• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN BANTAENG

Dalam dokumen Gambaran Umum Wilayah (Halaman 30-37)

KAB.BANTAENG

31

2.4.2.2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama

Rencana Tata Ruang pada sistem ini meliputi; Rencana Pengemban gan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi, Energi, Sumber Daya Air, Telekomunikasi, Prasarana Lainnya (meliputi pengelolaan TPA, Sanitasi, Ruang Terbuka Hijau), Drainase dan Air Limbah, serta Rencana Jalur Evakuasi.

1. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air

a. Sumber-Sumber Air Baku Untuk Kegiatan Pemukiman Perkotaan Dan Jaringan Air Baku Wilayah

Terpenuhinya penyediaan air bersih dari segi kuantitas dan kualitas adalah sangat penting untuk memungkinkan tingkat kesehatan masyarakat yang lebih baik. Tersedianya air dalam jumlah yang cukup untuk fasilitas sanitasi dan untuk keperluan sehari-hari lainnya yang layak, memungkinkan dilaksanakannya cara-cara hidup yang hygienis sehingga akan meningkatkan taraf kesehatan masyarakat pada u mumnya.

Sumber air untuk kebutuhan air bersih bersumber dari mata air pegunungan dan air permukaan. Kebutuhan akan air bersih masyarakat baik domestik maupun non domestik yang dilayani oleh PDAM berasal dari sumber mata air yang ada, seperti:

• Mata air Eremerasa I • Mata air Eremerasa II • IPA Bonto-Bonto

• Mata air Puccili di Desa Onto

• Mata air Alluloe di Desa Pa’bentengan • Mata air Bungloe di D esa Bonto Tallasa

Rencana pengemb angan/pemban gunan/penambahan kapasitas air bersih oleh PDAM di kabupaten Bantaeng antara lain :

• Mata air Sinoa kapasitas 40 l/dt • Mata air Eremerasa kapasitas 50 l/dt • Mata air Campaga kapasitas 40 l/dt

b. Sistem Jaringan Irigasi, Sungai, DAS/Wilayah Sungai

Sungai/DAS/Satuan Wilayah Sungai (SWS) di Kabupaten Bantaeng sangat potensial karena dapat dikembangkan/dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, rumah tangga, proses industri, pertanian, dan sebagainya. Pola pengelolaan SDA adalah kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan konservasi SDA, pendayagunaan SDA dan pengendalian daya rusak air. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umu m No mor 11A/PRT/M2006 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai. Pengelolaan sumber daya air dilaksanakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan wewenan g dan tanggung jawabnya berdasarkan penetapan wilayah sungai.

Adapun wilayah sungai di wilayah Kabupaten Bantaeng terdapat beberapa aliran sungai besar dan kecil yang berfungsi sebagai pengendali banjir dan berfungsi sebagai drainase.

Pentingnya pengembangan sistem sumb er daya air di Kabupaten Bantaeng tidak boleh terlepas dari prinsip utama pengelolaan sumberdaya air adalah pengelolaan wilayah sungai yang meliputi:

• Pemeliharaan daerah hulu sungai melalui langkah-lan gkah pelestarian kawasan, pengamanan kawasan penyangga, pelestarian dan pengamanan sumber air, pencegahan erosi, serta pencegahan p encemaran air.

• Pengamanan daerah tengah sungai melalui langkah-langkah pelestarian air, pengembangan irigasi, penyediaan air baku, pelestarian air pada badan sungai, dan pencegah an banjir.

• Pemeliharaan daerah hilir sungai melalui langkah-langkah pengembangan irigasi, penyediaan air baku, pengendalian banjir, pelaksanaan sistem drainase, pengendalian air bawah tanah, pencegahan pencemaran air, dan pengamanan daerah pantai.

2. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

a. Prasarana Pengelolaan Lingkungan (T PA R egional)

Pelayanan sampah di Kabupaten Bantaeng baru mencakup sebagian kecil kota dengan fasilitas tempat pembuangan akhir (TPA) yang berlokasi di Kecamatan Bissappu dengan luas daerah pembuangan sampah seluas 4 ha dengan sistem pengolahan open-du mping.

Rencana pengembangan jaringan prasarana lainnya berupa prasarana pengelolaan lingkungan (TPA regional) di Kabupaten Bantaeng sesuai dengan ketentuan dan peraturan di atas maka rencana penemp atan tempat pembuangan akhir (TPA regional Kabupaten Bantaeng) dengan mengembangkan tempat pembuangan akhir (TPA) di Kecamatan bissappu dengan memperhatikan dampak lingkungan.

Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana persamp ahan di Kabupaten Bantaeng meliputi rencana TPS, TPA serta rencana pengolahan;

(1). Rencana TPS di Kabupaten Bantaeng meliputi TPS yang tersebar merata pada seluruh Kecamatan di Kabupaten Bantaeng

(2). Rencana pengemb angan temp at pengolahan sampah akhir (TPA) Kabupaten Bantaeng dilengkapi dengan industry daur ulang berlokasi di Kecamatan Bissappu dengan luas lahan 4 Ha;

(3). Rencana pengolahan sampah Kabupaten Bantaeng adalah rencana pengolahan organis menjadi kompos skala kecil yang tersebar di lingkungan p ermukiman.

(4). Rencana Pengembangan Alat Pengan gkutan Sampah/Dump Truck di Kabupaten Bantaeng disesuaikan dengan b esarnya timbulan sampah;

KAB.BANTAENG

33

b. Prasarana Sistem Sanitasi

Rencana Sistem Jaringan Sanitasi Wilayah Kabupaten Bantaeng dengan terbagi atas 3 jenis limbah yang pada umumnya terdapat dalam suatu wilayah, yaitu limbah cair rumah tangga, limbah cair rumah sakit, dan kawasan industry. Hal ini perlu diperhatikan dalam pengelolaan dan pengawasan dalam pembuangan limbah demi kesehatan dan keselamatan dari berbagai sumber penyakit dari limbah-limbah yang bersifat racun. Untuk itu rencana system jaringan sanitasi untuk wilayah kabupaten Bantaeng, meliputi :

• Limbah cair rumah tangga, dengan system pengelolaan on site sanitation oleh masing-masing rumah tangga/kegiatan di tersebar di tiap Kecamatan, dan communal sanitation pada wilayah-wilayah padat penduduk di Kecamatan Bantaeng;

• Limbah cair rumah sakit dengan menyediakan fasilitas dan peralatan pengelolaan limbah cair sendiri dan melaku kan pengelolaan secara baik, melakukan monitoring dan pengawasan terhadap limbah cairnya ke badan air, dan pengolah an dan pemisahan limbah toksin dan non toksin.

• Limbah cair industry pada kawasan industri mengikuti standar baku pengelolaan limbah kawasan industryi.

c. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan

Berdasarkan Peraturan menteri dalam negeri Nomor 1 tahun 2007 tentang Penataan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan, terdapat kebijakan akan ketersediaan yang wajib setiap kabupaten/kota dalam memenuhi luas ideal untuk ruang terbuka hijau kawasan perkotaan (RTHKP).

Rencana sarana ruang terbuka hijau (RTH) untuk kawasan perkotaan adalah Sarana Ruang T erbuka Hijau Kawasan Perkotaan Bantaeng yang terdiri dari: (1). Kawasan hijau pertamanan kota tersebar di kawasan perkotaan Bantaeng

dengan peruntukan pada kawasan terbangun kota yang merupakan pelengkap pada kawasan pemerintahan, perdagangan dan jasa, industri, pendidikan dan perumahan.

(2). Kawasan hijau rekreasi dan olahraga (lapangan olahraga) di perkotaan Bantaeng

(3). Kawasan hijau pertanian di bagian utara Kawasan Perkotaan Kecamatan Sinoa, Eremerasa dan Gantarang Keke;

(4). Kawasan hijau jalur hijau di sepanjang jalur tebing/patahan (berfungsi sebagai sabuk hijau), sepanjang sungai, dan pantai yang sekaligus berfungsi sebagai sempadan dengan luas 100 – 200 meter; dan

(5). Kawasan hijau pekarangan pada kawasan perumahan berkepadatan sedang dan perumahan berkepadatan rendah di kawasan perkotaan Kecamatan Bantaeng.

3. Rencana Sistem Jaringan Drainase dan Pengelolaan Air Limbah

Sistem jaringan drainase direncanakan menggunakan sistem saluran terbuka (riol) yang belum memisahkan antara limpasan air hujan (run off) dan limbah rumah tangga. Rencana pengembangan ini ditujukan guna menghindari genangan dan untuk mencegah berkemban gnya pemu kiman-p emu kiman liar yang tak terkendali di jalur drainase/sungai yang ada terutama didaerah-daerah baru yang saat ini masih sedikit pemu kiman.

Rencana pengembangan diprioritaskan pada kawasan genangan dengan memperhatikan faktor kuantitatif genangan, seperti luas genangan, tinggi genangan, lama genangan. Demikian pula faktor kerusakan yang ditimbulkan akibat banjir/genangan, gangguan ekono mi, seperti daerah pasar dan perdagan gan, gangguan sosial, seperti rumah sakit dan fasilitas umum, gangguan kelancaran arus lalu lintas, seperti terganggunya lalu lintas jalan/kemacetan lalu lintas serta gangguan pemu kiman p enduduk dan kepadatannya.

Rencana sistem jaringan drainase Kabupaten Bantaeng memprioritaskan pada gangguan permu kiman yang dapat menimbulkan genangan air hujan sehingga dapat menyebab kan bencana banjir. Terdapat 3 kecamatan yang setiap tahunnya tergenang air hujan yaitu; Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Bissappu dan Kecamatan Pa’jukukkang. Rencana sistem jaringan drainase untuk Kecamatan Bantaeng berfokus pada padatnya permu kiman yang berada di pusat kota Bantaeng yang aliran air drainase akan bermu ara pada laut flores.

Rencana Pengemb angan Sistem Jaringan Drainase Wilayah Kabupaten, meliputi : • Sistem drainase perkotaan, yang meliputi system drainase primer,

sekunder,dan tersier;

• Sistem drainase primer dilakukan pada sungai-sungai utama yang terdapat di Kabupaten Bantaeng yang bermu ara langsung pada laut flores.

• Drainase sekunder dilakukan pembangunan sistem drainase pada daerah permukiman perkotaan dan perdesaan yang rawan bencana banjir menuju drainase primer; dan

• Drainase tersier dilakukan pembangunan sistem drainase pada lingkungan permukiman perkotaan dan p erdesaan menuju drainase sekunder.

Adapun rencana pengembangan sistem drainase pada faktor kerusakan yang ditimbulkan akibat banjir/genangan pada daerah ekono mi, seperti daerah pasar dan perdagangan, pada daerah sosial seperti rumah sakit dan fasilitas umu m, dan daerah gangguan kelancaran arus lalu lintas, seperti terganggunya lalu lintas jalan/kemacetan lalu lintas.

4. Rencana Jalur evakuasi Wilayah Kabupaten Bantaeng

Rencana jalur evakuasi bencana direncanakan dengan melihat potensi rawan bencana yang sering terjadi dan perlu memperhatikan untuk keselamatan serta keamanan masyarakat yang menetap berada pada daerah rawan b encana alam. Jalur evakuasi bencana direncanakan mengikuti/menggunakan jaringan jalan dengan rute terdekat ke ruang evakuasi dan merupakan jaringan jalan paling aman dari ancaman berbagai bencana, hal ini disebabkan untuk meniminalisir dampak bencana dengan rute yang terdekat sehingga masyarakat maupun pemerintah berwajib mampu dengan sigap dan cepat dalam melaku kan evaku asi.

Rencana jalur evakuasi di wilayah Kabupaten Bantaeng, terdiri atas:

a) Jalur evakuasi bencana alam tanah longsor terdiri dari jalan kolektor sekunder menuju ke arah selatan Di beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Bissappu, Bantaeng, Pa’jukukkang dan Sinoa

b) Jalur evakuasi bencana alam banjir untuk wilayah Kecamatan Bantaeng m enuju Kecamatan Eremerasa dan Pa’jukukkan g ke arah utara kota Bantaeng.

KAB.BANTAENG

35

2.4.2. Rencana Pola Ruang Kabupaten Bantaeng

1. Rencana Ruang Pola Kawasan Lindung

a. Kawasan Hutan Lindung

Luas kawasan hutan yang terdapat di Kabupaten Bantaeng seluas 6.222 ha, dimana terbagi atas 3 jenis fungsi hutan yaitu hutan lindung dengan persentase luas terbesar dengan luas hutan seluas 2.773 ha, hutan produksi terbatas dengan luas 1.262 ha dan hutan produksi dengan luas 2.187 ha. Kawasan hutan di Kabupaten bantaeng yang memiliki luas hutan terbesar terdapat pada Kecamatan Ulu Ere dari jumlah kawasan hutan sebesar 3.658 ha dari jumlah luas hutan di Kabupaten Bantaeng seluas 6.222 ha. Untuk kawasan hutan lindung yang terdapat di Kabupaten Bantaeng terdapat pada 3 kecamatan dari 8 kecamatan yang memiliki kawasan hutan. Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Ulu ere, Kecamatan Tompobbulu dan Kecamatan Eremerasa. Luas hutan lindung terbanyak terdapat pada Kecamatan Ulu Ere dengan luas hutan seluas 2.057 ha , kemudian Kecamatan Tompobulu dengan luas hutan seluas 704 ha dan luas terkecil pada Kecamatan EreMerasa dengan luas hanya 14 ha

b. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawah annya

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yang terdapat di Kabupaten Bantaeng adalah :

• Kawasan hutan lindung berada di Kecamatan Ulu Ere, Tompobulu dan Eremerasa. • Kawasan semp adan sungai berada di Sub-Daerah Aliran Sungai (Sub-DAS)

Lantebong Kecamatan Bantaeng, sepanjang Sub-DAS Biangloe yang mengaliri 3 kecamatan yaitu Pa’jukukang, Eremerasa dan Bantaeng dan Sub-DAS Sinoa di Kecamatan Sinoa dan Bissapppu.

• Kawasan sempadan pantai berada di Kec.Bissappu, Bantaeng dan Pa’jukukan g. • Kawasan sempadan mata air yang terdapat pada hulu sungai-sungai yang berasal dari

kawasan perbukitan di Kecamatan Ulu Ere, Eremerasa, Tompobulu dan Sinoa. c. Kawasan Perlindungan Setempat

1) Kawasan Sempadan Laut Permukiman Perkotaan

Kawasan sempadan laut pada permukiman perkotaan di Kabupaten Bantaeng berorientasi pada pusat Kota Bantaeng di Kecamatan Bantaeng dengan jarak sempadan laut 50 - 100 meter dari pasang air laut tertinggi sesuai dengan standar lebar sempadan pantai direktorat jendral penataan ruang.

2) Kawasan Sempadan Laut Non Permukiman Perkotaan

Kawasan sempadan laut untuk fungsi non permukiman terletak di kecamatan yang berada pada sepanjang garis pantai. Kecamatan yang berada di sepanjang pantai terdapat 3 kecamatan yaitu Kecamatan Bissappu, Bantaeng dan Pa’jukukkang dengan garis sempadan pantai 100 - 300 meter dari pasang tertinggi sesuai dengan standar lebar semp adan pantai direktorat jendral penataan ruang. Kawasan sempadan laut non permukiman perkotaan terdiri dari :

• Kawasan wisata pantai, wisata pantai pasir putih Korong batu Kecamatan Pa’jukukang, wisata pantai seruni dan pantai lamalaka di Kecamatan Bantaeng • Kawasan industri, pada Kawasan industri (KIBA) Kecamatan Pa’jukukan g dan

kawasan pertambangan pasir sepanjang Kecamatan Bantaeng.

• Kawasan perdagangan barang maupun jasa, pada Kecamatan Bissappu berupa kawasan pergudangan industri.

3) Kawasan Sempadan Laut Khusus Untuk Pelabuhan

Kawasan sempadan laut khusus pelabuhan di Kabupaten Bantaeng terdapat pada 2 pelabuhan yang masing-masing berada di Kecamatan Bissappu dan Kecamatan Pa’jukukang dengan garis sempadan laut 150 - 300 meter dari pelabuhan sesuai dengan standar lebar semp adan pantai direktorat jendral penataan ruang.

4) Kawasan Sempadan Laut Perdesaan

Kawasan pantai perdesaan berada di 2 kecamatan yang memiliki permu kiman nelayan yaitu Kecamatan Bissappu dan Kecamatan Pa’jukukang dengan memiliki sempadan pantai 50 - 150 meter dari pasang tertinggi sesuai dengan standar lebar sempadan pantai direktorat jendral penataan ruang.

5) Sempadan Sungai

Penentuan garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan sesuai rancangan peraturan pemerintah dibedakan atas sungai besar dan sungai kecil. Garis sempadan sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan, memanjang sungai sekurang-kurangnya berjarak 100 (seratus) meter dari tepi palung sungai. Garis sempadan sungai kecil tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan, memanjang sungai sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter dari tepi palung sungai pada waktu ditentukan.

6) Kawasan Sekitar Mata Air

Kawasan sekitar mata air yang terdapat di Kabupaten Bantaeng berupa kawasan aliran sungai yang dapat dialokasikan sebagai fungsi lindung dan budidaya. Kecamatan yang termasuk dalam p emanfaatan ruang kawasan sekitar aliran sungai adalah : • Fungsi lindung sepanjang daerah aliran sungai, sungai-sungai yang terdapat di

Kecamatan Eremerasa, Bantaeng, Pa,juku kang, Bissappu dan Gantarang Keke. • Fungsi konservasi terdapat di 3 sub-daerah aliran sungai yaitu sungai Lantebong,

biangloe dan sinoa.

• Penamb angan bahan galian berupa pasir kuarsa terdapat di muara sungai Lamalakka, Kecamatan Bantaeng.

d. Kawasan Rawan Bencana Alam

Berdasarkan kemiringan lereng 0 - 2% terletak pada sepanjang pantai di Kecamatan Bissappu, Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan Pa’jukukang. Hal ini merupakan penyebab terjadinya bencana banjir yang setiap tahun terjadi di Kabupaten Bantaeng. Kerusakan hutan yang terjadi di Kecamatan Sinoa didominasi oleh pengaruh dari human interes dengan implementasinya berupa human activities merupakan salah satu faktor penyebab hampir setiap tahun terjadi banjir di Kabupaten Bantaeng. Kedua kecamatan yang sering dilanda bencana banjir di Kabupaten Bantaeng yakni Kecamatan Bantaeng dan Bissappu. Kawasan rawan bencana di Kabupaten Bantaeng terdiri dari:

1) Bencana Banjir: Kecamatan Bissappu, Bantaeng, dan Pa’jukukkang.

2) Gelombang pasang: Sepanjang pantai Kecamatan Bantaeng, Bisappu dan Pa’jukukkang.

3) Kawasan rawan tanah longsor: tersebar di Kecamatan Sinoa, Ulu Ere, Eremerasa, Bantaeng dan To mpobulu.

4) Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi terdiri dari :

 Kawasan rawan gerakan tanah tersebar di seluruh wilayah kebupaten terutama di Kecamatan Ulu Ere, Sinoa, Eremerasa, dan Tompobulu.

 Kawasan rawan bencana tsunami, menyebar diseluruh kawasan pesisir yang meliputi Kecamatan Bisappu, Bantaeng dan Pa’jukukang.

KAB.BANTAENG

37

Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011

Peta 2.11

Dalam dokumen Gambaran Umum Wilayah (Halaman 30-37)

Dokumen terkait