• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PETA KABUPATEN TAPANULI UTARA

Gamabar 2. Peta Kabupaten Tapanuli Utara Keterangan : : Lokasi Penelitian

Pedagang Pengecer Daging babi

Pedagang pengecer daging babi yang terdapat di pasar tradisional memperoleh daging babi dari dalam dan luar kota untuk memenuhi kebutuhan akan konsumsi daging babi. Di Pasar Siborong-borong memiliki 13 pedagang pengecer daging babi yang setiap harinya melakukan kegiatan pemasaran daging babi, pedagang pengecer daging babi di Pasar Tarutung sebanyak 10 orang, sementara pedagang pengecer di Pasar Sipahutar ada sebanyak 8 orang yang menjual daging babi.

Profil Responden

Karakteristik Pedagang Pengecer

Dalam menyampaikan komoditi daging babi dari produsen hingga ke tangan konsumen akan melalui beberapa lembaga pemasaran. Dalam penelitan ini terdapat 31 orang responden pedagang pengecer yang berada di pasar tradisional Kabupaten Tapanuli Utara. Masing-masing pedagang pengecer dari ketiga pasar tradisional yang terlibat memiliki sifat yang berpengaruh pada aktivitas pemasaran yang dilakukan. Karakteristik pedagang pengecer yang meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan pengalaman berdagang.

a. Jenis Kelamin Pedagang Pengecer

Jenis kelamin pedagang pengecer daging babi disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Jenis kelamin pedagang pengecer responden

Jenis Kelamin Jumlah Pedagang (orang) %

Pria 24 77,40

Wanita 7 22,60

Total 31 100

Sumber: Hasil survei data diolah (2019).

Responden pedagang pengecer berjumlah 31 orang yang terdiri dari 24 orang pria (77,40%) dan 7 orang wanita (22,60%). Banyaknya jumlah pria dari pada wanita yang berkaitan dengan aktivitas fisik seperti pemesanan dan pengangkutan yang dilakukan pedagang dengan tenaga yang lebih besar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fachri (2017) yang menyatakan bahwa banyaknya jumlah pedagang yang berjenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan berkaitan dengan aktivitas fisik seperti pemesanan, pengangkutan dan pemotongan yang dilakukan pedagang memerlukan waktu dan tenaga yang lebih besar.

b. Usia Pedagang Pengecer

Usia pedagang pengecer daging babi disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Usia pedagang responden

Kelompok Umur Jumlah Pedagang

(orang) %

< 35 8 25,81

36-50 20 64,51

> 51 3 9,68

Total 31 100

Sumber: Hasil survei data diolah (2019).

Pedagang responden pada umur produktif yaitu pada umur 36-50 tahun adalah sebanyak 20 orang (64,51%) dan pedagang dengan umur dibawah 35 tahun adalah sebanyak 8 orang (25,81%), sementara itu pada tingkat umur lebih besar dari 51 tahun adalah sebanyak 3 orang (9,68%). Hal ini mengindikasikan bahwa pedagang sebagian besar termasuk dalam umur yang produktif dan sudah cukup berpengalaman.

c. Tingkat Pendidikan Pedagang Pengecer

Pada Tabel 4 menunjukkan tingkat pendidikan dalam bentuk jumlah dan persentasi. Responden tamat SD tidak ada, sebanyak 9 orang (29,03%) responden tamat SMP, 22 orang (70,97%) responden tamat SMA/SLTA, dan tidak ada responden tamat dari S1 perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan sebagian besar dari pedagang pengecer responden memiliki tingkat pendidikan yang paling banyak adalah SLTA. Tingkat pendidikan menentukan kecekatan dalam penyerapan informasi di pasar.

Tabel 4. Tingkat pendidikan formal pedagang pengecer Tingkat Pendidikan Jumlah Pedagang

(orang) %

Sumber: Hasil survei data diolah (2019).

d. Pengalaman Usaha

Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pedagang responden yang memiliki pengalaman berusaha lebih kecil dari 10 tahun adalah sebanyak 12 orang (38,71%), dan pengalaman berusaha 10-20 tahun adalah sebanyak 19 orang (61,29). Jadi hal ini menunjukkan bahwa pedagang relatif sudah berpengalaman di atas 10 tahun. Adanya pedagang responden yang memiliki pengalaman berusaha di atas 10 tahun menunjukkan bahwa pengalaman berusaha sangat dibutuhkan oleh pelaku pemasaran daging babi karena membutuhkan pengetahuan dan informasi mengenai pemasaran daging babi.

Tabel 5. Pengalaman usaha pedagang pengecer Pengalaman Usaha

Sumber: Hasil survei data diolah (2019).

Karakteristik Pedagang Pengumpul

Pedagang pengumpul ternak babi dalam penelitian ini adalah pedagang yang berperan sebagai penyalur ternak babi dari peternak hingga sampai ke pedagang pengecer. Pedagang pengumpul yang terlibat dalam pemasaran ternak babi ini adalah sebanyak 10 orang.

a. Jenis Kelamin Pedagang Pengumpul

Jenis kelamin pedagang pengumpul ternak babi disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Jenis kelamin pedagang pengumpul ternak babi

Jenis Kelamin Jumlah Pedagang (orang) %

Pria 4 100

Wanita - -

Total 4 100

Sumber: Hasil survei data diolah (2019).

Berdasarkan Tabel 6, pedagang pengumpul yang mengangkut ternak babi adalah 100% berjenis kelamin pria. Hal ini disebabkan pengangkutan ternak babi hendaklah menggunakan tenaga yang maksimal dan menggunakan kecekatan dalam hal fisik untuk mengurangi resiko dalam hal kerusakan produk pada masa pengangkutan.

b. Umur Pedagang Pengumpul

Umur pedagang pengumpul ternak babi disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 7. Umur pedagang pengumpul ternak babi Kelompok Umur Jumlah Pedagang

pengumpul (orang)

Sumber: Hasil survei data diolah (2019).

Berdasarkan tabel di atas pedagang pengumpul ternak babi yang berjumlah 5 orang, termasuk dalam golongan umur yang masih produktif (36-50 tahun) dan masih dalam kondisi yang bugar untuk melakukan proses pengangkutan ternak babi.

c. Tingkat Pendidikan Pedagang Pengumpul

Tingkat pendidikan pedagang pengumpul ternak babi disajikan dalam Tabel 8.

Tabel 8. Tingkat pendidikan formal pedagang pengumpul Tingkat Pendidikan Jumlah Pedagang

pengumpul

Sumber: Hasil survei data diolah (2019).

Berdasarkan Tabel 8, menunjukkan tingkat pendidikan dalam bentuk jumlah dan persentasi sebanyak 1 orang (25%) pedagang pengumpul tamat S1 dan sebanyak 2 orang (75%) pedagang pengumpul tamat SMA/SLTA. Hal ini menunjukkan bahwa pedagang pengumpul ternak babi memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi.

d. Pengalaman Usaha Pedagang Pengumpul

Pengalaman usaha pedagang pengumpul ternak babi disajikan dalam Tabel 9.

Tabel 9. Pengalaman usaha pedagang pengumpul ternak babi Pengalaman Usaha

Sumber: Hasil survei data diolah (2019).

Berdasarkan tabel di atas, bahwa masing-masing pedagang pengumpul dengan pengalaman usaha antara 10-20 tahun sebesar 50% dan < 20 tahun sebesar 50%. Jadi hal ini menunjukkan bahwa pedagang pengumpul relatif sudah berpengalaman di atas 10 tahun. Pengalaman berusaha sangat dibutuhkan oleh

pelaku pemasaran ternak babi karena membutuhkan pengetahuan dan informasi mengenai pemasaran ternak babi dan juga membutuhkan relasi.

Karakteristik Peternak

Peternak responden dalam penelitian ini berasal dari dalam dan luar Kabupaten Tapanuli Utara yaitu di yang berjumlah 82 orang. Peternak resonden dalam penelitian ini berusaha pada skala rumah tangga (lebih kecil dari 300).

a. Jenis Kelamin Peternak

Jenis kelamin peternak disajikan dalam Tabel 10.

Tabel 10. Jenis Kelamin Peternak

Jenis Kelamin Jumlah Pedagang (orang) %

Pria 68 82,93

Wanita 14 17,07

Total 82 100

Sumber: Hasil Survei data diolah (2019).

Berdasarkan Tabel 10, bahwa sebanyak 82,93% peternak (68 orang) berjenis kelamin pria, sedangkan 17,07% peternak (14 orang) berjenis kelamin wanita. Hal ini menunjukkan bahwa peternak berjenis kelamin pria lebih unggul dalam hal tenaga fisik yang berhubungan dengan proses produksi ternak babi dan dalam hal pengangkutan ternak babi untuk dipasarkan.

b. Umur Peternak

Umur peternak disajikan dalam Tabel 11.

Tabel 11. Umur peternak

Kelompok Umur Jumlah Peternak (orang) %

21-30 6 7,32

Sumber: Hasil survei data diolah (2019).

Berdasarkan tabel di atas persentase kelompok umur 21-30 (7,32%,), 31 - 40 (46,34%,), 41 – 50 (34,15), 51 – 60 (10,97), dan > 60 tahun adalah sebesar 1,22%, Hal ini menunjukkan bahwa umur peternak tersebut dikatakan produktif (15-64 tahun) yang artinya tidak ada batasan umur dalam beternak babi.

c. Tingkat Pendidikan Peternak

Tingkat pendidikan peternak disajikan dalam Tabel 12.

Tabel 12. Tingkat pendidikan peternak

Tingkat Pendidikan Peternak (orang) %

Tamat SD 4 4,88

Sumber: Hasil survei data diolah (2019).

Berdasarkan tabel tingkat pendidikan peternak paling banyak adalah tamatan SMP yaitu sebanyak 54 orang (65,85%), tamatan SMA yaitu 22 orang (26,83 %) dan tamatan SD sebanyak 4 orang (4,88%) sedangkan pada S1 dan D3 masing-masing dengan persentase 1,22 (1 orang) .

d. Pengalaman Beternak

Pengalaman beternak disajikan dalam Tabel 13.

Tabel 13. Pengalaman beternak

Pengalaman Jumlah Peternak (orang) %

<10 tahun 65 79,27

>10 tahun 17 20,73

Total 82 100

Sumber: Hasil survei data diolah (2019).

Pada Tabel 13 di atas dapat diketahui bahwa karakteristik peternak responden berdasarkan pengalaman usaha beternak menunjukkan bahwa 79,27%

peternak responden memiliki pengalaman dibawah dari 10 tahun dan 20,73 % peternak responden memiliki pengalaman diatas dari 10 tahun.

Saluran Pemasaran

Dalam kegiatan pemasaran terdapat lembaga pemasaran yang merupakan lembaga perantara yang menghubungkan produsen ke konsumen dalam menyampaikan hasil produksi:

Saluran Pemasaran I

Gambar 3. Skema Saluran Pemasaran I

Berdasarkan gambar di atas adalah jenis pemasaran yang termasuk saluran pemasaran satu tingkat karena saluran ini hanya menggunakan satu lembaga perantara yaitu pedagang pengecer. Peternak Daging Babi pada saluran ini berasal dari Kabupaten Tapanuli Utara dan diambil langsung oleh pedagang pengecer dengan menggunakan mobil.

Saluran Pemasaran II

Gambar 4. Skema Saluran Pemasaran II

Berdasarkan gambar di atas saluran pemasaran kedua merupakan saluran pemasaran dua tingkat karena pemasaran daging babi dari peternak ke konsumen melalui 2 lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul atau pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Peternak berasal dari dalam dan luar

Kabupaten Tapanuli Utara dan menjual babi kepada pedagang pengumpul yang datang ke peternak. Pedagang pengumpul mengangkut ternak babi menggunakan mobil dan langsung dijual ke pedagang pengecer di pasar.

Margin Pemasaran

Margin pemasaran merupakan selisih harga yang diterima oleh peternak babi dengan harga yang dikeluarkan oleh konsumen yang membeli daging babi.

Margin pemasaran suatu komoditas terdiri dari biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran serta keuntungan yang diterima oleh peternak babi dan lembaga-lembaga pemasaran. Untuk dapat mengetahui besarnya keuntungan yang didapatkan pelaku pemasaran serta biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran maka perlu dilakukan analisis margin pemasaran pada setiap saluran pemasaran.

Saluran pertama yaitu melibatkan satu lembaga pemasaran saluran pemasaran ini meliputi Peternak PedagangPengecer Konsumen.

Saluran pemasaran kedua melibatkan dua lembaga pemasaran meliputi

Peternak Pedagang pengumpul Pedagang Pengecer Konsumen.

Saluran pemasaran I terdiri dari peternak yang berasal dari Kabupaten Tapanuli Utara dan pedagang pengecer yang berada di pasar tradisional di Kabupaten Tapanuli Utara. Biaya pemasaran pedagang pengecer yang dikeluarkan sebesar Rp. 7.552.576,- per bulan, masing – masing terdiri dari biaya tenaga kerja sebesar Rp. 3.555.000,- per bulan, biaya sewa toko sebesar Rp. 554.000,- per bulan, biaya kebersihan sebesar Rp. 20.000,- per bulan, biaya plastik sebesar Rp.

277.500,- per bulan, biaya gas sebesar Rp. 320.000,- per bulan, biaya pakan sebesar Rp. 231.000,- per bulan, dan biaya pengangkutan sebesar Rp. 2.485.000,-

per bulan dan jumlah daging babi yang diperoleh adalah sebesar 2.564 kg sehingga biaya rata-rata per kg adalah sebesar Rp. 2935,10 per kg.

Tabel 17. Biaya pemasaran daging babi yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran pada saluran pemasaran I

Biaya Saluran Pemasaran I

Sumber: Hasil survei data diolah (2019);

Keterangan: *: Jumlah babi terjual (keadaan hidup).

**:Jumlah daging terjual.

Biaya saluran pemasaran II yang dikeluarkan pedagang pengumpul terdiri dari biaya bensin sebesar Rp. 5.250.000,- per bulan dan biaya konsumsi sebesar Rp. 2.000.000,- per bulan. Total biaya adalah sebesar Rp. 7.250.000,- per bulan dan dengan jumlah daging babi yang dipasarkan 5100 kg maka biaya per kg adalah sebesar Rp. 1422,7.

Tabel 18. Biaya pemasaran daging babi yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran pada saluran pemasaran II

Biaya Saluran Pemasaran II Sumber: Hasil survei data diolah (2019);

Keterangan : * : Jumlah babi terjual (keadaan hidup).

** : Jumlah babi terjual (keadaan hidup).

*** : Jumlah daging terjual.

Biaya pemasaran pedagang pengecer sebesar Rp. 5.518.000,- per bulan dengan jumlah penjualan adalah sebesar 3360 kg maka biaya rata-rata per kgadalah Rp. 1642,58. Biaya pemasaran pedagang pengecer meliputi biaya tenaga kerja sebesar Rp. 4.008.000,- per bulan, biaya sewa toko sebesar Rp. 400.000, per bulan, biaya kebersihan sebesar Rp. 20.000,- per bulan, biaya plastik sebesar Rp.

150.000,- per bulan, biaya gas sebesar Rp. 348.000,- per bulan dan biaya jaga pakan sebesar Rp. 312.000,- per bulan.Total biaya pemasaran untuk saluran pemasaran II adalah sebesar Rp. 12.768.400,- per bulan dan biaya per kg adalah Rp. 3.064,95.

Margin pemasaran terbesar terdapat pada jalur Pemasaran II yaitu sebesar

Rp. 24.900 karena Jalur II merupakan rantai terpanjang dari pada jalur pemasaran hal ini dikarenakan pada jalur II adanya perbedaan harga jual yang lebih tinggi mulai dari pedagang pengumpul hingga pedagang pengecer.

Margin pemasaran terkecil terdapat pada jalur pemasaran I yaitu sebesar

Rp. 24.615 dimana pada jalur ini peternak langsung menjual babi kepada pedagang pengecer. Selain itu pedagang pengecer menjual daging babi hanya dalam jumlah sedikit. Pada jalur I dan II besar margin pemasaran ditentukan oleh jarak distribusi dan panjang pendeknya rantai pemasaran. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2013) yang menyatakan semakin banyak pedagang perantara yang terlibat dalam saluran pemasaran maka akan semakin besar pula margin pemasaran yang terbentuk. Besarnya margin bagi pedagang perantara semakin menguntungkan mereka atau secara ekonomi berarti pemasaran semakin efisien.

Tabel 20. Margin pemasaran

Uraian

Saluran Pemasaran

1 2

Nilai (Rp/kg) Nilai (Rp/kg) Peternak

Biaya Pemasaran 2.935,10 1642,38

Keuntungan 21.679,9 16.757,62

Harga Jual 50.000** 50.000**

Margin 24.615 18.400

Total Biaya Pemasaran 2.935,10 3.069,95

Total Keuntungan 21.679,9 21.835,05

Total Margin 24.615 24.900

Sumber: Hasil survei data diolah (2019);

Keterangan : * : Keadaan hidup.

** : Daging.

Pada kedua jalur pemasaran daging babi, biaya terbesar ditanggung oleh jalur Pemasaran II yaitu Rp. 3.069,95. Hal ini karena rantai pemasaran yang melalui dua lembaga pemasaran dan jumlah yang diperjualbelikan sangat banyak.

Sementara biaya terkecil terdapat pada pemasaran Ihal ini dikarenakan pada jalur I Hal ini karena rantai pemasaran yang pendek dan jumlah yang diperjualbelikan hanya sedikit.

Keuntungan pemasaran terbesar terdapat pada jalur Pemasaran II yaitu sebesar Rp. 21.835,05 karena merupakan rantai pemasaran terpanjang serta daging babi yang diperjual belikan dalam jumlah yang lebih banyak. Keuntungan

terkecil terdapat pada jalur pemasaran I yaitu sebesar Rp. 21.679,9, hal ini karena jumlah daging babi yang disalurkan pada jalur ini hanya sedikit, walaupun harga jual yang diberikan kepada konsumen cukup tinggi.

Farmer’s Share

Sumber: Hasil survei data diolah (2019)

Farmer’s share merupakan perbandingan antara harga yang diterima oleh

peternak dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen, dan pada umumnya dinyatakan dalam persentase. Besar kecilnya farmer’s share ditentukan oleh panjang saluran pemasaran dan besarnya harga jual yang dibayarkan oleh konsumen. Teknik perhitungan farmer’s share adalah dengan menghitung harga yang diterima peternak dibagi dengan harga yang dibayarkan konsumen lalu dikalikan 100 persen. Besarnya bagian yang diterima peternak ternak babi dapat dilihat pada Tabel 21.

Farmer’s share tertinggi pada saluran Pemasaran ke I yaitu sebesar

50,77% artinya peternak menerima harga 50,77% dari harga yang dibayarkan konsumen. Selain itu saluran pemasaran II memperoleh nilai farmer’s share terendah yaitu sebesar 50%.

Rasio Keuntungan dan Biaya

Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam menyalurkan daging babi dari peternak ke konsumen akhir yang dinyatakan

dalam rupiah per kg. Sedangkan keuntungan lembaga pemasaran merupakan selisih antara margin pemasaran dengan biaya yang dikeluarkan selama proses pemasaran. Analisis rasio keuntugan per biaya dapat digunakan untuk mengetahui apakah kegiatan pemasaran yang dilakukan memberikan keuntungan kepada pelaku pemasaran

Tabel 22. Analisis rasio keuntungan terhadap biaya Lembaga Pemasaran Keuntungan

(Rp/kg) Biaya (Rp/kg) π/C

Saluran I

Pedagang Pengecer 21.679,9 2.935,10 7,39

Total 21.679,9 2.935,10 7,39

Saluran II a Pedagang

pengumpul 5.077,43 1.422,57 3.57

Pedagang Pengecer 16.757,62 1.642,38 10,20

Total 21.835,05 3.064,95 7,12

Sumber: Hasil survei data diolah (2019)

Pada Saluran I total biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer adalah sebesar Rp. 2.935,10 per kg sedangkan keuntungan adalah sebesar Rp.

21.679,9 per kg. Maka rasio keuntungan biaya adalah sebesar Rp. 7,39 per kg.

Pada Saluran II total biaya yang dikeluarkan per kg daging babi adalah sebesar Rp. 3.064,95. Biaya terbesar ditanggung oleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp. 1.642,38 per kg, biaya pemasaran terendah ditanggung oleh pedagang pengumpul adalah sebesar Rp. 1.422,57 per kg. Keuntungan terbesar diperoleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp. 16.757,62 per kg, sedangkan keuntungan terendah diperoleh pedagang pengumpul yaitu sebesar Rp. 5.077,43 per kg.

Efisiensi Pemasaran Daging Babi

Tabel 23. Efisiensi pemasaran daging babi pada setiap saluran pemasaran dan lembaga pemasaran

Lembaga Pemasaran Biaya (Rp/kg) Nilai Produk (Rp/kg)

Nilai Efisiensi (Rp/kg) Saluran I

Pedagang Pengecer 2.935,10 50000 0,058

Saluran II Pedagang

pengumpul 1.422,57 31.500 0,045

Pedagang Pengecer 1.642,38 50.000 0,032

Sumber: Hasil survei data diolah (2019)

Menurut Downey Adam Erickson(1992), sistem pemasaran dapat dikatakan efisien apabila nilai efesiensi pemasaran adalah <1, dengan melihat hasil analisis yang ada pada tabel 23, bahwa nilai efesiensi dari semua lembaga pemasaran yang terlibatdalam kegiatan pemasangan daging babi di pasar tradisional Kabupaten Tapanuli Utara adalah < 1 yang artinya efisien. Jadi dari 2 lembaga pemasaran tersebut, maka lembaga pemasaran yang paling efesien dibandingkan lembaga lainya adalah pedagang pengecer. Hal ini ditunjukkan oleh biaya pemasaran yang kecil, sedangkan nilai produk yang di pasarkan paling besar.

Dokumen terkait