• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk Strategi Nafkah Rumah Tangga Petambak Garam

Sektor Pertanian (dalam arti luas) merupakan sumber utama mata pencaharian rumah tangga masyarakat di Dusun II Desa Waruduwur. Kegiatan pertanian utama yang dilakukan adalah usaha garam rakyat. Melihat produksi garam di Kabupaten Cirebon merupakan salah satu sentral garam di Jawa Barat, kegiatan usaha garam rakyat tersebut dikelola secara komersial, hanya sedikit yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari.

Strategi nafkah dalam penelitian terdiri dari sektor on farm, off farm dan non farm. Menurut Ellis (2000) menjelaskan bahwa sektor on farm merujuk kepada nafkah yang berasal dari pertanian dalam arti luas. Sektor ini mengacu pada pendapatan yang berasal dari tanah pertanian milik sendiri, baik yang diusahakan oleh pemilik tanah maupun diakses melalu sewa menyewa atau bagi hasil. Di Dusun II Desa Waruduwur, hampir semua lahan diperuntukkan sebagai lahan untuk usaha garam rakyat. Adapun pertanian komoditas lain dianggap pertanian sampingan yaitu, budidaya bandeng.

Selain itu, terdapat sumber nafkah dari sektor off farm . Masih merujuk kepada Ellis (2000) bentuk trategi nafkah off farm masih tergolong pada sektor pertanian tetapi bukan berasal dari kegiatan bertani, dalam hal ini usaha garam rakyat. Kegiatan di luar pertanian yang dimaksud seperti upah tenaga kerja, sistem bagi hasil, kontrak upah tenaga kerja non upah, dan lain-lain, namun masih dalam lingkup sektor pertanian. Sumber nafkah dari sektor off farm dalam penelitian ini yaitu menjadi buruh panggul pertanian/kuli angkut garam, nelayan, peternakan, penimbang garam dan pencari hasil laut di tepi pantai.

Sumber nafkah dari sektor non farm, menurut Ellis (2000) bentuk strategi nafkah yang tidak berasal dari pertanian, seperti upah tenaga kerja pedesaan bukan pertanian, membuka usaha di luar kegiatan pertanian dan sebagainya. Sumber nafkah yang berasal dari sektor non farm dalam penelitian ini yaitu, buruh pabrik, buruh kontruksi jalanan/bangunan, pemulung, warung sembako/kedai makanan, ojek, bengkel, satpam PLTU, pegawai pabrik dan honorer kelurahan.

Keragamaan jenis pekerjan dari tiap sektor sumber nafkah terlihat dari rumah tangga petambak garam di Dusun II, Desa Waruduwur. Setiap golongan lahan garapan memiliki pekerjaan di tiap sektor sumber nafkah, tersedianya lahan pekerjaan didukung dengan posisi desa yang berada di pinggir jalur pantura sehingga masyarakat desa memiliki akses jalan yang mudah jika ingin mencari pekerjaan di luar usaha garam rakyat. Berikut Jumlah sumber nafkah rumah tangga petambak garam di luar usaha garam rakyat berdasarkan total luas lahan garapan

44

Gambar 8 Jumlah sumber nafkah rumah tangga petambak garam di luar usaha garam rakyat menurut golongan luas lahan garapan

Seperti ditunjukkan pada Gambar 8, jumlah sumber nafkah sektor on farm merupakan gabungan antara usaha garam rakyat dan budidaya bandeng, untuk jumlah petambak garam yang melakukan budidaya bandeng akan di jelaskan pada tabel berikutnya. Petambak garam golongan luas lahan garapan lebih dari 4.079 m2 memiliki jumlah sumber nafkah terbagi dengan rata di tiap sektor. Terdapat

100! 37.5! 87.5! Golongan'Luas'Lahan'Garapan'<'2.979'm2' On#Farm# Off#Farm# Non#Farm# 100! 48! 86! Golongan'Luas'Lahan'Garapan'2.979'm2'≤'x'<'4.079''m2' On#Farm# Off#Farm# Non#Farm# 100! 83! 83! Golongan'Luas'Lahan'Garapan'≥'4.079'm2' On#Farm# Off#Farm# Non#Farm#

45 masing-masing lima responden dari enam responden golongan tersebut atau 83 persen yang memiliki pekerjaan di sektor off farm dan non farm.

Petambak garam golongan luas lahan garapan di antara 2.979 m2 ≤ x < 4.079 m2 , sebanyak sebanyak 18 responden dari 21 responden golongan tersebut atau 86 persen yang menerapkan strategi nafkah selain usaha garam rakyat sedangkan di sektor off farm, terdapat 10 responden dari 21 responden golongan tersebut atau 48 persen yang memiliki pekerjaan di sumber nafkah off farm. Selain itu, di golongan dengan luas lahan garapan kurang dari 2.979 m2 terdapat tujuh responden dari delapan responden golongan tersebut atau 87.5 persen yang menerapkan strategi nafkah bersumber di luar usaha garam rakyat sedangkan di sektor off farm hanya tiga responden dari delapan reponden golongan tersebut atau 37.5 persen yang memanfaatkannya.

Menurut Dharmawan (2001) dikutip Turasih (2011), sumber nafkah rumah tangga sangat beragam (mutiple source of livelihood), karena rumah tangga tidak tergantung hanya pada satu pekerjaan dan satu sumber nafkah tidak dapat memenuhi semua kebutuhan tumah tangga. Informasi yang diperoleh di lapang, ditemukan dalam satu rumah tangga dapat memiliki dua hingga lima sumber nafkah dari berbagai sektor. Berikut jumlah sumber nafkah dan jenis pekerjaan dari sektor sumber nafkah menurut luas lahan tersaji di Tabel 12.

46 Tabel 12 Jumlah sumber nafkah dan jenis pekerjaan menurut golongan luas lahan garapan Golongan luas

lahan garapan (m2)

n Jumlah sumber nafkah

On farm Off farm Non farm

Usaha garam rakyat

Usaha garam rakyat

+ Budidaya bandeng a b c d e a b c d e f g h i < 2979 2 2 Sumber nafkah √ √ √ 4 3 Sumber nafkah √ √ √ √ √ √ 1 4 Sumber nafkah √ √ √ 1 5 Sumber nafkah √ √ √ √ 2.979 ≤ x < 4.079 5 2 Sumber nafkah √ √ √ √ 5 3 Sumber nafkah √ √ √ √ √ 8 4 Sumber nafkah √ √ √ √ √ √ √ √ 3 5 Sumber nafkah √ √ √ √ √ √ √ √ ≥ 4.079 1 3 Sumber nafkah √ √ 4 4 Sumber nafkah √ √ √ √ √ √ √ √ 1 5 Sumber nafkah √ √ √ √ Total 35

Keterangan: Off farm: a. Buruh panggul pertanian /kuli angkut garam Non Farm: a. Buruh pabrik

b. Nelayan b. Buruh kontruksi jalanan/bangunan

c. Peternakan c. Pemulung

d. Penimbang garam d. Warung sembako/kedai makanan

e. Pencari hasil laut di tepi pantai e. Ojek

f. Bengkel g. Satpam PLTU h. Pegawai pabrik i. Honorer kelurahan

47 Seperti terlihat pada Tabel 12, golongan rumahtangga petambak garam dengan luas lahan garapan lebih dari 4.079 m2 hanya menerapkan tiga hingga lima sumber nafkah tiap rumah tangga. Sebanyak empat responden dari total enam responden golongan ini yang menerapkan empat sumber nafkah dalam rumah tangganya, sedangkan terdapat masing-masing satu responden dari enam responden golongan ini yang menerapkan tiga sumber nafkah dan lima sumber nafkah dalam rumahtangganya. Rumah tangga petambak yang menerapkan tiga sumber nafkah tidak memiliki pekerjaan di bidang non farm, hanya menerapkan pekerjaan dari sektor on farm dan off farm, yaitu usaha garam rakyat + budidaya bandeng dan buruh panggul pertanian/kuli angkut garam.

Selain itu, di petambak garam golongan luas lahan garapan di antara 2.979 m2≤ x < 4.079 m2, menerapkan dua hingga lima sumber nafkah tiap rumahtangga. Rata-rata di golongan ini menerapkan empat sumber nafkah yang terdiri dari usaha garam rakyat + budidaya bandeng, buruh panggul pertanian/kuli angkut garam, pencari hasil laut di tepi pantai, buruh pabrik, warung sembako/kedai makanan, satpam PLTU, pegawai pabrik dan honorer kelurahan, dengan sebanyak delapan responden dari total 21 responden golongan ini yang menerapkannya. Selanjutnya, terdapat masing-masing lima responden dari 21 responden total 21 responden golongan ini yang memiliki jumlah dua dan tiga sumber nafkah, rumahtangga tersebut menerapkan sumber nafkah dari semua sektor. Sementara, terdapat tiga responden dari 21 responden golongan ini yang menerapkan lima sumber nafkah yang terdiri dari usaha garam rakyat + budidya bandeng, buruh panggul pertanian/kuli angkut garam, peternakan, buruh pabrik, pemulung, warung sembako/kedai makanan, ojek, satpam PLTU dan pegawai pabrik.

Pada rumah tangga petambak garam golongan luas lahan kurang dari 2.979 m2 , tidak berbeda jauh dengan golongan sebelumnya yaitu memiliki dua hingga lima sumber nafkah tiap rumahtannganya. Rata-rata di golongan ini memiliki tiga sumber nafkah di tiap rumahtangganya yang terdiri dari usaha garam rakyat, nelayan, buruh pabrik, waung sembako/kedai makanan dan pegawai pabrik.

Seperti terlihat pada Tabel 10, menjelaskan terdapat empat jenis penguasaan lahan terhadap lahan tambak yaitu, lahan milik, lahan hibah, lahan sewa/kontrak dan lahan bagi hasil. Rata-rata petambak garam memiliki status penguasaan lahan sewa/kontrak. Durasi waktu penyewaan berlaku selama satu tahun dengan harga yang berbeda untuk setiap lahan. Informasi yang diperolah di lapang, status penguasaan lahan yang dipilih oleh petambak garam mempunyai pengaruh terhadap strategi nafkah yang di pilih oleh petambak terutama dalam sektor on farm. Berikut jumlah status penguasaan lahan dan jenis sumber nafkah menurut golongan luas lahan garapan.

48 Tabel 13 Jenis pekerjaan dan status penguasaan lahan menurut golongan luas lahan garapan

Golongan luas lahan garapan Status penguasaan lahan n

On farm Off farm Non farm

Usaha garam rakyat Usaha garam rakyat + Budidaya bandeng a b c d e a b c d e f g h i < 2.979 Milik 1 √ √ √ Hibah 0 Sewa/kontrak 7 √ √ √ √ √ √ √ Bagi Hasil 0 2.979 ≤ x < 4.079 Milik 3 √ √ √ √ √ √ Hibah 3 √ √ √ √ √ Sewa/kontrak 11 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Bagi Hasil 4 √ √ √ √ √ √ ≥ 4.079 Milik 1 √ √ √ Hibah 0 Sewa/kontrak 4 √ √ √ √ Bagi Hasil 1 √ √ √ √ Total 35

Keterangan: Off farm: Buruh panggul pertanian /kuli angkut garam Non Farm: Buruh pabrik

Nelayan Buruh kontruksi jalanan/bangunan

Peternakan Pemulung

Penimbang garam Warung sembako/kedai makanan

Pencari hasil laut di tepi pantai Ojek

Bengkel Satpam PLTU Pegawai pabrik Honorer kelurahan

49 Seperti terlihat pada Tabel 13, tiap golongan petambak garam memiliki status penguasaan lahan yang beragam. Petambak garam golongan luas lahan garapan kurang dari 2.979 m2 memiliki status penguasaan hanya pada lahan milik dan sewa/kontrak. Terdapat satu responden yang memiliki status penguasaan lahan milik dan tujuh responden pada status lahan sewa/kontrak. Petambak garam yang memiliki status lahan milik, hanya memanfaatkan dua sumber nafkah yaitu di sektor on farm dan off farm. Pada sektor on farm, petambak garam tidak mengalihfungsikan lahannya menjadi budidaya bandeng di musim hujan sedangkan di sektor off farm, petambak garama memiliki pekerjaan sebagai buruh panggul pertanian/kuli angkut garam dan nelayan. Petambak garam yang memiliki status penguasaan lahan sewa/kontrak terlihat memanfaatkan semua sumber nafkah dan pada sektor on farm, petambak garam memanfaatkan lahan garam di luas musim panen untuk budidaya bandeng.

Di golongan luas lahan garapan antara 2.979 m2≤ x < 4.079 m2, petambak garam memiliki status penguasaan lahan milik, hibah, sewa/kontrak dan bagi hasil. Terdapat masing-masing tiga responden yang memiliki status penguasaan lahan milik dan hibah, 11 responden yang berstatus lahan sewa/kontrak dan empat responden yang memiliki status penguasaan lahan bagi hasil. Rata-rata petambak garam pada golongan ini memanfaatkan sumber nafkah dari ketiga sektor meskipun memiliki status penguasaan lahan yang berbeda. Pada sektor on farm, petambak garam yang memilki status penguasaan lahan milik, hibah dan sewa/kontrak, mengalihfungsikan lahan tambak menjadi budidaya bandeng di luas musim garam sedangkan petambak garam yang memiliki status penguasaan lahan bagi hasil hanya memanfaatkan tambak menjadi usaha garam rakyat saja.

Pada golongan petambak garam luas lahan lebih dari 4.079 m2, ditemukan status penguasaan lahan hanya lahan milik, sewa/kontrak dan bagi hasil. Terdapat empat responden yang memiliki status penguasaan lahan sewa/kontrak dan masing-masing satu responden yang memiliki status penguasaan lahan milik dan bagi hasil. Petambak garam yang memiliki status penguasaan lahan milik hanya memanfaatkan dua sumber nafkah dari sektor on farm dan non farm sedangkan petambak garam yang memiliki status penguasaan lahan sewa/kontrak dan bagi hasil, memanfaatkan sumber nafkah dari ketiga sektor. Pada sektor on farm, status penguasaan lahan bagi hasil memiliki kesamaan pada golongan sebelumnya yaitu, tidak memanfaatkan lahan tambak menjadi budidaya bandeng di luar musim garam.

Secara keseluruhan, petambak garam yang memiliki status penguasaan bagi hasil mempunyai pengaruh terhadap strategi nafkah yang diterapkan dalam rumah tangganya karena petambak tidak dapat memanfaatkan lahan tambak menjadi budidaya bandeng di luar musim garam atau musim hujan. Petambak garam yang memiliki status penguasaan lahan bagi hasil sudah mempunyai kesepakatan oleh pemilik lahan atau bos/patron, bahwa petambak garam hanya di perbolehkan memanfaatkan tambak saat musim garam sedangkan di luar musim garam, pemilik lahan yang memanfaatkan lahan menjadi budidaya bandeng.

Sumber Nafkah dan Pendapatan On farm (Usaha Garam Rakyat dan Budidaya Bandeng)

Sektor on farm merupakan sumber nafkah utama di Dusun II, Desa Waruduwur yaitu, usaha garam rakyat. Terdapat komoditas pertanian lainnya

50

yang termasuk dalam sektor on farm yaitu budidaya bandeng tetapi, komoditas ini tidak diprioritaskan. Di Dusun II, Desa Waruduwur, usaha garam rakyat dan budidaya bandeng dilakukan di lahan yang sama hanya berbeda bulan saat produksinya. Usaha garam rakyat di produksi saat akhir bulan Mei hingga bulan November berakhir atau dengan kata lain usaha garam rakyat dilakukan saat musim kemarau berlangsung sedangkan budidaya bandeng dilakukan di luar bulan tersebut atau musim hujan. Usaha garam rakyat di desa ini dikelola secara komersial, hanya sebagian kecil garam yang dikonsumsi sendiri oleh rumah tangga. Budidaya bandeng juga dikelola secara komersial tetapi tidak menjadi pendapatan yang mendominasi di sektor on farm dan lebih ke pendapatan tambahan.

Pada musim panen tahun 2015, musim kemarau lebih panjang dibandingkan tahun sebelumnya. Petambak garam menghasilkan garam yang lebih berlimpah dibandingkan tahun sebelumnya karena waktu lama penyinaran yang lebih lama tetapi produksi yang meningkat ini tidak didukung dengan harga jugal yang tinggi. Saat penelitian berlangsung, harga garam berada di harga jual paling rendah yaitu hanya Rp. 250/kg, padahal saat panen raya harga sempat berada di sekitar Rp. 300/kg. Hal ini, membuat petambak garam bertindak untuk mempertahankan garamnya agar dapat dijual saat harga jual berada di harga tertinggi.

Pada saat musim hujan, lahan dialihfungsikan menjadi budidaya bandeng. Petambak garam yang mengalihfungsikan lahan sebagai budidaya bandeng terdapat 20 responden dari total 35 responden dan sisa diantaranya tidak dialihfungsikan lahannya menjadi budidaya bandeng. Budidya bandeng di Desa Waruduwur dapat dikatakan tidak terlalu diprioritaskan sehingga selama produksi beberapa petamabak hanya memberikan makan lumut untuk pakan bandeng dan ada juga yang memberikan roti atau pakan ikan bandeng. Bagi petambak yang memproduksi bandeng lebih besar akan lebih memperhatikan tambak selama produksi dari pemberian obat agar bandeng tidak terkena penyakit hingga pembelian pakan ikan. Budidaya bandeng akan dipanen tiga bulan sekali atau empat bulan sekali selama musim panen, bandeng yang dihasilkan memiliki ukuran yang berbeda, ada yang berukuran sedang dan ada juga yang berukuran besar. Bandeng yang siap panen akan dijual ke penggepul dan ada juga yang digunakan untuk usaha ikan bandeng presto. Berikut rata-rata produksi usaha garam rakyat dan budidaya bandeng menurut golongan luas lahan garapan disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Rata-rata produksi usaha garam rakyat dan budidaya bandeng menurut golongan luas lahan garapan

Golongan luas lahan garapan (m2)

n Rata-rata produksi usaha garam rakyat (Kg/Musim Panen) Rata-rata produksi budidaya bandeng (Kg/Musim Panen) < 2.979 8 29,750 97 2.979 ≤ x < 4.079 21 49,810 83 ≥ 4.079 6 78,333 214

Seperti terlihat pada Tabel 14, rata-rata produksi usaha garam rakyat dan budidaya bandeng terdapat perbedaan tiap golongannya. Perbedaan ini dipengaruhi oleh produksi yang dihasil petambak berbeda-beda meski memiliki

51 luas lahan yang sama. Untuk usaha garam rakyat, kunci utama dari usaha garam ialah semakin lama garam proses kritalisasi maka produksi garam yang dihasilkan akan lebih tebal dan tidak rapuh sehingga akan menghasilkan garam yang banyak sedangkan untuk budidaya bandeng dilihat dari jumlah bibit yang dibeli oleh petambak.

Petambak golongan luas lahan kurang dari 2.979 m2 memiliki rata-rata luas lahan garapan sebesar 2.250 m2 dengan rata-rata produksi sebesar 29.750 kg atau 30 ton per musim panen sehingga produktivitas petambak golongan ini sebanyak 13 kg per meter pesergi. Rata-rata petambak digolongan ini melakukan kristalisasi hanya tiga hari sekali dalam seminggu sehingga garam yang dihasilkan tidak terlalu tebal dan muda rapuh. Selanjutnya, petambak golongan ini hanya tiga responden dari delapan responden yang melakukan budidaya bandeng dengan rata-rata produksi sebesar 97 kg per musim panen. Petambak digolongan ini semuanya membeli bibit bandeng sebanyak 2.000 bibit untuk semua lahan.

Di golongan luas lahan garapan antara 2.979 m2 ≤ x < 4.079 m2 petambak memiliki rata-rata luas lahan garapan sebesar 3.324 m2 rata-rata produksi garam sebesar 78,333 kg atau 78 ton per musim panen sehingga produktivitas petambak golongan ini sebanyak 15 kg per meter pesergi (14,6 kg per meter persegi). Rata- rata petambak digolongan ini juga melakukan proses kristalisasi hanya tiga hari sekali dalam seminggu. Selanjutnya, petambak golongan ini hanya 10 responden dari 21 responden yang melakukan budidaya bandeng dengan rata-rata produksi sebesar 83 kg per musim panen. Petambak digolongan ini semuanya membeli bibit bandeng sebanyak 2.000 bibit untuk semua lahan.

Golongan luas lahan garapan lebih dari 4.079 m2, petambak memiliki rata- rata luas lahan garpaan sebesar 5.483 m2 rata-rata produksi garam sebesar 49,810 kg atau 50 ton per musim panen sehingga produktivitas petambak golongan ini sebanyak 14 kg per meter persegi. Rata-rata petambak digolongan ini melakukan proses kristalisasi seminggu sekali sehingga garam yang dihasilkan lebih besar. Selanjutnya, petambak golongan ini hanya lima responden dari enam responden yang melakukan budidaya bandeng tersebut dengan rata-rata produksi sebesar 214 kg per musim panen. Petambak digolongan ini membeli bibit dalam jumlah beragam, paling kecil 1.000 bibit hingga 10.000 bibit.

Melihat keseluruhan produktivitas usaha garam, golongan luas lahan garapan anatara 2.979 m2 ≤ x < 4.079 m2 memiliki produktivitas paling besar dibandingkan golongan lainnya, sebanyak 15 kg per meter pesergi sedangkan untuk budidaya bandeng, golongan luas lahan garapan lebih dari 4.079 m2 menghasilkan produksi hingga 214 kg permusim panen, hasil ini dua kali lipat dibandingkan golongan lainnya.

Pendapatan dari usaha garam rakyat merupakan pendapatan sumber utama dari rumah tangga petambak garam, sehingga jumlah produksi garam yang dihasilkan menentukan pendapatan yang diterima rumah tangga petambak. Petambak garam di Dusun II, Desa Waruduwur masih menggunakan cara tradisional sehingga pendapatan yang di dapatkan dapat beragam satu sama lain karena cara tradisional dapat menghasilkan kualitas garam yang berbeda. Pendapatan petambak garam dalam penelitian dihitung berdasarkan rata-rata penerimaan (pendapatan kotor) dikurangi dengan rata-rata pengeluaran (modal usaha) yang terdiri: biaya nyewa lahan, biaya buruh (buruh angkut dan buruh pembuat lahan), biaya pembuatan lahan. Begitu pun juga dengan budidaya

52

bandeng yang berbeda modal usaha dari bandeng terdiri, pembelian bibit, pupuk untuk penumbuh lumut, pembelian jaring dan obat. Pendapatan lalu dikalikan dengan harga garam dan bandeng pada saat peneliatan berlangsung yaitu, harga jual garam Rp. 250/kg dan harga jual bandeng Rp. 15.000/kg hingga 20.000/kg. Berikut data pendapatan rumah tangga petambak gara dari sektor on farm (usaha garam rakyat dan bandeng) menurut golongan luas lahan garapan disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15 Pendapatan rumah tangga petambak garam dari sektor on farm (usaha garam rakyat dan budidaya bandeng) menurut golongan luas lahan garapan

Golongan luas lahan garapan (m2)

Usaha garam rakyat (x1000 Rp/Musim Panen) Tambak bandeng (x1000 Rp/Musim Panen) Rata-rata Biaya Rata-rata penerimaan Rata-rata pendapatan Rata-rata biaya Rata-rata penerimaan Rata-rata pendapatan < 2.979 3.324 7.586 4.262 385 1.616 1.231 2.979 ≤ x < 4.079 4.310 11.444 7.135 399 1.258 859 ≥ 4.079 6.460 17.625 11.165 517 3.210 2.693

Seperti terlihat pada Tabel 15, pendapatan petambak di tiap golongan pun cukup beragam begitu juga dengan pendapatan dari bandeng. Petambak Petambak golongan luas lahan kurang dari 2.979 m2 mendapatkan rata-rata pendapatan sebanyal Rp. 4.262.000 per musim panen sedangkan di usaha garam pendapatan yang didapatkan sebesar 1.231.000 kg per musim panen.

Di golongan luas lahan garapan antara 2.979 m2 ≤ x < 4.079 m2 petambak memiliki pendapatan rata-rata sebanyak Rp. 7.378.000 per musim panen sedangkan diusaha garam pendapatan sebesar Rp. 859.000 permusim panen. Sementara petambak garam golongan luas lahan garapan lebih besar 4.079 m2, memiliki pendapatan usaha garam sebesar Rp. 11.165.000 per musim panen dan pendapatan dari budidaya bandeng sebasar Rp. 2.693.000 per musim.

Pendapatan petambak garam di usaha garam paling besar berada di golongan luas lahan lebih dari 4.079 m2 sebesar Rp. 11.165.000 per musim hal ini juga diikuti dengan besarnya modal untuk sekali panen yaitu sebesar Rp. 6.460.000 per musim panen. Memiliki luas lahan lebih dari 4.079 m2 pasti memiliki modal usaha yang besar juga, dari pembuatan lahan, memperbaiki alat produksi dan sebagainya. Perbedaan pendapatan tiap golongan didukung dengan hasil produksi yang berbeda, seperti di Tabel 14 sebelum rata-rata produksi garam di golongan ini sebesar 78,333 kg atau 78 ton per musim panen.

Untuk budidaya bandeng, golongan luas lahan lebih dari 4.079 m2 juga memiliki produksi paling besar diantara golongan lainnya. Hal ini didukung karena para petambak garam di golongan ini hampir semua membuat usaha dari budidaya bandeng, ada yang membuat budidaya bandeng presto dan ada yang sengaja produksi besar untuk dijual kembali.

Sumber Nafkah dan Pendapatan Off farm

Di dalam penelitian, rumah tangga petambak garam di Dusun II, Desa Waruduwur masih terlihat memanfaatkan sektor off farm untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Seperti terlihat pada Gambar 8, terdapat 20 rumah tangga

53 dari total 35 responden yang memanfaatkan sumber nafkah di sektor off farm . Petambak yang memiliki lahan garapan kurang dari 2.979 m2 hanya enam rumah tangga dari delapan responden golongan ini yang memanfaatkan sumber nafkah dari sektor off farm sedangkan petambak lahan garapan antara 2.979 m2 ≤ x < 4.079 m2 hanya 19 rumah tangga dari 21 responden golongan ini yang memiliki pekerjaan di sektor off farm, sementara di lahan garapan lebih dari 4.079 m2 hanya

Dokumen terkait