• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL DAN KAPASITAS KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT

6.1. Profil Kelompok Swadaya Masyarakat

Desa Wonokromo menjadi salah satu dari dua desa yang menjadi lokasi pelaksanaan program P2KP di Kecamatan Pleret, karena merupakan salah satu desa yang termasuk dalam kategori “kota” di Kecamatan Pleret. Desa Wonokromo mendapat BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) dari program P2KP sebesar 250 juta rupiah. Sebagian dari dana tersebut, yaitu sebesar 55 juta rupiah digunakan untuk membangun sarana fisik, yaitu pengerasan jalan yang ada 12 dusun yang ada di Desa Wonokromo. Sementara sisanya dipinjamkan kepada masyarakat yang memiliki usaha ekonomi produktif dan masuk dalam kategori miskin. Adapun syarat untuk memperoleh pinjaman tersebut adalah membentuk kelo mpok yang dinamakan dengan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).

KSM bermunculan setelah adanya sosialisasi bahwa ada pinjaman dari pemerintah melalui program P2KP dengan sistem tanggung renteng

(mensyaratkan anggota masyarakat yang termasuk kategori miskin untuk bergabung dalam kelompok bila ingin memperoleh pinjaman). Pada awal sosialisasi, belum banyak yang berminat untuk mengajukan pinjaman, sehingga seorang aparat desa (memiliki usaha material) ikut membentuk kelompok guna memperoleh pinjaman tersebut, termasuk beberapa orang tokoh masyarakat yang memiki usaha. Seperti yang dikemukakan oleh Bp. Drs. Swt, M.Pd (Ketua BKM Wonokromo) berikut ini:

“Pada masa-masa awal dikenalkan program pinjaman dari P2KP, masih sedikit masyarakat yang berminat untuk mengajukan pinjaman. Sehingga beberapa aparat desa dan tokoh masyarakat yang sebetulnya tidak termasuk dalam kategori miskin ikut mengajukan pinjaman”.

Namun demikian, seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak masyarakat yang memiliki usaha ekonomi produktif dan berasal dari golongan miskin yang berminat untuk memperoleh pinjaman dan pada tahun 2005 ada 31 KSM yang memperoleh pinjaman dari P2KP.

Sebelum ada program P2KP Di Desa Wonokromo, belum ada kelompok yang latar belakang pembentukannya berdasarkan kepentingan ekonomi. Kelompok yang ada baru terbatas pada kepentingan-kepentingan agama dan sosial seperti kelompok pengajian, kelompok ronda, kelompok Dasa Wisma dan sebagainya. Meskipun ada kegiatan arisan dalam kelompok-kelompok tersebut, sifatnya hanya sebagai pengikat dan daya tarik bagi para anggotanya agar secara rutin hadir dalam pertemuan tersebut. Disamping itu, jumlah uang yang dibayarkan dalam arisan tersebut relatif sedikit (berkisar antara seribu hingga lima ribu rupiah) dan kurang bisa diandalka n sebagai akumulasi modal. Dengan demikian Kelompok Swadaya Masyarakat yang bernuansa kepentingan ekonomi merupakan hal baru bagi masyarakat Desa Wonokromo.

Menurut keterangan dari beberapa ketua KSM yang ada di Desa Wonokromo, pertemuan yang sifatnya rutin di antara anggota kelompok tidak pernah dilakukan dan hanya ada satu kelompok yang mengadakan pertemuan rutin, yaitu KSM Maju Lancar. Seperti halnya yang dikemukakan oleh salah satu petugas UPK Desa Wonokromo Bpk H. Wdn berikut ini:

KSM mriki mboten wonten engkang ngawontanaken pakempalan rutin, kejawi KSM Maju Lancar ing Dusun Ketonggo” (KSM di sini tidak ada yang mengadakan pertemuan rutin, kecuali KSM Maju Lancar di Dusun Ketonggo).

Pada tahun 2005 ada 32 KSM yang menikmati pinjaman kredit dari P2KP. Semua KSM beranggotakan mereka yang memiliki usaha ekonomi produktif perdagangan dan industri rumah tangga. Pada awal pelaksanaan P2KP ada KSM yang anggotanya mempunyai usaha perikanan, namun tidak dapat membayar angsuran dikarenakan kegagalan usaha. Akhirnya, BKM mengambil kebijakan bahwa yang dapat memperoleh pinjaman hanya mereka yang mempunyai usaha perdagangan dan industri rumah tangga, karena sebagian besar dari mereka dapat membayar angsuran dengan lancar.

6.2. Analisis terhadap Kapasitas Kelembagaan KSM

Analisis terhadap kapasitas kelembagaan KSM perlu dilakukan sebelum merancang program pengembangan kapasitas KSM yang menjadi subjek kajian. Sebagaimana telah dikemukakan dalam Bab 3 bahwa kapasitas kelembagaan

dapat dilihat dari tujuh aspek, yaitu tujuan dan harapan kelompok, struktur kelompok, manajemen kelompok, manajemen keuangan, norma kelompok, pembelajaran, dan pembentukan jaringan/kerjasama.

KSM yang menjadi subjek kajian adalah KSM Maju Lancar dan KSM Teratai. Alasan mengapa dipilih kedua KSM tersebut adalah KSM Maju Lancar mewakili KSM yang para anggotanya bergerak di sektor perdagangan seperti warung kelontong, warung mie ayam, pedagang di pasar, kios LPG dan Aqua, jualan material, dan sebagainya. Sementara KSM Teratai para anggotanya bergerak dalam bidang kerajinan dan industri seperti industri batu bata, bis sumur, kerajinan peci rajut dan bordir. KSM Maju Lancar beranggotakan 15 orang anggota (12 laki -laki dan tiga perempuan) yang tinggal dalam satu RT di Dusun Ketonggo. Sementara anggota KSM Teratai terdiri atas delapan orang anggota dan semuanya ibu-ibu yang tinggal dalam satu RT di Dusun Jati.

Kelompok Maju Lancar terbentuk pada tanggal 5 Mei 2000 setelah ada sosialisasi dari petugas BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) Desa Wonokromo mengenai adanya program pinjaman kredit dengan jaminan tanggung renteng. Para anggota masyarakat yang memiliki usaha ekonomi produktif yang ada di Dusun Ketonggo RT II berkumpul dalam rangka pembentukan kelompok dan mengajukan proposal pinjaman. Dalam pertemuan tersebut hadir petugas dari BKM yang kebetulan juga Ketua RT II Dusun Ketonggo yang memiliki usaha kredit peralatan rumah tangga dan juga bergabung sebagai anggota KSM Maju Lancar. Dalam pertemuan tersebut diberitahukan tentang prosedur pengajuan pinjaman serta bunga yang harus dibayarkan. Dalam pertemuan juga dibentuk kepengurusan seperti ketua, sekretaris dan bendahara.

Kelompok Maju Lancar sudah empat kali memperoleh pinjaman dari P2KP. Pinjaman yang diperoleh KSM Maju Lancar terus meningkat dari pinjaman pertama sebesar lima belas juta rupiah hingga pinjaman terakhir mencapai dua puluh delapan juta rupiah. Hal ini dikarenakan kredibilitas KSM Maju Lancar yang cukup baik yang ditunjukkkan dengan selalu tepat dalam membayar setiap angsuran setiap bulannya. KSM ini sengaja memakai nama Maju Lancar, dengan harapan bahwa setiap anggota dapat senantiasa lancar dalam

membayar angsuran dan pinjaman yang diperoleh dapat memajukan usaha ekonomi yang dilakukan oleh para anggotanya.

KSM Teratai berdiri sejak empat tahun yang lalu yaitu pada bulan Februari 2001. Kelompok ini terbentuk setelah ada pemberitahuan dari petugas BKM yang datang pada pertemuan Dasa Wisma dan memberitahukan bahwa ada program pinjaman bagi anggota masyarakat yang memiliki usaha ekonomi produktif dan membutuhkan tambahan modal usaha. Para ibu yang hadir dalam pertemuan Dasa Wisma tersebut dan memiliki usaha ekonomi produktif tertarik dengan tawaran tersebut. Atas koordinator Ibu Chuswatun yang kemudian ditunjuk sebagai Ketua KSM kemudian mengajukan proposal pinjaman atas nama sembilan orang yang tertarik untuk mengajukan pinjaman. Namun kemudian, anggota kelompok tinggal delapan orang, karena satu orang dikeluarkan dari kelompok akibat sering terlambat dalam membayar angsuran yang merepotkan anggota kelompok yang lain karena harus meminjami dulu agar pembayaran angsuran kelompok ke BKM tepat pada waktunya. Hingga sekarang KSM teratai sudah empat kali mendapat pinjaman dari program P2KP. Pinjaman pertama berjumlah tiga juta rupiah,kedua enam juta rupiah, ketiga delapan setengah juta rupiah dan keempat sebesar sepuluh setengah juta rupiah. Pinjaman tersebut kemudian dibagi kepada anggota sesuai dengan jumlah yang ditentukan oleh BKM. Sampai saat ini pinjaman terakhir sudah selesai masa angsurannya dan sudah mengajukan proposal pinjaman kelima sebesar 15 juta rupiah. Rencananya pinjaman tersebut akan cair pada bulan September. KSM Teratai senantiasa dapat memperoleh peningkatan dalam pinjaman karena kelompok ini selalu tepat dalam mengangsur. Ketepatan dalam mengangsur merupakan indikator bagaimana kredibilitas kelompok di mata BKM. Dari hasil wawancara diperoleh data bahwa BKM tidak pernah mengecek untuk apa penggunaan dana pinjaman tersebut, karena bagi BKM yang penting adalah tepat membayar angsuran.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan diuraikan analisis terhadap kapasitas kelembagaan kedua KSM yang dilihat dari aspek tujuan dan harapan kelompok, struktur kelompok, manajemen kelompok, manajemen kelompok, manajemen keuangan, norma kelompok, pembelajaran, dan pembentukan

jaringan. Kajian terhadap kapasitas kelembagaan KSM tersebut dilakukan dengan wawancara mendalam dan FGD.

6.2.1. Kelompok Maju Lancar 1. Tujuan dan harapan Kelompok

Tujuan dan harapan dari pembentukan KSM Maju Lancar belum pernah dibicarakan secara khusus oleh para anggota KSM. Namun demikian motivasi yang mendasari para anggota untuk bergabung dalam kelompok adalah memperoleh pinjaman dari P2KP yang dipergunakan untuk menambah modal usaha yang mereka jalankan. Disamping itu, kelompok ini juga tidak mengesampingkan kehidupan keberagamaan yang sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Desa Wonokromo. Hal ini terlihat dalam setiap pertemuan rutin kelompok, yang selalu dilanjutkan dengan pembacaan surat- surat Al Qur’an secara bersama-sama.

Pembacaan surat-surat dalam setiap pertemuan (diadakan selepas Magrib) merupakan rutinitas dalam acara yang bertujuan untuk mengumpulkan angsuran para anggota. Sudah menjadi tradisi masyarakat Desa Wonokromo yang hampir seratus persen beragama Islam bahwa waktu selepas Magrib digunakan untuk membaca Al Qur’an, seperti halnya yang dikemukan oleh salah satu anggota KSM Maju Lancar Bpk Jwn berikut ini:

“Sampun dados adatipun tiyang Wonokromo, menawi bakdo Magrib pun wajibaken ngaos Al Qur’an. Amargi kempalan meniko pun wontenaken bakdo Magrib, dados pun lajengaken kaliyan waosan Al Qur’an sesarengan. (Sudah menjadi kebiasaan orang Wonokromo bahwa setiap habis sholat Magrib diwajibkan untuk membaca Al Qur’an. Karena pertemuan diadakan selepas Magrib, dilanjutkan dengan pembacaan surat-surat Al Qur’an secara bersama-sama).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan dan harapan yang mendasari para anggota kelompok untuk bergabung dalam KSM Maju Lancar adalah memperoleh tambahan modal sekaligus melakukan ibadah/ritual keagamaan yang nampak dari pembacaan ayat-ayat suci Al Qur’an dalam setiap pertemuan rutin.

2. Struktur Kelompok

Struktur kelompok merupakan bentuk hubungan antara individu-individu di dalam kelompok dan pengaturan peranan yang ditentukan oleh tujuan

kelompok yang ingin dicapai. Disamping itu, struktur kelompok ini antara lain meliputi kekuasaan/kepemimpinan dan adanya komunikasi antara anggota (Hubeis, tanpa tahun:42). Data yang diperoleh dari lapangan menunjukkan bahwa hubungan dan komunikasi yang terjadi antara para anggota KSM Maju Lancar cukup baik dan. Hal ini terlihat dengan adanya pertemuan rutin yang diadakan secara rutin yang memungkinkan para anggota untuk saling berkomunikasi. Disamping itu kerjasama kelompok ini cukup baik, yang ditunjukkan dengan adanya upaya untuk saling tolong di antara anggota. Bila ada salah satu anggota yang belum dapat membayar angsuran pinjaman, maka anggota kelompok yang lain akan memberikan toleransi dan meminjaminya dengan uang kas kelompok. Setiap anggota juga dengan senang hati menyediakan tempat dan hidangan ala kadarnya bila tiba gilirannya untuk menyediakan tempat untuk pertemuan rutin.

Kelompok Maju Lancar terdiri atas 15 orang anggota (12 laki-laki dan tiga orang perempuan) yang semuanya memiliki usaha di sektor perdagangan seperti penjual material, warung bakso dan mie ayam, warung kelontong, berjualan di pasar, dagang gorengan, kios Aqua, agen LPG dan sebagainya. Pada awalnya kelompok ini terdiri atas 16 orang, namun karena satu orang tidak bisa melunasi angsuran pinjaman, maka pada periode pinjaman berikutnya tidak diperbolehkan meminjam lagi dan secara otomatis tidak menjadi anggota kelompok. Namun demikian, hubungan antara para anggota dengan salah satu anggota yang tidak dapat membayar angsuran tetap baik. Kekurangan angsuran dibayar dengan kas kelompok dan bila anggota yang tidak dapat membayar angsuran tersebut sudah dapat melunasi angsurannya, diperbolehkan bergabung dengan KSM dan mengajukan pinjaman lagi. Semua anggota mengetahui bahwa ketidakmampuan mengangsur dikarenakan kegagalan usaha dan bukan karena tidak bertanggung jawab.

Kepengurusan dalam KSM Maju Lancar terdiri atas ketua, sekretaris dan bendahara. Dalam prakteknya, ketua bertugas mengumpulkan angsuran pinjaman dan menyetorkannya pada kantor BKM. Sekretaris bertugas mencatat keluar masuknya kas kelompok dan bendahara berfungsi sebagai kasir dan memasukkan kas kelompok ke BRI. Kepengurusan tersebut dibentuk secara musyawarah oleh para anggota. Sebagai ketua kelompok ditunjuk Bp Rt seorang sarjana yang memiliki usaha menjual material dan warung kelontong. Sementara

bendahara dipegang oleh Bp. Zn yang memiliki usaha kios LPG sekaligus seorang sopir di sebuah dealer LPG. Jabatan sekretaris dipegang oleh Bp. Sdn yang memiliki usaha agen tiket bus. Berikut ini penuturan Bp Jwn seorang anggota KSM Maju Lancar:

Pak Rt dipun dapuk dados ketua kelompok amargi piyantunipun entengan lan wani tombok (Pak Rt ditunjuk sebagai ketua kelompok karena orangnya suka menolong dan paling mampu di antara para anggota kelompok).

Dari hasil observasi diketahui bahwa anggota kelompok yang ditunjuk menjadi pengurus kelompok adalah mereka yang secara ekonomi relatif lebih baik bila dibandingkan dengan anggota kelompok yang lain. Sebagai ketua, Bp Rt mempunyai usaha dagang material, sementara istrinya membuka warung kelontong. Disamping itu, rumahnya yang cukup luas disewakan untuk kos. Menurut penuturannya, sebenarnya ia tidak begitu membutuhkan tambahan modal dari P2KP, karena ia dapat meminjam modal dari saudaranya yang memiliki toko kelontong yang cukup besar. Namun karena ditunjuk menjadi ketua oleh para tetangganya, akhirnya ikut mengajukan pinjaman.

Kepemimpinan yang ada dalam KSM Maju Lancar cukup efektif dan para anggota mematuhi terhadap kepemimpinan yang ada. Model kepemimpinan yang dijalankan oleh ketua kelompok cukup demokratis. Artinya, setiap pengambilan keputusan dimusyawarahkan terlebih dulu dengan para anggota. Sebagai contoh, ketika ada salah satu anggota yang mengalami kegagalan usaha dan tidak dapat membayar angsuran pinjaman, ketua memusyawarahkan dengan semua anggota untuk memecahkan masalah tersebut.

3. Manajemen Kelompok

Manajemen didefinisikan sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan da n pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Stoner yang dikutip oleh Handoko, 1998:67). KSM Maju Lancar merupakan salah satu bentuk organisasi sederhana karena di dalamnya terdiri atas kumpulan orang yang memiliki usaha ekonomi produktif dan mempunyai tujuan tertentu, yaitu memperoleh bantuan modal dari P2KP.

Proses perencanaan yang ada dalam KSM Maju Lancar belum ada. Namun demikian sudah ada keinginan dari para anggota agar suatu saat dapat mandiri dan tidak tergantung pada pinjaman dari P2KP dengan modal yang berasal dari kas kelompok. Keinginan tersebut masih terbatas harapan dan belum ada perencanaan yang matang karena menunggu hingga kas kelompok menjadi banyak. Seperti halnya yang dikemukakan oleh ketua KSM Bp Rt:

“Sak mangkehipun kelompok Maju Lancar pengin mandiri lan mboten gumantung kaliyan P2KP. Kas kelompok ingkang wonten dipun ampilaken dateng anggota supados berkembang. (Suatu saat nanti kami ingin mandiri dan tidak tergantung dari pinjaman program P2KP. Kas kelompok yang ada dipinjamkan kepada anggota supaya berkembang) Proses pengorganisasian nampak dari kegiatan yang dilakukan secara rutin yaitu pertemuan yang diadakan sebulan sekali setiap tanggal lima belas (Dua hari sebelum tanggal pembayaran angsuran ke kantor BKM). Pertemuan ini bertujuan untuk mengumpulkan angsuran pinjaman dari para anggota. Waktu pertemuan diadakan dua hari menjelang angsuran dengan tujuan memberi kesempatan bagi anggota yang belum dapat membayar angsuran pada tanggal tersebut. Namun demikian pengorganisasian terhadap usaha yang dilakukan para anggota dan masing-masing anggota menjalankan usahanya secara individual.

Pengarahan dan pengawasan terhadap usaha yang dijalankan anggota belum dilakukan dan masing-masing anggota masih menjalankan usahanya sesuai dengan kemampuan dan pengalamannya masing-masing. Pengarahan dan pengawasan masih sulit dilakukan karena masing-masing anggota mempunyai usaha sendiri-sendiri dan tidak ada ketergantungan antara para anggota. Sementara itu peran BKM dan Fasilitator Kelurahan kurang bisa diharapkan. Seperti yang dikemukakan oleh ketua KSM Maju Lancar Bp. Rt:

“Sedanten anggota kagungan usaha lan pedamelan piyambak, mboten woten komunikasi kangge ngrembag usaha anggota sanesipun. BKM dugi sakmeniko namung nyaluraken potangan. Faskel ugi dereng nate ngawontenaken pembinaan dumateng anggota”. (Masing-masing anggota memiliki usaha dan kesibukan sendiri-sendiri sehingga tidak ada komunikasi untuk membahas usaha anggota yang lain. BKM sampai sekarang hanya menyalurkan dana pinjaman. Sementara Faskel juga belum pernah mengadakan pembinaan terhadap anggota KSM).

4. Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan KSM Maju lancar dilaksanakan secara terbuka, Dikatakan terbuka karena cash and flow keuangan dapat diketahui oleh seluruh anggota kelompok. Catatan tentang keluar masuknya dana terdokumentasi dengan baik yang dibuat oleh sekretaris kelompok. Seluruh anggota dapat memperoleh informasi tentang posisi keuangan yang ada; debet, kredit, jumlah kekayaan kelompok secara keseluruhan. Sampai saat pengambilan data, jumlah dana kelompok mencapai lima juta rupiah. Dana tersebut berasal dari pengembalian bunga dari setiap angsuran yang dibayarkan ke BKM, sisa bunga yang dibayarkan anggota (bunga yang ditentukan oleh BKM 18 persen pertahun, namun para anggota membayar 20 persen), dan bunga pinjaman dari pinjaman anggota terhadap dana kelompok yang besarnya 20 persen pertahun.

Perencanaan kedepan, kekayaan kelompok yang terus bertambah tersebut akan digunakan untuk pengembangan kredit anggota. Harapan akhir dari kelompok ini memang berupaya mandiri. Pengertian mandiri disini adalah kelompok ini dapat memberikan pinjaman modal kepada anggota tanpa bergantung pada program pinjaman dari P2KP.

5. Norma Kelompok

Norma dapat didefinisikan sebagai aturan-aturan berperilaku mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan (Hubeis, tanpa tahun:44). Dengan demikian norma kelompok dapat berupa aturan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang akan mengatur perilaku anggota yang berkaitan dengan kehidupan kelompok. Norma yang ada dalam KSM Maju Lancar belum dalam bentuk tertulis namun telah diinternalisasi dalam diri masing-masing anggota. Norma ter sebut antara lain kewajiban anggota untuk menghadiri pertemuan rutin yang dilakukan setiap satu bulan sekali, kewajiban anggota untuk mengangsur pinjaman secara tepat waktu yaitu pada saat pertemuan rutin kelompok, kewajiban anggota untuk menyediakan tempa t dan konsumsi untuk pertemuan rutin yang dilakukan secara bergilir.

Sanksi terhadap pelanggaran norma yang ada belum diberlakukan secara tegas, sehingga ada beberapa anggota yang melanggar norma tersebut, seperti tidak menghadiri pertemuan rutin, tidak membayar angsuran pinjaman

secara tepat pada saat pertemuan kelompok, dan sebagainya. Seperti halnya yang dikemukakan oleh salah satu anggota KSM yaitu Ibu Rby berikut ini:

“Wonten anggota kelompok ingkang mboten nate tindak kempalan, nanging tetep pareng ngampil kredit P2KP, padahal rumiyin wonten perjanjian bilih ingkang mboten nindaki pakempalan mboten pareng ngampil potangan”. (Ada anggota yang tidak pernah datang di pertemuan, tetapi tetap boleh meminjam kredit P2KP, padahal dulu ada perjanjian bahwa yang tidak mendatangi pertemuan rutin tidak boleh mengajukan pinjaman).

Begitu pula sanksi tidak diberikan secara tegas ketika ada salah satu ada anggota yang tidak dapat membayar angsuran hingga mencapai jumlah ratusan ribu rupiah dikarenakan kegagalan usaha. Seperti yang dikemukakan oleh ketua KSM Maju Lancar berikut ini:

Wonten setunggal anggota ingkang mboten saget mbayar angsuran kaping enem, jumlahipun satus seket ewu pendak wulanipun, nanging kelompok mboten saget maringi ukuman amargi mboten wonten perjanjian. Kelompok langkung ngutamakaken paseduluran, lan meniko mboten pun jarag, nanging amargi usahanipun bangkrut, ugi wonten masalah keluarga Pak Wwn. Kagem njagi supados kelompok dipun pitados dateng BKM, cicilan Pak Wwn pun bayar ngagem kas kelompok lan meniko sampun dimusyawarahaken kaliyan anggota sanesipun. Sedoyo anggota mboten rumaos dirugekaken, amargi kagem nulung tiyang ingkang mbetahaken. Ingkang baken kelompok saget ngajengaken pinjaman maleh. (Ada salah satu anggota yang tidak dapat membayar angsuran sebanyak enam kali angsuran yang jumlahnya seratus lima puluh ribu tiap angsuran, namun kelompok tidak dapat memberikan sanksi apapun karena memang tidak ada perjanjian yang tegas. Kelompok lebih mengutamakan hubungan persaudaraan, toh ini bukan kesengajaan, tetapi memang usahanya yang bangkrut, selain ada masalah keluarga pada Bp Wwn (anggota yang tidak dapat membayar angsuran), Untuk menjaga agar kelompok dipercaya oleh BKM, angsuran Bp Wwn dibayar dengan kas kelompok dan ini sudah dimu syawarahkan oleh anggota kelompok yang lain. semua anggota kelompok juga tidak merasa dirugikan, yang penting kelompok dapat tetap mengajukan pinjaman ke BKM lagi”.

Disamping hal-hal yang telah disebutkan di atas, norma yang ada pada KSM Maju Lancar adalah bahwa persyaratan untuk menjadi anggota kelompok adalah memiliki usaha sebagaimana syarat yang diberikan BKM bagi anggota KSM yang ingin mengajukan pinjaman. Meskipun pada kenyataannya ada anggota yang tidak mempergunakan pinjaman untuk menambah modal usaha. Sebagaimana dikemukakan oleh Ibu Wlkn seorang penjual gorengan:

“Sakbendinten kulo ndamel gorengan lan kulo setoraken dateng warung- warung. Kulo ngampil arto dateng P2KP sampun kaping sekawan. Ampilan kintun piyambak Rp 750.000, kulo ginaaken kangge ndamel WC wonten griyo tilaran batih kulo ingkang badhe kulo kontrakaken”. (Setiap

Dokumen terkait