• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PETA PENUTUPAN LAHAN KABUPATEN NGAW

melintasi wilayah Kedunggalar dan Walikukun.

No data/tidak ada data pada penelitain ini dimaksudkan kepada awan dan bayangan awan. Di lapangan, no data ini merupakan seluruh kenampakan awan dan bayangannya, sehingga tidak dimungkinkan untuk mendeteksi tipe penutupan lahan yang ada di bawahnya.

Gambar 9 (a) Peta penutupan lahan Kabupaten Ngawi tahun 1997 9 (b) Peta penutupan lahan Kabupaten Ngawi tahun 2001 9 (c) Peta penutupan lahan Kabupaten Ngawi tahun 2015

1997 2001

2015

PETA PENUTUPAN LAHAN KABUPATEN NGAWI

Di Keluarkan Oleh: Mardiana Wachyuni, S.Hut (a)

(c)

30

Perubahan Penutupan Lahan Kabupaten Ngawi tahun 1997-2001

Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang karena manusia mengalami kondisi yang berubah pada waktu berbeda (Lillesand dan Kiefer, 1979). Selanjutnya Lo (1995) menyatakan bahwa deteksi perubahan mencakup penggunaan fotografi udara (citra satelit) di wilayah tertentu dan dari data tersebut peta penggunaan lahan untuk setiap waktu dapat dibandingkan, sehingga peta perubahan penggunaan lahan antara dua periode waktu biasanya dapat dihasilkan.

Dalam kurun waktu dari tahun 1997-2001 telah terjadi peningkatan dan penurunan luas wilayah penutupan lahan yang terdapat di Kabupaten Ngawi dan juga terjadi perubahan penutupan lahan. Diantara tahun 1997-2001, telah terjadi perubahan penutupan lahan di Kabupaten Ngawi. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik perubahan secara alami karena gejala alam ataupun berubah karena campur tangan manusia (sosial). Pada Tabel 16, diperlihatkan peningkatan dan penurunan luas wilayah penutupan lahan di Kabupaten Ngawi antara tahun 1997-2001.

Tabel 16 Peningkatan dan penurunan luas penutupan lahan Kabupaten Ngawi tahun 1997-2001

No Penutupan lahan 1997 2001 Perubahan

Ha % Ha % Ha % 1 Hutan 29678,04 21,32 20840,13 14,97 -8837,91 -6,35 2 Kebun 2927,43 2,10 9966,87 7,16 7039,44 5,06 3 Sawah 41159,70 29,56 37275,30 26,77 -3884,40 -2,79 4 Ladang 27032,94 19,42 26161,74 18,79 -871,20 -0,63 5 Semak 12143,34 8,72 16616,70 11,94 4473,36 3,21 6 Pemukiman 23626,08 16,97 27001,62 19,39 3375,54 2,42 7 Badan air 1049,40 0,75 729,36 0,52 -320,04 -0,23 8 No data 1605,06 1,15 630,27 0,45 -974,79 -0,70 Total 139221,99 100 139221,99 100 0,00 0,00

Keterangan : (+) luas penutupan lahan meningkat, (-) luas penutupan lahan menurun

Dalam selang waktu beberapa tahun, sudah sewajarnya terjadi peningkatan ataupun penurunan terhadap luas penutupan suatu lahan. Dalam selang waktu antara tahun 1997 sampai 2001, Kabupaten Ngawi telah mengalami perubahan luas tutupan lahan. Pada selang waktu tersebut, terdapat 5 (lima) tipe penutupan lahan yang mengalami penurunan luas tutupan lahan, hal tersebut dapat dilihat dari tanda negatif (-) yang diperlihatkan pada Tabel 16. Berdasarkan pada Tabel 16, tipe penutupan lahan yang paling banyak mengalami penurunan luas yaitu pada tipe penutupan lahan berupa hutan. Pada selang waktu antara tahun 1997 sampai dengan tahun 2001, luas hutan mengalami penurunan seluas 8.837,97 Ha atau sebanyak 6,35%.

Selain itu, pada Tabel 16 diperlihatkan pula tipe-tipe penutupan lahan yang mengalami peningkatan, peningkatan luas tutupan lahan tersebut diperlihatkan dengan tanda positif (+) pada tabel tersebut. Pada tabel tersebut, terdapat 3 (tiga) tipe tutupan lahan yang mengalami peningkatan. Tipe penutupan lahan yang

paling banyak mengalami peningkatan luas yaitu pada tipe penutupan lahan berupa kebun. Pada selang waktu antara tahun 1997 sampai dengan tahun 2001, luas kebun mengalami peningkatan seluas 7.039,44 Ha atau sebanyak 5,06%.

Terdapat 2 faktor utama yang menyebabkan terjadinya penurunan luas hutan pada selang waktu tersebut yaitu faktor alam dan faktor sosial. Penyebab penurunan luas hutan karena faktor alam yaitu akibat adanya El-Nino atau kemarau panjang yang terjadi pada tahun 1997-1998. Menurut FWI (2001), menjelang awal tahun 1998 hampir 10 juta Ha telah terkena dampak kebakaran di Indonesia. BAPPENAS (1999), memperkirakan kerusakan kawasan hutan yang disebabkan oleh kebakaran hutan tahun 1997-1998 di Pulau Jawa yaitu sekitar 100.000 Ha. Kebakaran hutan ini tidak murni akibat El-Nino, namun dampak selanjutnya dari El-Nino yaitu terjadinya kekeringan lahan sehingga masyarakat kerap membuka lahan dengan cara pembakaran.

Penyebab penurunan luas hutan karena faktor sosial yaitu akibat dari adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia pada pertengahan tahun 1997. Krisis ekonomi ini berdampak besar terhadap terjadinya ledakan gejolak sosial yang terjadi pada pertengahan Mei 1998. Reformasi yang terjadi pada tahun ini menempatkan Indonesia dalam kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang tidak stabil. Krisis ekonomi yang dialami oleh Indonesia pada tahun 1997-1998, menyebabkan terjadinya penjarahan hutan di wilayah Perhutani pada awal tahun 1990, illegal logging terhadap tegakan jati pada zaman penjarahan menyebabkan berkurangnya tegakan jati secara signifikan di wilayah Perhutani.

Perubahan Penutupan Lahan Kabupaten Ngawi tahun 2001-2015

Diantara tahun 2001-2015, telah terjadi perubahan penutupan lahan di Kabupaten Ngawi. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik perubahan secara alami karena gejala alam ataupun berubah karena campur tangan manusia. Pada Tabel 17, diperlihatkan peningkatan dan penurunan luas wilayah penutupan lahan di Kabupaten Ngawi antara tahun 2001-2015.

Tabel 17 Peningkatan dan penurunan luas penutupan lahan Kabupaten Ngawi tahun 2001-2015

No Penutupan lahan 2001 2015 Perubahan

Ha % Ha % Ha % 1 Hutan 20840,13 14,97 27137,52 19,49 6297,39 4,52 2 Kebun 9966,87 7,16 4455,54 3,20 -5511,33 -3,96 3 Sawah 37275,30 26,77 38592 27,72 1316,70 0,95 4 Ladang 26161,74 18,79 30877,11 22,18 4715,37 3,39 5 Semak 16616,70 11,94 12205,53 8,77 -4411,17 -3,17 6 Pemukiman 27001,62 19,39 24318,18 17,47 -2683,44 -1,93 7 Badan air 729,36 0,52 1636,11 1,18 906,75 0,65 8 No data 630,27 0,45 0,00 0,00 -630,27 -0,45 Total 139221,99 100 139221,99 100,00 0 0,00

32

Dalam selang waktu antara tahun 2001 sampai 2015, Kabupaten Ngawi telah mengalami perubahan luas tutupan lahan. Berdasarkan pada Tabel 17, pada selang waktu tersebut, terdapat 4 (empat) tipe penutupan lahan yang mengalami penurunan luas tutupan lahan. Berdasarkan pada Tabel 17, tipe penutupan lahan yang paling banyak mengalami penurunan luas yaitu pada tipe penutupan lahan berupa kebun. Pada selang waktu antara tahun 2001 sampai dengan tahun 2015, luas kebun mengalami penurunan seluas 5.511,33 Ha atau sebanyak 3,96%.

Selain itu, pada Tabel 17 diperlihatkan pula tipe-tipe penutupan lahan yang mengalami peningkatan luas tutupan lahan. Pada tabel tersebut, terdapat 4 (empat) tipe tutupan lahan yang mengalami peningkatan. Tipe penutupan lahan yang paling banyak mengalami peningkatan luas yaitu pada tipe penutupan lahan berupa hutan. Pada selang waktu antara tahun 2001 sampai dengan tahun 2015, luas hutan mengalami peningkatan seluas 6.297,39 Ha atau sebanyak 4,52%.

Terjadinya peningkatan luas penutupan lahan berupa hutan dikarenakan wilayah KPH Ngawi menerapkan sistem PHBM dalam pengelolaan hutan. Untuk menghindari terulangnya lagi tragedi penjarahan tegakan jati, maka Perhutani mengganti sistem pendekatan terhadap masyarakat yang tinggal di desa sekitar hutan dengan mengganti sistem perhutanan sosial ke sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). PHBM ini dimulai pada tahun 2001, dimana Perhutani bekerjasama dengan masyarakat desa hutan dan pihak-pihak lainnya untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan secara bersama-sama. PHBM diharapkan dapat menjawab dan memberikan solusi (resolusi konflik) seiring perubahan paradigma pengelolaan SDH yang mengedepankan partisipasi masyarakat secara nyata dan berorientasi pada pengelolaan Sumberdaya hutan (SDH) secara menyeluruh (holistik), sehingga kepentingan seluruh pihak akan hutan dapat disinergikan kedalam sistem manajemen Perhutani. Keberadaan sistem PHBM di KPH Ngawi telah berhasil meredam konflik sumberdaya hutan antara Perhutani dan masyarakat desa sekitar hutan.

Dokumen terkait