• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF PANDANGAN IBNU KHALDUN

C. Peta Konsep Rasa Ingin Tahu

Seorang anak atau peserta didik seharusnya aktif dalam mencari ilmu. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengkuti berbagai macam organisasi atau perkumpulan yang akan mengasah kemampuan otak dan mentalnya. Selain itu, dengan berorganisasi, seseorang akan menemukan jati dirinya dan mendapatkan berbagai informasi dari forum organisasi tersebut.

2. Gemar Membaca

Tanda bahwa seseorang memiliki rasa ingin tahu yaitu dengan gemar membaca untuk menambah pengetahuan dan wawasannya. Menurut Paul C. Burns, Betty D. Roe, dan Elinor P. Ross dalam Teaching Reading in

Today‟s Elementary Schools, Burns dan kawan-kawan berkata, “Membaca

merupakan sebuah proses yang kompleks. Tidak hanya proses membaca itu yang kompleks, tetapi setiap aspek yang ada selama proses membaca juga bekerja dengan sangat kompleks.”

Ada delapan aspek yang bekerja saat kita membaca, kata Burns dan kawan-kawan, yaitu aspek sensori, persepsi, sekuensial (tata urutan kerja), pengalaman, berpikir, belajar, asosiasi, dan afeksi. Kedelapan aspek ini bekerja secara berbarengan saat kita membaca. Boleh dikata, ketika proses membaca berlangsung, seluruh aspek kejiwaan bekerja secara aktif.

Ketika anak sedang membaca, sesungguhnya ia tidak hanya mengasah ketajaman berpikirnya. Pada saat yang sama, perasaan anak terasah sehingga secara keseluruhan ia mengembangkan kemampuan intelektual sekaligus meningkatkan kecakapan mentalnya. Melalui membaca pula, kita dapat melejitkan kemampuan otak anak, khususnya pada usia-usia dini (Adhim, 2007:25-26).

Membaca menjadi suatu hal yang penting karena dengan membaca anak mengetahui segala sesuatu yang baru. Wawasan anak semakin luas, dan anak tidak hanya mendapatkan informasi yang datang dengan sendirinya pada anak.

3. Menjadi Orang yang Kreatif

Orang yang sangat kreatif sering disebut-sebut sebagai orang yang sangat penasaran. Hal ini sesuai dengan cara otak mereka bekerja. Daripada hanya mengumpulkan informasi, otak mereka bermain dengan rasa penasaran itu (Setiadi, 2015:7)

Sering merasa penasaran artinya seseorang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Misalnya, seseorang melihat seekor kuda berdiri di lapangan dan berpikir itu adalah seekor hewan yang gagah. Lain dengan orang yang lebih kreatif, mungkin bertanya-tanya apa kuda berpikir tentang semua hari di lapangan, atau dia mungkin bertanya-tanya bagaimana kuda bisa mengatasi selama berjam-jam tidak aktif tanpa buku untuk dibaca.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari serangkaian pembahasan dan paparan di atas, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Nilai curiosity (rasa ingin tahu) dalam pendangan Ibnu Khaldun mencakup ilmu pengetahuan, pendidikan, metode pendidikan, sumber ilmu pengetahuan, pendidik dan peserta didik, dan urgensi ilmu pengetahuan.

2. Nilai curiosity (rasa ingin tahu) dalam pandangan Ibnul Qayyim mencakup ilmu pengetahuan, pendidikan, metode pendidikan, sumber ilmu pengetahuan, pendidik dan peserta didik, dan urgensi ilmu pengetahuan.

3. Persamaan pandangan Ibnu Khaldun dan Ibnul Qayyim mengenai nilai curiosity (rasa ingin tahu) yaitu bahwa ilmu adalah sesuatu yang diterima oleh akal dan selanjutnya diimplikasikan oleh tubuh dan pikiran; pendidikan pertama berasal dari orang tua, kemudian baru alam dan zaman; akal sebagai metode utama; Al-Qur‟an dan Hadits menjadi sumber ilmu pengetahuan; pendidik yaitu orang yang mengajarkan ilmu, sedangkan peserta didik adalah orang yang menuntut ilmu atau subjek

pendidikan; dan urgensi ilmu pengetahuan yaitu tingkat derajat manusia dapat diukur dari ilmu yang dimiliki manusia tersebut.

Sedangkan perbedaan pandangan Ibnu Khaldun dan Ibnul Qayyim mengenai nilai curiosity (rasa ingin tahu) yaitu jika Ibnu Khaldun membagi ilmu menjadi 3 macam yang mana ketiga ilmu terseut harus seimbang, maka ilmu pengetahuan Ibnul Qayyim adalah pengendali perilaku manusia. Pendidikan bagi Ibnu Khaldun lebih menekankan alam dan zaman yang akan menggantikan pendidikan bagi anak jika bukan orang tua, sedangkan Ibnul Qayyim memberikan makna pendidikan dapat dilakukan oleh seseorang yang mengajari orang lain secara bertahap. Metode pendidikan Ibnu Khaldun yaitu berpikir, keragu-raguan, dan pembiasan, sedangkan metode pendidikan Ibnul Qayyim hanya berpikir menggunakan akal dan mengingat materi. Sumber ilmu pengetahuan Ibnu Khaldun yaitu Al-Qur‟an, sedangkan bagi Ibnul Qayyim yaitu dari pengajaran para Nabi, cahaya yang disusupkan Allah ke dalam hati seorang mukmin, mimpi dan ilham, jiwa yang taat kepada Allah, panca indra yang dimiliki manusia, dan pengalaman pribadi manusia. Pendidik menurut Ibnu Khaldun adalah kunci dalam pendidikan, dan peserta didik adalah subjek pendidikan, sedangkan pendidik menurut Ibnul Qayyim adalah orang yang mengajarkan ilmu, dan peserta didik adalah orang yang menuntut ilmu. Dan urgensi ilmu pengetahuan Ibnu Khaldun adalah ilmu sebagai pembeda antara manusia dengan binatang, sedangkan urgensi ilmu

pengetahuan Ibnul Qayyim adalah ilmu sebagai kunci kebahagiaan dan keberuntungan.

B. Saran

Beberapa saran dari penulis ditujukan bagi: 1. Bagi pembaca

Dari pemaparan mengenai nilai curiosity (rasa ingin tahu) menurut Ibnu Khaldun dan Ibnul Qayyim di atas, diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca pada umumnya dan penulis khusunya. dapat diimplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi lembaga pendidikan

Lembaga pendidikan merupakan lembaga yang menyediakan fasilitas dimana terdapat interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran, maka dalam hal ini lembaga pendidikan dituntut agar mampu meningkatkan rasa ingin tahu anak agar memiliki wawasan pengetahuan yang luas dan menjadi manusia yang memiliki derajat tinggi. 3. Bagi penelitian

Hasil dari analisis nilai curiosity (rasa ingin tahu) menurut Ibnu Khaldun dan Ibnul Qayyim penulis bisa menerapkan dalam kehidupan bermasyarakat dan mempunyai wawasan dan pengetahuan yang luas.

DAFTAR PUSTAKA

Adhim, Muhammad Fauzil. 2007. Membuat Anak Gila Membaca. Bandung: PT. Mizan Pustaka.

Al-Katani, Abdul Hayyie, dkk. 2004. Kunci Kebahagiaan. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana.

Arifin, H. M. 1991. Filsafat Pendidikan Islam I. Jakarta: Bumi Aksara. Farid, Syaikh Ahmad. 2006. 60 Biografi Ulama Salaf. Terj. Masturi

Irham, dkk. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.

Hakim, M. Arifin. 2001. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: Pusaka Satya. Hasbullah, Muzaidi. 2001. Manhaj Tarbiyah Ibnu Qayyim. Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar.

Hisbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Iqbal, Abu Muhammad. 2015. Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kosim, Muhammad. 2012. Pemikiran Pendidikan Islam Ibn Khaldun Kritis, Humanis, dan Religius. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Lickona, Thomas. 2016. Mendidik untuk Membentuk Karakter Bagaimana Sekolah dapat Memberikan Pendidikan tentang Sikap Hormat dan Bertanggung Jawab. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Lisnawati. 2017. Konsep Ideal Pendidikan Islam menurut Pandangan Ibnu Khaldun dan Hubungannya dalam Konteks Pendidikan Modern.

Al-Muta‟aliyah STAI Darul Kamal NW Kembang Kerang,

1(1):62-63.

Ma‟unah, Binti. 2009. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit TERAS.

Mu‟in, Fatchul. 2016. Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik &

Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Munzier dan Ali, Heri Noer. 2008. Watak Pendidikan Islam. Jakarta Utara: Friska Agung Insani.

Mustari, M. 2011. Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan Karakter. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo.

Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam I. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Nasution, Baktiar. 2011. Konsep Pendidikan Islam Menurut Ibnul Qayyim: Relevansinya dengan Pendidikan Modern. Tesis tidak diterbitkan. Riau: Program Pascasarjana UIN Sultan Syarif Kasim. Nazir, Muhammad. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Galia Indonesia. Pusat Data dan Informasi. 2017. Inilah Materi Perpres No.87 Tahun 2017

tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Jakarta: Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.

Ramayulis, Samsul Nizar. 2005. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam Mengenal Tokoh Pendidikan di Dunia Islam dan Indonesia. Ciputat: Quantum Teaching.

Samani, Muchlas. 2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Setiadi, Nugroho J, Agoestina Boediprasetya, Nina Nurani & Lia Amaliawati. 2015. Membangun Karakter Orang-Orang yang Sangat Kreatif. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Siregar, Marasudin. 1999. Konsepsi Pendidikan Ibnu Khaldun Suatu Analisa Fenomenologi. Semarang: Pustaka Pelajar.

Sudirman. 1989. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remadja Karya.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sulaiman, Fathiyyah Hasan. 1987. Pandangan Ibnu Khaldun Tentang Ilmu dan Pendidikan. Bandung: CV. Diponegoro.

Supriyatno, Triyo. 2011. Epistemologi Pendidikan Ibnu Qayyim Al- Jawziyyah. Malang: UIN-Maliki Press.

Thoha, Ahmadie. 1986. Muqaddimah Ibnu Khaldun. Jakarta: Pustaka Firdaus.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Siti Za‟iimah

Tempat, Tanggal Lahir : Magelang, 4 Februari 1996 Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Dsn. Krajan I 07/02, Kec. Grabag, Kel. Grabag, Kab. Magelang. Email : [email protected] No. Hp : 085747233327 Riwayat Pendidikan : 1. RA Perwanida 2. MI Ma‟arif Grabag 3. MTs Sunan Pandanaran 4. MA Ma‟arif Grabag

5. IAIN Salatiga, lulus tahun 2018 Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, 5 Agustus 2018 Penulis,

SITI ZA‟IIMAH NIM 11114156

SATUAN KETERANGAN KEGIATAN

Nama : Siti Za’iimah Jurusan : Pendidikan Agama Islam

(PAI)

NIM : 111-14-156 Dosen PA : Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag.

No Nama Kegiatan Pelaksanaan Sebagai Nilai

1 OPAK STAIN Salatiga 2014 18-19 Agustus 2014 Peserta 3 2 OPAK Jurusan Tarbiyah

STAIN Salatiga 2014

20-21 Agustus 2014 Peserta 3

3 Orientasi Dasar Keislaman (ODK)

21 Agustus 2014 Peserta 2

4 Achievement Motivation Training (AMT)

23 Agustus 2014 Peserta 2

5 Seminar regional wawasan Magelang

13-14 September 2014

Panitia 6

6 Ma‟had Mahasiswa IAIN

Salatiga 2014/2015

1 Juli 2015 Peserta 2

7 English Friendship Camp 27-28 September 2014

Participant 2

“Berkontribusi Untuk Negeri Melalui Televisi/TV”

9 Seminar Pendidikan “Mempertegas Peran Pendidikan dalam

Mencerahkan Masa Depan Anak Bangsa”

19 November 2014 Peserta 2

10 Gema (Gerbang Masuk) ITTAQO

29-30 November 2014

Peserta 3

11 Study Club CEC 7 Desember 2014 Participant 2 12 Maulid Nabi Pondok

Pesantren Al-Hasan

14 Januari 2015 Panitia 4

13 Seminar Nasional

“Pemuda, Peradaban Islam, dan Kemandirian”

2 September 2015 Peserta 8

14 IAIN Bersholawat dan Orasi Kebangsaan

“Menyamai Nilai-nilai Islam

Indonesia Untuk

Memperkokoh NKRI dalam Mewujudkan Baldatun

Toyyibatun Warobbun Ghofur”

15 Ziarah dan Wisata Religi Pondok Pesantren Al-Hasan

8 November 2015 Peserta 2

16 Seminar Nasional HMJ Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah “Peran Media Massa terhadap Kelestarian Lingkungan Hidup”

19 November 2015 Peserta 8

17 Seminar Nasional PMII

“ISIS? Rahmatal Lil Alamin-

nya Mana?”

19 Desember 2015 Peserta 8

18 Maulid Nabi Pondok Pesantren Al-Hasan

30 Januari 2016 Panitia 4

19 Seminar Nasional Dema IAIN Salatiga

“Penguatan Wawasan Kebangsaan dan Nasionalisme”

28 April 2016 Peserta 8

Pesantren Al-Hasan

21 Masa Orientasi Santri (MOS) Pondok Pesantren Al-Hasan

30 Agustus 2016 Panitia 4

22 Seminar Internasional “Petani Untuk Negeri”

24 September 2016 Peserta 8

23 Ziarah dan Wisata Religi Pondok Pesantren Al-Hasan

13 November 2016 Peserta 2

24 Khotmil Qur‟an Pondok

Pesantren Al-Hasan

30 April 2017 Peserta 2

25 Khotmil Qur‟an Pondok

Pesantren Al-Hasan

30 April 2017 Panitia 4

26 Masa Orientasi Santri Pondok Pesantren Al-Hasan

2 Agustus 2017 Panitia 4

27 Sekretaris Pondok Pesantren Putri Al-Hasan Masa Jabatan 2016/2017

1 November 2017 Sekretaris 6

28 Workshop Literasi “Merawat NKRI dengan Membangun Budaya Literasi”

13 April 2018 Peserta 2

29 TOEFL Training Edulight and IAIN Salatiga

Dokumen terkait