• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (Pugar) Terhadap Strategi Nafkah Dan Pendapatan Rumah Tangga Petambak Garam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (Pugar) Terhadap Strategi Nafkah Dan Pendapatan Rumah Tangga Petambak Garam"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA GARAM

RAKYAT (PUGAR) TERHADAP STRATEGI NAFKAH DAN

PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETAMBAK GARAM

NADYA APRIELLA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) terhadap Strategi Nafkah dan Pendapatan Rumah Tangga Petambak Garam adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

NADYA APRIELLA. Dampak Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) Terhadap Strategi Nafkah Dan Pendapatan Rumah tangga Petambak Garam . Dibawah bimbingan SOERYO ADIWIBOWO.

Penelitian ini bertujuan untuk, pertama, menganalisis program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) memberi dampak terhadap usaha garam rakyat dan pendapatan rumah tangga petambak garam. Kedua, mengidentifikasi strategi nafkah petambak garam dan menganalisis pengaruhnya terhadap pendapatan rumah tangga petambak garam. Lokasi penelitian ini dilakukan di Dusun II, Desa Waruduwur. Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Penelitian menggunakan pendekatan survei yang dikombinasikan dengan metode wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan, pertama, berkat PUGAR, pendapatan petambak garam dari semua golongan penguasaan tanah meningkat signifikan dengan taraf nyata 0.15. Kedua, kehidupan rumah tangga petambak garam ditopang oleh tiga sumber nafkah yaitu, usaha garam rakyat dan budidaya bandeng (on farm); buruh panggul atau buruh harian (off farm); dan buruh pabrik (non farm). Ketiga, rata-rata pendapatan rumah tangga responden dari tiga sumber nafkah mencapai Rp. 132.784.000 per tahun. Sektor on farm (garam dan bandeng) memberi sumbangan 19 persen terhadap total pendapatan rumah tangga. Sementara, sektor off farm dan non farm berturut-turut memberi sumbangan sebesar 30 persen dan 51 persen.

Kata Kunci: PUGAR, Petambak Garam, Strategi Nafkah, Pendapatan Rumah Tangga

ABSTRACT

NADYA APRIELLA. The Impact of Nation’s Salt Empowerment Program (PUGAR) to Livelihood Strategies and Income of Salt Farmers. Supervised by SOERYO ADIWIBOWO.

The objective of this study, first, to analyse the the impact of Nation’s Salt Empowerment Program (PUGAR) to salt farming and household income of salt farmers. Second, to indentify the livelihood strategy of the salt farmers. Third, to analyse the effect of livelihood strategies to the salt farmers income. This reseacrh is carried in Dusun II, Waruduwur Villange, Mundu Subdistrict, Cirebon District. A combination of survey method and indeep interview is applied for data collection. The results shows that, first, the household income of salt farmers respondent from various land size are increased significantly due to PUGAR at level of significant 0,15. Second, the living condition of salt farmers household are rooted from three of source income i.e, salt farming and milky fish aquaculture (on farm), of farm daily labor., and non farm daily labor. Third, the averange income of household farmers from three source of income mentioned, reach amount of Rp. 132.784.000 annually. The on farm activitites contributed around 19 percent to the total income. Meanwhile. The off farm and non farm contributed to total income around 30 percent and 51 percent.

(6)
(7)
(8)
(9)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DAMPAK PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA GARAM

RAKYAT (PUGAR) TERHADAP STRATEGI NAFKAH DAN

PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETAMBAK GARAM

NADYA APRIELLA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(10)
(11)
(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan ramhamt dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Skripsi yang berjudul “Dampak Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) terhadap Strategi Nafkah dan Pendapatan Rumah Tangga Petambak Garam ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat kelulusan pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kontribusi dan dukungan semua pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukkan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini.

2. Kedua orang tua, Bapak Effendi dan Ibu Yenny Hermiaty, serta Nindy Abdiella yang selalu mendoakan dan memberikan bantuan moril maupun materi selama penulisan skripsi ini.

3. Arum Sabarina yang sudah membantu penulis dalam mengambil data penelitian dan memberikan semangat selama proses penulisan.

4. Ibu Toenah dan rekan-rekan petambak garam di Desa Waruduwur, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon serta Dinas Perikanan Kabupaten Cirebon bidang PUGAR yang sudah membantu penulis selama melakukan pengambilan data penelitiaan.

5. Tidak lupa terima kasih juga penulis untuk satu perjuangan di Departemen SKPM 49 terutama Kiciwuhuy, teman sebimbingan Citra Pratiwi, Mahesa Jenar, Audina Amanda, Deanisa Rahmani, dan semua pihak yang turut membantu dan memberikan semangat serta doa kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bemanfaat bagi semua pihak

Bogor, Agustus 2016

(14)
(15)

vii

Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat 5

Strategi Nafkah 7

Rumah Tangga Petambak Garam 9

Pendapatan Rumah tangga Petambak garam 9

Usaha Garam Rakyat 10

Kerangka Pemikiran 15

Hipotesis Penelitian 16

Definisi Operasional 16

PENDEKATAN LAPANG 19

Lokasi dan Waktu Penlitian 19

Teknik Pemilihan Responden dan Informan 19

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 20

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 22

Kondisi Demografi 23

Kondisi Ekonomi 23

Kondisi Sosial 24

Karakteristik Petambak Garam di Desa Waruduwur 25

Usia Responden 25

Tingkat Pendidikan Responden 26

Jumlah Tanggungan 27

Pengalaman Menambak 27

USAHA GARAM DAN PETAMBAK GARAM DI DESA WARUDUWUR 29

Proses Pembuatan Garam di Desa Waruduwur 29

Kehidupan Petambak Garam di Desa Waruduwur 33

Permasalahan Usaha Garam Rakyat di Desa Waruduwur 35

PEMBERDAYAAN USAHA GARAM RAKYAT (PUGAR) 37

Pelaksanaan Usaha Garam Rakyat 37

STRATEGI NAFKAH DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETAMBAK

GARAM 42

Bentuk Strategi Nafkah Rumah Tangga Petambak Garam 43 Sumber Nafkah dan Pendapatan On farm (Usaha Garam Rakyat dan

Budidaya Bandeng) 49

Sumber Nafkah dan Pendapatan Off farm 52

(16)

viii

Total Pendapatan Rumah Tangga Petambak Garam 57

DAMPAK PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA GARAM RAKYAT (PUGAR) TERHADAP STRATEGI NAFKAH DAN PENDAPATAN

PETAMBAK GARAM 59

Dampak Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) terhadap

Strategi Nafkah 59

Dampak Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) terhadap

Pendapatan 61

Uji T 66

PENUTUP 67

Kesimpulan 67

Saran 68

DAFTAR PUSTAKA 69

LAMPIRAN 72

RIWAYAT HIDUP 85

DAFTAR TABEL

1 Populasi dan sampel golongan petambak garam menurut luas lahan

garapan 19!

2 Metode pengumpulan data 20!

3 Data mata pencaharian masyarakat Desa Waruduwur Tahun 2014 24! 4 Tingkat pendidikan di Desa Waruduwur Tahun 2014 25! 5 Jumlah dan presentase usia responden menurut golongan luas lahan

garapan 25!

6 Jumlah dan presentase tingkat pendidikan responden menurut golongan

luas lahan garapan 26!

7 Jumlah dan presentasse jumlah tanggungan responden dalam rumah

tangga menurut golongan luas lahan garapan 27!

8 Jumlah dan presentase pengalaman menambak responden menurut

golongan luas lahan garapan 28!

9 Jumlah dan presentase pemanfaatan lahan tambak di luar garam

menurut golongan luas lahan garapan 33!

10 Jumlah dan presentase status penguasaan lahan petambak garam

menurut golongan luas lahan garapan 34!

11 Kegiatan PUGAR di Dusun II, Desa Waruduwur Tahun 2012-2015 41! 12 Jumlah sumber nafkah dan jenis pekerjaan menurut golongan luas lahan

garapan 46!

13 Jenis pekerjaan dan status penguasaan lahan menurut golongan luas

lahan garapan 48!

14 Rata-rata produksi usaha garam rakyat dan budidaya bandeng menurut

golongan luas lahan garapan 50!

15 Pendapatan rumah tangga petambak garam dari sektor on farm (usaha garam rakyat dan budidaya bandeng) menurut golongan luas lahan

(17)

ix

16 Jumlah rumah tangga petambak garam di sektor off farm menurut

golongan luas lahan garapan 53!

17 Jumlah rumah tangga petambak garam di sektor non farm menurut luas

lahan garapan 55!

18 Jumlah dan presentase total pendapatan rumah tangga petambak garam menurut jenis sumber nafkah dan golongan luas lahan garapan 57! 19 Jumlah petambak garam yang menerapkan usaha garam rakyat dan

usaha garam rakyat + budidaya bandeng, sebelum dan sesudah PUGAR 60! 20 Rata-rata produksi garam, sebelum dan sesudah PUGAR menurut

golongan luas lahan garapan 61!

21 Pendapatan usaha garam rakyat sebelum dan sesudah PUGAR menurut golongan luas lahan garapan, (x 1000 Rp/musim panen) 62! 22 R/C Ratio dan B/C Ratio usaha garam rakyat sebelum dan sesudah

PUGAR menurut golongan luas lahan garapan 63!

23 Jumlah pendapatan rumah tangga petambak garam dari jenis sumber nafkah, sebelum dan sesudah PUGAR menurut golongan luas lahan

garapan 65!

24 Hasil uji beda terhadapt R/C Ratio dan B/C Ratio sebelum dan sesudah

PUGAR 66!

DAFTAR GAMBAR

1 Skema tata letak dan aliran proses pembuatan oleh PT. Garam 13! 2 Bagan proses produksi garam (garam mentah atau garam bahan

baku/krosok) 14!

3 Skema hubungan bisnis penggarap dan pemilik dengan pembeli garam 15!

4 Kerangka pemikiran 16!

5 Bagan proses pembuatan usaha garam rakyat 29!

6 Pola lahan tambak garam rakyat di Dusun II, Desa Waruduwur 31!

7 Organisasi pelaksana PUGAR 38!

8 Jumlah sumber nafkah rumah tangga petambak garam di luar usaha garam rakyat menurut golongan luas lahan garapan 44! 9 Pendapatan rumah tangga petambak garam dari sektor off farm menurut

golongan luas lahan garapan 54!

10 Pendapatan rumah tangga petambak garam dari sektor non farm menurut golongan luas lahan garapan tahun 2015-2016 56! 11 Jumlah dan presentase sumber nafkah rumah tangga petambak garam

(18)

x

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pelaksanaan penelitian Tahun 2015-2016 73!

2 Peta lokasi 74!

3 Kerangka Sampling 75!

4 Hasil Uji T 82!

(19)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Garam merupakan suatu komoditas strategis, dimana penggunaan garam tidak hanya untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga tetapi diperlukan juga sebagai bahan dasar bagi berbagai industri seperti industri kimia, perminyakan, farmasi, dan sebagainya. Sebagai salah satu kebutuhan pokok untuk hidup manusia, garam tidak dapat digantikan oleh komiditi lainnya, sehingga kebutuhan garam akan secara terus-menerus dibutuhkan oleh manusia.

Kebutuhan manusia terhadap garam tiap tahun mengalami peningkatan, seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan industri yang terus berkembang. Data dari Kementerian Perdagangan Tahun 2016 memperkirakan kebutuhan garam nasional dari tahun ke tahun semakin meningkat, dari hanya 2,7 juta ton pada tahun 2007 meningkat menjadi 3,75 juta ton pada tahun 2015. Dari jumlah tersebut, 647,6 ribu ton (17,3) merupakan kebutuhan garam konsumsi dan 3,1 juta ton (82,7%) merupakan garam industri.

Permasalahan timbul karena untuk memenuhi kebutuhan garam nasional, Indonesia masih tergantung dari impor. Garam untuk kebutuhan industri sepenuhnya di impor karena rata-rata kadar NaCl yang dibutuhkan industri adalah diatas 95%, sementara produksi garam dalam negeri belum semuanya memenuhi kualitas garam industri. Kualitas garam khususnya garam rakyat tidak seragam serta masih tercampur dengan lumpur/kotoran, sehingga harus dicuci. Pencucian garam ini membutuhkan biaya yang cukup besar sehingga produk garam dalam negeri dipasarkan dalam kondisi garam bahan baku belum dicuci dari ladang dengan kadar 95-97% untuk garam PT Garam dan kadar NaCl dibawah 95% untuk garam rakyat (Kemendag, 2011).

Melihat keadaan pegaraman di Indonesia, dapat dikatakan bahwa produksi dalam negeri terutama usaha garam rakyat hanya mampu memenuhi kebutuhan nasional pada garam konsumsi saja sementara kebutuh garam industri masih tergantung dengan impor. Menghadapi permasalahan tersebut, sudah seharusnya pemerintah memiliki suatu terobosan untuk produksi dalam negeri agar dapat menghasilkan kualitas garam yang tinggi sehingga, dapat menarik produsen garam dalam negeri untuk menggunakannya terutama kebutuhan garam industri yang memiliki kontribusi lebih besar dibanding kebutuhan garam konsumsi. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia No. PER.4/MEN/2011, pemerintah berupaya mendorong produksi garam nasional untuk produksi dari garam rakyat dengan program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) dengan mengintensifkan potensi lahan garam yang ada, diharapkan program ini mampu mendukung swasembada garam nasional. PUGAR dijadikan salah satu program Prioritas Pembangunan Nasional yang dilaksanakan oleh KKP sebagai prioritas Nasional ke empat difokuskan pada peningkatan kesempatan dan kesejahteraan bagi petambak garam.

(20)

2

garam yang seharusnya dapat memperoleh penghasilan yang layak dari usaha garam, ironisnya kehidupan petambak garam di berbagai daerah di Indonesia dihadapkan pada situasi sulit dan terpuruk. Banyak petambak garam tidak dapat bertahan dengan pilihan usahanya, bahkan ada yang meninggalkan usahanya dan berpindah menekuni mata pencaharian lain. Padahal bagi masyarakat pesisir, membuat garam termasuk salah satu sumber nafkah sangat penting yang diandalkan pada musim kemarau.

Penelitian Haryatno (2012) menunjukan bahwa penurunan jumlah petambak garam di Desa Kuwu dapat menjadi pertanda bahwa semakin ditinggalnya profesi petambak garam di lingkungan masyarakat Desa Kuwu. Pendapatan yang tidak menentu disertai dengan kebutuhan hidup yang semakin meningkat, menuntut petambak garam untuk beralih pada mata pencaharian lain.

Petambak garam pun harus mencari alternatif sumber nafkah yang lain agar tetap dapat melangsungkan kehidupannya dan keluarga. Strategi nafkah adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu ataupun kelompok dalam rangka mempertahankan kehidupan mereka dengan tetap memperhatika eksistensi infrastruktur sosial, strukturs sosial dan sistem nilai budaya yang berlaku. Menurut de Haan dikutip Purnomo (2006), jika keberlanjutan nafkah terancam, rumah tangga akan melakukan coping strategy. Coping strategy merupakan strategi nafkah yang dilakukan dalam keadaan sulit dan melakukan stregi nafkah yang baru. Strategi nafkah yang baru dilakukan dengan menggunakan sumber-sumber nafkah (livelihoods) rumah tangga, strategi nafkah yang baru dapat bersifat sementara atau dilakukan seterusnya. Memiliki matapencaharian yang bergantung pada satu musim, mengharuskan petambak garam melakukan coping strategy berdasarkan sumber nafkah lainnya yang sesuai kemampuannya agar tetap dapat melangsungkan kehidupannya dan keluargnya.

Kabupaten Cirebon merupakan salah satu darah potensial akan garam di Indonesia dan merupakan salah satu sentral garam di Jawa Barat. Di tahun 2014, Kabupaten Cirebon termasuk kedalam lima kabupaten yang menyumbang besar dari total produksi garam nasional dengan persentase 12,6 persen (Kemendag 2016). Selain itu, Kabupaten Cirebon juga mendapatkan bantuan PUGAR sejak tahung 2011 dimana hampir kurang lebih setengah petambak mendapatkan bantuan dari program tersebut. Meskipun begitu, kualitas garam yang dihasilkan Kabupaten Cirebon masih dapat dikatakan kalah saing dibandingkan garam poduksi sentra lain seperti, di Madura dan Jawa Tengah. Penyebab rendahnya kualitas garam di Cirebon yakni petambak garam masih menggunakan cara tradisional. Selain itu, proses panen garam yang dipercepat dari waktu ideal membuat kualitas garam menjadi rendah. Hal ini terjadi karena petambak garam membutuhkan biaya untuk memenuhi kebutuhannya dan keluarga.

(21)

3

Perumusan Masalah

Dusun II, Desa Waruduwur, merupakan salah satu desa penghasil garam yang ada di Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Hampir sebagian penduduk di Desa bermata pencaharian sebagai petambak garam. Desa Waruduwur merupakan desa penerima program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) sejak tahun 2012. Program PUGAR merupakan upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi garam nasional agar dapat mencapai swasembada garam nasional. Dalam jangka panjang program ini dapat meningkatkan sejahteraan petambak garam. Petambak garam memiliki sumber matapencaharian yang tergantung dengan cuaca sehingga petambak akan mencari alternatif sumber nafkah yang lain yang sesuai kemampuannya agar tetap dapat melangsungan kehidupannya dan keluarganya.

Merujuk konsep Ellis (2000), strategi nafkah dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga sumber nafkah yaitu, sumber nafkah di on farm, off farm dan non farm. Sumber nafkah di on farm yaitu, produksi usaha garam rakyat merupakan sumber utama mata pencaharian petambak garam di Dusun II Desa Waruduwur, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Sumber nafkah di off farm adalah di luar produksi usaha garam rakyat dan sumber nafkah di non farm adalah di luar kegiatan pertanian (dalam arti luas). Strategi nafkah yang dilakukan dapat didukung dengan modal-modal nafkah (livehood assets) yang dimilikinya. Selain kepala keluarga dalam hal ini kepala keluarga yang bekerja sebagai petambak garam, anggota rumah tangga dapat membantu pendapatan yang diterima keluarga dengan bekerja. Pekerjaan tersebut bisa saja berada dibidang garam maupun di luar garam. Oleh sebab itu, penelitian ini membahas tiga rumusan sebagai berikut:

1. Sejauh mana program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) memberi dampak terhadap usaha garam rakyat dan pendapataan rumah tangga petambak garam di Dusun II, Desa Waruduwur, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon?

2. Bagaimana bentuk strategi nafkah yang diterapkan oleh rumah tangga petambak garam di Dusun II, Desa Waruduwur, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon?

3. Bagaimana pengaruh strategi nafkah yang diterapkan oleh rumah tangga petambak garam terhadap pendapatan yang diterima di Dusun II, Desa Waruduwur, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon?

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

(22)

4

2. Mengidentifikasi bentuk strategi nafkah yang ditempuh petambak garam di Dusun II, Desa Waruduwur, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon.

3. Menganalisis pengaruh strategi nafkah yang ditempuh petambak garam terhadap pendapatan rumah tangga petambak garam di Dusun II, Desa Waruduwur, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon.

Manfaat Penelitian

1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan menjadi proses pembelajaran dalam memahami fenomena sosial di lapangan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan literatur mengenai topik terkait.

(23)

5

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat

Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2014) kegiatan Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) merupakan bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri KP) yang diperuntukan bagi peningkatan kesempatan kerja, kesejahteraan petambak garam rakyat, dan pelaku usaha lainnya dalam rangka mendukung swasembada garam nasional yang prinsp bottom-up (menggunakan mekanisme tugas pembantuan/TP).

Kegiatan PUGAR sudah dilaksanakan dari tahun 2011 hingga tahun 2014 di 40 Kabupaten/Kota pada 10 propinsi dengan jumlah penerima Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) sebanyak 3.500 Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) yang terdiri 31.432 petambak garam. Menurut Apriliana (2013) menjelaskan fokus program PUGAR terarah pada peningkatan kesempatan kerja dan kesejahteraan bagi petambak garam dan terdapat empat isu strategis yang menyebabkan pelaksanaan PUGAR yaitu: a) isu kelembagaan yang menyebabkan rendahnya kuantitas dan kualitas garam rakyat, b) isu permodalan yang menyebabkan para petambak garam terutama dalam kategori kecil dan penggarap terjerat pada bakul, tengkulak dan juragan c) isu regulasi yang menyebabkan lemahnya keberpihakan dan proteksi pemerintah pada sektor garam rakyat, sehingga usaha garam rakyat menjadi tidak prospektif dan marketable dan d) isu tata niaga garam rakyat yang sangat liberalistik dengan tidak adanya penetapan standar kualitas dan harga dasar garam rakyat, sehingga terjadi deviasi harga yang sangat tinggi di tingkat produsen petambak garam dan pelaku pasar, serta terjadinya penguasaan kartel pedagangan garam di tingkat lokal.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (2014) menjelaskan tujuan dan sasaran adanya program PUGAR tahun 2011 hingga tahun 2014 adalah a) meningkatkan produktivitas dan kualitas garam rakyat, b) meningkatkan pendapatan petambak dan peranan koperasi, c) menguatkan usaha KUGAR dengan kemitraan/jejaring usaha, d) mengoptimalkan sarana dan prasarana produksi dan pengolahan garam rakyat. Sasaran program PUGAR yaitu, petambak garam rakyat (pelaku usaha produksi) dengan cara evaporasi atau perebusan yang tergabung dalam KUGAR di Kab/Kota sasaran.

Kegiatan PUGAR hingga tahun 2014 telah berhasil mencapai target yang sudah ditetapkan dengan total produksi 5.117.996,37 ton. Keberhasilan juga ditunjukan dengan tercapainya swasembada garam konsumsi sebanyak 2,02 juta ton pada tahun 2012 sementara kebutuhan garam konsumsi sebesaar 1,4 juta ton. Keberhasilan adanya kegiatan PUGAR dilanjutkan dengan Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGaR) pada tahun 2015.

(24)

6

pengembangan pergaraman nasional yang berorientasi pada peningkatan produktivitas lahan dan kualitas garam rakyat di sektor hulu (on farm), dengan mengimplementasikan teknologi tepat guna seperti teknologi ulir filter dan geoisolator, serta dukungan sarana dan prasarana dari Kementerian/Lembaga terkait. Dengan upaya tersebut diharapkan mampu mempertahankan swasembada garam konsumsi dan mengurangi impor garam industri.

Sasaran dari kegiatan PUGaR Tahun 2015 yaitu, petambak garam rakyat du 44 Kabupaten/Kota di 9 provinsi. Tujuan dari PUGaR Tahun 2015 tidak berbeda jauh dengan kegiatan PUGAR sebelumnya yaitu, meningkatkan produktivitas lahan dan kualitas garam rakyat serta meningkatkan kesejahteraan petambak garam.

Menurut hasil penelitian Wardiansyah (2015) menunjukkan program PUGAR di Kabupaten Brebes pada tahun 2011 hingga 2014 telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam program PUGAR yaitu meningkatkan produksi, harga, dan pendapatan rata-rata petambak garam tetapi dari segi kualitas garam, bantuan PUGAR belum mapu meningkatkan kualitas garam secara keselruhan yang rata-rata masih berada di KP 2-3. Manfaat adanya program PUGAR bagi petambak garam di Kabupaten Brebes yaitu mendapatkan pengetahuan yang baru tentang cara penggaraman yang baik dan benar. Selain itu, meringakan tenaga petambak garam dalam proses memproduksi garam karena hal itu dipermudah dengan adnaya bantuan peralatan dan perlengkapan serta dengan adanya penerapan teknologi baru.

Selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian Amanda dan Buchori (2015), petatambak garam penerima program PUGAR di Kecamaatan Kaliori, Kabupaten Rembang dinilai cukup berhasil tetapi ada atau tidaknya bantuan program tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberdayaan petambak garam. Kegiatan usaha garam di Kabupaten Rembang salah satunya di Kecamatan Kaliori telah ada sejak masa kolonial Belanda tetap berjalan hingga tahun-tahun sebelum para petani garam belum menerima/mengenal program dari pemerintah, dan meskipun petani garam menghadapi permasalahan setiap waktunya. Tetap berjalannya kegiatan usaha garam ini menunjukkan bahwa petani garam mampu menjaga keberlanjutan usaha tradisional yang ada di daerah mereka, dimana adanya keberlanjutan juga merupakan salah satu aspek yang menunjukkan keberdayaan seseorang. Sebenarnya program PUGAR hanya sebatas pengenalan teknologi baru agar petambak mampu memperoleh hasil produksi yang meningkat sehingga dapat berpengaruh langsung kepada pendapatan petambak garam.

(25)

7 Strategi Nafkah

Menurut Dharmawan (2007) dalam sosiologi nafkah pengertian strategi nafkah lebih mengarah pada pengertian livelihood strategy (strategi penghidupan) daripada means of living strategy (strategi cara hidup). Pengertian livelihood strategy yang disamakan pengertiannya menjadi strategi nafkah (dalam bahasa Indonesia), sesungguhnya dimaknai lebih besar daripada sekedar “aktivitas mencari nafkah” belaka. Sebagai strategi membangun sistem penghidupan, maka strategi nafkah bisa didekati melalui berbagai cara atau manipulasi aksi individual maupun kolektif. Strategi nafkah bisa berarti cara bertahan hidup ataupun memperbaiki status kehidupan. Strategi nafkah adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu ataupun kelompok dalam rangka mempertahankan kehidupan mereka dengan tetap memperhatika eksistensi infrastruktur sosial, strukturs sosial dan sistem nilai budaya yang berlaku.

Crow (1989) dikutip Widodo (2011) menjelaskan bahwa strategi nafkah meliputi aspek pilihan atas beberapa sumber nafkah yang ada di sekitar masyarakat. Semakin beragam pilihan sangat memungkinkan terjadinya strategi nafkah. Secara jelas dalam bidang pertanian digambarkan dengan adanya pola intensifikasi dan diversifikasi. Strategi nafkah juga dapat ditinjau dari sisi ekonomi produksi melalui usaha cost minimization dan profit maximization. Selain adanya pilihan, strategi nafkah mengharuskan adanya sumber daya manusia dan modal. Pola hubungan sosial juga turut memberikan warna dalam strategi nafkah. Pola relasi patron-klien dianggap sebagai sebuah lembaga yang mampu memberikan jaminan keamanan subsistensi rumah tangga petani.

Merujuk pada Scoones (1998) dikutip Turasih (2011), dalam penerapan strategi nafkah, rumah tangga petani memanfaatkan berbagai sumberdaya yang dimiliki dalam upaya untuk dapat bertahan hidup. Terdapat tiga klasifikasi strategi nafkah (livelihood strategy) yang mungkin dilakukan oleh rumah tangga petani, yaitu:

a. Rekayasa sumber nafkah pertanian, yang dilakukan dengan memanfaatkan sektor pertanian secara efektif dan efisien baik melalui penambahan input eksternal seperti teknologi dan tenaga kerja (intensifikasi), maupun dengan memperluas lahan garapan (ekstensifikasi).

b. Pola nafkah ganda (diversifikasi), yang dilakukan dengan menerapkan keanekaragaman pola nafkah dengan cara mencari pekerjaan lain selain pertanian untuk menambah pendapatan, atau dengan mengerahkan tenaga kerja keluarga (ayah, ibu, dan anak) untuk ikut bekerja– selain pertanian dan memperoleh pendapatan. Menurut Sajogyo (1982) dikutip oleh Widodo (2011) menjelaskan bawah tiap rumah tangga pada masing-masing lapisan memiliki alasan yang berbeda untuk melakukan strategi nafkah ganda. Pada rumah tangga lapisan atas, pola nafkah ganda merupakan strategi akumulasi modal dan lebih bersifat ekspansi usaha sedangkan pada lapisan menengah, pola nafkah ganda merupakan upaya konsolidasi untuk mengembangkan ekonomi rumah tangga. Sebaliknya pada lapisan bawah, pola nafkah ganda merupakan strategi bertahan hidup pada tingkat subsistensi dan sebagai upaya untuk keluar dari kemiskinan.

(26)

8

Khalifi (2013), kasus petambak garam di Desa Gersik Putih melakukan suatu strategi untuk bertahan hidup dengan melakukan merantau ke Jakarta dan daerah lainnya seperti Gili Genting. Bagi mereka yang merantau ke Jakarta, rata-rata mereka menjadi penjaga toko sedangkan mereka yang merantau ke Gili Genting menjadi kuli bangunan dan bekerja serabutan tetapi mereka merantau tidak untuk permanen, petambak akan kembali pulang jika masa panen garam telah tiba.

Strategi nafkah tiap rumah tangga tentu memiliki perbedaan, hal ini disesuaikan dengan kemampuan dan kultur sosial dimana mereka tinggal. Untuk melakukan usaha mempertahankan kelangsungan hidup, individu atau rumah tangga memelukan aset-aset yang dapat dijelaskan sebagai modal. Merujuk pda Ellis (2000) terdapat lima tipe modal atau yang biasa disebut sebagai livelihood assets. Modal tersebut merupakan modal yang digunakan rumah tangga untuk malakukan rekayasa strategi nafkah, yaitu :

1. Modal Alam (Natural Capital) terdiri dari tanah, air dan sumber daya hayati yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk bertahan hidup.

2. Modal Fisik (Physical Capital) merupakan aset fisik yang terdiri dari teknologi dan infrastuktur seperti jalanan, saluran irigasi, dan sebagainya. Modal fisik diperlukan untuk menunjang manusia untuk melakukan strategi nafkah agar dapat bertahan hidup.

3. Modal Manusia (Human Capital) merupakan aset atau modal utama yang dimiliki oleh manusia untuk melakukan strategi nafkah untuk bertahan hidup. Modal manusia dapat berupa tenaga kerja, ketrampilan, pendidikan, dan kesehatan.

4. Modal Finasial (Financial Capital) merupakan asset berupa uang atau materi lainnya, yang dapat diakses untuk dapat digunakan dalam bertahan seperti keperluan konsumsi dan produksi.

5. Modal Sosial (Social Capital) merupakan jaringan sosial yang mengatur hubungan manusia dalam satu kelompok sosial yang akan menimbulkan rasa saling percaya dan saling dukung. Hal ini diperlukan untuk kelangsungan hidup.

Dharmawan (2001) dikutip Turasih (2011) menjelaskan, sumber nafkah rumah tangga sangat beragam (mutiple source of livelihood), karena rumah tangga tidak tergantung hanya pada satu pekerjaan dan satu sumber nafkah tidak dapat memenuhi semua kebutuhan tumah tangga. Merujuk pada Ellis (2000), menjelaskan bahawa terdapat tiga sumber nafkah (income source) yaitu, farm income, off-farm income, dan non-farm income. Berikut penjelasannya:

a. Farm income: pendapatan yang bersumber dari hasil pertanian yang dilakukan di lahan garapan milik sendiri ataupun hasil sewa dari orang lain. Pertanian yang dimaksud adalah pertanian secara luas termasuk peternakan, perikanan, dan perkebunan.

b. Off farm income: pendapatan yang bersumber dari hasil pertanian tetapi di luar kegiatan bertani. Kegiatan yang dimaksud adalah seperti upah tenaga kerja pertnaian, kontrak upah tenaga kerja non upah, berternak dan lain-lain. c. Non farm income: pendapatan yang bersumber di luar kegiatan pertanian.

(27)

9

Rumah Tangga Petambak Garam

Shanin 1996 dikutip Widiyanto, et al. (2010) mencirikan petani dengan beberapa karakteristik, yaitu: a) ciri-ciri ekonomi petani ditentukan oleh keterkaitan petani dengan lahan dan karakteristik produksi pertanian yang khas, b) usahatani keluarga adalah unit dasar dari kepemilikan petani, produksi, konsumsi, dan kehidupan sosial, c) dalam kegiatan ekonomi usahatani, tidak terlalu memperhatikan spesialisasi kerja, d) budaya tradisional petani sangat berkaitan denga kehidupan masyarakat desa, dan e) didominasi oleh pihak luar melalui: landtenure, penyalahagunaan dalam kekuatan pasar. Petambak garam berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia No. PER.4/MEN/2011, adalah orang yang mata pencahariannya melakukan kegiatan usaha produksi garam sebagai penggarap penyewa lahan, penggarap bagi hasil dan/atau pemilik lahan tambak garam dengan luasan tertentu yang mengerjakan lahan tambaknya sendiri.

Rumah tangga petani menurut Sensus Pertanian (1993) dikutip Turasih (2011) adalah rumah tangga yang sekurang-kurangnya satu anggota rumah tangganya melakukan kegiatan bertani atau berkebun, menanam tanaman kayu-kayuan, beternak ikan di kolam, karamba maupun tambak, menjadi nelayan, melakukan perburuan atau penangkapan satwa liar, mengusahakan ternak/unggas, atau berusaha dalam jasa pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual guna memperoleh pendapatan/keuntungan atas resiko sendiri. Menurut Badan Pusat Statistsik (2016) mengartikan rumah tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan disik dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Rumah tangga biasanya terdiri dari ibu, bapak dan anak.

Pendapatan Rumah tangga Petambak garam

Menurut Badan Pusat Statistik (2009) dalam Apriliana (2013), pendapatan rumah tangga adalah semua pendapatan yang diterima oleh rumah tangga, baik yang berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota rumah tangga. Pendapatan itu sendiri dapat berasal dari:

1. Pendapatan dari upah atau gaji yang diterima oleh seluruh anggota rumah tangga ekonomi yang bekerja sebagai buruh sebagai imbalan bagi pekerjaan yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau majikan atau instansi tersebut baik uang maupun barang dan jasa.

(28)

10

luar. Pendapatan dalam arti riil adalah nilai jumlah produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat selama jangka waktu tertentu sedangkan pendapatan dalam arti jumlah uang merupakan penerimaan yang diterimanya, bisa dalam bentuk upah dari bekerja atau uang hasil penjualan, dan lain sebagainya.

Menurut Mangkuprawira (1964) dikutip Sulaksmi (2007), ukuran pendapatan yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga adalah pendapatan keluarga yang diperoleh dari bekerja. Dari beberapa studi menunjukkan bahwa penyumbang dalam beberapa kegiatan baik dalam pekerjaan rumah tangga maupun dalam mencari nafkah dari anggota keluarga seperti istri dan anak-anak selain kepala keluarga (bapak).

Hasil penelitian Soepadmo (1997) dikutip Sulaksmi (2007) menunjukan bahwa tingkat kepuasan seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Betapapun tingginya tingkat pendapatan yang diperoleh kepala keluarga, pada akhirnya kesejahteraan mereka akan banyak ditentukan oleh distribusi pendapatan per kapita. Besarnya pendapatan per kapita disamping ditentukan oleh besarnya total pendapatan yang diterima oleh anggota keluarga, juga akan ditentukan oleh banyaknya anggota keluarga yang menjadi tanggungan kepala keluarga yang bersangkutan. Banyaknya anggota keluarga mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan per kapita dan besarnya konsumsi keluarga.

Menurut Mulaydi (2007) dikutip Hasan (2011) Besar kecilnya pendapatan yang diterima petani garam tergantung dalam pengelolaan faktor produksinya, penerimaan, dan pengeluarannya. Dalam hal ini faktor yang mempengaruhi pendapatan petani garam yaitu, iklim, tenaga kerja, modal, dan jenis peralatan yang digunakan untuk memasak garam. Pada umumnya para petani garam masih mengalami keterbatasan teknologi penggaraman. Di samping itu, ketergantungan terhadap, musim yang sangat tinggi, sehingga tidak setiap saat petani garam dapat berproduksi, terutama pada musim hujan turun, yang terjadi setiap saat. Akibatnya, selain hasil produksi garam terbatas, dengan kesederhanaan peralatan masak yang dimiliki, pada musim tertentu ada produksi garam yang gagal panen. Kondisi ini merugikan petani garam karena pendapatan riil rata-rata pendapatan perbulan menjadi lebih kecil, dan pendapatan yang diperoleh pada saat musim panen akan habis dikonsumsi pada saat gagal panen.

Usaha Garam Rakyat

Secara fisik, garam merupakan padatan berwarnan putih berbentuk kristal yang memiliki Natrium Chlorida hingga diatas 80 persen. Menurut Permenpertin No 88/M/IND/PER/10/2014 garam dikelompokkan kan menjadi dua jenis garam yaitu 1) garam konsumsi dan 2) garam industri. Pertama, garam konsumsi adalah garam yang digunakan konsumsi atau dapat diolah menjadi garam rumah tangga dan garam diet untuk konsumsi masrayakat. Garam konsumsi dibagi menjadi bagian yaitu, 1) Garam rumah tangga, adalah garam konsumsi beryodium dengan kandungan NacCl minimal 94%, dan 2) Garam Diet, adalah garam konsumsi beryodium berbentuk cairan/padat dengan kadar NaCl maksimal 60%. Kedua, garam industri adalah garam yang digunakan sebagai bahan baku/penolong pada proses produksi. Garam industri digunakan untuk:

1. Industri Kimia (kadar NaCl min. 96%)

(29)

11 4. Industri Perminyakan (kadar NaCl min. 95%)

5. Industri Penyamakan kulit (kadar min. 85%) 6. Water Treatment (kadar min. 85%)

Kemendag (2016) menjelaskan areal untuk proses pembuatan garam terutama untuk garam yang berasal dari air laut dengan menggunakan tenaga matahari secara umum harus dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam memilih lokasi tersebut antara lain letak permukaan air laut, topografi, sifat fisik tanah dan sebagainya. Faktor-faktor-faktor desain lokasi areal pengaraman yang menentukan adalah “air laut” sebagai bahan baku, “tanah” sebagai faktor sarana utama dan “iklim” sebagai faktor sumber tenaga serta tenaga manusia sebagai faktor tambahan. Selanjutnya, menurut Dradjid (2007) dikutip Efendy dan Sidik (2013) terdapat faktor-faktor teknis tambahan selain air laut, keadaan cuaca, kondisi tanah/lahan tambak yaitu pengaruh air dan teknik pungutan. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi produksi pembuatan garam, berikut penjelasannya:

1. Air Laut

Mutu air laut (terutama dari segi kadar garamnya termasuk kontaminasi dengan air sungai), sangat mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk pemekatan (penguapan).

2. Keadaan Cuaca

a. Panjang kemarau berpangaruh langsug kepada “kesempatan” yang dierikan kepada kita untuk membuat garam dengan pertolongan sinar matahari.

b. Curah hujan (intensitas) dan pola hujan distribusinya dalam setahun rata-rata merupakan indikator yang berkaitan erat dengan panjang kemarau yang kesemuanya mempengaruhi daya penguapan air laut. c. Kecepatan angin, kelembaban udara dan suhu udara sangat

mempengaruhi kecepatan penguapan air, dimana makin besar penguapan maka makin besar jumlah kristal garam yang mengendap. 3. Tanah

a. Sifat porositas tanah mempengaruhi kecepatan perembesan (kebocoran) air laut ke dalam tanah yang di meinihan ataupun di meja

b. Bila kecepatan perembesan ini lebih besar daripada kecepatan penguapannya apalagi bila terjadi hujan selama pembuatan garam, maka tidak akan dihasilkan garam.

c. Jenis tanah mepengaruhi pula warna dan ketidakmurnian (impurity) yang terbawa oleh garam yang dihasilkan.

4. Pengaruh air

a. Pengaturan aliran dan tebal air dari peminihan satu ke berikutnya dalam kaitannya dengan faktor-faktor arah kecepatan angin dan kelembaban udara merupakan gabungan penguapan air (koefisien pemindahan massa).

b. Kadar/kepekatan air tua yang masuk ke meja kristalisasi akan mempengaruhi mutu hasil.

(30)

12

5. Cara pungutan garam

Segi ini meliputi jadwal pungutan, umur kristalisasi garam dan jadwal pengerjaan tanah meja (pengerasan dan pengeringan). Demikian pula kemungkinan dibuatkan alas meja dari kristal garam yang dikeraskan, makin keras alas meja makin baik. Pungutan garam ada dua sistem yaitu:

a. Sistem Portugis

Pungutan garam di atas lantai garam, yang terbuat dari kristal garam yang dibuat sebelumnya selama 30 hari, berikut tiap 10 dipunggut. b. Sistem Maduris

Pungutan garam yang dilakukan di atas lantai tanah, selama antara 10 -15 hari garam diambil di atas dasar tanah

6. Air Bittern

Air Bittern adalah air sisa kristalisasi yang sudah banyak mengandung garam-garam magnesium (pahit). Air ini sebaiknya dibuang untuk mengurangi kadar Mg dalam hasil garam, meskipun masih dapat menghasilkan kristal NacCl. Sebaiknya kristalisasi garam di meja terjadi antara 25-29° Be, sisa bittern ≥ 29° Be dibuang

Garam sendiri dapat diperoleh dari beberapa tempat yaitu, garam dari air tambang, garam dari laut dan garam dari air danau garam. Menurut KKP (2003) garam dapat diperoleh dengan tiga cara yaitu, menambang (shaft mining) batu garam, membor sumur (drilling well) dan penguapan dengan bantuan energi matahari (solar evaporation) dari air laut atau air asin (brinel) dana garam. Kemendag (2016) menjelaskan teknologi yang digunakan untuk pembuatan garam didasarkan oleh dimana garam tersebut berasal, garam yang diperoleh dari tambang diperoleh dengan cara menambang (shaft mining) batu garam, membor sumur (drilling well) sedangkan garam yang berasal dari air laut dan air danau garam diperoleh denga cara penguapan dengan bantuan energi matahari (solar evaporation).

Menurut KKP (2003) proses produksi garam di Indonesia secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu, garam yang diproduksi oleh PT Garam (Persero) dan garam yang berasal dari rakyat atau usaha garam rakyat.

a. Produksi garam oleh PT. Garam

(31)

13

Sumber : KKP (2003)

Gambar 1 Skema tata letak dan aliran proses pembuatan oleh PT. Garam

a. Produksi usaha garam rakyat

(32)

14

Sumber : KKP (2003)

Gambar 2 Bagan proses produksi garam (garam mentah atau garam bahan baku/krosok)

KKP (2003) menjelaskan dalam kelembagaan Usaha Garam Rakyat terdapat hubungan antara penggarap dan pemilik lahan. Hubungan antara penggarap dan pemilik lahan pada umunya menganut dua sistem yaitu: (a) sistem mengupah penggarap, yaitu tenaga penggarap dibayar secara harian atau borongan untuk pekerjaan tidak tetap. (b) sistem sewa, yaitu penggarap menyewa lahan dari pemilik, kemudian dengan modal dan tenaganya mengolah lahan garam dan hasilnya menjadi milik penggarap. Penyewa menyewa lahan dari pemiliki, kemudian dengan modal dan tenaga orang lain mengolah lahan garam, hasilnya menjadi milik penyewa. Dalam sistem bagi hasil seluruh biaya peralatan dan pemeliharaan besar menjadi tanggungan pemilik dengan rincian: pembagian hasil sesuai kesepakatan, pada umunya pembagian hasil dilakukan dengan perbandingan 1:1 biaya pemeliharaan besar, peralatan besar, pemeliharaan rutin dan solar menjadi tanggungan pemilik, sedangkan keranjang, sorkot pengais tanggungan penggarap, pembagian hasil sesuai kesepakatan, yaitu sekitar 2:3; biaya pemeliharaan besar, peralatan besar menjadi tanggungan pemilik, sedangkan pemeliharaan rutin dan solar serta keranjang, sorkot pengais tanggungan penggarap, pembagian hasil sesuai kesepakatan yaitu 1:1.

(33)

15

Sumber : KKP (2003)

Gambar 3 Skema hubungan bisnis penggarap dan pemilik dengan pembeli garam

Kerangka Pemikiran

Petambak garam merupakan pekerjaan musiman yang hanya dapat dilakukan di musim kemarau. Di luar musim kemarau, petambak akan mencari pekerjaan di luas usaha garam untuk dapat bertahan dan menafkahi untuk memenuhi keperluan sehari-hari keluarga dan dirinya sendiri sehingga diperlukannya strategi nafkah. Merujuk konsep Ellis (2000), strategi nafkah dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga sumber nafkah yaitu, sumber nafkah di on farm, off farm dan non farm. Sumber nafkah di on farm yaitu, produksi usaha garam rakyat dan budidaya bandeng. Sumber nafkah di off farm adalah di luar produksi usaha garam rakyat dan budidaya bandeng. Sumber nafkah di non farm adalah di luar kegiatan pertanian (dalam arti luas)

Usaha garam rakyat di Indonesia masih memiliki beberapa kendala dari segi sumber daya manusia, teknologi hingga kualitas garam yang dihasilkan. Hal ini membuat garam Indonesia kalah saing dengan garam yang impor oleh pemerintah tiap tahunnya. Kegiatan impor yang terus dilakukan membuat penggaraman di Indonesia mengalami kemunduran dan mempengaruhi kesejateraan petambak garam yang semakin tidak sejahteran sehingga pemerintah perlu melakukan suatu upaya untuk mengatasi hal tesebut. Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) merupakan program yang diperuntukkan untuk petambak garam dalam rangka mendukung swasembada garam nasional yang memiliki prinsip bottom-up. Jangka panjang dari program ini dapat meningkatkan kesejahteraan petamba garam rakyat.

(34)

16

peningkatan setelah adanya bantuan. Pemilihan strategi nafkah yang dilakukan rumah tangga petambak garam mempunyai pengaruh pada jumlah pendapatan dalam rumah tangga baik dari sumber nafkah di on farm, off farm dan non farm.

Keterangan :

: Mempengaruhi : Analisis deskriptif

Gambar 4 Kerangka pemikiran Hipotesis Penelitian

1. Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) diduga meningkatkan pendapatan rumah tangga responden yang bersumber dari usaha garam.

2. Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) diduga mempengaruhi strategi nafkah rumah tangga responden.

Definisi Operasional

Berikut ini definisi operasional dari variabel yang dianalisis:

1. Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) merupakan bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri KP) yang diperuntukan bagi peningkatan kesempatan kerja, kesejahteraan petambak garam rakyat, dan pelaku usaha lainnya dalam rangka mendukung swasembada garam nasional yang prinsp bottom-up (menggunakan mekanisme tugas pembantuan/TP).

2. Usia adalah lama hidup petambak garam yang dihitung berdasarkan tahun. Dalam penelitian, usia dikategorikan berdasarkan rata-rata usia petambak, yaitu:

Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR • Input Produksi

• Bantuan Produksi

Srategi Nafkah

• Sumber nafkah di On farm (produksi usaha garam rakyat)

• Sumber nafkah di Off farm (di luar produksi usaha garam rakyat)

• Sumber nafkah di Non farm

Total Pendapatan Rumah tangga • Sektor On farm

(35)

17 a. Usia petambak garam antara 21-34 tahun.

b. Usia petambak garam antara 34-46 tahun. c. Usia petambak garam >46 tahun.

3. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir ditempuh rumah tangga petambak garam. Dalam penelitian tingkat pendidikan dikategorikan berdasarkan kondisi di lokasi peneitan, yaitu:

a. Tidak/belum tamat SD. keluarga dalam rumah tangga. Dalam penelitian jumlah tanggungan di kategorikan berdasarkan rata-rata tanggunan dalam satu rumah tangga petambak garam, yaitu:

a. Tanggungan dalam rumah tangga berjumlah 2 orang. b. Tanggungan dalam rumah tangga berjumlah 3 orang. c. Tanggungan dalam rumah tangga berjumlah 4 orang. d. Tanggungan dalam rumah tangga berjumlah 5 orang.

5. Status penguasaan lahan adalah bentuk kuasa petambak garam atas lahan yang digunakan untuk usaha garam rakyat. Dalam penelitian bentuk kekuasan berupa lahan milik, lahan hibah, lahan sewa/kontrak, dan lahan bagi hasil.

6. Luas lahan garapan adalah lahan garapan yang dikuasai oleh petambak garam untuk kegiatan usaha garam dan dihitung dalam satuan meter persegi. Luas lahan yang digarap diukur dari lahan yang sempit hingga paling luas berdasarkan data penerima program PUGAR tahun 2014 dan diklasifikasikan menjadi:

a. Lahan garapan dengan luas < 2.979 m2

b. Lahan garapan dengan luas 2.979 m2 ≤ x < 4.079 m2 c. Lahan garapan dengan luas ≥ 4.079 m2

7. Pengalaman menambak merujuk Oxford Dictionary (2007) dikutip Turasih (2011) adalah merujuk kepada pengetahuan dan keterampilan tentang sesuatu yang diperoleh melalui tindakan atau dengan memperhatikan. Pengalaman menambak juga menunjukan berapa lama petambak garam dalam rumah tangga telah melakukan usaha garam, Pengalaman menambak dihitung dalam ukuran tahun. Pengalam menambak dikategorikan berdasarkan rata-rata pengalaman petambak garam dalam melakukakan usaha garam, yaitu :

a. Pengalaman menambak 2-13 tahun. b. Pengalaman menambak 14-24 tahun. c. Pengalaman menambak 24 tahun keatas.

(36)

18

a. Sumber nafkah di sektor on farm adalah mata pencaharian yang berasal dari sektor pertanian dalam arti luas (pertanian, perkebunan, peternakan, dll). Dalam penelitian ini, usaha garam rakyat merupakan sumber utama pertanian, sedangkan budidaya bandeng sebagai usaha sampingan pertanian.

b. Sumber nafkah di sektor off farm adalah mata pencaharian yang memanfaatkan sektor pertanian tetapi bukan berasal dari kegiatan bertani. Kegiatan di luar pertanian yang dimaksud seperti upah tenaga kerja pertanian, kontrak upah tenaga kerja non upah, berternak dan lain-lain.

c. Sumber nafkah di sektor non farm adalah mata pencaharian yang berasal dari luar bidang pertanian seperti membuka warung, ojek, buruh pabrik, pemulung, dan lain-lain.

9. Pendapatan dari sektor on farm adalah pendapatan bersih yang diperoleh rumah tangga petambak garam dari usaha garam per tahun.

10.Pendapatan dari sektor off farm dan non farm adalah pendapatan bersih yang diperoleh rumah tangga petambak garam dari kegiatan di luar usaha garam per tahun.

(37)

19

PENDEKATAN LAPANG

Lokasi dan Waktu Penlitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dusun II Desa Waruduwur, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat (Lampiran 2). Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan beberapa alasan, yaitu:

1. Dusun II Desa Waruduwur merupakan salah satu desa di Kecamatan Mundu penerima program Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) sejak tahun 2012.

2. Dusun II Desa Waruduwur memiliki tambak garam yang terluas yang ada di Kecamatan Mundu.

3. Sebagian besar penduduk Dusun II Desa Waruduwur bermatahapencaharian sebagai petambak garam.

Penelitian dilaksanakan dalam waktu enam bulan (Lampiran 1). Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi dan revisi, kolokium, pengambilan data lapangan, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi.

Teknik Pemilihan Responden dan Informan

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan instrumen kuesioner dan didukung oleh metode kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap informan maupun respoden menggunakan panduan pertanyaan dan observasi.

Populasi pada penelitian ini adalah petambak garam di Dusun II, Desa Waruduwur, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Unit analisis dalam penelitian ini adalah rumah tangga petambak garam penerima program PUGAR. Metode pengambilan responden yang digunakan di dalam penelitian ini adalah secara acak berstrata (Stratified Random Sampling). Populasi petambak garam di Desa Waruduwur terdapat sebanyak 507 petambak garam. Populasi terbagi kedalam tiga golongan berdasarkan luas lahan garapan yaitu golongan luas lahan garapan kurang dari 2.979 m2, golongan dengan luas lahan garapan antara 2.979 m2 ≤ x < 4.079 m2 dan golongan dengan luas lahan garapan lebih dari 4.079 m2. Berikut populasi dan sampel golongan petambak garam menurut luas lahan garapan disajikan di Tabel 1.

Tabel 1 Populasi dan sampel golongan petambak garam menurut luas lahan garapan

Golongan luas lahan garapan (m2) Populasi (orang) Sampel (orang)

< 2.979 110 8

2.979 ≤ x < 4.079 313 21

≥ 4.079 84 6

(38)

20

Seperti terlihat pada Tabel 1, terdapat tiga golongan, pertama, golongan luas lahan garapan kurang dari 2.979 m2 terdapat 110 petambak garam kemudian diambil sebanyak delapan responden, Kedua, golongan dengan luas lahan garapan antara 2.979 m2 ≤ x < 4.079 m2 terdapat 313 rumah tangga kemudian diambil 21 responden, Ketiga, golongan dengan luas lahan garapan lebih dari 4.079 m2 terdapat 84 rumah tangga kemudian diambil enam responden. Sehingga jumlah keseluruhan responden adalah 35 responden. Kerangka sampling dapat dilihat di Lampiran 3.

Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang memiliki hubungan dengan responden, seperti anggota rumah tangga, tengkulak, dan penyelenggara program PUGAR. Pemilihan informan dipilih secara purposive. Penggunaan teknik pengumpulan data yang sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan secara rinci dijelaskan pada Tabel 2.

(39)

21 aplikasi Microsoft Excel 2011 sebelum dimasukkan ke perangkat lunak SPPS for Macbook 20.0. Analisis data yang digunakan adalah analisis uji beda menggunakan paired sample T- test untuk melihat perubahan sebelum dan sesudah program PUGAR terhadap strategi nafkah dan pendapatan petambak garam.

(40)
(41)

23

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Demografi

Desa Waruduwur terletak di Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat. Secara demografi, Desa Waruduwur merupakan kawasan dataran rendah yang berada diatas ketinggian antara 0 – 75 meter dpl (diatas permukaan laut). Sebagian besar wilayah desa adalah daerah pesisir pantai dan lahan penggaraman serta pertanian. Desa Waruduwur memiliki batas wilayah sebagai berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kanci Kulon Kecamatan Astanajapura.

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Gemulung Kecamatan Greged. • Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Citemu Kecamatan Mundu.

Letak desa sendiri, berada tepat di pinggir jalan jalur pantura sehingga, akses ke desa dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda dua ataupun empat. Adapun transportasi umum yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk keluar masuk desa berupa mobil kol atau mobil elf. Jarak tempuh dari Desa Waruduwur ke wilayah lain di luar Desa Waruduwur diuraikan sebagai berikut:

• Menuju Kantor Kecamatan Mundu ± 2 km. • Menuju Kota Cirebon ± 17,5 km.

Desa Waruduwur mempunyai luas wilayah 208.560 hektar yang terdiri dari tanah sawah seluas 57,915 hektar, tanah bengkok seluas 25,500 hektar, tanah pekarangan seluas 12,754 hektar, tanah pemukiman seluas 11,978 hektar, tanah titisara seluas 2,467 hektar, pemakaman umum seluas 1,399 hektar, kantor desa sleuas 0,42 hektar dan lain-lain seluas 88,599 hektar. Desa waruduwur mempuyai 2 dusun dengan jumlah Rukun Warga (RW) sebanyak 5 dan Rukun Tetangga (RT) sebanyak 10. Dusun I Blok Waruduwur terdiri dari RW satu hingga tiga dan RT satu hingga enam. Dusun II Blok Kandawaru terdiri dari RW empat dan lima dan RT delapan hingga sepuluh. Tiap Dusun dikepalai oleh seorang Kepala Dusun. Letak kedua dusun dipisahkan oleh Desa Kanci Kulon dan Desa Kanci. Letak Kantor Desa sendiri berada di Dusun I Blok Kandawaru, sehingga semua kegiatan administratif desa dilakukan di Dusun I.

Kondisi Ekonomi

Desa Waruwudur merupakan daerah yang kaya akan kelimpahan laut. Walaupun letak desa yang dekat dengan pantai, masyarakat desa juga memanfaatkan lahan pertanian sebagai mata pencahariannya. Hal ini dapat dilihat dengan luasnya areal lahan pertanian (dalam artian luas) yang mencapai ± 57,915 hektar. Lahan pertanian dalam penelitian berupa lahan tambak yang dimanfaatkan menjadi lahan tambak usaha garam rakyat di musim kemarau dan budidaya bandeng di musim hujan.

(42)

24

sedangkan di Dusun II Blok Kandawaru, masyakat bekerja sebagai petambak garam di musim kemarau dan menjadi buruh lepas di musim hujan. Perbedaan tersebut dikarenakan Dusun II Blok Kandawaru memiliki lahan tambak yang lebih luas dibandingkan Dusun I sehingga masyarakat di Dusun II memilih bekerja sebagai petambak garam. Masyarakat di Dusun II, umumnya masih banyak yang menambak garam di lahan milik orang lain. Berikut adalah data mata pencaharian masyarakat Desa Waruduwur Tahun 2014 disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Data mata pencaharian masyarakat Desa Waruduwur Tahun 2014

Mata pencaharian n %

Nelayan/Perikanan 471 16

Petambak Garam 84 4,7

Petani/Perkebunan 16 0,5

Buruh Harian Lepas 63 2

Karyawan Swasta 371 12

Wiraswasta 131 4,3

Sopir 6 0,2

Guru 5 0,16

Tukang Kayu 4 0,13

Peternak 2 0,06

Perawat 3 0,1

PNS 2 0,06

TNI 1 0,03

POLRI 3 0,1

Purnawirawan TNI 1 0,03

Pensiunan BUMN 2 0,06

Pedagang 64 2,1

Lain-lain 1778 59

Total 3017 100

Sumber: Diolah dari profil Desa Waruduwur 2014

Dilihat dari data profil Desa Waruduwur pada tahun 2014, sebanyak 471 orang memiliki penghasilan utama sebagai nelayan, 371 orang memiliki penghasilan utama sebagai keryawan swasta dan 131 orang berpenghasilan utama sebagai wiraswasta. Selain itu berdasarkan hasil obeservasi lapang, lokasi desa dekat dengan pabrik yang berada sepanjang jalur pantura sehingga hampir kebanyakan masyarakat di desa Waruduwur bekerja di pabrik-pabrik tersebut, ada yang menjadi buruh harian, ada pun yang menjadi pegawai tetap.

Kondisi Sosial

(43)

25 Tabel 4 Tingkat pendidikan di Desa Waruduwur Tahun 2014

Tingkat pendidikan n %

Tidak Sekolah 916 30,3

Belum Tamat SD 386 12,8

Tidak Tamat SD 570 19

Tamat SD 785 26

Tamat SMP 223 7,4

Tamat SMA 118 3,9

Tamat Akademi/PT 19 0,6

Total 3017 100

Mayoritas penduduk Desa Waruduwur bisa dikatakan memiliki pendidikan yang rendah, sebanyak 916 orang yang tidak sekolah kemudian disusul dengan Tamatan SD (Sekolah Dasar) sebanyak 785 orang. Sarana Pendidikan di Desa Waruduwur hanya mempunyai bangunan PAUG (Pendidikan Anak Usia Dini) sebanyak satu buah, bangunan TK (Taman Anak-Anak) satu buah, bangunan SD satu buah. Tidak ada bangunan SMP bahkan SMA di Desa Waruduwur, sementara SMP dan SMA terdekat berada di Desa Mundu Pesisir sekitar ± 2,4 kilometer dari Desa Waruduwur. Penduduk Desa Waruduwur umumnya masih ditinggali oleh masyarakat asli setempat dimana mereka lahir, tinggal dan kerja hanya beberapa masyarakat yang merupakan pendatang dari luar desa. Meskipun ada pendatang ke desa, tidak ada perbedaan diantara kedua kehidupan masyarakat.

Karakteristik Petambak Garam di Desa Waruduwur Usia Responden

Data di lapangan menunjukan bahwa dari 35 responden rumah tangga petambak garam di Dusun II, Desa Waruduwur, rata-rata umur responden adalah 40 tahun dengan kisaran antara 21 sampai 71 tahun. Berikut jumlah dan presentase usia responden menurut golongan luas lahan garapan tersaji di Tabel 5. Tabel 5 Jumlah dan presentase usia responden menurut golongan luas lahan

garapan Kelompok umur (Tahun)

Golongan luas lahan garapan (m2)

< 2.979 2.979 ≤ x < 4.079 ≥ 4.079

n % n % n %

21-34 Tahun 4 50 9 43 1 17

35-46 Tahun 3 37,5 6 28,5 2 33

>46 Tahun 1 12,5 6 28,5 3 50

Total 8 100 21 100 6 100

(44)

26

berinvestasi usaha garam rakyat di luas lahan yang lebih besar karena mereka berpendapat semakin luas lahan kopang berarti dapat membuat meja garam lebih banyak agar menghasilkan garam lebih banyak juga.

Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan responden yang dimaksud dalam penelitian ini diukur berdasarkan tingkat pendidikan formal yang pernah diikuti. Kategori tingkat pendidikan responden di Dusun II, Desa Waruduwur, terbagi menjadi tujuh kelompok yaitu: tidak atau belum tamat SD, tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, tamat Akademis/D3, dan penduduk yang berpedidikan S1. Berikut jumlah dan presentase tingkat pendidikan responden menurut golongan luas lahan garapan tersaji di Tabel 6.

Tabel 6 Jumlah dan presentase tingkat pendidikan responden menurut golongan luas lahan garapan

Tingkat pendidikan

Golongan luas lahan garapan (m2) < 2.979 2.979 ≤ x < 4.079 ≥ 4.079 adalah mereka yang hanya mengenyam pendidikan hingga sekolah dasar. di golongan luas lahan garapan kurang dari 2.979 m2 pendidikan petambak garam paling tinggi hingga tingkat Sekolah Menegah Pertama (SMP) terdapat dua responden yang telah besekolah hingga tahap tersebut sedangkan mayoritas di golongan ini ppetambak garam tidak bersekolah. Sementara, di golongan luas lahan garapan antara 2.979 m2 ≤ x < 4.079 m2 tingkat pendidikan paling tinggi hingga Sekolah Mengenah Atas (SMA) dengan satu responden yang memiliki ijazah SMA. Mayoritas di golongan ini, petambak garam dapat menyelesaikan SD hingga lulus. Di golongan terakhir yaitu, golongan luas lahan garapan lebih dari 4.079 m2 tingkat pendidikan paling tinggi hingga SMP dengan satu responden yang memiliki ijazah SMP sementara mayoritas petambak garam di golongan ini berstatus tidak sekolah.

(45)

27

Jumlah Tanggungan

Pengklasifikasian jumlah tanggungan keluarga responden dikelompokkan atas tiga kategori berdasarkan data temuan di lapangan, yaitu jumlah tanggungan berkisar antara dua sampai denga lima orang. Berikut jumlah dan presentase jumlah tanggungan responden dalam rumah tangga menurut golongna luas lahan garapan tersaji di Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah dan presentasse jumlah tanggungan responden dalam rumah tangga menurut golongan luas lahan garapan

Jumlah Tanggungan

Golongan luas lahan garapan (m2)

< 2.979 2.979 ≤ x < 4.079 ≥ 4.079

n % n % n %

2 orang 2 25 6 28,5 1 17

3 orang 4 50 9 43 2 33

4 orang 2 25 6 28,5 2 33

5 orang 0 0 0 0 1 17

Total 8 100 21 100 6 100

Seperti terlihat pada Tabel 7, rata-rata jumlah tanggungan petambak garam dalam satu rumah tangga tiap golongan sebanyak tiga orang yang terdiri dari istri, anak dan anggota rumah tangga yang lainnya. Di golongan luas lahan garapan kurang dari 2.979 m2 terdapat empat responden yang memiliki jumlah tanggungan tiga orang dan masing-masing dua responden yang memiliki jumlah tanggungan dua dan empat orang dalam satu rumah tangga sedangkan golongan petambak luas lahan garapan antara 2.979 m2 ≤ x < 4.079 m2 mayoritas memiliki jumlah tanggungan sebanyak sembilan orang atau dan masing-masing terdapat enam responden yang memiliki jumlah tanggungan dua dan empat orang.

Sementara petambak denganluas lahan garapan lebih dari 4.079 m2 memiliki jumlah tanggungan responden hampir merata, terdapat masing-masing dua responden yang memiliki jumlah tanggungan dua dan tiga orang dalam satu rumah tangga, selain itu, terdapat masing-masing satu responden yang memiliki jumah tanggungan dua dan lima orang dalam satu rumah tangga.

Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga yang ditanggung, menuntut petambak harus bekerja lebih keras agar dapat menafkahi seluruh rumah tangga dan dirinya sendiri sehingga tak jarang anggota rumah tangga petambak garam dijadikan tenaga kerja untuk mendapatkan pendapatan tambahan. Anggota rumah tangga juga sering kali dijadikan tenaga kerja dalam kegiatan usaha garam rakyat untuk membantu petambak garam produksi garam.

Pengalaman Menambak

(46)

28

Tabel 8 Jumlah dan presentase pengalaman menambak responden menurut golongan luas lahan garapan

Pengalaman menambak

Golongan luas lahan garapan (m2)

< 2.979 2.979 ≤ x < 4.079 ≥ 4.079

n % n % n %

2-12 Tahun 5 62,5 8 38 0 0

13-24 Tahun 2 25 8 38 3 50

24 Tahun ke atas 1 12,5 5 24 3 50

Total 8 100 21 100 6 100

(47)

29

USAHA GARAM DAN PETAMBAK GARAM DI DESA

WARUDUWUR

Proses Pembuatan Garam di Desa Waruduwur

Usaha garam yang dilakukan di Dusun II, Desa Waruduwur, masih dengan cara tradisional dan menggunakan teknologi sederhana. Proses pembuatan garam menggunakan metode penguapan air laut dengan tenaga matahari (solar evaporation). Petambak garam di Dusun II, Desa Waruduwur, menggunakan isilah kopang untuk menyebutkan jumlah petakan pada lahan yang di garap oleh petambak dalam satu tambak. Kopang terdiri areal penguapan, meja garam dan satu kolam penampungan air muda. Hasil penelitian, Wijaya et al. (2014) menjelaskan bahwa sistem produksi usaha garam rakyat mengandalkan tenaga kerja sebagari sumberdaya utama untuk proses produksi. Proses produksi garam dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu pertama, proses persiapan lahan diantarnya adalah mengeringkan lahan, memperbaiki meja garam, saluran tambak dan alat-alat produksi, kedua, proses pemasukan air laut ke meja garam, ketiga, proses pemanenan garam diantanya, menggaruk garam dari meja garam ke pinggir tambak, mengangkut garam dari pinggir ke gudang penyimpanan, memasukkan garam ke dalam karung, mengangkut karung ke pinggir jalan dan ataas truk pengangkut. Berikut uraian proses usaha garam rakyat di Dusun II, Desa Waruduwur seperti ditunjukkan pada Gambar 5.

Proses persiapan lahan Tenaga kerja 1. Pengeringan lahan

Buruh 1-2 orang 2. Memperbaiki meja garam dan

saluran tambak

3. Memperbaiki alat produksi

Proses produksi garam rakyat

Proses pasca panen Tenaga kerja 1. Mengerik garam dari meja garam

2. Memasukkan garam ke dalam

karung Buruh 1-2 orang

3. Mengangkut garam ke pinggir jalan

Gambar 5 Bagan proses pembuatan usaha garam rakyat

Gambar

Gambar 1 Skema tata letak dan aliran proses pembuatan oleh PT.
Gambar 2 Bagan proses produksi garam (garam mentah atau garam bahan baku/krosok) hubungan antara penggarap dan pemilik lahan
Gambar 3 Skema hubungan bisnis penggarap dan pemilik dengan pembeli
Gambar 4 Kerangka pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait