• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETA SOSIAL MASYARAKAT DESA WONOKROMO KECAMATAN PLERET

KABUPATEN BANTUL 4.1. Lokasi

Desa Wonokromo merupakan salah satu desa dari empat desa yang ada di Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul. Desa ini terdiri atas 12 dusun (pedukuhan), yaitu Dusun Wonokromo I, Wonokromo II, Karanganom, Brajan, Jati, Jejeran I, Jejeran II, Pandes I, Pandes II, Ketonggo, Demangan dan Sareyan.

Desa ini terletak di wilayah paling Barat Kecamatan Pleret dan termasuk wilayah Kabupaten Bantul bagian Timur. Adapun batas-batas dari Desa Wonokromo adalah sebelah Barat dibatasi oleh Desa Trimulyo (Kecamatan Jetis), sebelah Timur dibatasi Desa Pleret (Kecamatan Pleret), sebelah Utara dibatasi Desa Tamanan (Kecamatan Banguntapan dan sebelah Selatan dibatasi Desa Trimulyo (Kecamatan Jeti s).

Jarak Desa Wonokromo dari pusat pemerintahan Kecamatan Pleret sekitar 1,5 km dan dapat ditempuh dengan Angkutan Pedesaan selama 5 menit, dari pusat pemerintahan Kabupaten Bantul sejauh 10 km dan dapat ditempuh dengan Angkutan Pedesaan selama 30 menit, dan dari pusat pemerintahan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sekitar 10 km yang dapat ditempuh dengan Angkutan Kota dan dilanjutkan dengan Angkutan Umum jurusan Jogja- Imogiri selama 35 menit.

Desa ini dilalui jalan raya jurusan Jogja -Imogiri yang cukup ramai lalu lintasnya. Di sepanjang jalan tersebut banyak warung makan, kios, toko (pakaian, kelontong, foto kopi dan alat tulis, elektronik, dsb), sekolah, bank, perpustakaan desa, puskesmas, stasiun pengisian bahan bakar dan bahkan sudah ada dua buah pasar swalayan berlantai dua dan tiga. Di desa ini juga ada sebuah pabrik pelintingan rokok yang cukup banyak menyerap tenaga kerja. Kondisi desa ini bahkan lebih ramai dibandingkan dengan ibu kota Kecamatan Pleret yang jaraknya sekitar satu setengah kilometer.

Desa Wonokromo terletak 60 meter di atas permukaan laut dan curah hujannya 200/300 mm/tahun. Bila dilihat dari topografinya, desa ini termasuk dalam kategori dataran rendah dan suhunya berkisar antara 21-34 derajat celcius. Desa Wonokromo dilalui oleh dua buah sungai yang cukup besar, yaitu Sungai Gajah Wong dan Sungai Code dan satu buah sungai kecil yaitu Sungai Belik.

4.2. Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Wonokromo menurut data yang dibuat pada tahun 2003 adalah 9.963 jiwa, yang terdiri atas 2.947 jiwa laki-laki dan 5.016 jiwa perempuan. Adapun kepadatannya sekitar 1.500 jiwa perkilometer. Data mengenai komposisi umur dan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel 2 dan piramid berikut ini.

Tabel.2:Jumlah Penduduk Desa Wonokromo Menurut Umur dan Jenis K elamin pada Tahun 2003

Jenis Kelamin

No. Golongan Umur Laki-laki Perempuan Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 0 – 1 tahun 2 – 4 tahun 5 – 6 tahun 7 – 12 tahun 13-15 tahun 16-18 tahun 19-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun 46-50 tahun 51-60 tahun 61-75 tahun > 75 tahun 57 249 495 363 250 516 563 1.318 481 365 169 66 55 75 258 550 434 255 520 576 1.216 490 350 178 75 39 132 507 1.045 797 505 1.036 1.139 2.534 971 715 347 141 94 JUMLAH 4.947 5.016 9.963 Sumber: Data Desa Wonokromo Nopember 2004

Penghitungan rasio jenis kelamin diperoleh angka 98,62 persen (mendekati 100 persen). Artinya, jumlah penduduk laki-laki hampir sama dengan jumlah penduduk perempuan. Seperti halnya dikemukakan Rusli dkk. (2004:15), bila rasio jenis kelamin sebesar 100, berarti jumlah penduduk laki-laki sama dengan jumlah penduduk perempuan.

Dari data di atas diketahui bahwa jumlah penduduk yang berusia 16 -60 tahun (usia kerja) adalah 6.742 jiwa (67,67 persen). Dari jumlah tersebut yang terserap dalam lapangan kerja sebesar 4.850 jiwa, sisanya belum atau tidak mendapatkan pekerjaan. Perbandingan antara penduduk yang bekerja dan penduduk yang tidak atau belum bekerja adalah 5 banding 4 (dihitung dari total usia kerja).

Menurut Rusli et al (2004:15) Rasio Beban Tanggungan (RBT) adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang digolongkan bukan usia produktif (bukan usia kerja) terhadap jumlah penduduk usia produktif (usia kerja). Karena data yang tersedia di desa penggolongan umurnya sesuai dengan jenjang pendidikan dan usia pensiun, maka dalam penghitungan RBT usia produktif dimulai dari umur 16 hingga 60 tahun. Dari perhitungan RBT diperoleh angka 47%. Artinya, setiap 100 orang usia produktif menanggung 47 orang usia non produktif.

Menurut Rusli et al (2004:24) penduduk struktur muda adalah bila jumlah penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun lebih dari 40 persen dan jumlah penduduk yang berumur lebih dari 65 tahun kurang dari persen. Sementara penduduk struktur tua bila jumlah penduduk yang kurang 15 tahun kurang dari 30 persen dan yang berusia lebih dari 65 tahun lebih dari 10 persen. Struktur Umur penduduk Desa Wonokromo cenderung termasuk dalam struktur penduduk muda dan, karena penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun ada 28,97 persen dan penduduk yang berusia 61 tahun (interval umur dalam data profil desa dimulai pada usia 61 dan bukan 65 tahun) ke atas ada 2,3 persen (jauh di bawah 5 persen). Disamping itu dari perhitungan median, diperoleh bahwa umur median terletak kurang lebih pada usia 16-18. Oleh karena penduduk Desa Wonokromo dapat dikategorikan dalam struktur umur muda.

Angka kelahiran pada tahun 2003 yang ada di Desa Wonokromo adalah 18 orang laki-laki dan 24 orang perempuan. Sementara angka kematiannya adalah 12 orang laki-laki dan lima orang perempuan. Bila melihat data yang dibuat pada tahun 2003 tersebut, maka angka kelahirannya lebih besar dari angka kematiannya.

Mobilitas penduduk yang ada di desa Wonokromo ditunjukkan pada data berikut ini. Jumlah penduduk yang datang ada 16 orang laki-laki dan 14 perempuan. Jumlah penduduk yang pergi/pindah ada 17 orang laki -laki dan 13 orang perempuan. Data ini menunjukkan bahwa perbandingan antara jumlah penduduk yang datang dan pergi/pindah seimbang. Mobilitas penduduk yang bersifat non permanen juga terjadi di desa Wonokromo, yaitu komutasi. Setiap pagi penduduk Desa Wonokromo yang berprofesi sebagai buruh bangunan dan buruh pabrik pergi ke kota yang jaraknya sekitar 10 km untuk bekerja dan kembali pulang pada sore harinya dengan mengendarai sepeda. Jumlah mereka mencapai ribuan orang dan mendapatkan upah setiap hari Sabtu.

Tingkat pendidikan masyarakat desa Wonokromo relatif bagus bila dibandingkan dengan desa-desa lain di sekitarnya. Hal ini antara lain disebabkan oleh kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dan tersedianya sarana sekolah dari TK hingga SLTA. Bahkan baru-baru ini berdiri satu Perguruan Tinggi Swasta yang bernama Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Islam. Da ta tentang tingkat pendidikan penduduk Desa Wonokromo dapat dillihat pada tabel berikut ini.

Tabel.3:Jumlah Penduduk Desa Wonokromo Berdasarkan Tingkat Pendidikan pada Tahun 2004

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi (D1-D3) Sarjana S-2/S-3 764 2.489 1.210 1.176 228 23 3 Jumlah 5890

Data di atas menunjukkan bahwa jumlah pali ng besar adalah tamatan SD. Namun demikian, sebagian besar generasi mudanya adalah tamatan SLTP dan SLTA. Dari hasil wawancara dengan salah seorang anggota masyarakat diperoleh informasi bahwa, meskipun pendapatan orang tua yang berprofesi sebagai buruh sa ngat rendah, mereka berusaha menyekolahkan anak-anak mereka sampai minimal SLTA. Penghasilan yang sedikit tidak menghambat mereka untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Pola hidup sederhana (prihatin) mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian penghasilan disisihkan untuk ditabung dalam bentuk emas atau membeli hewan ternak yang dapat dijual ketika membutuhkan uang untuk biaya sekolah anak-anak mereka.

Kesadaran akan pendidikan yang dimiliki Desa Wonokromo membawa dampak positip bagi peningkatan Sumber Daya Manusia. Namun, di sisi lain menimbulkan persoalan baru, yaitu meningkatnya jumlah pengangguran yang tidak terserap oleh lapangan kerja yang ada. Banyak tamatan SLTA bahkan Sarjana yang mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan. Data yang ada dalam Profil Desa Wonokromo menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia usia kerja ada 6.742 orang, penduduk usia kerja yang sudah bekerja ada 4.850 orang dan jumlah penduduk usia kerja yang belum bekerja ada 1892 orang. Dari data tersebut dapat diperoleh angka Reit Pengangguran, yaitu sebesar 28,06 persen.

4.3. Sistem Ekonomi

Mata pencaharian pokok masyarakat Desa Wonokromo cukup bervariasi dan dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel.4: Jumlah Penduduk Desa Wonokromo Menurut Mata Pencaharian pada Tahun 2004

No. MATA PENCAHARIAN JUMLAH DALAM PERSEN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. PNS ABRI Swasta Wiraswasta/Pedagang Petani Buruh Pensiunan Jasa 297 58 2.148 516 455 3.092 128 61 4,4 0,8 31,8 7,64 6,73 45,77 1,89 0,9

Data di atas menunjukkan bahwa mata pencaharian yang paling besar jumlahnya adalah sebagai buruh (45,77 persen). Informasi yang diperoleh dari aparat desa dan tokoh masyarakat menunjukkan bahwa para buruh ini adalah buruh tani dan bangunan. Pada musim tanam dan musim panen para buruh banyak yang bekerja sebagai buruh tani di Desa Wonokromo atau di desa-desa sekitarnya. Sementara di luar musim tersebut sebagian besar dari mereka bekerja sebagai buruh bangunan di kota Yogyakarta. Penghasilan seorang buruh berkisar antara tiga belas ribu hingga dua puluh lima ribu rupiah perhari. Untuk buruh bangunan, biasanya menerima upah seminggu sekali, yaitu pada hari Sabtu.

Mata pencaharian lain yang cukup besar jumlahnya adalah pegawai swasta, yang meliputi para karyawan yang bekerja di kantor swasta ataupun perusahaan. Mereka ini sebagian besar bekerja di kota Yogyakarta atau sebagai karyawan pabrik pelintingan rokok yang ada di Desa Wonokromo. Sementara penduduk yang memiliki usaha dan berdagang ada 516 orang. Usaha mereka antara lain pengrajin bordir, peci rajut, indusri kue kering, pemilik salon dan sebagainya. Semetara para pedagang terdiri atas para pedagang di pasar, pemilik warung kelontong, pemilik warung makan dan sebagainya.

Lokasi yang cukup strategis dan tersedianya fasilitas perdagangan seperti kios dan pasar membuat sebagian kecil penduduk Desa Wonokromo berprofesi sebagai pedagang di pasar atau berjualan di kios yang dibangun oleh Pemerintah Desa. Meskipun di Desa Wonokromo terdapat pasar desa dan puluhan kios, yang berjualan di pasar dan kios-kios tersebut sebagian besar pedagang berasal dari luar Desa Wonokromo. Menurut keterangan Sekretaris dan Kepala Desa, pedagang yang berjualan di pasar dan kios hanya sepuluh persen yang berasal dari Desa Wonokromo, sisanya berasal dari desa-desa di sekitar Desa Wonokromo.

Sektor agraria di Desa Wonokromo sangat didukung oleh lahannya yang subur dan sarana irigasi yang memadai. Lahan pertanian yang meliputi sawah dan ladang dan luasnya 272,133 hektar (kurang lebih 50 persen dari total luas wilayah desa) dimiliki sebagian penduduk (497 orang). Sementara penduduk yang mata pencahariannya petani jumlahnya 455 orang.

Data tentang luas kepemilikan lahan dapat dillihat pada tabel b erikut ini.

Tabel.5: Jumlah Penduduk Desa Wonokromo berdasarkan Luas Kepemilikan Tanah pada Tahun 2004

NO Luas Kepemililkan Tanah Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Kurang dari 0,1 hektar 0,1 – 0,5 hektar 0,6 - 1,0 hektar 1,1 – 1,5 hektar 1,6 – 2,0 hektar 3,0 – 5,0 hektar 6,0 – 8,0 hektar 9,0 – 10 hektar Lebih dari 10 hektar

398 orang 42 orang 28 orang 18 orang 6 orang 1 orang - -

Sumber: Data Desa Nopember 2004

Sebagian besar penduduk memiliki lahan kurang dari 0,1 hektar. Sementara penduduk yang memiliki lahan di atas satu hektar hanya 25 orang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani hanya memiliki lahan yang sempit dan diperkirakan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari, mengingat keuntungan yang diperoleh dari hasil pertanian hanya sedikit. Hal ini dikarenakan rendahnya harga jual produksi pertanian.

Dari hasil wawancara dengan Sekretaris Desa diperoleh informasi bahwa komoditi pertanian yang biasa ditanam di Desa Wonokromo adalah padi dan palawija. Hasil pertanian tersebut tidak dapat diandalkan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Sawah yang tidak seberapa luas ditanami untuk memenuhi kebutuhan sendiri sehingga tidak perlu membeli beras. Sementara untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan pendidikan anak terpaksa harus mencari pekerjaan yang lain seperti pergi ke kota menjadi buruh bangunan. Seperti yang dikemukakan Sekretaris Desa berikut ini:

“Petani mriki radin-radin sawahipun kirang saking satus lobang, hasilipun mboten cekap kangge urip sabendinten lan ngragati lare sekolah. Kagem nyekapi kedah pados pedamelan sanes dados tukang utawi buruh. Petani mriki sami nanem pantun lan polowijo, pajengipun mirah, mboten cucuk kaliyan anggenipun ngupokoro” (Petani sini rata-rata sawahnya kurang dari seratus lobang (satu lobang=sepuluh meter persegi), hasilnya tidak cukup untuk hidup sehari-hari dan membiayai anak sekolah. Untuk mencukupi harus mancari pekerjaan lain menjadi tukang atau buruh. Petani di sini menanam padi dan palawija, lakunya murah, tidak sebanding dengan perawatannya).

Peternakan yang ada di Wonokromo hanya bersifat sambilan dan belum dikelola secara serius. Data mengenai jumlah penduduk yang memiliki hewan ternak dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel.6: Jumlah Penduduk Desa Wonokromo Berdasarkan Jenis Hewan yang Dipelihara pada Tahun 2004

No Jenis Hewan yang Dipelihara Jumlah orang yang Memelihara 1. 2. 3. 4. 5. 6. Sapi Kambing Ayam Kerbau Itik Domba 92 orang 53 orang 1.455 orang 2 orang 8 orang 43 orang

Sumber : Data Desa Wonokromo Nopember 2004

Data mengenai jumlah hewan ternak yang ada di Desa Wonokromo dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel.7:Jumlah Hewan Ternak di Desa Wonokromo pada Tahun 2004 No. Jenis Hewan Ternak Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Ayam Kampung Ayam Ras Itik Kambing Domba Sapi Perah Sapi biasa Kerbau 8.745 ekor 2.000 ekor 708 ekor 157 ekor 10 ekor 8 ekor 123 ekor 5 ekor

Sumber : Data Desa Wonokromo Nopember 2004

Kesimpulan dari dua tabel tersebut menunjukkan bahwa rata-rata jumlah kepemilikan hewan ternak penduduk hanya sedikit dan skalanya masih skala rumah tangga. Dari keterangan Kepala Desa, sektor peternakan belum dikembangkan secara optimal, karena beberapa alasan. Antara lain ma syarakat masih enggan untuk memelihara ternak karena memerlukan modal besar dan kesabaran, hasilnya tidak dapat segera dipetik, serta memerlukan tenaga yang cukup besar untuk memeliharanya. Disamping itu, resiko kematian akan mendatangkan kerugian yang c ukup besar.

Ada beberapa penduduk yang mempunyai usaha perikanan, namun masih dikelola dalam skala rumah tangga. Hanya satu orang yang memiliki usaha perikanan yang cukup besar, yaitu Kepala Dusun Brajan yang mempergunakan tanah bengkoknya untuk budidaya ikan. Sementara itiu jumlah penduduk yang membudidayakan lele dumbo ada sembilan orang, dan yang membudidayakan

jenis ikan yang lain ada 15 orang. Hasil perikanan masih di jual di lingkungan Desa Wonokromo dan sekitarnya.

Pembuatan batu bata terdapat di Dusun Ketonggo dan Jati. Pemilik usaha batu bata berjumlah 15 orang. Pemasaran batu-bata tidak memiliki kendala karena banyak pedagang yang datang untuk mengambilnya. Kendala yang dihadapi oleh para pembuat batu bata ini adalah kurangnya modal untuk menyewa lahan sawah yang akan diambil tanahnya untuk membuat batu bata. Penduduk yang memiliki industri batu -bata ada yang mengerjakan sendiri lahan sawah yang dimiliki/menyewa dari orang lain dan ada yang membayar orang untuk mengerjakannya.

Jenis industri dan kerajinan yang ada di Desa Wonokromo sangat bervariasi macamnya. Meskipun demikian, jumlah produksi dari kegiatan kerajinan dan industri tersebut masih berskala kecil, dan jangkauan pemasarannya konsumennya hanya berasal dari Desa Wonokromo dan beberapa de sa di sekitar Desa Wonokromo. Jenis usaha kecil yang ada di desa Wonokromo dapat dilihat dalam Tabel 8 berikut ini.

Tabel.8:Jumlah Usaha Kecil/kerajinan yang ada di Desa Wonokromo pada Tahun 2004

No Jenis usaha Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. Pembuatan Tahu Pembuatan Tempe Pembuatan Telur Asin Pembuatan Gula semut Pembuatan Keripik Singkong Pembuatan Keripik Pisang Pembuatan baso

Pembuatan roti/kue Pembuatan Tape

Pembuatan ampyan g kacang Konveksi

Elektronik Anyaman Rotan Anyaman Sabut Kelapa Pembuatan Sapu lidi Pembuatan Keset Sulaman/bordir Merangkai bunga Bingkai gambar Keranjang roti Ukiran kayu

Pembuatan Mainan anak Pembuatan aquarium Pembuatan pot bunga Pembuatan batu nisan

Pembuatan kapur untuk bangunan Pembuatan kusen rumah

Pembuatan peci rajut

5 85 5 1 12 1 8 6 3 3 2 2 1 1 26 1 25 1 2 1 1 4 10 1 4 2 10 25

Belum lama ini di Desa Wonokromo berdiri pabrik pelintingan rokok Kraton Dalem yang dapat menyerap tenaga kerja perempuan sebanyak 200 orang dengan gaji 400 hingga 600 ribu perbulan. Dalam perekrutan tenaga kerjanya, pemerintah Desa Wonokromo dilibatkan. Tenaga kerja diprioritaskan dari keluarga tidak mampu. Menurut keterangan Kepala Desa Wonokromo, tenaga kerja yang berasal dari Desa Wonokromo tersebut dinilai bagus produktifitasnya oleh pihak perusahaan. Disamping itu keberadaan pabrik pelintingan rokok tersebut dapat sedikit mengurangi pengangguran yang ada di Desa Wonokromo.

4.4. Struktur Komunitas 4.4.1. Stratifikasi Sosial

Dalam suatu masyarakat, ada sesuatu yang dihargai oleh masyarkat tersebut yang merupakan bibit munculnya pelapisan atau stratifikasi sosial. Sesuatu yang dihargai tersebut bisa berupa uang/harta benda, tanah, kekuasaan dan ilmu pegetahuan. Menurut Soekanto (1990:63), ukuran yang digunakan untuk menentukan stratifikasi sosial adalah (1) ukuran kekayaan, (2) ukuran kekuasaan, (3) ukuran kehormatan, dan (4) ukuran ilmu pengetahuan. Namun demikian, golongan yang berada di lapisan atas biasanya tidak hanya memiliki satu macam dari apa yang dihargai masyarakat, melainkan memiliki beberapa hal yang dihargai masyarakat. Sebagai contoh seseorang yang memiliki kekayaan pada umumnya juga memiliki ilmu pengetahuan yang luas karena mampu mencapai pendidikan yang tinggi, yang pada akhirnya memiliki kekuasaan dan kehormatan.

Stratifikasi sosial juga terjadi di Desa Wonokromo. Para kyai/tokoh agama memiliki stratifikasi sosial paling tinggi karena mempunyai pengetahuan yang tinggi dalam ilmu agama, kekayaan berupa tanah yang dapat dipergunakan untuk membangun pondok pesantren dan sekaligus kehormatan karena perannya menyebarkan ilmu agama kepada masyarakat. Strata kedua ditempati oleh aparat desa, pegawai negeri dan tokoh masyarakat. Aparat Desa memiliki posisi yang cukup baik di masyarakat karena memiliki kekuasaan. Pegawai negeri juga memiliki posisi yang cukup baik di masyarakat karena masyarakat memandang bahwa pegawai negeri bukan hanya sebagai profesi melainkan juga sebagai suatu kedudukan. Sebutan mas guru sering digunakan untuk memanggil

mereka yang berprofesi sebagai pegawai negeri baik guru maupun non guru. Tokoh masyarakat yang kebanyakan berasal dari pegawai negeri ataupun pensiunan juga memiliki status yang baik di masyarakat, karena peranannya dalam masyarakat. Para tokoh masyarakat ini biasanya di tunjuk sebagai ketua RT (Rukun Tetangga), pengurus kelompok pengajian, pengurus lembaga yang ada di tingkat desa seperti LPMD (Lembaga Pemeberdayaan Masyarakat Desa, Badan Perwakilan Desa (BPD), dan sebagainya. Sementara strata ketiga ditempati oleh pedagang, petani dan buruh. Gambaran stratifikasi sosial yang ada di Desa Wonokromo dapat dilihat dalam Gambar 2 berikut ini:

Gambar. 2: Stratifikasi Sosial Masyarakat Desa Wonokromo

4.4.2. Kepemimpinan

Kepemimpinan yang ada di Desa Wonokromo terdiri atas pemimpin formal dan pemimpin informal. Pemimpin formal adalah Kepala Desa dan Kepala Dusun (dukuh) yang dipilih oleh masyarakat melalui pemilihan yang diadakan setiap delapan tahun sekali. Dalam kehidupan sosial, fungsi kepemimpinan Kepala Desa adalah pemimpin wilayah dan administratif. Tingkat kepatuhan masyarakat terhadap Kepala Desa lebih rendah bila dibandingkan dengan kepatuhan terhadap kepemimpinan informal. Oleh karena itu Kepala Desa sering meminta bantuan pemimpin informal (kyai) untuk mendukung program-program pemerintah.

Kepemimpinan informal merupakan pemimpin yang tidak diangkat melalui prosedur pemilihan, melainkan pemimpin yang muncul secara alamiah di dalam masyarakat. Pemimpin informal muncul karena karisma yang dimiliki seseorang

Aparat Desa, PNS, dan Tokoh Masyarakat

Petani, Pedagang dan buruh Kyai/pemuka agama

sehingga setiap anggota masyarakat menghormati dan mematuhi apa yang diucapkannya. Pemimpin informal yang ada di Desa Wonokromo adalah Kyai yang sudah dianggap senior dalam masyarakat dan mempunyai pengalaman yang banyak dalam kehidupan. Pemimpin informal sering dijadikan rujukan oleh anggota masyarakat, aparat desa, tokoh masyarakat bahkan masyarakat yang berada di luar desa.

4.5. Organisasi, Kelembagaan dan Adat Istiadat

Lembaga yang ada di Desa Wonokromo meliputi lembaga yang bergerak di bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, kesehatan keagamaan, dan kekerabatan. Lembaga yang bergerak di bidang pemerintahan adalah Pemerintahan Desa, LPMD (Lembaga Pemberdayaaan Masyarakat Desa), BPD (Badan Perwakilan Desa), Pudusunan/pedukuhan dan RT. Pemerintahan Desa lebih berfungsi administratif seperti membayar pajak, pengurusan KTP, akte kelahiran/kematian, dan sebagainya. BPD merupakan lembaga yang berperan sebagai pengontrol jalannya pemerintahan desa. LPMD merupakan lembaga yang berperan dalam upaya membangun desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pedusunan dan RT merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah desa yang mengatur kehidupan masyarakat dalam wilayah yang lebih sempit. Namun demikian, dari keterangan beberapa tokoh masyarakat BPD dan LPMD masih kurang berfungsi dikarenakan kesibukan para pengurus dan anggotanya yang sebagian besar berprofesi sebagai pegawai negeri. Bahkan dalam BPD sendiri tercipta dua kubu, yaitu yang pro Kepala Desa dan tidak setuju dengan kebijakan Kepala Desa.

Lembaga ekonomi yang ada di desa Wonokromo diantaranya adalah Bank Pasar, KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat), BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat). Bank Pasar merupakan cabang dari Bank Pasar yang ada di ibukota Kabupaten Bantul dan merupakan bank milik Pemerintah Kabupaten Bantul. Bank ini terletak di sudut perempatan Wonokromo dan bersebelahan dengan Pasar Desa Wonokromo. KSM merupakan kelompok-kelompok usaha bentukan pemerintah yang menerima pinjaman kredit melalui Program P2KP. Tiap-tiap KSM beranggotakan lima sampai 15 orang menerima dengan pinjaman berkisar antara lima juta sampai dengan 28 juta rupiah dengan jaminan kredit

sistem tanggung renteng. BKM merupakan lembaga yang diberi wewenang untuk mengelola dana Bantuan Langsung Masyarakat dalam program P2KP (Proyek Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan).

Lembaga-lembaga yang bergerak dibidang pendidikan adalah tujuh buah TK, tujuh buah SD, dua buah SLTP, dua buah SLTA, satu buah perpustakaan dan 15 buah pondok pesantren (15 buah) serta satu buah Perguruan Tinggi Swasta yang baru saja berdiri. Tersedianya berbagai sarana tersebut membuat masyarakat Desa Wonokromo tidak mengalami kendala untuk melanjutkan

Dokumen terkait