mempengaruhi kebakaran hutan dan lahan diperoleh dari lokasi kebakaran hutan dan lahan terhadap kondisi curah hujan, jenis tanah, dan kemiringan lereng.

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebakaran Hutan dan Lahan Analisis Karakteristik Lokasi yang Mempengaruhi Kebakaran Hutan dan Lahan

Proses awal dalam menganalisis karakteristik lokasi yang mempengaruhi kebakaran hutan dan lahan adalah analisis tumpang susun antara areal bekas kebakaran sebagai variabel tetap dengan variabel peubah, yaitu: jarak dari permukiman, jarak dari jalan, jarak dari sungai, tutupan lahan, kepadatan penduduk, curah hujan, jenis tanah, dan kelas lereng. Hasil analisis merupakan data yang digunakan dalam analisis regresi logistik menggunakan perangkat lunak SPSS. Persamaan regresi logistik yang digunakan adalah :

21

dimana :

P1 : Nilai Peluang untuk peubah tetap ke 1

0 : Konstanta

1-n : Nilai koefisien untuk peubah bebas ke 1 sampai n X1-n : Peubah bebas ke 1 sampai n

n : Jumlah variabel

X1 : Jarak terhadap Permukiman X5 : Kepadatan Penduduk X2 : Jarak terhadap Jalan X6 : Curah Hujan

X3 : Jarak terhadap Sungai X7 : Jenis Tanah

X4 : Tutupan Lahan X8 : Kemiringan Lereng

Tabel 2 Parameter karakteristik lokasi kebakaran hutan dan lahan

Parameter Sub Parameter

Jarak terhadap Permukiman (km) Buffer dengan interval 1.000 m (1 km) Jarak terhadap Jalan (km) Buffer dengan interval 1.000 m (1 km) Jarak terhadap Sungai (km) Buffer dengan interval 1.000 m (1 km)

Tutupan Lahan Air

Belukar Rawa Hutan Ladang/Tegalan Perkebunan Permukiman Pertambangan Rawa Semak Belukar Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 1 – 50 51 - 250 250 – 400 > 401 Curah Hujan (mm) < 1.000 1.000 – 2.000 2.000 – 3.000 3.000 – 4.000 > 4.000

Jenis Tanah Entisol

Histosol Spodosol Ultisol Kemiringan Lereng (%) 0 – 8 9 – 15 16 – 25 26 – 40 > 40

22

Gambar 2 Diagram alir penelitian.

Regresi Binomial Logistik Kondisi Pendukung yang Mempengaruhi

Kebakaran Hutan dan Lahan Data Curah Hujan Interpolasi Peta Curah Hujan Proximity Citra Landsat 2012

Peta Jarak Permukiman Peta Jarak Sungai

Peta Jarak Jalan

Peta Tutupan Lahan

Peta Sungai Peta Permukiman

Arahan Kebijakan Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Peta Daerah Rawan

Kebakaran Hutan dan Lahan

Peta Rencana Tata Ruang Wilayah

Composite Mapping Analysis

Interpretasi Visual Peta Jalan Data Kependudukan Peta Kepadatan Penduduk

Peta Tutupan Lahan 2000, 2003, 2006, 2009, 2012

Pola Perubahan Lahan Setelah terjadi Kebakaran Hutan dan Lahan

Image Enhancement

Citra Landsat 2000,2003, 2006,2009, 2012

Peta Areal Bekas Kebakaran Hutan dan Lahan

Kuesioner

Aktivitas/Prilaku Masyarakat yang Mempengaruhi Kebakaran Hutan dan Lahan

Pairwise Comparison Overlay

Pola Kebakaran Hutan dan Lahan (kepadatan kebakaran dalam satuan wilayah dengan karakteristik yang sama)

Peta Jenis Tanah Peta Kemiringan Lereng

23

Metode regresi logistik yang digunakan adalah metode forward stepwise dengan nilai lebih kecil dari 0,05 atau nilai tingkat kepercayaan 95%, yaitu melakukan regresi secara berulang dan memasukan variabel peubah satu persatu dan mempertahankannya dalam model apabila variabel peubah tersebut signifikan. Variabel peubah yang tidak signifikan akan dikeluarkan dalam model sehingga peubah yang terdapat dalam model semuanya signifikan terhadap kebakaran hutan dan lahan. Menurut Chuvieco et al. (1999), nilai koefesien regresi logistik lebih dari 0,5 dapat dipertimbangkan sebagai prediksi suatu kejadian.

Koefisien variabel peubah regresi logistik tidak dapat dijadikan sebagai faktor pembobot faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebakaran hutan dan lahan dalam pembangunan model spasial. Untuk mendapatkan nilai bobot yang mempengaruhi kebakaran hutan dan lahan terlebih dahulu dilakukan normalisasi koefesien variabel peubah yang mempengaruhi kebakaran hutan dan lahan. Analisis Aktivitas/Perilaku Masyarakat yang Mempengaruhi Kebakaran Hutan dan Lahan

Aktivitas/perilaku masyarakat yang diajukan berupa variabel kualitatif yang dikuantitatifkan menggunakan teknik pembobotan/skor. Setiap pertanyaan yang diajukan mempunyai jawaban berupa urutan prioritas dari responden berdasarkan tujuan atau motivasinya, skor 1 (satu) merupakan nilai dengan urutan tertinggi sekaligus menjadi prioritas pilihan.

Penilaian tujuan dan motivasi dilakukan dengan menentukan peringkat elemen-elemen (tujuan dan motivasi) menurut tingkat kepentingannya menggunakan matriks perbandingan berpasangan. Metode perbandingan berpasangan dilakukan dalam tiga langkah. Langkah pertama, matrik diisi dengan nilai sesuai dengan urutan prioritas dari responden, nilai-nilai dalam matrik harus konsisten. Langkah kedua, dilakukan pembobotan dengan cara mengalikan matrik dengan matrik itu sendiri sehingga dihasilkan bobot, proses ini disebut matrik normalisasi. Langkah terakhir, yaitu menghitung nilai dari setiap baris matrik normalisasi terhadap nilai total baris matrik normalisasi untuk mendapatkan prioritas pilihan. Pada penelitian ini, konsistensi prioritas pilihan dipastikan dengan Consistency Ratio (CR) 0,10.

Analisis Daerah Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan

Daerah rawan kebakaran hutan dan lahan dianalisis menggunakan metode Composite Mapping Analysis (CMA) berdasarkan variabel peubah yang mempengaruhi kebakaran hutan dan lahan yang diperoleh dari analisis regresi. CMA merupakan metode berbasis Sistem Informasi Geografis yang mengambarkan interaksi antara variabel tetap dan variabel peubah yaitu melakukan pembobotan dan skor variabel peubah terhadap variabel tetap sehingga menghasilkan suatu indeks gabungan.

Penentuan Bobot dan Perhitungan Skor

Pembobotan. Bobot setiap parameter diperoleh dari normalisasi koefesien variabel peubah terhadap kebakaran hutan dan lahan hasil dari analisis regresi logistik menggunakan metode perbandingan berpasangan

24

Skoring. Pemberian nilai menggunakan metode CMA diperoleh dengan luasan setiap sub parameter, luas areal terbakar pada setiap sub parameter (observed) serta luas areal terbakar yang diharapkan atau seharusnya ada (expected). Dalam penelitian ini, hubungan sub parameter dalam setiap parameter diklasifikasikan berdasarkan persentase luas kebakaran dalam setiap sub parameter dan dikelaskan menjadi 3 (tiga) kategori tingkat kerawanan. Adapun perhitungan skor aktual (Actual Score) untuk setiap sub parameter pada setiap parameter menggunakan persamaan berikut:

$( = )*+, $ ""

-./0 ……….. (7)

1( = )2 3 4"", ……….. (8)

Dimana :

xi : Skor untuk masing – masing sub parameter

oi : Luas areal kebakaran yang diamati dalam setiap sub parameter ei : Luas areal kebakaran yang diharapkan dalam setiap sub parameter T : Jumlah keseluruhan luas kebakaran hutan dan lahan

F : Persentase luas masing – masing sub parameter

Perhitungan skor dugaan (Estimated Score) dibangun berdasarkan pola kecenderungan (trend line) hubungan antara skor setiap sub parameter dan kepadatan areal terbakar menggunakan persamaan regresi dengan nilai koefesien determinasi yang relatif lebih tinggi. Standarisasi skor dilakukan untuk mendapatkan skor yang sama terhadap semua sub parameter yang digunakan dalam menyusun model kerawanan. Perhitungan nilai skor skala menggunakan persamaan berikut:

56 17 *89:89 = ;<*=+ > ?@AB

;<*=+ > CDE ……….. (9) Score = 1, 0,00 Score R output 0,33

Score = 2, 0,34 Score R output 0,66

Score = 3, 0,67 Score R output 1,00

Dimana:

Score : Skor sub parameter Score R output : Skor hasil rescalling Score E input : Skor input dugaan Score E max : Skor maksimum dugaan

Uji Akurasi Daerah Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan

Uji akurasi bertujuan untuk mengetahui seberapa tepat daerah rawan kebakaran hutan dan lahan terhadap kondisi sebenarnya. Pengujian dilakukan dengan cara menumpang susunkan polygon areal yang terbakar dengan model daerah rawan kebakaran hutan dan lahan, referensi untuk verifikasi menggunakan data areal kebakaran tahun 2003, 2006, 2009 dan 2012 yang bersumber dari hasil analisis.

25

Validasi yang digunakan untuk menguji kualitas model menggunakan akurasi umum berdasarkan ketepatan model dalam menggambarkan tingkat kerawanan. Akurasi umum dihitung berdasarkan koinsidensi antara areal terbakar dengan tingkat kerawanan daerah rawan kebakaran menggunakan matrik kesalahan (confusion matrix). Adapun persamaan akurasi umum, sebagai berikut (Jenness dan Wynne 2006):

= …..……….………. (10)

dengan AO adalah nilai akurasi umum (Overall Accuracy), Xii merupakan Coincided Value luasan yang sama antara peta daerah rawan dan kepadatan hotspot dan N adalah total area validasi.

Analisis Arahan Kebijakan Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan.

Untuk menentukan arahan kebijakan pencegahan kebakaran hutan dan lahan dilakukan analisis tumpang susun (overlay) dengan parameter: arahan lokasi, rencana tata ruang wilayah, karakteristik lokasi dan didukung dengan penjelasan terhadap aktivitas masyarakat dalam membakar yang meliputi motivasi/tujuan serta teknik yang dilakukan.

Arahan lokasi pencegahan diperoleh berdasarkan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan dengan melakukan query terhadap kelas kerawanan dengan kategori tinggi. Analisis tumpang susun (overlay) akan menghasilkan informasi berupa pola ruang, pola kebakaran dan pola perubahan lahan setelah terjadi kebakaran hutan dan lahan serta motivasi/tujuan disertai dengan teknik/cara dalam membakar yang digunakan oleh masyarakat sebagai bahan masukan atau pertimbangan dalam upaya mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan di wilayah administrasi Kota Palangka Raya.

Dokumen terkait