• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMASARAN DAGING BABI DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN TAPANULI UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PEMASARAN DAGING BABI DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN TAPANULI UTARA"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI Oleh:

ANDREAS TOHONAN SITOMPUL 140306050

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(2)

SKRIPSI

Oleh:

ANDREAS TOHONAN SITOMPUL 140306050

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(3)
(4)

ANDREAS TOHONAN SITOMPUL, 2019: Analisis Pemasaran Daging Babi di Pasar Tradisional Kabupaten Tapanuli Utara. Dibimbing oleh YUSUF LEONARD HENUK dan ISKANDAR SEMBIRING.

Penelitian ini bertujuan untuk Mengidentifikasi karakteristik lembaga-lembaga pemasaran daging babi, saluran pemasaran daging babi, menganalisis margin pemasaran, farmer share, rasio keuntungan dan biaya daging babi, serta menganalisis efisiensi pemasaran daging babi di pasar tradisional Kabupaten Tapanuli Utara. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah penarikan sampel pedagang pengencer dengan menggunakan sampling jenuh (sensus), sedangkan sampel peternak dan lembaga pemasaran lainnya dengan metode penelusuran, pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara menggunakan kuisioner.

Analisis data meliputi biaya pemasaran, margin pemasaran, farmer share peternak dan rasio keuntungan biaya dari masing-masing saluran pemasaran.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa ada dua saluran pemasaran. Margin pemasaran pada saluran I menunjukkan margin sebesar Rp.24.615-per kg, sedangkan margin pemasaran pada saluran II menunjukkan margin sebesar Rp.24.900-per kg, dari segi farmer’s share pada saluran I yaitu sebesar 50,77%

sedangkan pada saluran ke II sebesar 50%, rasio keuntungan terhadap biaya Rp. 7,39 per kg pada saluran I sedangkan pada saluran ke II rasio keuntungan

terhadap biaya sebesar 7,12. Saluran pemasaran daging babi di pasar tradisional kabupaten tapanuli utara sudah efisien.

Kata Kunci : Daging babi, saluran pemasaran, efisiensi pemasaran.

(5)

ANDREAS TOHONAN SITOMPUL, 2019: Analysis of Marketing of Pork in Traditional Markets in Tapanuli Utara Regency. Supervised by YUSUF LEONARD HENUK and ISKANDAR SEMBIRING.

This study aims to identify the characteristics of pork marketing institutions, pork marketing channels, analyze marketing margins, farmer share, profit and cost ratio of pork, and analyze the efficiency of marketing pork in the traditional market in North Tapanuli Regency. The method used in data collection is the sampling of thinner traders using saturated sampling (census), while samples of farmers and other marketing institutions with the search method, data collection is done by interviewing techniques using questionnaires.

Data analysis includes marketing costs, marketing margins, farmer share farmers and cost benefit ratios of each marketing channel. The results of this study indicate that there are two marketing channels. The marketing margin in channel I shows a margin of Rp.24,615-per kg, while the marketing margin on channel II shows a margin of Rp.24,900-per kg, in terms of the farmer's share in channel I which is 50.77% while in the second channel is 50%, profit ratio of Rp.

7.39 per kg on channel I while on channel II the ratio of profit to cost is 7.12.

Channels for marketing pork in the traditional markets of North Tapanuli Regency are efficient.

Keywords: pork, marketing channels, marketing efficiency.

(6)

Andreas Tohonan Sitompul, lahir di Kelurahan Sarulla, Kecamatan Pahae Jae, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, tanggal 29 Oktober 1996, merupakan anak pertama dari empat bersaudara, anak dari Bapak Swarin Sitompul dan Ibu Tetti Gultom.

Masuk SMA Katolik Tri Sakti pada tahun 2011 dan lulus pada tahun 2013 dan melanjutkan pendidikan di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2014 melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Peternakan (IMAPET), sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP).

Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Desa Parlondut Kecamatan Pangunguran Kabupaten Samosir pada bulan April sampai Juli 2018 penulis melaksanakan Penelitian di Pasar Tradisional Kecamatan Tarutung, Kecamatan Siborong-borong dan Kecamatan Sipahutar ,Kabupaten Tapanuli Utara.

(7)

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pemasaran Daging Babi di Pasar Tradisional Kabupaten Tapanuli Utara”

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua atas doa, semangat dan pengorbanan materil maupun moril yang telah diberikan selama ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof Yusuf Leonard HenukM.Rur.Sc.,Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Iskandar Sembiring,MM selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua civitas akademika di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis mengaharapkan kriktik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

(8)

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Ternak Babi ... 5

Daging Babi ... 5

Pasar dan Pemasaran ... 5

Bauran Pemasaran ... 6

Produk (Product) ... 7

Harga (Price) ... 7

Promosi (Promotion) ... 7

Lokasi (Place) ... 8

Fungsi-fungsi Pemasaran ... 8

Saluran Pemasaran ... 10

Margin Pemasaran ... 11

Efisiensi Pemasaran ... 12

Kerangka Pemikiran ... 13

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 14

Metode Penelitian... 14

Metode Pengumpulan data ... 15

Metode Analisis Data ... 15

Defenisi dan Batasan Operasional ... 17

Defenisi ... 17

(9)

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 20

Letak dan Keadaan Geografis Tapanuli Utara ... 20

Pedagang Pengecer Daging Babi ... 21

Profil Responden Karakteristik Pedagang Pengecer ... 21

Karakteristik Pedagang Pengumpul ... 24

Karakteristik Peternak ... 27

Saluran Pemasaran ... 29

Margin Pemasaran ... 30

Farmer’s Share ... 35

Rasio Keuntungan dan Biaya ... 35

Efesiensi Pemasaran Daging Babi ... 37

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 38

Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

LAMPIRAN ... 41

(10)

No. Hal 1. Produksi Daging menurut Jenis Ternak di Kabupaten Tapanuli Utara

2012-2016 ... 1

2. Jenis Kelamin Pedagang Pengecer Responden ... 22

3. Usia Pedagang Pengecer ... 23

4. Tingkat Pendidikan Formal Pedagang Pengecer... 23

5. Pengalaman Usaha Pedagang Pengecer ... 24

6. Jenis Kelamin Pedagang Pengumpul Ternak Babi ... 24

7. Umur Pedagang Pengumpul Ternak Babi ... 25

8. Tingkat Pendidikan Formal Pedagang Pengumpul ... 25

9. Pengalaman Usaha Pedagang Pengumpul ... 26

10. Jenis Kelamin Peternak ... 26

11. Umur Peternak ... 27

12. Tingkat Pendidikan Peternak ... 27

13. Pengalaman Beternak ... 28

14. Biaya Pemasaran Daging Babi pada Saluran Pemasaran I ... 30

15. Biaya Pemasaran Daging Babi pada Saluran Pemasaran II ... 31

16. Margin Pemasaran ... 33

17. Analisis Farmer’s Share pada Saluran Pemasaran Daging Babi ... 34

18. Analisis Rasio Keuntungan terhadap Biaya ... 35

19. Efisiensi Pemasaran Daging Babi pada setiap Saluran Pemasaran dan Lembaga Pemasaran ... 36

(11)

No. Hal

1. Kerangka Pemikiran...14

2. Gambar Peta Tapanuli Utara...21

3. Skema Saluran Pemasaran I ... .28

4. Skema Saluran Pemasaran II ... .29

(12)

No. Hal

1. Profil Pedagang Pengecer Daging Babi ... 42

2. Profil Pedagang Pengumpul Ternak Babi ... 44

3. Profil Peternak Babi ... 44

4. Data Pedagang Pengecer pada Saluran Pemasaran I ... 48

5. Data Pedagang Pengecer pada Saluran Pemasaran II ... 50

6. Data Pedagang Pengumpul Ternak Babi ... 50

7. Data Peternak Babi ... 51

8. Dokumentasi Penelitian ... 55

9. Kuisioner ... 59

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tujuan pembangunan Nasional adalah untuk mencapai masyarakat adil dan makmur, manusianya sehat, kuat dan cerdas, dengan terbentuk manusia yang sehat dan cerdas pasti akan mempengaruhi pola makanan yang dikonsumsinya dan jika makanan tersebut memenuhi standar gizinya maka akan tercapailah tujuan dari pembangunan Nasional untuk membentuk manusia yang sehat, kuat, dan cerdas, tetapi bila makanan yang dikonsumsinya tidak memenuhi standar gizi, maka tujuan tersebut tidak dapat dicapai. Salah satu upaya meningkatkan konsumsi protein asal ternak adalah meningkatkan kontribusi produksi peternak baik berupa daging, susu dan telur, dalam rangka mendukung perkembangan sektor peternakan, pemerintah telah menyusun berbagai langkah kebijakan, antara lain memacu pembangunan peternakan dengan meningkatkan perannya sebagai penghasil protein hewani yang bernilai tinggi melalui peningkatan produksi protein asal ternak.

Ternak merupakan komponen penting dalam suatu sistem usaha tani di berbagai tempat di Indonesia. Walaupun kebutuhan hidup pokok bagi keluarga peternak dipenuhi oleh tanaman pangan, namun produksi ternak sering kali merupakan suatu yang penting bagi peternak untuk bisa memperoleh uang tunai, tabungan, modal, penyediaan pupuk kandang, tenaga hewan, dan merupakan bahan makanan berkualitas tinggi bagi anggota rumah tangga itu sendiri.

Jenis ternak yang biasa diternakkan di Indonesia adalah salah satunya ternak babi. Ternak babi tergolong dalam ternak monogastrik dimana memiliki

(14)

kemampuan dalam mengubah bahan makanan secara efesien apabila ditunjang dengan kualitas ransum yang dikonsumsinya.

Dalam pemiliharaan ternak babi sama dengan ternak lainnya membutuhkan pakan yang baik, ternak babi merupakan salah satu sumber daging untuk pemenuhan gizi dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Babi merupakan penghasil protein yang baik, tinggi kalori dan harganya relatif murah.

Daging sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani, tetapi ada juga kelebihan daging babi ini yaitu banyaknya kadar lemak didalamnya yang membuat orang kebanyakan menderita penyakit kolestrol lemak.

Pada masyarakat Sumatera Utara, babi sebagian besar dipelihara sebagai usaha sampingan dengan usaha pokok adalah bertani. Demikian halnya fenomena di Sumatera Utara sehingga menimbulkan pertanyaan dengan populasi ternak babi dan pemasaran harga ternak babi baik dipeternak maupun di pedagang yang tidak merata.

Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu daerah penyebaran populasi ternak babi di Provinsi Sumatera Utara, Kategori babi yang terdapat pada daerah Tapanuli Utara pada umumnya masuk dalam kategori besar yang berjenis landrace yang memiliki bobot badan 220-300 kg untuk jantan dewasa dan

180 – 200 kg untuk betina dewasa namun terdapat juga babi yang masuk dalam kategori kecil atau babi toba yang memiliki bobot badan 50-70 kg.

1

(15)

Tabel 1. Produksi daging (kg) menurut jenis ternak di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012-2016

Tahun Jenis Ternak

Sapi Kerbau Babi Kambing Domba

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

2012 2.367,00 112.097,88 756.954,53 1.007,00 61,56 2013 1.939,50 110.920,58 817.893,39 917,32 36,86 2014 1.967,31 110.956,44 1.107.475,40 887,78 28,50 2015 1.987,61 113.192,88 1.113.234,50 907,20 26,60 2016 2.110,04 114.324,81 1.184.230,05 930,67 26,68 Sumber :Dinas Pertanian Kabupaten Tapanuli Utara

Pada saat ini permintaan daging babi semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yang dapat mengkonsumsinya. Hal ini tidak dapat dipungkiri apalagi pada daerah yang penduduknya mayoritas non muslim, maka daerah tersebut tentunya juga mengalami peningkatan permintaan terhadap daging babi tersebut. Selain itu, daging babi disukai karena kandungan protein yang tinggi oleh banyaknya kadar lemak tubuh.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka identifikasi masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik lembaga-lembaga pemasaran daging babi di pasar tradisional di Kabupaten Tapanuli Utara?

2. Bagaimana bentuk saluran dan fungsi pemasaran daging babi di pasar tradisional di Kabupaten Tapanuli Utara?

3. Bagaimana analisis pemasaran dilihat dari margin pemasaran, farmer share, rasio keuntungan terhadap biaya daging babi?

4. Apakah sistem saluran pemasaran daging babi sudah efesien?

Tujuan Penelitian

(16)

Mengidentifikasi karakteristik lembaga-lembaga pemasaran daging babi, dan saluran pemasaran daging babi, menganalisis margin pemasaran, farmer share, rasio keuntungan terhadap biaya daging babi, serta menganalisis efisiensi

pemasaran daging babi di Pasar Tradisional Kabupaten Tapanuli Utara.

Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bahan informasi bagi para peternak, pelaku bisnis atau para pedagang mengenai pemasaran daging babi.

2. Bahan informasi bagi pemerintah dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan usaha pemasaran daging babi.

3. Menjadi literatur untuk penelitian-penelitian yang sejenis.

(17)

TI NJAUAN PUSTAKA

Ternak Babi

Ternak babi tergolong dalam ternak monogastrik dimana memiliki kemampuan dalam mengubah bahan makanan secara efisien apabila ditunjang dengan kualitas ransum yang dikomsumsinya. Babi akan lebih cepat tumbuh dan cepat menjadi dewasa serta bersifat prolific yang ditunjukan dengan kemampuan memiliki banyak anak setiap kelahirannya yaitu berkisar antara 8-14 anak dan dalam setahun bisa 2 kali melahirkan ( Sihombing,1997)

Daging Babi

Babi merupakan salah satu hewan ternak yang dikembangbiakkan untuk menghasilkan daging. Babi dipasarkan pada umur 5-12 bulan dengan diambil bagian dagingnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari penimbunan lemak yang berlebihan. Penjualan daging babi tidak dibedakan berdasarkan jenis kelamin (Hermianto dkk,. 1997)

Pasar dan Pemasaran

Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli (Kotler dan Amstrong, 1995). Dalam ilmu ekonomi, pengertian pasar lebih luas daripada hanya sekedar tempat pertemuan antara penjual dan pembeli untuk mengadakan transaksi jual beli-barang/jasa. Pasar mencakup keseluruhan permintaan dan penawaran, seluruh kontak atau interaksi antara penjual dan pembeli untuk mempertukarkan barang dan jasa (Indrawati dan Indri, 2014).

Menurut Sudiyono (2004), defenisi pasar bagi produsen adalah sebagai tempat untuk menjual barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan. Konsumen

(18)

mendefenisikan pasar sebagai tempat membeli barang-barang dan jasa-jasa sehingga konsumen tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya.

Sedangkan bagi lembaga pemasaran pasar merupakan tempat untuk melakukan aktivitas usaha dengan melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran tertentu sehingga lembaga pemasaran mendapatkan keuntungan.

Pemasaran adalah suatu proses dan manajerial yang membuat individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain atau segala kegiatan yang menyangkut penyampaian produk atau jasa mulai dari produsen sampai konsumen (Shinta, 2011).

Pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka inginkan dengan cara menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain (Kotler dan Amstrong, 1993). Menurut Rahmanta (2014), istilah pemasaran atau marketing yaitu suatu macam kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikan barang dari produsen ke konsumen. Aliran barang ini dapat terjadi karena adanya peranan lembaga pemasaran. Peranan lembaga pemasaran ini sangat tergantung dari sistem pasar yang berlaku dan karakteristik aliran barang yang dipasarkan.

Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran adalah perangkat pemasaran yang baik meliputi produk, penentuan harga, promosi, dan distribusi digabungkan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran (Kotler dan Amstrong, 2012).

Bauran pemasaran terdiri dari segala sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Bauran pemasaran merupakan satu

(19)

dari sekian konsep yang paling universal yang telah dikembangkan dalam pemasaran dan sebagian besar memusatkan pada empat komponen kunci, yaitu:

a. Produk (Product).

Kotler dan Keller (2007), mengartikan produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.

b. Harga (Price).

Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, di samping itu merupakan unsur bauran pemasaran bersifat fleksibel (dapat cepat diubah). Stanton (1998) mendefinisikan harga sebagai sejumlah uang (kemungkinan ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya. Penetapan harga dipengaruhi oleh permintaan produk, target pangsa pasar, reaksi pesaing, strategi penetapan harga, bagian lain di luar bauran pemasaran dan biaya operasional.

c. Promosi (Promotion).

Promosi merupakan salah satu peubah di dalam bauran pemasaran yang sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan produknya. Betapapun bagusnya suatu produk, bila konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin produk itu akan berguna bagimereka, maka mereka tidak akan membelinya. Pada dasarnya promosi adalah semua kegiatan yang bermaksud mengomunikasikan atau

(20)

menyampaikan suatu produk kepada pasar sasaran untuk memberi informasi tentang keistimewaan, kegunaan dan yang paling penting adalah tentang keberadaannya, untuk mengubah sikap ataupun mendorong orang untuk bertindak (dalam hal ini membeli). Tujuan utama dari promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk serta mengingatkan konsumen (Hermawan, 2015).

d. Lokasi (Place)

Kotler (2009) menyatakan bahwa lokasi (Place) adalah suatu strategi yang menentukan dimana dan bagaimana kita menjual suatu produk tertentu.

Yang terpenting dalam strategi ini adalah menetapkan lokasi, distributor atau outlet dimana konsumen dapat melihat dan membeli barang yang ditawarkan itu. Place dalam elemen bauran pemasaran ini adalah lokasi.

Lokasi merupakan keputusan organisasi mengenai tempat operasinya dengan semua kegiatan-kegiatan organisasi.

Fungsi-fungsi Pemasaran

Pada umumnya setiap manusia membutuhkan suatu barang tertentu pada tempat, waktu, bentuk dan harga tertentu. Apabila antara penjual dan pembeli tidak ada kesepakatan dalam salah satu syarat tersebut di atas maka transaksi jual beli tidak akan terjadi. Adapun fungsi pemasaran atau tataniaga meliputi kegiatan:

pembelian, penjualan, sorting atau grading (membedakan barang berdasarkan ukuran atau kualitasnya), penyimpanan, pengangkutan dan processing (pengolahan). Masing-masing lembaga pemasaran, sesuai dengan kemampuan pembiayaan yang dimiliki akan melakukan fungsi pemasaran ini secara berbeda.

Karena perbedaan kegiatan yang dilakukan, maka tidak semua kegiatan dalam

(21)

fungsi pemasaran dilakukan oleh lembaga pemasaran. Karena perbedaan inilah maka biaya dan keuntungan pemasaran menjadi berbeda di tiap lembaga pemasaran (Rahmanta, 2014).

Menurut Rufaidah (2008), fungsi pemasaran menggambarkan kegiatan atau fungsi-fungsi yang dilakukan dalam proses penyaluran barang dan jasa tersebut dari produsen ke konsumen. Fungsi-fungsi pemasaran dapat dikelompokkan atas tiga fungsi, yaitu:

1. Fungsi Pertukaran

Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang berkaitan dengan perpindahan hak milik barang atau jasa yang dipasarkan.Fungsi pertukaran meliputi fungsi pengumpulan, fungsi pembelian dan fungsi penjualan.

2. Fungsi Fisik

Fungsi fisik merupakan aktivitas penanganan, pergerakan, dan perubahan fisik dari produk / jasa serta turunannya. Fungsi ini berkaitan dengan semua aktivitas yang berhubungan langsung dengan barang atau jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, waktu, dan bentuk.Fungsi fisik meliputi kegiatan penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan.

3. Fungsi Fasilitas

Fungsi fasilitas adalah semua tindakan yang berhubungan dengan tindakan yang terjadi antara produsen dan konsumen.Fungsi fasilitas meliputi fungsi pembiayaan, fungsi penanggulangan resiko, fungsi standarisasi dan grading, fungsi informasi pasar, fungsi komunikasi, dan fungsi promosi.

Fungsi pertukaran dalam pemasaran meliputi kegiatan yang menyangkut pengalihan kepemilikan dalam sistem pemasaran. Fungsi pertukaran ini terdiri

(22)

dari fungsi penjualan dan pembelian. Fungsi fisik meliputi kegiatan-kegiatan yang secara langsung diperlakukan terhadap komoditi, sehingga komoditi tersebut mengalamitambahan guna tempat dan guna waktu. Berdasarkan definisi fungsi fisik di atas, maka fungsi fisik ini meliputi pengangkutan dan penyimpanan.

Fungsi penyedia fasilitas, pada hakikatnya adalah untuk memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik, meliputi standarisasi, penanggungan resiko, informasi harga, dan penyediaan dana (Sudiyono, 2002).

Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran atau saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang terkait dalam semua kegiatan yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status pemilikannya dari produsen ke konsumen. Pengertian ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat menggunakan lembaga atau perantara untuk dapat menyalurkan produknya kepada konsumen akhir (Laksana, 2008).

Menurut Kotler (1997), saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling bergantung serta terlibat dalam proses menjadikan produk atau jasa siap digunakan atau dikonsumsi. Semua saluran pemasaran melaksanakan tugas memindahkan barang dan jasa dari orang-orang yang membutuhkannya atau menginginkannya.

Menurut Sudiyono (2004), lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Tengkulak, lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan peternak.

2. Pedagang pengumpul, lembaga yang membeli komoditi dari tengkulak.

(23)

3. Pedagang besar, lembaga yang melakukan proses konsentrasi (pengumpulan) komoditi dari pedagang-pedagang pengumpul, melakukan distribusi ke pedagang pengumpul penjualan atau pengecer.

4. Pedagang pengumpul penjualan, lembaga yang membeli komoditi yang dimiliki pedagang dalam jumlah banyak dengan harga yang relatif murah dibanding pengecer.

5. Pengecer, lembaga yang berhadapan langsung dengan konsumen.

Margin Pemasaran

Margin pemasaran merupakan perbedaan harga yang diterima oleh peternak dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Untuk menganalisis marjin pemasaran diperlukan data harga di tingkat peternak dan harga di tingkat lembaga pemasaran. Analisis margin pemasaran digunakan untuk mengetahui distribusi biaya dari setiap aktivitas pemasaran dan keuntungan dari setiap lembaga perantara serta bagian harga yang diterima peternak (Jumiati, 2013).

Semakin banyak pedagang perantara yang terlibat dalam saluran pemasaran maka akan semakin besar pula marjin pemasaran yang terbentuk.

Besarnya marjin bagi pedagang perantara semakin menguntungkan mereka atau secara ekonomi berarti pemasaran semakin efisien. Jika dilihat dari sudut konsumen makin besar marjin pemasaran maka akan semakin tinggi pula harga yang harus dibayar oleh konsumen rumah tangga (Amalia et al., 2013).

(24)

Efisiensi Pemasaran

Efisiensi pemasaran adalah nisbah antara total biaya dengan total nilai produk yang dipasarkan (Soekartawi, 1989). Dapat dirumuskan sebagai berikut :

Efisiensi Pemasaran = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%

Dalam perhitungan total biaya transportasi dilakukan dengan menghitung rata-rata transportasi yang dikeluarkan kemudian dibagi dengan rata-rata volume pembelian. Untuk perhitungan total biaya produk dilakukan dengan menghitung marjin pemasaran kemudian ditambahkan dengan harga jual produsen. Masalah pemasaran komoditi pertanian pada dasarnya adalah bagaimana menyalurkan produk-produk pertanian dari produsen kepada konsumen dengan harga yang wajar dan biaya pemasaran minimal. Menurut Downey dan Erickson (1992), sistem pemasaran dikatakan efisien kalau nilai efisiensi pemasarannya adalah < 1.

(25)

Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Analisis Pemasaran Daging

babi

Peternak/Produsen Lembaga Pemasaran

 Pedagang Pengumpul

 Pedagang Besar

 Pedagang Pengecer

Konsumen

Analisis Kualitatif

 Karakteristik

Lembaga Pemasaran

 Saluran Pemasaran

Analisis Kuantitatif

 Efisiensi Pemasaran

 Margin Pemasaran

 Farmer’s Share

 Rasio Keuntungan

(26)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2019 di Kabupaten Tapanuli Utara. Daerah penelitian dilakukan di tiga Pasar Tradisional di Kabupaten Tapanuli Utara yaitu Pasar Tarutung, Pasar Siborongborong dan Pasar Sipahutar.

Metode Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) dibeberapa pasar tradisional yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara. Pasar tradisional yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah Pasar Tradisional Tarutung yang berada di Kecamatan Tarutung, Pasar Tradisional Siborongborong yang berada di Kecamatan Siborongborong, dan Pasar Tradisional Sipahutar di Kecamatan Sipahutar.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh komponen yang terlibat dalam rantai pemasaran daging babi di pasar tradisional Kabupaten Tapanuli Utara terdiri dari pedagang pengumpul, pedagang pemotong, dan pedagang pengecer. Pengambilan sampel dimulai dari pedagang pengecer daging babi yang berada di pasar tradisional untuk kepentingan dalam menentukan rantai pemasaran daging babi.Metode pengambilan sampel di tingkat pedagang pengecer dan pedagang pemotong menggunakan metode accidental sampling, sedangkan di tingkat pedagang pengumpul mengikuti rantai pemasaran dari pedagang pengecer dan pedagang pemotong.

(27)

Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian survey yang bersifat deskriptif.

Menurut Singarimbun dan Effendi (1986), informasi melalui survei dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua sumber, yaitu data primerdan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan di lapangan (observasi) dan wawancara dengan responden. Wawancara dengan responden berpedoman pada alat bantu berupa susunan daftar pertanyaan yang dibuat sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. Data sekunder merupakan data-data tertulis yang diperoleh dari penelusuran studi pustaka, data-data Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara, dan data-data dari instansi lain yang terkait dengan kepentingan penelitian.

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah secara kualitatif dan kuantitatif, dan disajikan dalam bentuk uraian dan tabulasi angka. Pengolahan data dilakukan dengan metode deskriptif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui karakteristik lembaga pemasaran, dan saluran pemasaran daging babi.

Karakteristik lembaga pemasaran meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan lama usaha. Adapun saluran pemasaran yaitu tengkulak, pedagang pengumpul dan pengecer.

1. Analisis margin pemasaran.

Menurut Soekartawi (1995), untuk mencari margin pemasarandapat digunakan rumus :

Mp = Pr - Pf

(28)

Pf Pr Keterangan:

MP : Margin pemasaran (Rp/kg)

Pr : Harga di tingkat konsumen (Rp/kg) Pf : Harga di tingkat peternak (Rp/kg)

2. Analisis Farmer’s Share yang diterima produsen

Menurut Sudiyono (2002), untuk mencari share harga yang diterima produsen dapat digunakan rumus :

Spf = Keterangan :

Spf : Farmer’s Share (%)

Pr : Harga di tingkat konsumen (Rp/kg) Pf : Harga di tingkat peternak (Rp/kg) 3. Rasio Keuntungan terhadap Biaya

Rasio Keuntungan terhadap Biaya = Total Keuntungan/Biaya Pemasaran 4. Efisiensi Pemasaran

Efisiensi Pemasaran

=

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 X 100%

Menurut Rosmawati (2011) bahwa sistem pemasaran dikatakan efisien kalau nilai efisiensi pemasarannya adalah diantara 0 – 33 %.

Tolak ukur yang digunakan untuk mengukur efisiensi pemasaran adalah dengan melihat perbandingan share keuntungan dari masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran dibandingkan dengan biaya pemasaran dari masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat dengan kriteria sebagai berikut :

x 100 %

(29)

1. Margin pemasaran

Pemasaran dikatakan efisien apabila margin pemasaran peternak lebih besar dari margin pemasaran yang dierima oleh lembaga pemasaran secara keseluruhan dan sebaliknya.

2. Berdasarkan farmer’s share

Dikatakan efisien jika farmer’s share> 50 %. Nilai farmer’s share memiliki hubungan negatif dengan margin pemasaran artinya semakin tinggi margin pemasaran maka farmer’s share semakin rendah.

3. Rasio keuntungan biaya

Dikatakan efisien jika rasio keuntungan biaya > 1 dan sebaliknya Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman dalam menafsirkan penelitian, maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Defenisi

1. Daging babi adalah bahan makanan yang kaya akan vitamin, zat besi, protein, dan lemak baik.

2. Produsen/Peternak adalah orang yang menghasilkan produk daging babi dan terlibat dalam saluran pemasaran daging babi.

3. Pedagang pengumpul adalah lembaga pemasaran yang membeli daging babi dari peternak dan menjual nya kembali dengan tingkat keuntungan tertentu.

4. Pedagang pengecer adalah lembaga pemasaran yang membeli daging babi dari pedagang pengumpul, pedagang besar dan menjual nya kembali dengan tingkat keuntungan tertentu.

(30)

5. Konsumen akhir adalah seseorang atau kelompok yang membeli daging babi dari pedagang daging babi untuk dikonsumsi.

6. Pemasaran adalah kegiatan ekonomi yang berfungsi menyampaikan barang dari produsen ke konsumen melalui perantara atau lembaga pemasaran.

7. Lembaga pemasaran adalah orang atau badan usaha yang terlibat dalam proses pemasaran daging babi di Kabupaten Tapanuli Utara.

8. Saluran pemasaran adalah penjualan barang-barang dan volume arus barang pada setiap saluran dari peternak/produsen ke konsumen.

9. Margin pemasaran adalah selisih harga jual daging babi ke lembaga pemasaran berikutnya dengan harga beli dari lembaga pemasaran sebelumnya.

10. Harga jual peternak (Rp/kg) adalah harga rata-rata produk per kg yang diterima peternak.

11. Harga beli ditingkat pedagang (Rp/kg) adalah harga rata-rata produk per kg yang dibeli dari peternak atau dari pedagang perantara sebelumnya.

12. Farmer’s share adalah persentase harga daging babi yang diterima oleh peternak yaitu dengan membandingkan harga daging babi dari peternak dengan harga beli daging babi pada konsumen akhir dikalikan 100%.

13. Efisiensi pemasaran adalah suatu ukuran dimana pembagian antar biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan tiap unit produk dengan harga produk yang dipasarkan dan dinyatakan dalam persen.

Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Pasar Tradisional Kabupaten Tapanuli Utara, di Pasar Tarutung Kecamatan Tarutung, di Pasar Siborongborong di Kecamatan Siborongborong, di Pasar Sipahutar Kecamatan Tarutung.

(31)

2. Penelitian dilakukan mulai bulan Februari-Maret 2019

3. Objek penelitian adalah lembaga-lembaga pemasaran daging babi yang terlibat dalam pemasaran daging babi di Pasar Tradisional Kabupaten Tapanuli Utara.

4. Ruang lingkup penelitian ini adalah analisis pemasaran daging babi di Pasar Tradisional Kabupaten Tapanuli Utara. Analisis pemasaran dilakukan dengan melihat lembaga dan saluran pemasaran, analisis margin pemasaran, analisis farmer’s share, analisis rasio keuntungan terhadap biaya, serta menganalisis efisiensi pemasaran.

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Letak dan Keadaan Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara terletak di wilayah pengembangan dataran tinggi Sumatera Utara berada pada ketinggian antara 300-1500 m di atas permukaan laut. Topografi dan kultur tanah Kabupaten Tapanuli Utara beraneka ragam yaitu yang tergolong datar (3,16%), landai (26,86%), miring (25,63%) dan terjal (44,35%). Secara geografis Kabupaten Tapanuli Utara berada pada posisi 1°20’ - 2°41’ Lintang Utara dan 98°05’–99°16’ Bujur Timur. Sedangkan secara administratif letak Kabupaten Tapanuli Utara diapit atau berbatasan langsung dengan lima kabupaten yaitu:

 Disebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir.

 Disebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu.

 Disebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan.

 Disebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Humbang Hasundutan, dan Tapanuli Tengah.

(33)

PETA KABUPATEN TAPANULI UTARA

Gamabar 2. Peta Kabupaten Tapanuli Utara Keterangan : : Lokasi Penelitian

Pedagang Pengecer Daging babi

Pedagang pengecer daging babi yang terdapat di pasar tradisional memperoleh daging babi dari dalam dan luar kota untuk memenuhi kebutuhan akan konsumsi daging babi. Di Pasar Siborong-borong memiliki 13 pedagang pengecer daging babi yang setiap harinya melakukan kegiatan pemasaran daging babi, pedagang pengecer daging babi di Pasar Tarutung sebanyak 10 orang, sementara pedagang pengecer di Pasar Sipahutar ada sebanyak 8 orang yang menjual daging babi.

Profil Responden

Karakteristik Pedagang Pengecer

(34)

Dalam menyampaikan komoditi daging babi dari produsen hingga ke tangan konsumen akan melalui beberapa lembaga pemasaran. Dalam penelitan ini terdapat 31 orang responden pedagang pengecer yang berada di pasar tradisional Kabupaten Tapanuli Utara. Masing-masing pedagang pengecer dari ketiga pasar tradisional yang terlibat memiliki sifat yang berpengaruh pada aktivitas pemasaran yang dilakukan. Karakteristik pedagang pengecer yang meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan pengalaman berdagang.

a. Jenis Kelamin Pedagang Pengecer

Jenis kelamin pedagang pengecer daging babi disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Jenis kelamin pedagang pengecer responden

Jenis Kelamin Jumlah Pedagang (orang) %

Pria 24 77,40

Wanita 7 22,60

Total 31 100

Sumber: Hasil survei data diolah (2019).

Responden pedagang pengecer berjumlah 31 orang yang terdiri dari 24 orang pria (77,40%) dan 7 orang wanita (22,60%). Banyaknya jumlah pria dari pada wanita yang berkaitan dengan aktivitas fisik seperti pemesanan dan pengangkutan yang dilakukan pedagang dengan tenaga yang lebih besar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fachri (2017) yang menyatakan bahwa banyaknya jumlah pedagang yang berjenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan berkaitan dengan aktivitas fisik seperti pemesanan, pengangkutan dan pemotongan yang dilakukan pedagang memerlukan waktu dan tenaga yang lebih besar.

(35)

b. Usia Pedagang Pengecer

Usia pedagang pengecer daging babi disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Usia pedagang responden

Kelompok Umur Jumlah Pedagang

(orang) %

< 35 8 25,81

36-50 20 64,51

> 51 3 9,68

Total 31 100

Sumber: Hasil survei data diolah (2019).

Pedagang responden pada umur produktif yaitu pada umur 36-50 tahun adalah sebanyak 20 orang (64,51%) dan pedagang dengan umur dibawah 35 tahun adalah sebanyak 8 orang (25,81%), sementara itu pada tingkat umur lebih besar dari 51 tahun adalah sebanyak 3 orang (9,68%). Hal ini mengindikasikan bahwa pedagang sebagian besar termasuk dalam umur yang produktif dan sudah cukup berpengalaman.

c. Tingkat Pendidikan Pedagang Pengecer

Pada Tabel 4 menunjukkan tingkat pendidikan dalam bentuk jumlah dan persentasi. Responden tamat SD tidak ada, sebanyak 9 orang (29,03%) responden tamat SMP, 22 orang (70,97%) responden tamat SMA/SLTA, dan tidak ada responden tamat dari S1 perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan sebagian besar dari pedagang pengecer responden memiliki tingkat pendidikan yang paling banyak adalah SLTA. Tingkat pendidikan menentukan kecekatan dalam penyerapan informasi di pasar.

(36)

Tabel 4. Tingkat pendidikan formal pedagang pengecer Tingkat Pendidikan Jumlah Pedagang

(orang) %

SD - 0

SMP 9 29,03

SMA/SLTA 22 70,97

S1 - 0

Total 31 100

Sumber: Hasil survei data diolah (2019).

d. Pengalaman Usaha

Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pedagang responden yang memiliki pengalaman berusaha lebih kecil dari 10 tahun adalah sebanyak 12 orang (38,71%), dan pengalaman berusaha 10-20 tahun adalah sebanyak 19 orang (61,29). Jadi hal ini menunjukkan bahwa pedagang relatif sudah berpengalaman di atas 10 tahun. Adanya pedagang responden yang memiliki pengalaman berusaha di atas 10 tahun menunjukkan bahwa pengalaman berusaha sangat dibutuhkan oleh pelaku pemasaran daging babi karena membutuhkan pengetahuan dan informasi mengenai pemasaran daging babi.

Tabel 5. Pengalaman usaha pedagang pengecer Pengalaman Usaha

(tahun)

Jumlah Pedagang

(orang) %

< 10 12 38,71

10-20 19 61,29

Total 31 100

Sumber: Hasil survei data diolah (2019).

Karakteristik Pedagang Pengumpul

Pedagang pengumpul ternak babi dalam penelitian ini adalah pedagang yang berperan sebagai penyalur ternak babi dari peternak hingga sampai ke pedagang pengecer. Pedagang pengumpul yang terlibat dalam pemasaran ternak babi ini adalah sebanyak 10 orang.

(37)

a. Jenis Kelamin Pedagang Pengumpul

Jenis kelamin pedagang pengumpul ternak babi disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Jenis kelamin pedagang pengumpul ternak babi

Jenis Kelamin Jumlah Pedagang (orang) %

Pria 4 100

Wanita - -

Total 4 100

Sumber: Hasil survei data diolah (2019).

Berdasarkan Tabel 6, pedagang pengumpul yang mengangkut ternak babi adalah 100% berjenis kelamin pria. Hal ini disebabkan pengangkutan ternak babi hendaklah menggunakan tenaga yang maksimal dan menggunakan kecekatan dalam hal fisik untuk mengurangi resiko dalam hal kerusakan produk pada masa pengangkutan.

b. Umur Pedagang Pengumpul

Umur pedagang pengumpul ternak babi disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 7. Umur pedagang pengumpul ternak babi Kelompok Umur Jumlah Pedagang

pengumpul (orang)

%

< 35 1 25

36-50 3 75

> 51 - -

Total 4 100

Sumber: Hasil survei data diolah (2019).

Berdasarkan tabel di atas pedagang pengumpul ternak babi yang berjumlah 5 orang, termasuk dalam golongan umur yang masih produktif (36-50 tahun) dan masih dalam kondisi yang bugar untuk melakukan proses pengangkutan ternak babi.

(38)

c. Tingkat Pendidikan Pedagang Pengumpul

Tingkat pendidikan pedagang pengumpul ternak babi disajikan dalam Tabel 8.

Tabel 8. Tingkat pendidikan formal pedagang pengumpul Tingkat Pendidikan Jumlah Pedagang

pengumpul (orang)

%

SMP - -

SMA/SLTA 3 75

D3 - -

S1 1 25

Total 4 100

Sumber: Hasil survei data diolah (2019).

Berdasarkan Tabel 8, menunjukkan tingkat pendidikan dalam bentuk jumlah dan persentasi sebanyak 1 orang (25%) pedagang pengumpul tamat S1 dan sebanyak 2 orang (75%) pedagang pengumpul tamat SMA/SLTA. Hal ini menunjukkan bahwa pedagang pengumpul ternak babi memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi.

d. Pengalaman Usaha Pedagang Pengumpul

Pengalaman usaha pedagang pengumpul ternak babi disajikan dalam Tabel 9.

Tabel 9. Pengalaman usaha pedagang pengumpul ternak babi Pengalaman Usaha

(tahun)

Jumlah Pedagang pengumpul

(orang)

%

< 10 2 50

10-20 2 50

>20 - -

Total 4 100

Sumber: Hasil survei data diolah (2019).

Berdasarkan tabel di atas, bahwa masing-masing pedagang pengumpul dengan pengalaman usaha antara 10-20 tahun sebesar 50% dan < 20 tahun sebesar 50%. Jadi hal ini menunjukkan bahwa pedagang pengumpul relatif sudah berpengalaman di atas 10 tahun. Pengalaman berusaha sangat dibutuhkan oleh

(39)

pelaku pemasaran ternak babi karena membutuhkan pengetahuan dan informasi mengenai pemasaran ternak babi dan juga membutuhkan relasi.

Karakteristik Peternak

Peternak responden dalam penelitian ini berasal dari dalam dan luar Kabupaten Tapanuli Utara yaitu di yang berjumlah 82 orang. Peternak resonden dalam penelitian ini berusaha pada skala rumah tangga (lebih kecil dari 300).

a. Jenis Kelamin Peternak

Jenis kelamin peternak disajikan dalam Tabel 10.

Tabel 10. Jenis Kelamin Peternak

Jenis Kelamin Jumlah Pedagang (orang) %

Pria 68 82,93

Wanita 14 17,07

Total 82 100

Sumber: Hasil Survei data diolah (2019).

Berdasarkan Tabel 10, bahwa sebanyak 82,93% peternak (68 orang) berjenis kelamin pria, sedangkan 17,07% peternak (14 orang) berjenis kelamin wanita. Hal ini menunjukkan bahwa peternak berjenis kelamin pria lebih unggul dalam hal tenaga fisik yang berhubungan dengan proses produksi ternak babi dan dalam hal pengangkutan ternak babi untuk dipasarkan.

b. Umur Peternak

Umur peternak disajikan dalam Tabel 11.

Tabel 11. Umur peternak

Kelompok Umur Jumlah Peternak (orang) %

21-30 6 7,32

31-40 38 46,34

41-50 28 34,15

51-60 9 10,97

>60 1 1,22

Jumlah 82 100

Sumber: Hasil survei data diolah (2019).

(40)

Berdasarkan tabel di atas persentase kelompok umur 21-30 (7,32%,), 31 - 40 (46,34%,), 41 – 50 (34,15), 51 – 60 (10,97), dan > 60 tahun adalah sebesar 1,22%, Hal ini menunjukkan bahwa umur peternak tersebut dikatakan produktif (15-64 tahun) yang artinya tidak ada batasan umur dalam beternak babi.

c. Tingkat Pendidikan Peternak

Tingkat pendidikan peternak disajikan dalam Tabel 12.

Tabel 12. Tingkat pendidikan peternak

Tingkat Pendidikan Peternak (orang) %

Tamat SD 4 4,88

Tamat SMP 54 65,85

Tamat SMA Tamat D3

Tamat S1

22 1 1

26,83 1,22 1,22

Total 82 100

Sumber: Hasil survei data diolah (2019).

Berdasarkan tabel tingkat pendidikan peternak paling banyak adalah tamatan SMP yaitu sebanyak 54 orang (65,85%), tamatan SMA yaitu 22 orang (26,83 %) dan tamatan SD sebanyak 4 orang (4,88%) sedangkan pada S1 dan D3 masing-masing dengan persentase 1,22 (1 orang) .

d. Pengalaman Beternak

Pengalaman beternak disajikan dalam Tabel 13.

Tabel 13. Pengalaman beternak

Pengalaman Jumlah Peternak (orang) %

<10 tahun 65 79,27

>10 tahun 17 20,73

Total 82 100

Sumber: Hasil survei data diolah (2019).

Pada Tabel 13 di atas dapat diketahui bahwa karakteristik peternak responden berdasarkan pengalaman usaha beternak menunjukkan bahwa 79,27%

(41)

peternak responden memiliki pengalaman dibawah dari 10 tahun dan 20,73 % peternak responden memiliki pengalaman diatas dari 10 tahun.

Saluran Pemasaran

Dalam kegiatan pemasaran terdapat lembaga pemasaran yang merupakan lembaga perantara yang menghubungkan produsen ke konsumen dalam menyampaikan hasil produksi:

Saluran Pemasaran I

Gambar 3. Skema Saluran Pemasaran I

Berdasarkan gambar di atas adalah jenis pemasaran yang termasuk saluran pemasaran satu tingkat karena saluran ini hanya menggunakan satu lembaga perantara yaitu pedagang pengecer. Peternak Daging Babi pada saluran ini berasal dari Kabupaten Tapanuli Utara dan diambil langsung oleh pedagang pengecer dengan menggunakan mobil.

Saluran Pemasaran II

Gambar 4. Skema Saluran Pemasaran II

Berdasarkan gambar di atas saluran pemasaran kedua merupakan saluran pemasaran dua tingkat karena pemasaran daging babi dari peternak ke konsumen melalui 2 lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul atau pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Peternak berasal dari dalam dan luar

Peternak Pedagang

Pengecer

Konsumen

Peternak Pedagang

Pengumpul

Pedagang Pengecer

Konsumen

(42)

Kabupaten Tapanuli Utara dan menjual babi kepada pedagang pengumpul yang datang ke peternak. Pedagang pengumpul mengangkut ternak babi menggunakan mobil dan langsung dijual ke pedagang pengecer di pasar.

Margin Pemasaran

Margin pemasaran merupakan selisih harga yang diterima oleh peternak babi dengan harga yang dikeluarkan oleh konsumen yang membeli daging babi.

Margin pemasaran suatu komoditas terdiri dari biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran serta keuntungan yang diterima oleh peternak babi dan lembaga-lembaga pemasaran. Untuk dapat mengetahui besarnya keuntungan yang didapatkan pelaku pemasaran serta biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran maka perlu dilakukan analisis margin pemasaran pada setiap saluran pemasaran.

Saluran pertama yaitu melibatkan satu lembaga pemasaran saluran pemasaran ini meliputi Peternak PedagangPengecer Konsumen.

Saluran pemasaran kedua melibatkan dua lembaga pemasaran meliputi

Peternak Pedagang pengumpul Pedagang Pengecer Konsumen.

Saluran pemasaran I terdiri dari peternak yang berasal dari Kabupaten Tapanuli Utara dan pedagang pengecer yang berada di pasar tradisional di Kabupaten Tapanuli Utara. Biaya pemasaran pedagang pengecer yang dikeluarkan sebesar Rp. 7.552.576,- per bulan, masing – masing terdiri dari biaya tenaga kerja sebesar Rp. 3.555.000,- per bulan, biaya sewa toko sebesar Rp. 554.000,- per bulan, biaya kebersihan sebesar Rp. 20.000,- per bulan, biaya plastik sebesar Rp.

277.500,- per bulan, biaya gas sebesar Rp. 320.000,- per bulan, biaya pakan sebesar Rp. 231.000,- per bulan, dan biaya pengangkutan sebesar Rp. 2.485.000,-

(43)

per bulan dan jumlah daging babi yang diperoleh adalah sebesar 2.564 kg sehingga biaya rata-rata per kg adalah sebesar Rp. 2935,10 per kg.

Tabel 17. Biaya pemasaran daging babi yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran pada saluran pemasaran I

Biaya Saluran Pemasaran I

No. Jenis Jumlah Babi

(kg/bulan)

Biaya Pemasaran (Rp/bulan)

Biaya Rata- Rata (Rp/kg)

1. Peternak

3132*

(Jumlah) - -

2. Pedagang Pengecer 2564**

a. Tenaga Kerja 3.555.000

b. Sewa Toko 554.000

c. Kebersihan 20.000

d. Plastik 277.500

e. Gas 320.000

f. Pakan 231.000

g. Pengankutan 2.4850.00

Jumlah 7.525.576 2935,10

Total Biaya Pemasaran 7.525.576 2935,10

Sumber: Hasil survei data diolah (2019);

Keterangan: *: Jumlah babi terjual (keadaan hidup).

**:Jumlah daging terjual.

Biaya saluran pemasaran II yang dikeluarkan pedagang pengumpul terdiri dari biaya bensin sebesar Rp. 5.250.000,- per bulan dan biaya konsumsi sebesar Rp. 2.000.000,- per bulan. Total biaya adalah sebesar Rp. 7.250.000,- per bulan dan dengan jumlah daging babi yang dipasarkan 5100 kg maka biaya per kg adalah sebesar Rp. 1422,7.

(44)

Tabel 18. Biaya pemasaran daging babi yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran pada saluran pemasaran II

Biaya Saluran Pemasaran II

No. Jenis Jumlah Babi

(kg/bulan)

Biaya Pemasaran (Rp/bulan)

Biaya Rata-

Rata (Rp/kg)

1. Peternak 5100*

Jumlah - -

2. Pedagang pengumpul 5100**

a. Bensin 5.250.000

b. Konsumsi 2.000.000

Jumlah 7.250.000 1422,57

3. Pedagang Pengecer 3360***

a. Tenaga Kerja 4.008.000

b. Sewa Toko 400.000

c. Kebersihan 20.000

d. Plastik 345.000

e. Gas 348.800

f. Pakan 312.000

Jumlah 5.518.400 1642,58

Total Biaya Pemasaran 12.768.400 3064,95 Sumber: Hasil survei data diolah (2019);

Keterangan : * : Jumlah babi terjual (keadaan hidup).

** : Jumlah babi terjual (keadaan hidup).

*** : Jumlah daging terjual.

Biaya pemasaran pedagang pengecer sebesar Rp. 5.518.000,- per bulan dengan jumlah penjualan adalah sebesar 3360 kg maka biaya rata-rata per kgadalah Rp. 1642,58. Biaya pemasaran pedagang pengecer meliputi biaya tenaga kerja sebesar Rp. 4.008.000,- per bulan, biaya sewa toko sebesar Rp. 400.000, per bulan, biaya kebersihan sebesar Rp. 20.000,- per bulan, biaya plastik sebesar Rp.

150.000,- per bulan, biaya gas sebesar Rp. 348.000,- per bulan dan biaya jaga pakan sebesar Rp. 312.000,- per bulan.Total biaya pemasaran untuk saluran pemasaran II adalah sebesar Rp. 12.768.400,- per bulan dan biaya per kg adalah Rp. 3.064,95.

(45)

Margin pemasaran terbesar terdapat pada jalur Pemasaran II yaitu sebesar

Rp. 24.900 karena Jalur II merupakan rantai terpanjang dari pada jalur pemasaran hal ini dikarenakan pada jalur II adanya perbedaan harga jual yang lebih tinggi mulai dari pedagang pengumpul hingga pedagang pengecer.

Margin pemasaran terkecil terdapat pada jalur pemasaran I yaitu sebesar

Rp. 24.615 dimana pada jalur ini peternak langsung menjual babi kepada pedagang pengecer. Selain itu pedagang pengecer menjual daging babi hanya dalam jumlah sedikit. Pada jalur I dan II besar margin pemasaran ditentukan oleh jarak distribusi dan panjang pendeknya rantai pemasaran. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2013) yang menyatakan semakin banyak pedagang perantara yang terlibat dalam saluran pemasaran maka akan semakin besar pula margin pemasaran yang terbentuk. Besarnya margin bagi pedagang perantara semakin menguntungkan mereka atau secara ekonomi berarti pemasaran semakin efisien.

(46)

Tabel 20. Margin pemasaran

Uraian

Saluran Pemasaran

1 2

Nilai (Rp/kg) Nilai (Rp/kg) Peternak

Harga Jual 25.385* 25.000*

Biaya Pemasaran 0 0

Pedagang pengumpul

Harga Beli 25.000*

Biaya Pemasaran 1.422,57

Keuntungan 5.077,43

Harga Jual 31.500*

Margin 6.500

Pedagang Pengecer

Harga Beli 25.385* 31.600*

Biaya Pemasaran 2.935,10 1642,38

Keuntungan 21.679,9 16.757,62

Harga Jual 50.000** 50.000**

Margin 24.615 18.400

Total Biaya Pemasaran 2.935,10 3.069,95

Total Keuntungan 21.679,9 21.835,05

Total Margin 24.615 24.900

Sumber: Hasil survei data diolah (2019);

Keterangan : * : Keadaan hidup.

** : Daging.

Pada kedua jalur pemasaran daging babi, biaya terbesar ditanggung oleh jalur Pemasaran II yaitu Rp. 3.069,95. Hal ini karena rantai pemasaran yang melalui dua lembaga pemasaran dan jumlah yang diperjualbelikan sangat banyak.

Sementara biaya terkecil terdapat pada pemasaran Ihal ini dikarenakan pada jalur I Hal ini karena rantai pemasaran yang pendek dan jumlah yang diperjualbelikan hanya sedikit.

Keuntungan pemasaran terbesar terdapat pada jalur Pemasaran II yaitu sebesar Rp. 21.835,05 karena merupakan rantai pemasaran terpanjang serta daging babi yang diperjual belikan dalam jumlah yang lebih banyak. Keuntungan

(47)

terkecil terdapat pada jalur pemasaran I yaitu sebesar Rp. 21.679,9, hal ini karena jumlah daging babi yang disalurkan pada jalur ini hanya sedikit, walaupun harga jual yang diberikan kepada konsumen cukup tinggi.

Farmer’s Share

Tabel 21. Analisis farmer’s share pada saluran pemasaran daging babi di Kabupaten Tapanuli Utara

Saluran Pemasaran

Harga di Tingkat Peternak (Rp/kg)

Harga di Tingkat Konsumen

(Rp/kg)

Farmer's Share (%)

I 25.385 50.000 50,77

II 25.000 50.000 50

Sumber: Hasil survei data diolah (2019)

Farmer’s share merupakan perbandingan antara harga yang diterima oleh

peternak dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen, dan pada umumnya dinyatakan dalam persentase. Besar kecilnya farmer’s share ditentukan oleh panjang saluran pemasaran dan besarnya harga jual yang dibayarkan oleh konsumen. Teknik perhitungan farmer’s share adalah dengan menghitung harga yang diterima peternak dibagi dengan harga yang dibayarkan konsumen lalu dikalikan 100 persen. Besarnya bagian yang diterima peternak ternak babi dapat dilihat pada Tabel 21.

Farmer’s share tertinggi pada saluran Pemasaran ke I yaitu sebesar

50,77% artinya peternak menerima harga 50,77% dari harga yang dibayarkan konsumen. Selain itu saluran pemasaran II memperoleh nilai farmer’s share terendah yaitu sebesar 50%.

Rasio Keuntungan dan Biaya

Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam menyalurkan daging babi dari peternak ke konsumen akhir yang dinyatakan

(48)

dalam rupiah per kg. Sedangkan keuntungan lembaga pemasaran merupakan selisih antara margin pemasaran dengan biaya yang dikeluarkan selama proses pemasaran. Analisis rasio keuntugan per biaya dapat digunakan untuk mengetahui apakah kegiatan pemasaran yang dilakukan memberikan keuntungan kepada pelaku pemasaran

Tabel 22. Analisis rasio keuntungan terhadap biaya Lembaga Pemasaran Keuntungan

(Rp/kg) Biaya (Rp/kg) π/C

Saluran I

Pedagang Pengecer 21.679,9 2.935,10 7,39

Total 21.679,9 2.935,10 7,39

Saluran II a Pedagang

pengumpul 5.077,43 1.422,57 3.57

Pedagang Pengecer 16.757,62 1.642,38 10,20

Total 21.835,05 3.064,95 7,12

Sumber: Hasil survei data diolah (2019)

Pada Saluran I total biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer adalah sebesar Rp. 2.935,10 per kg sedangkan keuntungan adalah sebesar Rp.

21.679,9 per kg. Maka rasio keuntungan biaya adalah sebesar Rp. 7,39 per kg.

Pada Saluran II total biaya yang dikeluarkan per kg daging babi adalah sebesar Rp. 3.064,95. Biaya terbesar ditanggung oleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp. 1.642,38 per kg, biaya pemasaran terendah ditanggung oleh pedagang pengumpul adalah sebesar Rp. 1.422,57 per kg. Keuntungan terbesar diperoleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp. 16.757,62 per kg, sedangkan keuntungan terendah diperoleh pedagang pengumpul yaitu sebesar Rp. 5.077,43 per kg.

(49)

Efisiensi Pemasaran Daging Babi

Tabel 23. Efisiensi pemasaran daging babi pada setiap saluran pemasaran dan lembaga pemasaran

Lembaga Pemasaran Biaya (Rp/kg) Nilai Produk (Rp/kg)

Nilai Efisiensi (Rp/kg) Saluran I

Pedagang Pengecer 2.935,10 50000 0,058

Saluran II Pedagang

pengumpul 1.422,57 31.500 0,045

Pedagang Pengecer 1.642,38 50.000 0,032

Sumber: Hasil survei data diolah (2019)

Menurut Downey Adam Erickson(1992), sistem pemasaran dapat dikatakan efisien apabila nilai efesiensi pemasaran adalah <1, dengan melihat hasil analisis yang ada pada tabel 23, bahwa nilai efesiensi dari semua lembaga pemasaran yang terlibatdalam kegiatan pemasangan daging babi di pasar tradisional Kabupaten Tapanuli Utara adalah < 1 yang artinya efisien. Jadi dari 2 lembaga pemasaran tersebut, maka lembaga pemasaran yang paling efesien dibandingkan lembaga lainya adalah pedagang pengecer. Hal ini ditunjukkan oleh biaya pemasaran yang kecil, sedangkan nilai produk yang di pasarkan paling besar.

(50)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Karakteristik pemasaran daging babi di Pasar Tradisional Kabupaten Tapanuli Utara yaitu terdiri dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan pengalaman usaha. Pedagang pengecer terdiri dari yaitu jenis kelamin pria lebih banyak yaitu 77,40% , usia 36-50 tahun lebih medominasi yaitu 64,51% , tingkat pendidikan SMA mendominasi tingkat pendidikan pedagang pengecer yaitu 70,97% dan pengalaman usaha 10-20 tahun mempunyai jumlah yang lebih banyak yaitu 61,29%. Pedagang pengumpul terdiri dari yaitu jenis kelamin pria 100%, usia 36-50 tahun memiliki jumlah yang lebih tinggi yaitu 75%, tingkat pendidikan SMA/SLTA mendominasi yaitu 72%, dan pengalaman usaha < 10 tahun 50%, 10-20 tahun 50%. Peternak terdiri dari yaitu jenis kelamin pria lebih tinggi yaitu 82,93% , usia 31-40 tahun memiliki jumlah yang lebih banyak yaitu 46,34%, tingkat pendidikan SMP lebih banyak yaitu 65,85%, dan pengalaman usaha < 10 tahun 79,27%, > 10 tahun 20,73%.

Saluran pemasaran daging babi di Pasar Tradisional Kabupaten Tapanuli Utara terdiri dari 2 saluran pemasaran yaitu saluran pemasaran yang melibatkan satu lembaga pemasaran dan saluran pemasaran yang melibatkan dua lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran yang terlibat yaitu peternak sebagai produsen babi, pedagang pengumpul atau pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer, di Pasar Tradisional di Kabupaten Tapanuli Utara lebih banyak menggunakan saluran pemasaran I.

Berdasarkan analisis margin pemasaran, Margin pemasaran pada Saluran I menunjukkan margin sebesar Rp.24.615-per kg, sedangkan margin pemasaran

(51)

pada saluran II menunjukkan margin sebesar Rp.24.900-per kg, dari segi farmer’s share pada saluran I yaitu sebesar 50,77% sedangkan pada Saluran ke II sebesar 50% artinya kedua saluran jika dilihat dari segi farmer’s belum efesien karena nilai farmer’s masih rendah , rasio keuntungan terhadap biaya Rp. 7,39 per kg pada Saluran I sedangkan pada Saluran ke II rasio keuntungan terhadap biaya sebesar 7,12. dan dilihat dari efisiensi pemasarannya bahwa setiap saluran pemasaran sudah efisien dengan nilai <1.

Saran

Disarankan bagi peternak untuk membuat kelompok ternak agar bisa memberimasukan ataupun pendapat tentang harga jual peternak dan pedagang pengumpul yang terlibat dalam pemasaran daging babi di Pasar Tradisional Kabupaten Tapanuli Utara supaya meningkatkan penjualan, kualitas produk dan memaksimasi jasa. Bagi pemerintah, sebaiknya menyediakan fasilitas dan teknologi yang mendukung dalam pemasaran daging babi di Pasar Tradisional Kabupaten Tapanuli Utara. Bagi konsumen, dalam melakukan transaksi pembelian daging babi di pasar tradisional harus mengetahui harga daging sebenarnya dan bahan pokok supaya tidak merasa tertipu dan mendapatkan harga yang sewajarnya.

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Adatyan, B, Kumari, R & Thappa, DM. 2009. Scoring System in Acne Vulgaris.

Amalia, J, A., H. D. Utami dan B. A. Nugroho. 2013. Analisis Pemasaran Usaha Ayam Broiler Skala Kecil dan Skala Besar pada Pola Kemitraan PT Sinar Sarana Sentosa Malang. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang.

Butarbutar, Nicolar.,B. Rorimpandey., R.A.J Legrans. 2014. Analisis Keuntungan Pedagang Pengecer Daging Sapi di Pasar Tradisional Kota Manado. Jurnal Zootek, 34 (1):48-61

Downey, W. D dan S. P. Erickson. 1992. Manajemen Agribisnis. Erlangga Jakarta.

Hermawan, H. 2015. Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan, Kepuasan dan Loyalitas Konsumen dalam Pembelian Roti Ceria di Jember. Jurnal Manajemen dan Bisnis Indonesia Vol.1 No. 2, Jember.

Hermanianto, J., Satiwiharja, B. dan Apriyantono, A., 1997, Teknologi dan Manajemen Pangan Halal, 31, Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi IPB, Bogor.

Indrawati, T dan Indri Y. 2014. Analisis Sumber Modal Pedagang Pasar Tradisional di Kota Pekanbaru.

Jumiati, E., D. H. Darwanto dan S. Hartono. 2013. Analisis Saluran Pemasaran dan Marjin Pemasaran Kelapa dalam di Daerah Perbatasan Kalimantan Timur. Jurnal AGRIFOR Vol.12 No. 1 ISSN: 1412 – 6885.

Kotler, P dan Amstrong, G. 1995. Dasar-dasar Pemasaran. Jilid 1. Edisi Bahasa Indonesia. Prenhallindo, Jakarta.

Kotler, Philip. 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Erlangga

Kotler, Philip dan Keller, 2007, Manajemen Pemasaran, Jilid I, Edisi Kedua belas, PT. Indeks, Jakarta.

Kotler, P dan G. Armstrong. 1997. Prinsip-Prinsip Pemasaran Jilid I. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Laksana, F. 2008. Manajemen Pemasaran Pendekatan Praktis (Edisi Pertama).

Graha Ilmu, Yogyakarta.

Rahmanta. 2014. Ekonomi Pertanian. USU Press, Medan.

(53)

Rosmawati, H. 2011. Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani di Kecamatan Lengkiti Kabupaten organ komering Ulu. Jurnal Agromobis, Vol 3 (5).

Rufaidah, E., I. Zahri dan S. Rizal. 2008. Analisis Pemasaran Buah Duku Di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumatera Selatan. Jurnal Agribisnis dan Industri PertanianVol.7 No.1 2008 ISSN: 1412-8888.

Ruhyat, 2003, Taksonomi dan Zoologis Hewan Ternak, UGM Press, Yogyakarta Shinta, Agustina. 2011. Manajemen Pemasaran. Universitas Brawijaya Press,

Malang.

Sihombing, D.T. 1997. Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press:

Yogyakarta.

Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani.UI Press.Jakarta.

Soekartawi. 1989. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Teori dan Aplikasinya.

Penerbit Rajawali. Jakarta. Singarimbun, Masri, dan Sofian Efendi. 1989.

Metode Penelitian Surveu. LP3ES. Jakarta.

Soputan, J. E. M. 2004. Dendeng Sapi Sebagai Alternatif Pengawetan Daging.

Stanton, Wiliam J. 1998. Prinsip Pemasaran Edisi Ketujuh Jilid 1 . Jakarta:

Erlangga.

Suardana, I. W. & I. B. N. Swacita. 2009. Higiene Makanan. Kajian Teori dan Prinsip Dasar. Udayana University Press, Denpasar. Jurnal Ekonomi 22. 1 Maret 2014 Fakultas Ekonomi Universitas Riau, Riau.

Sudiyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian. Edisi Kedua. UMM Press. Malang.

Sudiyono. 2002.Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang.

Malang: UMM Press.

(54)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Profil Pedagang Pengecer Daging Babi di Pasar Tradisonal Kabupaten Tapanuli Utara

No Nama Jenis

Kelamin Umur(Tahun) Pendidikan Pengalaman

Usaha(Tahun) Sumber Daging

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Radot Silitonga P 27 SMA 4 Peternak

2 Martua Silalahi P 36 SMA 8 Peternak

3 Yunus Pardede P 30 SMA 3 Peternak

4 Torang Sinaga P 52 SMA 14 Peternak

5 Lasmina Sianturi W 37 SMA 7 Peternak

6 Elsa Gultom W 40 SMP 11 Peternak

7 Doli Nainggolan P 37 SMA 12 Peternak

8 Herman Panjaitan P 32 SMA 6 Peternak

9 R br. Nababan W 39 SMA 13 Peternak

10 P. Nababan P 42 SMP 14 Peternak

11 Riko Simamora P 33 SMA 4 Peternak

12 Elisa Sipahutar W 46 SMP 12 Peternak

13 Lusiana Manalu W 51 SMP 15 Peternak

14. Tohom Nababan

(55)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

14 Tohom Nababan P 29 SMA 3 Peternak

15 Ramot Nababan P 48 SMA 13 Peternak

16 Beny Sihombing P 44 SMA 10 Peternak

17 Pando Simanungkalit P 31 SMA 7 Peternak

18 Jeky Pasaribu P 37 SMP 10 Peternak

19 Alex Br. Juntak W 41 SMA 13 Peternak

20 Maharani Br. Hutabarat W 49 SMP 15 Peternak

21 Pak Bakara P 38 SMA 5 Peternak

22 P. Hutagalung P 55 SMP 16 Peternak

23 Firman Simorangkir P 30 SMA 6 Peternak

24 Niko Purba P 43 SMA 11 Peternak

25 T. Sianturi P 36 SMA 8 Peternak

26 Julius Silalahi P 45 SMA 16 Peternak

27 Samuel Hutabarat P 42 SMP 14 Agen

28 Radot Nababan P 34 SMA 10 Agen

29 Radot Nababan P 39 SMA 12 Agen

30 Panto Lumbantobing P 50 SMA 10 Agen

31 Johanes Hutagalung P 38 SMP 9 Agen

(56)

Lampiran 2. Profil Agen Daging Babi

No Nama Jenis

Kelamin Umur(Tahun) Pendidikan Pengalaman

Usaha(Tahun) Sumber Daging

1 Rinto Sinaga P 29 S1 4 Peternak

2 Rodo Manalu P 36 SMA 7 Peternak

3 Eben Pandiangan P 41 SMA \11 Peternak

4 Parto Silaban P 48 SMA 14 Peternak

Lampiran 3. Profil Peternak Babi

NO NAMA JENIS

KELAMIN

UMUR

(TAHUN) PENDIDIKAN PENGALANMAN USAHA

(TAHUN)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Anto Sinaga L 52 SMA 10

2 Taripar Simamora L 43 SMA 8

3 Mauliate Hutabarat L 61 SD 12

4 Sarwedy Simatupang L 36 SMA 5

5 Jekson Hutagalung L 47 SMP 8

6 Rido Lumbantobing L 32 SMA 5

7 Indra Simanjuntak L 42 SMA 7

8 Riko Pardede L 34 SMA 5

9 Pangihutan Gultom L 31 SMA 6

10 Hendra Sitompul L 36 SMA 7

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4.10 Harga Daging Sapi Lokal Di Pasar Tradisional Kelas I Kota Bandung.. Bulan November

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul: “ ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN DAGING SAPI DI PASAR TRADISIONAL DAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa dua belas sampel daging yang terdiri dari daging sapi, ayam dan babi pada empat pasar swalayan di

RYANDIKA GILANG PUTRA: Analisis Pemasaran Kemenyan (Styrax spp.) (Studi Kasus: Kecamatan Tarutung dan Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara).. Dibimbing Oleh:

Tujuan penelitian adalah untuk: pertama, menganalisis berapa besar biaya operasional yang dipergunakan dalam pemasaran daging kambing di Pasar Bersehati dan Pasar Pinasungkulan

GABE MANGATUR SIMANJUNTAK, NIM 107003008, dengan judul Tesis: Analisis Lokasi Pasar Hewan Siborongborong Dalam Pengembangan Subsektor Peternakan di Kabupaten Tapanuli Utara,

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis posisi subsektor peternakan dalam basis ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara, untuk menganalisis fungsi pasar hewan

Hasil pengamatan pada 30 sampel daging sapi yang dijual di pasar tradisional dan pasar modern keseluruhannya tampak dalam kondisi baik yaitu jika di tekan dengan jari