• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Wilayah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Umum Wilayah"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

Bab. 2

Gambaran

Umum Wilayah

2.1. Geografis, Administratif Dan Kondisi Fisik

2.1.1. Geografis

Kabupaten Bantaeng terletak dibagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan dengan jarak kira-kira 120 km dari Kota Makassar ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis Kabupaten Bantaeng terletak pada 05-º21’15” LS samp ai 05º34’3” LS dan 119º51’07” BT samp ai 120º51’07”BT. Membentang antara Laut Flores dan Gunung Lompo Battang, dengan ketinggian dari permu kaan laut 0 sampai ketinggian lebih dari 100 m dengan panjang pantai 21,5 km. Secara umum luas wilayah Kabupaten Bantaeng adalah 395,83 km2

Kabupaten Bantaeng mempunyai batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Pegunungan Lompo Battang Kabupaten Gowa dan Kabupaten Sinjai.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Jeneponto

Tabel 2.1

Posisi Geografis Kabupaten Bantaeng Menurut Kecamatan

Kecamatan Bujur Lintang Ketinggian

(mdpl) Bissappu 119o54’47” BT 05o32’54” LS 25 – 100 m Uluere 119o 54’47” BT 05o26’46” LS 500 – 1000 m Sinoa 119o55’39” BT 05o30’10” LS 100 – 500 m Bantaeng 119o56’58” BT 05o32’37” LS 25 – 100 m Eremerasa 119o58’45” BT 05o31’07” LS 500 – 1000 m Tompobulu 120o02’26” BT 05o27’08” LS 500 – 1000 m Pajukukang 120o 01’08” BT 05o33’30” LS 25 – 100 m Gantarangkeke 120o02’19” BT 05o30’01” LS 300 – 500 m Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2012

(2)

Peta 2.1

(3)

KAB.BANTAENG

3

2.1.2. Administratif

Secara administrasi, Kabupaten Bantaeng terdiri dari 8 kecamatan dengan 67 kelurahan/desa. Secara geografis, Kabupaten Bantaeng terdiri dari 3 kecamatan tepi pantai (Kecamatan Bissappu, Bantaeng dan Pa’jukukang), dan 5 kecamatan bukan pantai (Kecamatan Uluere, Sinoa, Gantarangkeke, Tompobulu dan Eremerasa). Dengan perincian 17 desa/kelurahan pantai dan 50 desa/kelurahan bukan pantai.

Kecamatan di Kabupaten Bantaeng terlihat dalam tabel berikut :

Tabel 2.2

Tabel Administratif Kabupaten Bantaeng

No Kecamatan Ibu Kota

Kecamatan Jumlah Desa/kel Jumlah Penduduk (Jiwa*) Luas (km2) Persentase Terhadap Luas Kabupaten

1 Bissappu Bonto Manai 11 31.242 32.84 8,30 %

2 Bantaeng Pallantikang 9 37.088 28.85 7,29 %

3 Tompobulu Banyorang 10 23.143 76.99 19,45 %

4 Ulu Ere Loka 6 10.923 67.29 17,00 %

5 Pa’Jukukang Tanetea 10 29.309 48.90 12,35 %

6 Eremerasa Kamp ala 9 18.801 45.01 11,37 %

7 Sinoa Sinoa 6 11.946 43.00 10,86 %

8 Gantarangkeke Gantarangkeke 6 16.025 52.95 13,38 %

Total 67 178.477 395.83 100,00 %

(4)

Peta 2.2

(5)

KAB.BANTAENG

5

2.1.3. Kondisi Fisik Wilayah

2.1.3.1. Keadaan Topografi

Berdasarkan kemiringan lereng 2 - 15% merupakan kelerengan terluas yaitu 16.877 ha (42,64%). Sedangkan wilayah dengan lereng 0 - 2% hanya seluas 5.932 ha atau 14,99% dari luas wilayah kabupaten dengan wilayah keleren gan lebih dari 40% yang tidak dimanfaatkan seluas 6.222 ha atau 21,69% dari luas wilayah kawasan hutan.

Tabel 2.3

Kabupaten Bantaeng Menurut Kemiringan

Kemiringan Letak

0 - 2% Sepanjang pantai di Kecamatan Bissappu, Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan Pa’jukukang

2 - 15% Kecamatan Bissappu, Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan Gantarangkeke

15 – 40% Kecamatan Sinoa, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Eremerasa dan Kecamatan Tompobulu

> 40% Kecamatan Uluere, Kecamatan Eremerasa dan Kecamatan Tompobulu

Sumber : RTRW Kabupaten Bantaeng, 2011

Tabel 2.4

Kabupaten Bantaeng Menurut Ketinggian

Ketinggian Letak

0 – 10 mdpl Terletak pada bagian selatan sepanjang pesisir pantai dan memanjang dari timur ke b arat

10 – 25 mdpl Di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bissappu, Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan Pa’jukukang

25 – 100 mdpl

Di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bissapu, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Tompobulu, Kecamatan Pa’jukukang dan G antarang Keke.

100 – 200 mdpl Terletak di Kecamatan Bissappu, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Tompobulu dan Pa’jukukan g

500 – 1.000 mdpl

Di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bissappu, Kecamatan Uluere, Kecamatan Bantaeng Eremerasa, Kecamatan Tompobulu dan Kecamatan Sinoa

> 1.000 mdpl

Diatas permukaan laut terletak di Kecamatan Uluere, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Eremerasa dan Kecamatan Tompobulu

(6)

Peta 2.3

(7)

KAB.BANTAENG

7

2.1.3.2. Kondisi Geologi dan Tanah

Karakteristik batuan dan tanah di Kabupaten Bantaeng di kelompo k dalam 6 satuan batuan dengan urutan pemb entukan dari tua ke muda, yaitu :

• Satuan Tufa

• Satuan Breksi Lahar • Satuan Lava Basal • Satuan Agglomerat • Satuan Intrusi Andesit • Endapan Alluvial

Tabel 2.5

Persebaran Jenis Batuan di Kabupaten Bantaeng

Jenis Batuan Lokasi

Alluvial Kec. Bissappu, Kec. Bantaeng dan Kec. Pa’jukukan g Breksi Laharik Kec. Bissappu, Kec. Bantaeng, Kec. Eremerasa, Kec.

Tompobulu, Kec. Pa’jukukang Dan Kec. Gantarang Keke Kelompo k Basal Kec. Bissappu, Kec. Bantaeng, Kec. Sinoa, Kec.

Eremerasa, dan Kec. Tompobulu Piroklastik Kec. Sinoa dan Kec. Tompobulu Sumber : RTRW Kabupaten Bantaeng, 2011

Tabel 2.6

Persebaran Jenis Tanah di Kabupaten Bantaeng

Jenis Tanah Lokasi

Andosol Coklat Kec. Ulu Ere, Kec. Tompobulu

Latosol Colat-Kuning Kec. Sinoa, Kec. Bantaeng, Kec. Eremerasa dan Kec. Tompobulu

Mediteran Kec. Bissappu, Kec. Bantaeng, Kec. Sinoa, Kec. Eremerasa, Kec. Tompobulu, Kec. Pa’jukukang Dan Kec. Gantarang Keke

Regosol Coklat-Kelabu Kec. Bissappu, Kec. Bantaeng, dan Kec. Pa’jukukang Sumber : RTRW Kabupaten Bantaeng, 2011

(8)

Peta 2.4

(9)

KAB.BANTAENG

9

Peta 2.5

PETA JENIS TANAH KABUPATEN BANTAENG

(10)

2.1.3.3. Kondisi Klimatologi

Kabupaten Bantaeng tergolong iklim tropis basah dengan curah hujan tahunan rata-rata setiap bulan 490,17 mm dengan jumlah hari hujan berkisar 426 hari per tahun. Temp eratur udara rata - rata 23’C sampai 33'C Dengan dua musim dan perubahan iklim setia tahunnya yang sangat spesifik karena merupakan daerah peralihan Iklim Barat (Sektor Barat) dan Iklim Timur (Sektor Timur) dari wilayah Sulawesi Selatan : • Oktober – Maret, intensitas hujan rendah tetapi merata.

• April – Juli, intensitas hujan tinggi terutama Juni – Juli. • Kemarau yang ekstrim hanya periode Agustus – September.

Pada saat sektor barat musim hujan yaitu antara bulan Oktober s/d Maret, Kabupaten Bantaeng juga mendapatkan hujan dan pada musim timur yang berlangsung antara April s/d Septemb er, Kabupaten Bantaeng juga mendapat hujan. Akibat dari pengaruh dua iklim ini, maka sebagian besar wilayah Bantaeng mendapat curah hujan merata sepanjang tahun. Sifat hujan pada musim barat curah hujannya relatif rendah, tetapi hari hujannya agak panjang, sedangkan sifat hujan sektor timur curah hujannya lebih deras tetapi hari hujannya relatif pendek.

Tabel 2.7

Rata-rata Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan Setiap Bulan Kabupaten Bantaeng Tahun 2011

Bulan Jumlah Hari Hujan Curah Hujan

(mm) Januari 5,33 9,67 Pebruari 2,33 14,17 Maret 7,33 18,33 April 8,33 12,13 Mei 9,67 30,47 Juni 3,67 30,33 Juli 1,67 12,67 Agustus 1 2,22 September 0,67 1,5 Oktober 4 13,46 Nopember 3,67 11,81 Desemb er 5,33 12,57

(11)

KAB.BANTAENG

11

Peta 2.6

PETA CURAH HUJAN KABUPATEN BANTAENG

(12)

2.1.3.4. Kondisi Hidrologi

Dengan wilayah yang bergunung dan berbukit, Kabupaten Bantaeng dilalui oleh 11 buah sungai sedang dan kecil yang kesemuanya berhulu dan bermuara di Kabupaten Bantaeng dengan panjang sungai keseluruhan 187,05 km atau dengan rata-rata panjang sungai 17 km.

Selain berfungsi sebagai pengendali banjir, irigasi dan drainase, Daerah Aliran Sungai (DAS) ini penting karena merupakan kawasan budidaya sekaligus merupakan Catchment Area dari mata air Eremerasa yang merupakan salah satu asset kebanggaan masyarakat Bantaeng yang selama ini menjadi objek wisata permandian alam dan sudah dilengkapi dengan kolam renang dan sarana lainnya. Sumb er mata air ini juga menjadi sumber air bersih PDAM untuk kebutuhan Kota Bantaeng dan perusahaan air mineral merk Vita, Aquadaeng dan Air Qita.

Dari beberapa sungai yang ada, 3 (tiga) diantaranya mengalir melintasi kota Bantaeng yaitu :

1. Sungai Biangloe mempunyai sumber mata air dari gunung Lompobattang mengalir menyusuri Desa Kampala dan Desa Barua yang bermuara ke laut Flores. Debit air sungai Biangloe pada kondisi musim kemarau berkisar antara 2,5-4 m3 per detik dan pada saat kondisi normal biasanya mencapai 15-20 m3 per detik. Sungai Biangloe telah dimanfaatkan sebagai irigasi dan sumber air baku dengan debit sebesar 20 l/dtk.

2. Sungai Calendu mempunyai mata air dari gunung Lompobattang mengalir melewati pusat kota dan bermuara di laut Flores. Kapasitas debit air pada kondisi normal berkisar antara 1-3 m3 per detik dan pada saat musim hujan mencapai 7-10 m3 per detik. Pada saat ini sungai Celendu dimanfaatkan sebagai irigasi desa. 3. Sungai Garegea yang mempunyai mata air dari gunung Lompobattang mengalir

melewati pusat dan bermuara di laut Flores. Kapasitas debit air pada kondisi normal berkisar antara 1-2 m3 per detik dan pada saat musim hujan bisa mencapai 4-6 m3 per detik. Pada saat ini, sungai sungai Garegea belu m dimanfaatkan.

Tabel 2.7

Nama dan Panjang Sungai di Kabupaten Bantaeng

Sungai Panjang (km) Kecamatan yang dilintasi

Pamosa 1,75 Pajukukang

Turung Asu 7,40 Tompobulu, Gantarangkeke, Pajukukang Balang Sikuyu 10,80 Uluere, Sinoa, Bissappu

Panaikang 11,75 Uluere, Sinoa, Bissappu

Kalamassang 14,20 Tompobulu, Gantarangkeke, Pajukukang

Lemoa 14,45 Uluere, Bissappu

Kaloling 17,10 Tompobulu, Gantarangkeke, Pajukukang Biangkeke 20,45 Tompobulu, Gantarangkeke, Pajukukang

Calendu 20,70 Uluere, Bantaeng

Bialo 43,30 Uluere, Tompobulu

Nipa-Nipa 25,15 Tompobulu, Gantarangkeke, Pajukukang

Pamosa 1,75 Pajukukang

(13)

KAB.BANTAENG

13

Peta 2.7

PETA HIDROLOGI KABUPATEN BANTAENG

(14)

2.1.3.5. Luas Potensi Lahan

Sesuai penggunaannya, lahan di Kabupaten Bantaeng dapat dirinci yaitu lahan terluas adalah tegalan/kebun (48,04%), sawah (17,64%), hutan negara (15,13%), perkebunan rakyat (9,42%), hutan rakyat (3,73%), tanah tandus/lain-lain (3,12%), pemukiman (2,51%) dan tambak (0,41%).

Tabel 2.8

Luas Lahan Kabupaten Bantaeng menurut Penggunaannya

Penggunaan Lahan Luas (Ha) Presentase (%)

Tegalan/Kebun 19.016 48,04 Sawah 6.982 17,64 Hutan Negara 5.989 15,13 Perkebunan Rakyat 3.729 9,42 Hutan Rakyat 1.476 3,73 Tanah Tandus 1.235 3,12 Pemu kiman 995 2,51 Tambak 162 0,41 Jumlah 39.583 100,00

(15)

KAB.BANTAENG

15

Peta 2.8

PETA TUTUPAN LAHAN KABUPATEN BANTAENG

(16)

2.2. Demografis

2.2.1. Distribusi dan Kepadatan Penduduk

Bada Pusat Statistik dalam melakukan pendataan menggunakan konsep usual residence yaitu penduduk dicatat sesuai dengan dimana biasanya dia tinggal, tanpa perlu memp erhatikan apakah orang tersebut mempunyai KTP atau tidak, dengan menerap kan batasan telah menetap di wilayah tersebut selama 6 bulan atau lebih atau kurang dari 6 bulan namun berniat menetap disitu, maka jika memenuhi persyaratan tersebut, maka akan dicatat sebagai penduduk disitu dan tentunya ini akan menghindari terjadinya kejadian penduduk tercatat dua kali di te mpat yang berbeda.

Tabel 2.9

Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Bantaeng menurut Kecamatan Tahun 2011

Kecamatan Luas (km2) Jumlah Penduduk (orang) Kepadatan Penduduk (orang/km2) Banyaknya Rumah Tangga Kepadatan Penduduk per Rumahtangga Bissappu 32,84 31.242 951,34 7.931 4 Uluere 67,29 10.923 162,33 2.504 4 Sinoa 43,00 11.946 277,81 3.158 4 Bantaeng 28,85 37.088 1285,55 8.795 4 Eremerasa 45,01 18.801 417,71 4.506 4 Tompobulu 76,99 23.143 300,60 5.822 4 Pajukukang 48,90 29.309 599,37 7.187 4 Gantarangkeke 52,95 16.025 302,64 4.224 4 Jumlah 395,83 178.477 450,89 44.127 4

(17)

KAB.BANTAENG

17

Tabel 2.10

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bantaeng 5 Tahun Terakhir (2007-2011)

(18)

Peta 2.9

(19)

KAB.BANTAENG

19

Berdasarkan tabel 2.10 diatas, rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Bantaeng selama kurun waktu 5 tahun (2007-2011) adalah 441 jiwa/km2. Kepadatan penduduk yang tertinggi berada di Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Bissapu dan Kecamatan Pa’jukukan g. Pada tahun 2011 kepadatan di Kecamatan Bantaeng sebesar 1.286 jiwa/km2, Kecamatan Bissappu sebesar 951 jiwa/km2 dan Kecamatan Pa’jukukang sebesar 599 jiwa/km2. Tingginya kepadatan penduduk di 3 kecamatan tersebut dikarenakan 3 kecamatan tersebut merupakan daerah perkotaan sekaligus daerah pesisir yang merupakan wilayah yang dilalui oleh jalan nasional penghubung antar Kabupaten dan desa-desa sekitarnya, yang menyediakan berbagai macam pusat kegiatan, seperti pusat kegiatan ekono mi dan pusat kegiatan pemerintahan, dan juga tersedianya berbagai macam sarana prasarana yang lebih baik dan lebih lengkap.

Sedangkan kepadatan yang terendah yaitu di Kecamatan Uluere (162 jiwa/km2). Beberapa penyebab rendahnya kepadatan penduduk di kecamatan ini diantaranya adalah karena topografinya yang berbukit bukit, lahan yang ada kurang cocok untuk dijadikan permu kiman dan sarana prasarana yang tersedia kurang lengkap. Walaupun Kecamatan ini memiliki lahan yang luas (Kecamatan terluas ke-2 dengan luas lahan 67,29 km2) tetapi karena kurang cocok untuk permukiman maka kurang pendudu k yang memilih untuk tinggal di kecamatan tersebut.

Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bantaeng mempunyai kep adatan penduduk yang berbeda-beda. Tidak meratanya distribusi penduduk disebabkan karena beberapa hal, diantaranya adalah karena faktor geografis, sosial dan ekonomi. Dari faktor geografis, penduduk akan lebih terkosentrasi ke daerah dataran rendah (dengan topografi datar) daripada daerah dataran tinggi (topografi yang bergelo mbang). Faktor sosial ekonomi juga memiliki pengaruh, penduduk akan lebih terkosentrasi ke daerah yang berkemb ang. Seperti di Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Bissapu, Kecamatan Pa’jukukang dan Ere Merasa. Jadi tingginya angka kepadatan selain karena daerahnya yang datar adalah karena daerah tersebut men galami banyak perkemban gan baik dari sisi ekono mi maupun sisi yang lain.

(20)

2.2.2. Struktur Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Bantaeng berdasarkan data tahun 2011 didominasi oleh penduduk dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 92.025 jiwa (51,6%) dan laki-laki sebanyak 86.452 jiwa (48,4%) dari total jumlah penduduk kabupaten Bantaeng sebanyak 178.477 jiwa yang tersebar di delapan kecamatan. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Bantaeng yaitu sebanyak 37.088 jiwa dan yang terkecil terdapat di Kecamatan Ulu Ere yaitu sebanyak 10.923 jiwa.

Secara keseluruhan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempu an lebih banyak dari penduduk berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat tercermin dari angka perbandingan antara jenis kelamin atau yang biasa disebut rasio jenis kelamin. Sementara rasio jenis kelamin yang tertinggi terletak pada Kecamatan Ulu Ere, sedangkan rasio jenis kelamin terendah terdapat di Kecamatan Tompobulu dan Gantarangkeke.

Tabel 2.11

Jumlah Penduduk Kabupaten Bantaeng menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2011

Kecamatan

Penduduk (Jiwa) Sex

Ratio

Laki-laki Perempuan Jumlah

Bissappu 15.214 16.028 31.242 95 Uluere 5.384 5.539 10.923 97 Sinoa 5.817 6.129 11.946 95 Bantaeng 18.130 18.958 37.088 96 Eremerasa 8.962 9.839 18.801 91 Tompobulu 10.960 12.183 23.143 90 Pajukukang 14.383 14.926 29.309 96 Gantarangkeke 7.602 8.423 16.025 90 Jumlah 86.452 92.025 178.477 94

(21)

KAB.BANTAENG

21

Penggambaran penduduk menurut kelompok umur berguna untuk mengetahui jumlah penduduk produktif dan penduduk non produktif, hal ini akan berpengaruh pada angkatan kerja di suatu wilayah serta tingkat ketergantungan penduduk non produktif pada penduduk produktif. Selain itu, penggambaran penduduk menurut struktur umur juga diperlukan untuk perhitungan penyediaan fasilitas sosial dan ekonomi.

Dilihat dari struktur umur penduduk, suatu wilayah dapat dikatagorikan kedalam 3 klasifikasi : • Penduduk tua (old population), jika penduduk yang berumur antara 0 - 14 tahun < 30% dan

penduduk yang berumur +65 tahun >10 %

• Penduduk muda (young population), jika penduduk yang berumur antara 0 - 14 tahun > 0% dan penduduk yang beru mur +65 tahun <5%

• Penduduk produktif (productive population), jika penduduk yang berumur antara 0 - 14 tahun berkisar 30% sampai 40% dan penduduk yang berumur +65 tahun berkisar antara 5% sampai 10%

Struktur penduduk Kabupaten Bantaeng menurut kelompo k umur memp erlihatkan struktur umur muda. Kelo mpok usia sekolah relatif lebih banyak dibandingkan dengan kelo mpok usia lainnya. Ini menunjukan bahwa struktur penduduk Kabupaten Bantaeng sedang dalam masa perkembangan dan dimungkinkan laju pertumbuhan penduduk ditahun mendatang tinggi. Jumlah penduduk usia produktif Kabupaten Bantaeng adalah 115.640 jiwa dan jumlah penduduk usia tidak produktif adalah 62.837 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.12

Jumlah Penduduk Kabupaten Bantaeng

menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011

Kelompok Umur

Penduduk (Jiwa) Persentase

(%)

Laki-laki Perempuan Jumlah

0 – 4 8 170 7 998 16 168 9,06 5 – 9 9 696 9 124 18 820 10,54 10 – 14 9 676 9 417 19 093 10,70 15 – 19 7 393 7 604 14 997 8,40 20 – 24 6 755 7 671 14 426 8,08 25 – 29 7 802 8 879 16 681 9,35 30 – 34 7 261 7 896 15 157 8,49 35 – 39 6 986 7 541 14 527 8,14 40 – 44 5 777 6 526 12 303 6,89 45 – 49 4 750 5 132 9 882 5,54 50 – 54 3 820 3 899 7 719 4,32 55 – 59 2 586 2 810 5 396 3,02 60 – 64 2 086 2 466 4 552 2,55 65 + 3 694 5 062 8 756 4,91 Jumlah 86.452 92.025 178.477 100,00

(22)

171.468 172.849 174.176 176.699 178.477 170000 172500 175000 177500 180000 2007 2008 2009 2010 2011

2.2.3. Laju Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2007 jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng sebanyak 171.468 jiwa dan pada tahun 2011 jumlah mencapai 178.477 jiwa. Data tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk selama kurun waktu lima tahun terakhir yaitu 7.009 jiwa atau rata-rata pertumbuhan 1,01% setiap tahun. Pertamb ahan jumlah penduduk terbanyak terjadi pada tahun 2009-2010 sebanyak 2.523 jiwa dan pertambah an jumlah penduduk terkecil terjadi pada tahun 2008-2009 sebanyak 1.327 jiwa. Laju pertumbuhan terbesar terjadi pada Kecamatan Uluere sebesar 1,0115% kemudian disusul oleh Kecamatan Pajukukang sebesar 1,0111%. Laju pertumbuhan terkecil terjadi pada Kecamatan Tompobulu yaitu 0,9977%.

Tabel 2.13

Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bantaeng menurut Kecamatan Tahun 2007-2011

Kecamatan

Jumlah Penduduk (Jiwa) Laju

Pertumbuhan Penduduk (%) 2007 2008 2009 2010 2011 1. Bissappu 30.013 30.254 30.487 30.931 31.242 1,0084 2. Bantaeng 35.626 35.913 36.191 36.718 37.088 1,0105 3. Tompobulu 22.242 22.422 22.591 22.913 23.143 0,9977 4. Ulu ere 10.492 10.576 10.657 10.814 10.923 1,0115 5. Pa'jukukang 28.153 28.379 28.599 29.017 29.309 1,0111 6. Ere Merasa 18.067 18.213 18.351 18.614 18.801 1,0005 7. Sinoa 11.475 11.568 11.658 11.827 11.946 1,0107 8. Gantarang keke 15.400 15.524 15.642 15.865 16.025 0,9995 Jumlah 171.468 172.849 174.176 176.699 178.477 1,01

Sumber : Badan Pusat Statistik Bantaeng

Grafik 2.1

Grafik Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bantaeng Tahun 2007-2011

(23)

KAB.BANTAENG

23

2.2.4. Proyeksi Laju Pertumbuhan Penduduk

Proyeksi secara umum adalah untuk mengetahui perkemb angan di masa yang akan datang berdasarkan data yang telah ada. Proyeksi pada dasarnya merupakan suatu perkiraan atau taksiran mengenai terjadinya suatu kejadian (nilai dari suatu variabel) untuk waktu yang akan datang. Hasil proyeksi menggambarkan tingkat kemampuan untuk masa yang akan datang. Untuk menghindari atau men gurangi tingkatan resiko dari kesalahan, maka diperlukan asumsi-asumsi yang dibuat oleh pihak pengambil keputusan, yang didukung oleh proyeksi tentang tingkat kemampuan populasi peternakan di masa depan secara objektif. Proyeksi penduduk bukan merupakan ramalan jumlah penduduk tetapi suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi dari kompon en-ko mponen laju pertumbuhan penduduk, yaitu kelahiran, kematian, dan perpindahan (migrasi).

Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk, digunakan rumus yaitu :

r = {(P

t

/P

0

)

(1/t)

-1} x 100

dimana:

r = laju pertumbuhan penduduk Pt = Jumlah p enduduk pada tahun ke –t P0 = Jumlah penduduk p ada tahun dasar t = selisih tahun Pt dengan P0

Sedangkan untuk menghitung proyeksi laju pertumbuhan penduduk menggunakan asumsi pada Pertumbuhan Geo metri, karena laju pertumbuhan ini bersifat berskala atau bertahap dalam selang waktu tertentu. Adapun Ru mus yang digunakan sebagai berikut:

P

n

= P

0

( 1 + r )

n

dengan :

Pn = Jumlah penduduk pada n tahun P0 = Jumlah penduduk pada awal tahun r = Tingkat pertumbuhan penduduk n = Periode waktu dalam tahun

Adapun jumlah dan kepadatan penduduk 3-5 tahun terakhir serta hasil proyeksi laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bantaeng selama 5 tahun kedepan, dapat dilihat pada tabel berikut :

(24)

Tabel 2.14

Proyeksi Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bantaeng 5 Tahun Mendatang (2012-2016)

Kecamatan Luas

(Km2)

Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan (Jiwa/Km2)

2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016 1. Bissappu 32,84 31.492 31.744 31.998 32.254 32.512 959 967 974 982 990 2. Bantaeng 28,85 37.385 37.684 37.985 38.289 38.595 1.296 1.306 1.317 1.327 1.338 3. Tompobulu 76,99 23.328 23.515 23.703 23.893 24.084 303 305 308 310 313 4. Uluere 67,29 11.010 11.098 11.187 11.277 11.367 164 165 166 168 169 5. Pa'jukukang 48,90 29.543 29.780 30.018 30.258 30.500 604 609 614 619 624 6. Eremerasa 45,01 18.951 19.103 19.256 19.410 19.565 421 424 428 431 435 7. Sinoa 43,00 12.042 12.138 12.235 12.333 12.432 280 282 285 287 289 8. Gantarangkeke 52,95 16.153 16.282 16.413 16.544 16.676 305 308 310 312 315 Jumlah 395,83 179.905 181.344 182.795 184.257 185.731 455 458 462 465 469

(25)

KAB.BANTAENG

25

2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah

2.3.1. Pendapatan dan Belanja Daerah

Dalam rangka peningkatan pelayanan riil kepada masyarakat, maka pemerintah pusat melalui pemberlakuan otonomi daerah telah memberikan kewenan gan lebih besar kepada pemerintah kabupaten/kota untuk melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat. Aplikasi dari kewenangan tersebut akan tercermin dalam kebijakan penyusunan anggaran pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dengan mengacu kepada undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan undang-undang nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keu angan antara pusat dan daerah.

Kondisi ini diharapkan dapat mendorong peningkatan peran serta masyarakat sekaligus menu mbuhkan prakarsa dan kreatifitasnya dalam pemb angunan daerah. Dalam hal ini kedepan pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembangunan, baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan pembangun an di setiap bidang dan aspek. Dengan demikian, masyarakat tidak lagi menjadi obyek pemban gunan, tetapi sebaliknya diharapkan dapat menjadi subyek atau pelaku pembangunan.

Untuk memperoleh gambaran mengenai perkembangan realisasi pendapatan dan belanja Kabupaten Bantaeng selama 5 (Lima) T ahun terakhir, dapat dilihat pada tabel berikut :

(26)

Tabel 2.15

Rincian Penerimaan dan Pengeluaran APBD Kabupaten Bantaeng Tahun 2007-2011

(Juta Rupiah)

No Realisasi Anggaran Tahun Rata2 per-tumbuhan 2007 2008 2009 2010 2011

A Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3) 301 949 330 337 367 619 371 535 468 513 a.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 12 030 14 680 11 816 16 406 19 468

a.1.1 Pajak daerah 1 167 1 387 2 034 2 291 2 826

a.1.2 Retribusi daerah 2 632 3 162 2 730 3 817 8 414

a.1.3 Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan 1 773 2 559 3 232 3 232 3 865

a.1.4 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 6 456 7 570 3 819 7 064 4 362

a.2 Dana Perimbangan (Transfer) 275 525 298 745 298 693 299 933 329 581

a.2.1 Dana bagi hasil pajak 4 990 27 829 5 624 5 625 25 849

a.2.2 Dana bagi hasil bukan pajak 23 923 - 20 153 27 982 1 700

a.2.3 Dana alokasi umum 206 737 224 668 227 500 235 865 263 138

a.2.4 Dana alokasi khusus 39 875 46 248 45 415 30 458 38 894

a.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 14 393 16 911 57 110 55 196 119 463

a.3.1 Hibah 6 080 4 301 899 - -

a.3.2 Dana darurat - - - - -

a.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kab./kota 6 135 6 250 5 999 6 850 10 263

a.3.4 Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus 1 061 1 005 45 115 41 997 99 746

a.3.5 Bantuan keuangan dari provinsi/pemerintah daerah lainnya 1 116 5 354 5 096 6 349 9 453

B Belanja (b1 + b.2) 311 254 343 428 190 972 382 244 468 847 b.1 Belanja Operasi 184 080 232 780 156 726 293 449 333 684

b.1.1 Belanja Pegawai 112 873 140 788 109 188 168 650 226 332

b.1.2 Belanja Barang dan Jasa 56 804 60 331 36 423 84 700 84 606

b.1.3 Belanja Bunga 225 201 84 589 220 138

b.1.4 Belanja Subsidi - - - - -

b.1.5 Belanja Hibah - 10 204 4 223 23 132 7 094

b.1.6 Belanja Bantuan Sosial 11 139 9 577 3 327 6 120 4 222

b.1.7 Belanja Bantuan Keuangan 3 037 11 676 3 510 10 627 11 290

b.2 Belanja Modal 126 926 109 756 34 246 87 789 134 225

b.2.1 Belanja Tanah 769 733 4 663 5 434 4 379

b.2.2 Belanja Peralatan dan Mesin 21 781 21 259 14 214 24 110,5 36 925

b.2.3 Belanja Gedung dan Bangunan 27 959 23 146 4 849 21 563 25 388

b.2.4 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 68 948 57 038 9 515 31 365 63 049

b.2.5 Belanja Aset Tetap Lainnya 39 32 - 4 319 4 482

b.2.6 Belanja Aset Lainnya 7 428 7 545 1 002 - -

b.3 Belanja Bagi Hasil 230 - - 306 566

b.3.1 Bagi Hasil Pajak 46 - - 155 316

b.3.2 Bagi Hasil Retribusi 184 - - 151 249

b.3.3 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya - - - - -

b.4 Belanja Tidak Terduga 18 891 - 700 371

Surplus/Defisit Anggaran -9 305 -13 091 176 647 -10 709 -334

(27)

KAB.BANTAENG

27

2.3.2. Belanja Sanitasi Daerah

Berikut gambaran pendanaan sanitasi tingkat SKPD per-Sub Sektor dan perbandingannya terhadap jumlah total belanja APBD serta hasil perhitungan belanja sanitasi per kapita penduduk Kabupaten Bantaeng :

Tabel 2.16

Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi per-Sub Sektor Kabupaten Bantaeng Tahun 2009-2013

No Subsektor Belanja (Rp)

Rata-rata

2008 2009 2010 2011 2012

1 Air Limbah (1a+1b) 8.517.797 631.321 637.757 920.448 898.532 2.321.171

1.a Dinas PU dan Kimpraswil 8.517.797 631.321 637.757 920.448 898.532 2.321.171

1.b Bappedalda - - - -

1.c Dinas Kesehatan - - - -

1.d Bappeda - - - -

2 Sampah (2a+2b) 1.451.812 1.323.084 1.584.224 1.693.521 2.511.241 1.712.776

2.a Dinas PU dan Kimpraswil - - - -

2.b Bappedalda 1.451.812 1.323.084 1.584.224 1.693.521 2.511.241 1.712.776

2.c Dinas Kesehatan - - - -

2.d Bappeda - - - -

3 Drainase (3a+3b) 1.983.771 841.112 39.624 1.525.957 3.716.939 1.621.481

3.a Dinas PU dan Kimpraswil 1.983.771 841.112 39.624 1.525.957 3.716.939 1.621.481

3.b Bappedalda - - - -

3.c Bappeda - - - -

4 Aspek PHBS 484.512 331.623 343.620 400.840 478.427 407.804

4.a Dinas Kesehatan 484.512 331.623 343.620 400.840 478.427 407.804

4.b RSUD Anwar Makktutu - - - -

5 Total Belanja Sanitasi (1+2+3+4) 12.437.892 3.127.140 2.605.225 4.540.766 7.605.139 6.063.232

6 Total Belanja APBD 343.428.000 190.972.000 382.244.000 468.847.000 468.460.000 370.790.200

370.790.200 7 Proporsi Belanja Sanitasi Total Belanja APBD 5/6) 4% 2% 1% 1% 2% 2% 8 Proporsi Belanja Air

Limbah- Belanja Sanitasi (1/5) 68% 20% 24% 20% 12% 29% 9 Proporsi Belanja Sampah - Belanja Sanitasi (2/5) 12% 42% 61% 37% 33% 37% 16% 10 Proporsi Belanja Drainase - Belanja Sanitasi (3/5) 16% 27% 2% 34% 49% 25% 4% 11 Proporsi Belanja PHBS - Belanja Sanitasi (4/5) 4% 11% 13% 9% 6% 9% 12 Jumlah Penduduk 172.849 174.176 176.699 178.477 179.905

13 Belanja Sanitasi per

Kapita (5/12) 71.958 17.954 14.744 25.442 42.273 34.474

(28)

2.3.3. Peta Perekonomian Daerah

Kondisi perekono mian suatu daerah/wilayah sangat tergantung pada potensi dan sumberdaya alam yang tersedia serta bagaimana tingkat kemampuan daerah/wilayah tersebut untuk memanfaatkan dan mengembangkannya. Dalam mengembangkan potensi dan sumberdaya alam yang ada, berbagai langkah, upaya dan kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah serta pihak yang berkepentingan (stake holders) dalam pengelolaannya. Hal ini dinilai telah memberikan hasil, dimana dapat dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi di kabupaten Bantaeng dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, pada tahun 2010 pertumbuhan ekono mi sebesar 7,90% dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 8,43%.

Kabupaten Bantaeng jika dilihat dari struktur perekono miannya yang telah mengalami peningkatan, dipengaruhi oleh adanya sektor-sektor andalan yang memberikan konstribusi yang cukup besar dari tahun ke tahun. Adapun sektor-sektor yang dimaksud dengan melihat PDRB atas dasar harga berlaku (tahun 2011) antara lain; pertama sektor pertanian sebesar 1.070.533,36 (49,1%), kedua sektor jasa-jasa sebesar 430.724,47 (19,8%) dan ketiga sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 270.772,13 (12,4%). Keberhasilan yang telah dicapai di bidang pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan dan kehutanan menyebabkan sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar pada PDRB Kabupaten Bantaeng.

Demikian halnya apabila dilihat dari konstribusi PDRB Bantaeng terhadap PDRB Sulawesi Selatan yang semakin meningkat, yaitu dari 1,61% di tahun 2010 menjadi 1,63% pada tahun 2011.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bantaeng pada kurun waktu 2007-2008 mengalami pertumbuhan yang masih di bawah 7%. Pada kurun waktu tahun 2009-2011 pertumbuhan ekono mi mengalami kenaikan yang cukup tinggi, diatas 7%, bahkan pada Tahun 2011 sebesar 8.43 persen, lebih tinggi bila dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekono mi secara nasional.

Tabel 2.17

Peta Perekonomian Umum Kabupaten Bantaeng Tahun 2007 - 2011 No D e s k r i p s i Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 1 PDRB Kab.Bantaeng (konstan) 602.739.010 643.308.240 692.237.350 746.908.740 809.863.380 2 Pendapatan Perkapita Kabupaten 6.007.558 7.140.044 8.728.415 10.366.630 12.209.399 3 Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,37% 6,73% 7,61% 7,90% 8,43% Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2012

(29)

KAB.BANTAENG

29

2.4. Tata Ruang Wilayah

Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Bantaeng berdasarkan visi dan misi pengembangan Kabupaten Bantaeng dalam pelaksanaan pemb angunan untuk mencapai kondisi ideal tata ruang wilayah Kabupaten Bantaeng yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun) adalah “Mewujudkan Kabupaten Bantaeng yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan melalui pengembangan agrobisnis, minapolitan yang berbasis mitigasi bencana”

2.4.1. Rencana Pusat Layanan Kabupaten Bantaeng

2.4.2.1. Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan a) Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

Ibukota-ibukota kabupaten yang tidak termasuk sebagai PKW atau dalam PKN Mamminasata menjadi PKL yang berfungsi sebagai pusat pengolahan dan atau pengumpulan barang yang melayani kabupaten dan beberapa kecamatan kabupaten tetangga, sebagai simpul transportasi yang melayani kabupaten dan beberapa kecamatan kabupaten tetangga, sebagai jasa pemerintahan kabupaten; serta sebagai pusat pelayanan publik lainnya untuk kabupaten dan beberapa kecamatan kabupaten tetangga.

PKL di wilayah Sulsel adalah Malili, Masamba, Ratepao, Makale, Enrekang, Pangkajen e, Sengkang, Soppeng, Sinjai, Sunggu minasa, dan Bantaeng. Rencana pengembangan sistem perkotaan di Kabupaten Bantaeng yang menjadi PKL adalah kawasan pusat kota Bantaeng yang terletak di Kecamatan Bantaeng.

b) Pusat Pelayananan Kawasan (PPK)

Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang penentuannya ada pada pemerintah daerah kabupaten, yaitu: Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa di Kabupaten Bantaeng.

Rencana pengemban gan sistem perkotaan yang ditetapkan sebagai PPK di Kabupaten Bantaeng adalah Desa Bonto Manai Kecamatan Bissappu dan Kelurahan Banyorang Kecamatan Tompobulu.

c) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. Rencana pengemb angan sistem perkotaan yang ditetapkan sebagai PPL di Kabupaten Bantaeng adalah :

• Dusun Sinoa Desa Bonto XXXXX (Kecamatan Sinoa); • Dusun Loka D esa Bonto Marannu (Kecamatan Ulu Ere);

• Dusun Dampang Kel.Gantarang Keke (Kecamatan Gantarang Keke); • Dusun Tanetea D esa Nipa-Nipa (Kecamatan Pa’jukukang);

(30)

Peta 2.10

(31)

KAB.BANTAENG

31

2.4.2.2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama

Rencana Tata Ruang pada sistem ini meliputi; Rencana Pengemban gan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi, Energi, Sumber Daya Air, Telekomunikasi, Prasarana Lainnya (meliputi pengelolaan TPA, Sanitasi, Ruang Terbuka Hijau), Drainase dan Air Limbah, serta Rencana Jalur Evakuasi.

1. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air a. Sumber-Sumber Air Baku Untuk Kegiatan Pemukiman Perkotaan Dan Jaringan Air

Baku Wilayah

Terpenuhinya penyediaan air bersih dari segi kuantitas dan kualitas adalah sangat penting untuk memungkinkan tingkat kesehatan masyarakat yang lebih baik. Tersedianya air dalam jumlah yang cukup untuk fasilitas sanitasi dan untuk keperluan sehari-hari lainnya yang layak, memungkinkan dilaksanakannya cara-cara hidup yang hygienis sehingga akan meningkatkan taraf kesehatan masyarakat pada u mumnya.

Sumber air untuk kebutuhan air bersih bersumber dari mata air pegunungan dan air permukaan. Kebutuhan akan air bersih masyarakat baik domestik maupun non domestik yang dilayani oleh PDAM berasal dari sumber mata air yang ada, seperti:

• Mata air Eremerasa I • Mata air Eremerasa II • IPA Bonto-Bonto

• Mata air Puccili di Desa Onto

• Mata air Alluloe di Desa Pa’bentengan • Mata air Bungloe di D esa Bonto Tallasa

Rencana pengemb angan/pemban gunan/penambahan kapasitas air bersih oleh PDAM di kabupaten Bantaeng antara lain :

• Mata air Sinoa kapasitas 40 l/dt • Mata air Eremerasa kapasitas 50 l/dt • Mata air Campaga kapasitas 40 l/dt

b. Sistem Jaringan Irigasi, Sungai, DAS/Wilayah Sungai

Sungai/DAS/Satuan Wilayah Sungai (SWS) di Kabupaten Bantaeng sangat potensial karena dapat dikembangkan/dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, rumah tangga, proses industri, pertanian, dan sebagainya. Pola pengelolaan SDA adalah kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan konservasi SDA, pendayagunaan SDA dan pengendalian daya rusak air. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umu m No mor 11A/PRT/M2006 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai. Pengelolaan sumber daya air dilaksanakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan wewenan g dan tanggung jawabnya berdasarkan penetapan wilayah sungai.

(32)

Adapun wilayah sungai di wilayah Kabupaten Bantaeng terdapat beberapa aliran sungai besar dan kecil yang berfungsi sebagai pengendali banjir dan berfungsi sebagai drainase.

Pentingnya pengembangan sistem sumb er daya air di Kabupaten Bantaeng tidak boleh terlepas dari prinsip utama pengelolaan sumberdaya air adalah pengelolaan wilayah sungai yang meliputi:

• Pemeliharaan daerah hulu sungai melalui langkah-lan gkah pelestarian kawasan, pengamanan kawasan penyangga, pelestarian dan pengamanan sumber air, pencegahan erosi, serta pencegahan p encemaran air.

• Pengamanan daerah tengah sungai melalui langkah-langkah pelestarian air, pengembangan irigasi, penyediaan air baku, pelestarian air pada badan sungai, dan pencegah an banjir.

• Pemeliharaan daerah hilir sungai melalui langkah-langkah pengembangan irigasi, penyediaan air baku, pengendalian banjir, pelaksanaan sistem drainase, pengendalian air bawah tanah, pencegahan pencemaran air, dan pengamanan daerah pantai.

2. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Lainnya a. Prasarana Pengelolaan Lingkungan (T PA R egional)

Pelayanan sampah di Kabupaten Bantaeng baru mencakup sebagian kecil kota dengan fasilitas tempat pembuangan akhir (TPA) yang berlokasi di Kecamatan Bissappu dengan luas daerah pembuangan sampah seluas 4 ha dengan sistem pengolahan open-du mping.

Rencana pengembangan jaringan prasarana lainnya berupa prasarana pengelolaan lingkungan (TPA regional) di Kabupaten Bantaeng sesuai dengan ketentuan dan peraturan di atas maka rencana penemp atan tempat pembuangan akhir (TPA regional Kabupaten Bantaeng) dengan mengembangkan tempat pembuangan akhir (TPA) di Kecamatan bissappu dengan memperhatikan dampak lingkungan.

Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana persamp ahan di Kabupaten Bantaeng meliputi rencana TPS, TPA serta rencana pengolahan;

(1). Rencana TPS di Kabupaten Bantaeng meliputi TPS yang tersebar merata pada seluruh Kecamatan di Kabupaten Bantaeng

(2). Rencana pengemb angan temp at pengolahan sampah akhir (TPA) Kabupaten Bantaeng dilengkapi dengan industry daur ulang berlokasi di Kecamatan Bissappu dengan luas lahan 4 Ha;

(3). Rencana pengolahan sampah Kabupaten Bantaeng adalah rencana pengolahan organis menjadi kompos skala kecil yang tersebar di lingkungan p ermukiman.

(4). Rencana Pengembangan Alat Pengan gkutan Sampah/Dump Truck di Kabupaten Bantaeng disesuaikan dengan b esarnya timbulan sampah;

(33)

KAB.BANTAENG

33

b. Prasarana Sistem Sanitasi

Rencana Sistem Jaringan Sanitasi Wilayah Kabupaten Bantaeng dengan terbagi atas 3 jenis limbah yang pada umumnya terdapat dalam suatu wilayah, yaitu limbah cair rumah tangga, limbah cair rumah sakit, dan kawasan industry. Hal ini perlu diperhatikan dalam pengelolaan dan pengawasan dalam pembuangan limbah demi kesehatan dan keselamatan dari berbagai sumber penyakit dari limbah-limbah yang bersifat racun. Untuk itu rencana system jaringan sanitasi untuk wilayah kabupaten Bantaeng, meliputi :

• Limbah cair rumah tangga, dengan system pengelolaan on site sanitation oleh masing-masing rumah tangga/kegiatan di tersebar di tiap Kecamatan, dan communal sanitation pada wilayah-wilayah padat penduduk di Kecamatan Bantaeng;

• Limbah cair rumah sakit dengan menyediakan fasilitas dan peralatan pengelolaan limbah cair sendiri dan melaku kan pengelolaan secara baik, melakukan monitoring dan pengawasan terhadap limbah cairnya ke badan air, dan pengolah an dan pemisahan limbah toksin dan non toksin.

• Limbah cair industry pada kawasan industri mengikuti standar baku pengelolaan limbah kawasan industryi.

c. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan

Berdasarkan Peraturan menteri dalam negeri Nomor 1 tahun 2007 tentang Penataan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan, terdapat kebijakan akan ketersediaan yang wajib setiap kabupaten/kota dalam memenuhi luas ideal untuk ruang terbuka hijau kawasan perkotaan (RTHKP).

Rencana sarana ruang terbuka hijau (RTH) untuk kawasan perkotaan adalah Sarana Ruang T erbuka Hijau Kawasan Perkotaan Bantaeng yang terdiri dari: (1). Kawasan hijau pertamanan kota tersebar di kawasan perkotaan Bantaeng

dengan peruntukan pada kawasan terbangun kota yang merupakan pelengkap pada kawasan pemerintahan, perdagangan dan jasa, industri, pendidikan dan perumahan.

(2). Kawasan hijau rekreasi dan olahraga (lapangan olahraga) di perkotaan Bantaeng

(3). Kawasan hijau pertanian di bagian utara Kawasan Perkotaan Kecamatan Sinoa, Eremerasa dan Gantarang Keke;

(4). Kawasan hijau jalur hijau di sepanjang jalur tebing/patahan (berfungsi sebagai sabuk hijau), sepanjang sungai, dan pantai yang sekaligus berfungsi sebagai sempadan dengan luas 100 – 200 meter; dan

(5). Kawasan hijau pekarangan pada kawasan perumahan berkepadatan sedang dan perumahan berkepadatan rendah di kawasan perkotaan Kecamatan Bantaeng.

3. Rencana Sistem Jaringan Drainase dan Pengelolaan Air Limbah

Sistem jaringan drainase direncanakan menggunakan sistem saluran terbuka (riol) yang belum memisahkan antara limpasan air hujan (run off) dan limbah rumah tangga. Rencana pengembangan ini ditujukan guna menghindari genangan dan untuk mencegah berkemban gnya pemu kiman-p emu kiman liar yang tak terkendali di jalur drainase/sungai yang ada terutama didaerah-daerah baru yang saat ini masih sedikit pemu kiman.

(34)

Rencana pengembangan diprioritaskan pada kawasan genangan dengan memperhatikan faktor kuantitatif genangan, seperti luas genangan, tinggi genangan, lama genangan. Demikian pula faktor kerusakan yang ditimbulkan akibat banjir/genangan, gangguan ekono mi, seperti daerah pasar dan perdagan gan, gangguan sosial, seperti rumah sakit dan fasilitas umum, gangguan kelancaran arus lalu lintas, seperti terganggunya lalu lintas jalan/kemacetan lalu lintas serta gangguan pemu kiman p enduduk dan kepadatannya.

Rencana sistem jaringan drainase Kabupaten Bantaeng memprioritaskan pada gangguan permu kiman yang dapat menimbulkan genangan air hujan sehingga dapat menyebab kan bencana banjir. Terdapat 3 kecamatan yang setiap tahunnya tergenang air hujan yaitu; Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Bissappu dan Kecamatan Pa’jukukkang. Rencana sistem jaringan drainase untuk Kecamatan Bantaeng berfokus pada padatnya permu kiman yang berada di pusat kota Bantaeng yang aliran air drainase akan bermu ara pada laut flores.

Rencana Pengemb angan Sistem Jaringan Drainase Wilayah Kabupaten, meliputi : • Sistem drainase perkotaan, yang meliputi system drainase primer,

sekunder,dan tersier;

• Sistem drainase primer dilakukan pada sungai-sungai utama yang terdapat di Kabupaten Bantaeng yang bermu ara langsung pada laut flores.

• Drainase sekunder dilakukan pembangunan sistem drainase pada daerah permukiman perkotaan dan perdesaan yang rawan bencana banjir menuju drainase primer; dan

• Drainase tersier dilakukan pembangunan sistem drainase pada lingkungan permukiman perkotaan dan p erdesaan menuju drainase sekunder.

Adapun rencana pengembangan sistem drainase pada faktor kerusakan yang ditimbulkan akibat banjir/genangan pada daerah ekono mi, seperti daerah pasar dan perdagangan, pada daerah sosial seperti rumah sakit dan fasilitas umu m, dan daerah gangguan kelancaran arus lalu lintas, seperti terganggunya lalu lintas jalan/kemacetan lalu lintas.

4. Rencana Jalur evakuasi Wilayah Kabupaten Bantaeng

Rencana jalur evakuasi bencana direncanakan dengan melihat potensi rawan bencana yang sering terjadi dan perlu memperhatikan untuk keselamatan serta keamanan masyarakat yang menetap berada pada daerah rawan b encana alam. Jalur evakuasi bencana direncanakan mengikuti/menggunakan jaringan jalan dengan rute terdekat ke ruang evakuasi dan merupakan jaringan jalan paling aman dari ancaman berbagai bencana, hal ini disebabkan untuk meniminalisir dampak bencana dengan rute yang terdekat sehingga masyarakat maupun pemerintah berwajib mampu dengan sigap dan cepat dalam melaku kan evaku asi.

Rencana jalur evakuasi di wilayah Kabupaten Bantaeng, terdiri atas:

a) Jalur evakuasi bencana alam tanah longsor terdiri dari jalan kolektor sekunder menuju ke arah selatan Di beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Bissappu, Bantaeng, Pa’jukukkang dan Sinoa

b) Jalur evakuasi bencana alam banjir untuk wilayah Kecamatan Bantaeng m enuju Kecamatan Eremerasa dan Pa’jukukkan g ke arah utara kota Bantaeng.

(35)

KAB.BANTAENG

35

2.4.2. Rencana Pola Ruang Kabupaten Bantaeng

1. Rencana Ruang Pola Kawasan Lindung a. Kawasan Hutan Lindung

Luas kawasan hutan yang terdapat di Kabupaten Bantaeng seluas 6.222 ha, dimana terbagi atas 3 jenis fungsi hutan yaitu hutan lindung dengan persentase luas terbesar dengan luas hutan seluas 2.773 ha, hutan produksi terbatas dengan luas 1.262 ha dan hutan produksi dengan luas 2.187 ha. Kawasan hutan di Kabupaten bantaeng yang memiliki luas hutan terbesar terdapat pada Kecamatan Ulu Ere dari jumlah kawasan hutan sebesar 3.658 ha dari jumlah luas hutan di Kabupaten Bantaeng seluas 6.222 ha. Untuk kawasan hutan lindung yang terdapat di Kabupaten Bantaeng terdapat pada 3 kecamatan dari 8 kecamatan yang memiliki kawasan hutan. Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Ulu ere, Kecamatan Tompobbulu dan Kecamatan Eremerasa. Luas hutan lindung terbanyak terdapat pada Kecamatan Ulu Ere dengan luas hutan seluas 2.057 ha , kemudian Kecamatan Tompobulu dengan luas hutan seluas 704 ha dan luas terkecil pada Kecamatan EreMerasa dengan luas hanya 14 ha

b. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawah annya

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yang terdapat di Kabupaten Bantaeng adalah :

• Kawasan hutan lindung berada di Kecamatan Ulu Ere, Tompobulu dan Eremerasa. • Kawasan semp adan sungai berada di Sub-Daerah Aliran Sungai (Sub-DAS)

Lantebong Kecamatan Bantaeng, sepanjang Sub-DAS Biangloe yang mengaliri 3 kecamatan yaitu Pa’jukukang, Eremerasa dan Bantaeng dan Sub-DAS Sinoa di Kecamatan Sinoa dan Bissapppu.

• Kawasan sempadan pantai berada di Kec.Bissappu, Bantaeng dan Pa’jukukan g. • Kawasan sempadan mata air yang terdapat pada hulu sungai-sungai yang berasal dari

kawasan perbukitan di Kecamatan Ulu Ere, Eremerasa, Tompobulu dan Sinoa. c. Kawasan Perlindungan Setempat

1) Kawasan Sempadan Laut Permukiman Perkotaan

Kawasan sempadan laut pada permukiman perkotaan di Kabupaten Bantaeng berorientasi pada pusat Kota Bantaeng di Kecamatan Bantaeng dengan jarak sempadan laut 50 - 100 meter dari pasang air laut tertinggi sesuai dengan standar lebar sempadan pantai direktorat jendral penataan ruang.

2) Kawasan Sempadan Laut Non Permukiman Perkotaan

Kawasan sempadan laut untuk fungsi non permukiman terletak di kecamatan yang berada pada sepanjang garis pantai. Kecamatan yang berada di sepanjang pantai terdapat 3 kecamatan yaitu Kecamatan Bissappu, Bantaeng dan Pa’jukukkang dengan garis sempadan pantai 100 - 300 meter dari pasang tertinggi sesuai dengan standar lebar semp adan pantai direktorat jendral penataan ruang. Kawasan sempadan laut non permukiman perkotaan terdiri dari :

• Kawasan wisata pantai, wisata pantai pasir putih Korong batu Kecamatan Pa’jukukang, wisata pantai seruni dan pantai lamalaka di Kecamatan Bantaeng • Kawasan industri, pada Kawasan industri (KIBA) Kecamatan Pa’jukukan g dan

kawasan pertambangan pasir sepanjang Kecamatan Bantaeng.

• Kawasan perdagangan barang maupun jasa, pada Kecamatan Bissappu berupa kawasan pergudangan industri.

(36)

3) Kawasan Sempadan Laut Khusus Untuk Pelabuhan

Kawasan sempadan laut khusus pelabuhan di Kabupaten Bantaeng terdapat pada 2 pelabuhan yang masing-masing berada di Kecamatan Bissappu dan Kecamatan Pa’jukukang dengan garis sempadan laut 150 - 300 meter dari pelabuhan sesuai dengan standar lebar semp adan pantai direktorat jendral penataan ruang.

4) Kawasan Sempadan Laut Perdesaan

Kawasan pantai perdesaan berada di 2 kecamatan yang memiliki permu kiman nelayan yaitu Kecamatan Bissappu dan Kecamatan Pa’jukukang dengan memiliki sempadan pantai 50 - 150 meter dari pasang tertinggi sesuai dengan standar lebar sempadan pantai direktorat jendral penataan ruang.

5) Sempadan Sungai

Penentuan garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan sesuai rancangan peraturan pemerintah dibedakan atas sungai besar dan sungai kecil. Garis sempadan sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan, memanjang sungai sekurang-kurangnya berjarak 100 (seratus) meter dari tepi palung sungai. Garis sempadan sungai kecil tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan, memanjang sungai sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter dari tepi palung sungai pada waktu ditentukan.

6) Kawasan Sekitar Mata Air

Kawasan sekitar mata air yang terdapat di Kabupaten Bantaeng berupa kawasan aliran sungai yang dapat dialokasikan sebagai fungsi lindung dan budidaya. Kecamatan yang termasuk dalam p emanfaatan ruang kawasan sekitar aliran sungai adalah : • Fungsi lindung sepanjang daerah aliran sungai, sungai-sungai yang terdapat di

Kecamatan Eremerasa, Bantaeng, Pa,juku kang, Bissappu dan Gantarang Keke. • Fungsi konservasi terdapat di 3 sub-daerah aliran sungai yaitu sungai Lantebong,

biangloe dan sinoa.

• Penamb angan bahan galian berupa pasir kuarsa terdapat di muara sungai Lamalakka, Kecamatan Bantaeng.

d. Kawasan Rawan Bencana Alam

Berdasarkan kemiringan lereng 0 - 2% terletak pada sepanjang pantai di Kecamatan Bissappu, Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan Pa’jukukang. Hal ini merupakan penyebab terjadinya bencana banjir yang setiap tahun terjadi di Kabupaten Bantaeng. Kerusakan hutan yang terjadi di Kecamatan Sinoa didominasi oleh pengaruh dari human interes dengan implementasinya berupa human activities merupakan salah satu faktor penyebab hampir setiap tahun terjadi banjir di Kabupaten Bantaeng. Kedua kecamatan yang sering dilanda bencana banjir di Kabupaten Bantaeng yakni Kecamatan Bantaeng dan Bissappu. Kawasan rawan bencana di Kabupaten Bantaeng terdiri dari:

1) Bencana Banjir: Kecamatan Bissappu, Bantaeng, dan Pa’jukukkang.

2) Gelombang pasang: Sepanjang pantai Kecamatan Bantaeng, Bisappu dan Pa’jukukkang.

3) Kawasan rawan tanah longsor: tersebar di Kecamatan Sinoa, Ulu Ere, Eremerasa, Bantaeng dan To mpobulu.

4) Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi terdiri dari :

 Kawasan rawan gerakan tanah tersebar di seluruh wilayah kebupaten terutama di Kecamatan Ulu Ere, Sinoa, Eremerasa, dan Tompobulu.

 Kawasan rawan bencana tsunami, menyebar diseluruh kawasan pesisir yang meliputi Kecamatan Bisappu, Bantaeng dan Pa’jukukang.

(37)

KAB.BANTAENG

37

Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011

Peta 2.11

(38)

2. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya a. Kawasan Hutan

Luas kawasan hutan menurut fungsinya di Kabupaten Bantaeng yaitu pada tahun 1999 luas kawasan hutan produksi biasa/tetap mencapai 2.187 ha, menurun pada tahun 2000 menjadi 2.057 ha. Kemudian kembali lagi pada luas semula 2.187 ha pada tahun 2001, 2002.dan 2003. Kemudian luas kawasan hutan produksi terbatas pada tahun 1999 adalah 1.262 Ha, naik pada tahun selanjutnya menjadi 1.392 ha. Dan tiga tahun selanjutnya kembali menjadi 1.262 ha. Luas Hutan lindung cukup konstan dari tahun 1999-2003 luasnya tetap 2.773 ha.

Tabel 2.18.

Luas Kawasan Hutan dan Persentase Hutan terhadap Luas Kabupaten Bantaeng Tahun 2011

(luas dalam ha)

No Kecamatan Hutan Lindung Hutan Produksi Terbatas Hutan Prod. Biasa Hutan Rakyat Hutan Kota Jumlah 1 Bantaeng - - 364 800 5 1.169 2 Ulu Ere 2.057 843 758 1.200 2 4.860 3 Sinoa - - 710 750 2 1.462 4 Bissappu - - - 350 2 352 5 EreMerasa 14 419 355 800 2 1.590 6 Pa' Jukukang - - - 200 2 202 7 Gatarang Keke - - - 300 2 302 8 Tompobulu 702 - - 2.500 2 3.204 Jumlah 2.773 1.262 2.187 6.900 19 13.141 % dari Luas Wilayah (39.583 ha) 7,01 3,19 5,53 17,43 0,05 33,20

Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011 a. Kawasan Pertanian

1) Lahan Sawah/Basah

Sentra produksi padi yang terdapat di Kabupaten Bantaeng hampir terdapat di seluruh wilayah kecamatan, akan tetapi terdapat 3 kecamatan yang memiliki jumlah produksi padi terbesar di Kabupaten Bantaeng, yaitu Kecamatan Pa’jukukkan g, Bissappu dan Bantaeng, hal ini menjadikan ketiga kecamatan tersebut merupakan pusat sentra produksi padi di Kabupaten Bantaeng.

Rencana pengembangan kawasan pesisir atau pertanian dataran rendah (low land) dikembangkan melalui pola agro minapolitan yang terdapat di Kecamatan Bissappu, Bantaeng dan Pa’jukukkang.

(39)

KAB.BANTAENG

39

2) Lahan Kering dan Hortikultura

Tanaman holtikultura/buah-buahan merupakan produk andalan Kabupaten Bantaeng. Luas pertanaman buah-buahan di Kabupaten Bantaeng adalah 4.000 ha, dengan produksi 37.000 ton pertahun. Sentra produksi terdapat di Kecamatan Uluere, Sinoa dan Eremerasa.

Tanaman buah/buahan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Bantaeng adalah jeruk, langsat, manggis, nangka, durian, alvokat, sukun. Beberap a tanaman buah-buahan spesifik (anggur, apel dan strawberry) dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi biofisik pada b eberapa kecamatan di Kabupaten Bantaeng.

Rencana pengembangan kawasan pertanian tanaman lahan kering dikembangkan di wilayah kabupaten yang memiliki kesesuaian lahan untuk kegiatan pertanian pangan lahan kering terutama di Kecamatan Bissappu, Sinoa, Bantaeng, Eremerasa. Tompobulu, Pa’jukukkang dan Gantarang Keke.

Rencana pengembangan kawasan pertanian tanaman holtikultura dikembangkan di wilayah kabupaten memiliki kesesuaian lahan untuk kegiatan pertanian holtikultura terutama di Kecamatan Ulu Ere, Eremerasa, Sinoa dan Tompobulu.

3) Perkebunan

Rencana pengembangan tanaman perkebunan kakao berada di kecamatan Bissappu, Bantang, Tompobulu, Uluere, Pa’jukukkang dan Eremerasa. Untuk rencana pengembangan tanaman perkebunan Kopi berada di Kecamatan Tompobulu, Uluere dan Eremerasa. Untuk rencanan pengemb angan tanaman perkebunan cengkeh berada di Kecamatan Bissappu, Uluere, Pa’jukukkang dan Eremerasa.

4) Perikanan

Budidaya perikanan di Kabupaten Bantaeng yang terdiri dari budidaya laut, tambak dan kolam. untuk luas daerah peruntukan perikanan budidaya laut sebanyak 2.458 ha, luas wilayah daerah peruntukan budidaya tambak seluas 80 ha dan luas daerah peruntukan budidaya perikanan berupa kolam seluas 132 ha dengan jumlah produksi dari budidaya laut sebanyak 7.677,55 ton, tambak 132,9 ton dan kolam 3,3 ton. Wilayah yang agak jauh dari daerah pantai dikembangkan budidaya perikanan dan pengolahan ikan yang terdiri atas :

• Budidaya Tamb ak terdapat di Kecamatan Bissappu, Bantaeng, dan Pa’jukukang. • Budidaya Kolam terdapat di Kecamatan Bissappu, Bantaeng, Tompobulu, Ulu

Ere dan Eremerasa.

• Pengolahan ikan merupakan kegiatan industri pengolahan ikan yang dikembangkan disepanjang kawasan pesisir terutama di Kampung Bakara Kecamatan Pa’jukukkan g.

Selain perikanan laut dan darat ada pula yang dapat dikemban gkan yaitu Rumput Laut. Rumput laut yang dikembangkan di Sulawesi Selatan terdiri dari 2 jenis komoditas yaitu Gracillaria sp yang dikemb angkan di lokasi tambak-tambak marginal, dan E.Cottoni yang dikemban gkan di perairan pesisir. Lokasi rumput laut di kabupaten Bantaeng berada di sepanjang wilayah pesisir dengan luasan sekitar 13 ha. Produksi rumput laut dapat dikembangkan disepanjang pantai pada Kecamatan Pa’jukukang sebesar 1.144 ton pertahun.

(40)

5) Pertamb angan

Sumber daya mineral/bahan galian di Kabupaten Bantaeng didominasi oleh bahan galian bangunan yang terdiri dari 8 bahan galian yaitu Pasir Besi, Batu Apung (Pumice), Andesit, Tufa, Lempung, Skoria, Batu Pasir, dan Sirtu. Lokasi penamban gan tersebut tersebar dibeberapa wilayah sesuai dengan kondisi geologi Kabupaten Bantaeng.

6) Kawasan Industri

Kawasan industri pengolahan yang bersifat umum diarahkan pemb angunannya terpadu dan berada di pusat kegiatan mempunyai aksesibilitas pelabuhan laut tinggi, seperti Kecamatan Pa’jukukang, yang diarahkan perencanaannya mengemb angkan kawasan terpadu agromarine, pelabuhan, industri, pergudangan dan perdagangan dengan memanfaatkan lalu-lintas kapal-kapal di Selat Makassar. Kawasan industri ini terutama diarahkan untuk mengolah barang-barang setengah jadi terutama hasil agroindustri dan agromarine rakyat yang disebar ke sentra-sentra produksi komoditas pertanian di perdesaan.

7) Kawasan Pariwisata

Kawasan peruntukan pariwisata jenis obyek wisata yang diusahakan dan dikembangkan di kawasan peruntukan pariwisata dapat berupa wisata alam ataupun wisata sejarah dan konservasi budaya.

Beberapa Jenis Objek Wisata di Kabupaten Bantaeng, yaitu :  Wisata Alam;

o Air Terjun Bissappu di Desa Bonto Salluang Kec.Bissappu o Air Terjun Cinayya di Desa Bonto Lojong Kec.Uluere o Air Terjun Bialo di Desa Pattaneteang Kec.Tompobulu

o Kolam R enang Zul Kayu Loe di D esa Bonto Tallasa Kec.Uluere o Permandian Alam Eremerasa, di Desa Kampala Kec.Eremerasa

o Permandian Alam Hulu Sungai Calendu, di Desa Kayu Loe Kec.Bantaeng o Hutan Lindung Arakeke di D esa Mamamp ang Kec.Eremerasa

o Hutan Lindung Campaga, di Desa Campaga Kec.Tompobulu

o Hutan Wisata Gunung Loka & Resort Outbound, di Desa Bonto Marannu Kec.Uluere.

 Wisata Budaya;

o Balla Lompoa Bantaeng, di Kel.Letta Kec.Bantaeng o Balla Lompoa Lantebung, di Kel.Letta Kec.Bantaeng o Balla Tujua, di Kel.Onto Kec.Bantaeng

o Kuburan Belanda, di Kel.Pallantikang Kec.Bantaeng o Kuburan Cina, di Kel.Bonto Sunggu Kec.Bissappu

o Kawasa Balla Lompoa Lembang Gantarangkeke, di Kel.Lembang Gantarangkeke

o Pesta Adat Pajukukang di Kec.Pa’jukukang o Balla Bassia To mpong, di Kel.Letta Kec.Bantaeng o Masjid Tertua Tompong, di Kel.Letta Kec.Bantaeng o Gua Batu Ejaya, di Kel.Bonto Jaya Kec.Bissappu

o Makam Tua Parring-Parring, di Desa Bonto Lojong Kec.Uluere o Makan Tua R aja-Raja La Tenri Ruwa, di Kel.Pallantikang Kec.Bantaeng o Makam Datuk Pakkalimbungan, di Kel.Bonto Sunggu Kec.Bissappu

(41)

KAB.BANTAENG

41

 Wisata Bahari;

o Pantai Marina, di Desa Baruga Kec.Pa’jukukang o Pantai Seruni, di Kel. Tappanjeng Kec.Bantaeng o Pantai Lamalaka, di Kel.Lemban g Kec.Bantaeng  Wisata Agro;

o Perkebunan Kopi di Desa Labbo, Pattaneteang dan Ereng-Ereng Kec.Tompobulu.

o Perkebunan Hortikultura (Apel dan Strowbery) di Desa Bonto Marannu, Bonto Lojong Kec.Uluere

o Perkebunan Bunga di Desa Bonto Marannu dan sekitarnya di Kec.Uluere. o Perkebunan Jeruk di Kec. Bissappu dan Kec. Pajuku kang

8) Kawasan Permukiman

Permukiman perkotaan berorientasi pada pusat kota bantaeng dan daerah pengembangan permukiman di sekitar pusat kota terutama di Kecamatan Bantaeng, Bissappu dan Pa’jukukang. Sedangkan Rencana pengembangan permu kiman perdesaan dengan melihat kondisi kegiatan agraris dengan bangunan yang mengarah ke unsur budaya lokal Kabupaten Bantaeng berada pada kecamatan yang terletak bagian utara Kabupaten Bantaeng yaitu Kecamatan Ulu Ere, Eremerasa dan Tompobulu.

9) Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Rencana pengembangan wilayah pesisir diprioritaskan pada kecamatan yang berbatasan langsung dengan garis pantai. Kecamatan yang termasuk dalam rencana pengembangan wilayah pesisir adalah Kecamatan Bissappu, Bantaeng dan Pa’jukukang.

(42)

Peta 2.12

(43)

KAB.BANTAENG

43

2.4.3. Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Perbatasan

Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten merupakan perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama penataan/pengemb angan wilayah kabupaten dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan (20 tahun).

Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten berfungsi:

• Sebagai acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman penataan/pengembangan wilayah kabupaten;

• Sebagai arahan untuk sektor dalam penyusunan program (besaran, lokasi, sumber pendanaan (instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan);

• Sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan setiap jangka waktu 5 (lima) tahun; dan • Sebagai acuan bagi masyarakat dalam melaku kan investasi.

Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten disusun berdasarkan: • Rencana struktur ruang dan pola ruang,

• Ketersediaan sumb er daya dan sumber dana p emb angunan,

• Kesepakatan para peman gku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan, dan

• Prioritas pengemban gan wilayah kabupaten dan pentahapan rencana pelaksanaan program sesuai dengan RPJPD.

Kabupaten Bantaeng terdapat 4 (Empat) Wilayah yang berbatasan langsung dengan kabupaten tetangga, sehingga perencanaan pada wilayah tersebut dituangkan dalam Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Perbatasan, yaitu :

1) Kawasan berbatasan Kabupaten Bantaeng dan Kabupaten Bulukumb a

• Pemban gunan Bendungan Irigasi Sungai Bialo di Desa Pattaneteang, Kec. Tompobulu. • Pemban gunan Pembangkit Listrik Mikro Hydro di Desa Pattaneteang, Kec. To mpobulu. • Pemban gunan Kawasan Wisata Pantai Marina di D esa Baruga, Kec. Pa’jukukkang. • Pemban gunan Kawasan Peternakan di Desa Baruga, Kec. Pa’jukukkan g.

• Kawasan Pengembangan agrowisata di Kawasan Kalba, Kec. Pa’jukukkang. • Kawasan industri minapolitan di Kecamatan Pa’jukukkang.

2) Kawasan Berbatasan Kabupaten Bantaeng dan Kabupaten Jeneponto • Pemban gunan Kawasan Pelabuhan di D esa Bontojai, Kec. Bissappu. • Pemban gunan Kawasan Agrowisata di D esa Bontolojong, Kec. Ulu Ere.

• Pengembangan Kawasan Wisata Purbakala Batuejayya di Desa Bontojaya, Kecamatan Bissappu.

• Pengembangan Pasar Desa Bontojaya, Kecamatan Bissappu. 3) Kawasan Berbatasan Kabupaten Bantaeng dan Kabupaten Go wa

• Pemban gunan Kawasan Agrowisata di D esa Bontolojong, Kec. Ulu Ere. • Pelestarian Kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi Kecamatan Ulu Ere. 4) Kawasan Berbatasan Kabupaten Bantaeng dan Kabupaten Sinjai.

Referensi

Dokumen terkait

Dari perhitungan evaluasi kapasitas saluran eksisting, didapatkan hasil bahwa saluran drainase tidak dapat menampung debit curah hujan serta limpasan yang terjadi,

Di dalam perencanaan sistem drainase apartemen Puri City ini nantinya, akan terdapat beberapa saluran yang menampung air limpasan hujan dari tiap apartemen dan aliran

Drainase saluran terbuka biasanya mempunyai luasan yang cukup dan digunakan untuk mengalirkan air hujan atau air limbah yang tidak membahayakan kesehatan lingkungan dan tidak

Dari perhitungan evaluasi kapasitas saluran eksisting, didapatkan hasil bahwa saluran drainase tidak dapat menampung debit curah hujan serta limpasan yang terjadi, sehingga

Saluran air atau drainase sangat minim dimiliki oleh sekolah di area kajian di Kabupaten Kayong Utara, beberapa sekolah ditemukan drainase digunakan untuk limpasan air hujan

Hasil evaluasi yang dilakukan pada saluran drainase terpilih di Jalan Taud, Kota Medan, diperoleh kesimpulan bahwa drainase tetap dapat menampung air buangan dari campuran limpasan

1.3 Tujuan Penelitian Secara umum tujuan perencanaan saluran drainase Perumahan Jaya Sejahtera Borneo adalah pembangunan sistem saluran drainase agar dapat mengalirkan debit limpasan

Dengan adanya Pembangunan Sistem Drainase Perumahan Mentari Village Balikpapan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan besarnya debit limpasan yang akan membebani saluran primer perumahan