• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA GARAM RAKYAT TERHADAP KESEJAHTERAAN RUMAHTANGGA PETANI GARAM DI KABUPATEN KARAWANG APRILIANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA GARAM RAKYAT TERHADAP KESEJAHTERAAN RUMAHTANGGA PETANI GARAM DI KABUPATEN KARAWANG APRILIANA"

Copied!
248
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA GARAM

RAKYAT TERHADAP KESEJAHTERAAN

RUMAHTANGGA PETANI GARAM

DI KABUPATEN KARAWANG

APRILIANA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat terhadap Kesejahteraan Rumahtangga Petani Garam di Kabupaten Karawang adalah benar karya penulis dengan arahan dari Dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini penulis melimpahkan hak cipta dari karya tulis penulis kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

Apriliana

(4)
(5)

ABSTRAK

APRILIANA. Dampak Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat terhadap Kesejahteraan Rumahtangga Petani Garam di Kabupaten Karawang. Dibimbing oleh BONAR M. SINAGA dan HASTUTI.

Indonesia memiliki total luas laut sebesar 3 257 357 Km2 dengan garis pantai sepanjang 80.79 Km yang berpotensi untuk produksi garam, namun produksi garam di Indonesia tidak mampu memenuhi tingginya kebutuhan garam, sehingga Indonesia melakukan impor garam. Pemerintah berupaya untuk meningkatkan produksi garam melalui program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR). PUGAR adalah program pemberdayaan petani garam untuk peningkatan kesempatan kerja, kesejahteraan, dan Swasembada Garam Nasional. Pada tahun 2012, Kabupaten Karawang adalah salah satu daerah penerima program PUGAR. Tujuan penelitian adalah untuk: (1) mengidentifikasi karakteristik rumahtangga petani garam serta pelaksanaan PUGAR, (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ekonomi rumahtangga dalam alokasi curahan kerja, produksi dan pengeluaran petani garam, dan (3) menganalisis dampak program PUGAR terhadap kesejahteraan rumahtangga petani garam di Kabupaten Karawang. Penelitian menggunakan data cross section sampel rumahtangga petani garam tahun 2012. Model Ekonomi Rumahtangga Petani Garam dibangun sebagai suatu sistem persamaan simultan dan diestimasi menggunakan metode Two Stage Least Squares (2SLS). Pada petani garam penerima PUGAR, penurunan Bantuan Langsung Masyarakat (79 persen) dan peningkatan upah tenaga kerja luar keluarga (30 persen) yang dikompensasi dengan peningkatan harga garam (50 persen) masih dapat meningkatkan kesejahteraan rumahtangga. Pada petani garam yang tidak menerima PUGAR, pemberian Bantuan Langsung Masyarakat (Rp 4 750 000) dan peningkatan upah tenaga kerja luar keluarga (30 persen) yang disertai peningkatan harga garam (50 persen) dapat meningkatkan kesejahteraan rumahtangga.

Kata kunci: Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat, Bantuan Langsung Masyarakat, Kesejahteraan Rumahtangga

(6)

ABSTRACT

APRILIANA. The Impact of Farm Salt Empowerment Program on Household Welfare of Salt Farmers in Karawang District. Supervised by BONAR M. SINAGA and HASTUTI

Indonesia has a total sea area of 3 257 357 Km2 with a coastal line of 80.79 Km that has a potential for salt production, but salt production in Indonesia is not able to meet the high demand for salt, so that Indonesia requires to import salt. The government is trying to increase the production of salt through the Farm Salt Empowerment Program (PUGAR). PUGAR is an empowerment program of salt farmer to increase job opportunity, welfare and the National Salt Self Supporting. In 2012, Karawang District is the recipient of PUGAR program. The objectives of the study were to: (1) identify the characteristic of salt farm household and the implementation of PUGAR; (2) analyze the factors that influence household economic decisions in work time allocation, production and expenditure, and (3) analyze the impact of PUGAR program on household welfare of salt farmers in Karawang District. The study used cross section data of salt farm households sample in 2012. Salt Farm Household Economic Model is constructed as a simultaneous equations system and estimated using Two Stage Least Squares (2SLS) method. For the salt farmers who received PUGAR, a decrease of Community Block Grants (79 percent) and an increase of the non family labor wage (30 percent) which compensated with an increase of salt price (50 percent) still be able to increase the household welfare. For the salt farmers who did not receive PUGAR, the distribution of Community Block Grants (Rp 4 750 000) and an increase of the non family labor wage (30 percent) accompanied with an increase of salt price (50 percent) can improve the household welfare. Key words: Farm Salt Empowerment Program, Community Blok Grants,

(7)

DAMPAK PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA GARAM

RAKYAT TERHADAP KESEJAHTERAAN

RUMAHTANGGA PETANI GARAM

DI KABUPATEN KARAWANG

APRILIANA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Dampak Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat terhadap Kesejahteraan Rumahtangga Petani Garam di Kabupaten Karawang

Nama : Apriliana

NIM : H44090027

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Pembimbing I

Hastuti, SP, MP, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari-Desember 2013 adalah ekonomi rumahtangga, dengan judul “Dampak Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat terhadap Kesejahteraan Rumahtangga Petani Garam di Kabupaten Karawang”.

Terimakasih penulis ucapkan kepada orang tua penulis, Mochammad Untung Sabaroedin dan Mahdalena, adik-adikku (Meiviera Andriani dan Ryan Difa Octaviano) serta Teuku Chris Adhiatma. Ungkapan terimakasih juga kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA dan Ibu Hastuti SP, MP, MSi selaku dosen pembimbing. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Adi Hadianto, SP, MSi selaku dosen penguji utama dan Ibu Nuva, SP, MSi selaku dosen wakil departemen. Penghargaan penulis juga sampaikan kepada Bapak Syahrul Ahadi Direktorat Jendral Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil, Bapak Adit Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Karawang, Bapak Aep Suhardi, Bapak Karno, Bapak Bakri dan Bapak Hadi selaku Ketua KUGAR di masing-masing desa dan kepada pihak yang telah membantu selama pengumpulan data penelitian. Penghargaan juga penulis sampaikan kepada dosen dan staf sekretariat Departemen ESL yang telah membantu penulis selama perkuliahan dan penyusunan skripsi serta seluruh staf sekretariat sekolah Pascasarjana EPN (Mba Yani, Mba Ina, Ibu Kokom, Mas Johan, Bapak Husen, dan Bapak Erwin). Ungkapan terimakasih untuk sahabat perkuliahan (Abida Hadi, Aisya Nadhira Melati, Intan Hafilia A, Gilang Putri Rembulan dan Nita Sri Ahaliati), Sahabat Seperjuangan (Aulia Isnaini Putri, Siti Komalasari, Citra Paramitha, Anindyah Nur Rahma, Nur Aisyah, Rizki Prasojo, dan Hermanto H. Siadari), seluruh keluarga ESL angkatan 46 dan keluarga BEM FEM IPB.

Bogor, Desember 2013

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN ... .. 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Pemberdayaan ... 11

2.2. Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat ... 12

2.3. Usaha Garam Rakyat ... 15

2.4. Ekonomi Rumahtangga Petani ... 15

2.5. Konsumsi Rumahtangga ... 17

2.6. Pendapatan Rumahtangga ... 17

2.7. Penelitian Terdahulu ... 18

2.8. Kebaruan Penelitian ... 23

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 25

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 25

3.1.1. Teori Alokasi Waktu ... 25

3.1.2. Model Ekonomi Rumahtangga ... 30

3.1.3. Model Ekonomi Rumahtangga Petani Garam ... 33

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 36

IV. METODE PENELITIAN ... 39

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

4.2 . Jenis dan Sumber Data ... 39

4.3. Metode Pengambilan Sampel ... 39

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 40

4.5. Spesifikasi Model Keputusan Ekonomi Rumahtangga Petani Garam ... 41

(12)

4.5.1. Curahan Kerja ... 43

4.5.2. Produksi garam ... 50

4.5.3. Pendapatan ... 54

4.5.4 Pengeluaran ... 57

4.6. Identifikasi Model dan Metode Estimasi Model ... 61

4.7. Evaluasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani Garam ... 62

4.8. Elastisitas ... 63

4.9. Validasi Model ... 64

4.10. Simulasi Model ... 65

4.11. Definisi Operasional ... 66

V. GAMBARAN UMUM ... 69

5.1. Kondisi Umum Kabupaten Karawang ... 69

5.2. Kondisi Umum Desa Penelitian ... 70

VI. PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA GARAM RAKYAT (PUGAR) DAN KARAKTERISTIK RUMAHTANGGA PETANI GARAM ... 75

6.1. Pelaksanaan Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) ... 75

6.2. Karakteristik Rumahtangga Petani Garam ... 80

6.3. Analisis Pendapatan Berdasarkan Status Penguasaan Lahan ... 87

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI GARAM ... 91

7.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model ... 91

7.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Ekonomi Rumahtangga Petani Garam di Kabupaten Karawang ... 91

7.2.1. Curahan Kerja Suami pada Usaha Garam ... 92

7.2.2. Curahan Kerja Isteri pada Usaha Garam ... 93

7.2.3. Curahan Kerja Anak pada Usaha Garam ... 94

7.2.4. Curahan Kerja Tenaga Luar Keluarga ... 95

7.2.5. Curahan Kerja Suami pada Non Usaha Garam ... 96

7.2.6. Curahan Kerja Isteri pada Non Usaha Garam ... 97

7.2.7. Curahan Kerja Anak pada Non Usaha Garam ... 98

(13)
(14)

7.2.9. Jumlah Tali Plastik ... 99

7.2.10. Jumlah Karung ... 100

7.2.11. Luas Tambak Garam ... 101

7.2.12. Produksi Garam ... 101

7.2.13. Pendapatan Suami Non Usaha Garam ... 102

7.2.14. Pendapatan Isteri Non Usaha Garam ... 103

7.2.15. Pendapatan Anak Non Usaha Garam ... 104

7.2.16. Konsumsi Pangan ... 104

7.2.17. Konsumsi Non Pangan ... 105

7.2.18. Investasi Pendidikan... 106

7.2.19. Investasi Kesehatan ... 107

7.2.20. Tabungan ... 107

VIII. DAMPAK PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA GARAM RAKYAT TERHADAP KESEJAHTERAAN RUMAHTANGGA PETANI GARAM ... 109

8.1. Hasil Validasi Model ... 109

8.2. Dampak Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat terhadap Kesejahteraan Rumahtangga Petani Garam PUGAR dan Non PUGAR. ... 109

8.2.1. Dampak Perubahan Bantuan Langsung Mayarakat, Harga Garam, dan Upah Tenaga Kerja Luar Keluarga terhadap Kesejahteraan Rumahtangga Petani Garam PUGAR ... 109

8.2.2. Dampak Perubahan Bantuan Langsung Mayarakat, Harga Garam, dan Upah Tenaga Kerja Luar Keluarga terhadap Kesejahteraan Rumahtangga Petani Non PUGAR ... 116

IX. SIMPULAN DAN SARAN ... 123

9.1. Simpulan ... 123

9.2. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 125

LAMPIRAN ... 129

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kontribusi Subsektor Pertanian terhadap Sektor Pertanian Tahun

2006-2012 ... 1 2. Neraca Garam Nasional di Indonesia Tahun 2008-2011 ... 3 3. Luas Lahan Produksi dan Produktivitas Garam di Provinsi Jawa Barat

Tahun 2012 ... 3 4. Potensi Luas Lahan Produksi Garam Kabupaten Karawang Tahun

2012 ... 4 5. Perkembangan Harga Garam Nasional di Tingkat Petani Tahun

2005-2011 ... 7 6. Penelitian Terdahulu tentang Program Pemberdayaan Usaha Garam

Rakyat ... 19 7. Penelitian Terdahulu tentang Ekonomi Rumahtangga ... 20 8. Daftar Jumlah Sampel Petani Garam PUGAR dan Non PUGAR ... 40 9. Matriks Keterkaitan Tujuan Penelitian, Sumber Data dan Metode

Analisis ... 41 10. Karakteristik Rumahtangga Petani Garam di Kabupaten Karawang

Tahun 2013 ... 80 11. Kelompok Umur Petani Garam di Kabupaten Karawang Tahun 2013 ... 80 12. Kelompok Umur Isteri Petani Garam di Kabupaten Karawang Tahun

2013 ... 81 13. Tingkat Pendidikan Anggota Rumahtangga Petani Garam di Kabupaten

Karawang Tahun 2013 ... 81 14. Pengalaman Kerja Petani Pada Usaha Garam di Kabupaten Karawang

Tahun 2013 ... 82 15. Jumlah Anggota Keluarga Petani Garam di Kabupaten Karawang

Tahun 2013 ... 83 16. Jumlah Anak Sekolah dan Anak Balita Petani Garam di Kabupaten

Karawang Tahun 2013 ... 83 17. Curahan Kerja Anggota Rumahtangga Petani Garam di Kabupaten

Karawang Tahun 2012 ... 84 18. Rata-rata Produksi, Biaya Usaha Garam dan Pendapatan Usaha Garam

Tahun 2012 ... 85 19. Pendapatan Rumahtangga Petani Garam Tahun 2012 ... 85 20. Pengeluaran Rumahtangga Petani Garam Tahun 2012 ... 86

21. Hasil Analisis Pendapatan Usaha Garam Berdasarkan Status

(16)

22. Hasil Analisis Pendapatan Usaha Garam Berdasarkan Status Penguasaan Lahan Dengan Bantuan Langsung Masyarakat di

Kabupaten Karawang Tahun 2012 ... 88

23. Hasil Estimasi Parameter Curahan Kerja Suami pada Usaha Garam .... 92

24. Hasil Estimasi Parameter Curahan Kerja Isteri pada Usaha Garam ... 94

25. Hasil Estimasi Parameter Curahan Kerja Anak pada Usaha Garam ... 95

26. Hasil Estimasi Parameter Curahan Kerja Tenaga Luar Keluarga ... 96

27. Hasil Estimasi Parameter Curahan kerja suami pada Non Usaha Garam ... 96

28. Hasil Estimasi Parameter Curahan kerja isteri pada Non Usaha Garam ... 97

29. Hasil Estimasi Parameter Curahan Kerja Anak pada Non Usaha Garam ... 98

30. Hasil Estimasi Parameter Jumlah Bambu ... 99

31. Hasil Estimasi Parameter Jumlah Tali plastik ... 100

32. Hasil Estimasi Parameter Jumlah Karung ... 100

33. Hasil Estimasi Parameter Luas Tambak Garam ... 101

34. Hasil Estimasi Parameter Produksi Garam ... 102

35. Hasil Estimasi Parameter Pendapatan Suami Non Usaha Garam ... 102

36. Hasil Estimasi Parameter Pendapatan Isteri Non Usaha Garam……... 103

37. Hasil Estimasi Parameter Pendapatan Anak Non Usaha Garam ... 104

38. Hasil Estimasi Parameter Konsumsi Pangan ... 105

39. Hasil Estimasi Parameter Konsumsi Non Pangan ... 106

40. Hasil Estimasi Parameter Investasi Pendidikan ... 106

41. Hasil Estimasi Parameter Investasi Kesehatan ... 107

42. Hasil Estimasi Parameter Tabungan ... 108

43. Dampak Dampak Perubahan Bantuan Langsung Masyarakat, Harga Garam, dan Upah Tenaga Kerja Luar Keluarga terhadap Kesejahteraan Rumahtangga Petani Garam PUGAR di Kabupaten Karawang Tahun 2012……… 111

44. Dampak Perubahan Kombinasi Bantuan Langsung Masyarakat, Harga Garam, dan Upah Tenaga Kerja Luar Keluarga terhadap Kesejahteraan Rumahtangga Petani Garam PUGAR di Kabupaten Karawang Tahun 2012 ... 114

(17)

45. Dampak Perubahan Bantuan Langsung Masyarakat, Harga Garam, dan Upah Tenaga Kerja Luar Keluarga terhadap Kesejahteraan

Rumahtangga Petani Garam Non PUGAR di Kabupaten Karawang

Tahun 2012…….. ... 118

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Proses Pemberdayaan Masyarakat ... 12 2. Kurva Alokasi Waktu, Produksi dan Konsumsi ... 29 3. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional ... 36 4. Diagram Keterkaitan Peubah dalam Model Keputusan Ekonomi

Rumahtangga Petani Garam di Kabupaten Karawang ... 42 5. PNPM Mandiri-KP Tahun 2012 ... 76 6. Kelembagaan PUGAR ... 77

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Sampel Rumahtangga Petani Garam di Kabupaten Karawang

Tahun 2012 ... 130 2. Kuesioner Penelitian Dampak Program Pemberdayaan Usaha Garam

Rakyat terhadap Kesejahteraan Rumahtangga Petani Garam di Kabupaten Karawang Tahun 2013... 145 3. Hasil Analisis Pendapatan Usaha Garam Berdasarkan Status

Penguasaan Lahan tanpa Bantuan Langsung Masyarakat Tahun 2012 ... 154 4. Hasil Analisis Pendapatan Usaha Garam Berdasarkan Status Penguasaan

Lahan dengan Bantuan Langsung Masyarakat Tahun 2012 ... 155 5. Program Komputer Estimasi Parameter Model Ekonomi Rumahtangga

Petani Garam di Kabupaten Karawang Menggunakan Metode 2SLS

dan Prosedur SYSLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 ... 158 6. Hasil Estimasi Parameter Model Ekonomi Rumahtangga Petani Garam

di Kabupaten Karawang Menggunakan Metode 2SLS dan Prosedur

SYSLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 ... 161 7. Program Komputer Uji Multicollinearity Model Ekonomi Rumahtangga

Petani Garam di Kabupaten Karawang dengan Menggunakan Metode

(18)

8. Hasil Uji Multicollinearity Model Ekonomi Rumahtangga Petani Garam di Kabupaten Karawang dengan Menggunakan Metode

OLS dan Prosedur REG dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 ... 183 9. Program Komputer Validasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani

Garam (PUGAR) di Kabupaten Karawang Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS

Versi 9.1 ... 203 10. Hasil Validasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani Garam (PUGAR)

di Kabupaten Karawang Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 ... 206 11. Program Komputer Validasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani

Garam (Non PUGAR) di Kabupaten Karawang Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS

Versi 9.1 ... 211 12. Hasil Validasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani (Non PUGAR) di

Kabupaten Karawang Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 ... 213 13. Program Komputer Simulasi Penurunan Bantuan Langsung Masyarakat

untuk Petani Garam PUGAR menjadi Rp 1 000 000 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1……… ... 218 14. Hasil Simulasi Pemberian Bantuan Langsung Masyarakat untuk Petani

Garam PUGAR menjadi Rp 1 000 000 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS

Versi 9.1 ... 221 15. Program Komputer Simulasi Pemberian Bantuan Langsung Masyarakat

Sebesar Rp 4 750 000 untuk Petani Garam Non PUGAR Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 ... 223 16. Hasil Simulasi Pemberian Bantuan Langsung Masyarakat Sebesar

Rp 4 750 000 untuk Petani Garam Non PUGAR Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1……… ... 226

(19)
(20)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki total luas laut Indonesia sebesar 3 257 357 Km² dengan garis pantai sepanjang 80.79 Km (Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL, 2012). Wilayah pesisir yang luas, menjadikan Indonesia memiliki banyak potensi sumberdaya untuk dikembangkan, baik sumberdaya terbarukan maupun sumberdaya tidak terbarukan. Transisi antara daratan dan lautan di wilayah pesisir telah membentuk ekosistem yang beragam dan sangat produktif serta memberikan nilai ekonomi dan daya tarik yang luar biasa terhadap manusia untuk memanfaatkannya secara bijak.

Posisi sebagai negara kepulauan menyebabkan setiap daerah berpotensi untuk mendorong peningkatan pembangunan ekonomi melalui sektor perikanan. Pembangunan yang dilaksanakan Indonesia bertujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dengan mengupayakan adanya pertumbuhan ekonomi. Sektor perikanan dan kelautan merupakan salah satu sumber pendapatan devisa negara yang dapat diharapkan sebagai tumpuan perekonomian dari sektor perikanan dalam menghadapi krisis ekonomi. Kontribusi subsektor pertanian terhadap sektor pertanian Tahun 2006-2012 disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kontribusi Subsektor Pertanian terhadap Sektor Pertanian Tahun 2006- 2012 (%) Subsektor Pertanian 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1. Tanaman Bahan Makanan 49.3701 49.3127 49.8914 50.3771 49.7087 48.9320 48.4490 2 . Tanaman Perkebunan 15.7460 15.9108 15.7347 15.7347 15.4705 15.6364 15.8032 3. Peternakan 12.7400 12.6039 12.4466 12.3862 12.5385 12.7097 12.8139 4. Kehutanan 6.3593 6.0949 5.8124 5.6597 5.6597 5.5217 5.3192 5. Perikanan 15.7845 16.0778 16.1149 16.1466 16.6226 17.2001 17.6148 Sumber: Badan Pusat Statistik (2012)

Berdasarkan Tabel 1, kontribusi subsektor perikanan terhadap Produk Domestik Bruto Sektor Pertanian merupakan kedua terbesar setelah subsektor tanaman bahan makanan dan kontribusi subsektor perikanan setiap tahunnya meningkat. Pada tahun 2011, kontribusi subsektor perikanan meningkat hingga

(21)

mencapai 17.20 persen, salah satunya ditunjang oleh meningkatnya produksi garam yang mencapai 2.02 Juta Ton (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012a). Peranan sektor perikanan dalam pembangunan, jika dilihat sebagai sumber pertumbuhan ekonomi yaitu (1) pembangunan perikanan dapat meningkatkan pendapatan nelayan, petambak, petani, serta pelaku ekonomi lainnya yang berhubungan dengan kegiatan produksi perikanan; (2) memberikan devisa negara melalui ekspor; (3) memacu pembangunan ekonomi daerah khususnya kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil serta memasok bahan baku industri; (4) kemampuan untuk menyerap tenaga kerja yang tinggi karena sifat sektor perikanan yang lebih mengutamakan jumlah tenaga kerja yang besar (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012a).

Lahan garam rakyat di Indonesia terkonsentrasi di sembilan provinsi yaitu Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan. Garam sebagai komoditas strategik karena selain untuk kebutuhan pokok yang dikonsumsi manusia juga digunakan sebagai bahan baku industri (Direktorat Jendral Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil, 2012).

Penggunaan garam secara garis besar terbagi menjadi tiga kelompok yaitu (1) garam untuk konsumsi manusia; (2) garam untuk pengasinan dan aneka pangan; (3) garam untuk industri. Dalam memenuhi kebutuhan garam, Indonesia saat ini belum sepenuhnya di penuhi oleh produksi dalam negeri, tetapi Indonesia masih mengimpor garam, hal ini disebabkan oleh kualitas garam yang kurang baik dan harga garam yang rendah sebesar Rp 150 – 250 per kg akan menurunkan daya tarik petani dalam memperbaiki kualitas garam dan menahan stok garam untuk tidak diserap oleh pasar.

Neraca garam nasional di Indonesia Tahun 2008-2011 disajikan pada Tabel 2. Kebutuhan garam dalam negeri setiap tahunnya meningkat, pada tahun 2011 kebutuhan garam sebesar 3 251 691 Ton. Diperkirakan kebutuhan garam akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri di dalam negeri, namun hingga saat ini pemenuhan dalam negeri tidak tercukupi dengan baik sehingga Indonesia bergantung kepada garam impor yang setiap tahunnya meningkat.

(22)

Tabel 2. Neraca Garam Nasional di Indonesia Tahun 2008-2011 (Ton) Uraian/Tahun 2008 2009 2010 2011 A. Kebutuhan Garam 2 888 920 2 960 250 3 003 550 3 251 691 Garam Konsumsi 1 140 920 1 160 150 1 200 800 1 451 691 1. Rumah Tangga 687 000 700 000 720 000 750 000 2. Industri Aneka Pangan 154 920 160 150 165 800 250 000 3. Industri Pengasinan Ikan 299 000 300 000 315 000 451 691 Garam Industri 1 748 000 1 800 100 1 802 750 1 800 000 1. Industri CAP 1 550 000 1 600 000 1 600 000 1 600 000

2. Industri NON CAP (kulit, tekstil/sabun, pengeboran minyak)

148 000 150 100 152 750 200 000

3. Lain-lain (farmasi) 50 000 50 000 50 000 50 000

B. Realisasi Produksi garam 1 199 000 1 371 000 30 600 1 113 118 Garam Konsumsi 1 199 000 1 371 000 30 600 1 113 118

Garam Industri 0 0 0 0

C. Realisasi Garam Impor 1 630 793 1 736 453 2 187 632 2 615 200

Garam Konsumsi 88 500 99 754 597 583 923 756 Garam Industri D. Ketersediaan Garam (B+C) 1 542 293 2 829 793 1 636 699 3 107 453 1 590 049 2 218 232 1 691 444 3 728 318

Surplus/ Defisit (D-A) -59 127 147 203 -785 318 476 627 Keterangan : CAP = Chlor Alkali Plant

Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan (2012b)

Pada tahun 2010 terjadi defisit sebesar 785 318 Ton. Kebijakan pemerintah dalam menangani permasalahan kekurangan persediaan garam adalah melalui impor. Ketergantungan pada garam impor, khususnya untuk keperluan garam konsumsi tidak mendukung ketahanan nasional karena garam adalah komoditas strategik yang secara terus-menerus dibutuhkan oleh masyarakat.

Di Provinsi Jawa Barat daerah penghasil garam tersebar di Cirebon, Indramayu, dan Karawang. Cirebon dan Indramayu adalah sebagai sentra penghasil garam, sedangkan Karawang adalah sebagai penyangga produksi garam (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Karawang, 2012).

Tabel 3. Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Garam Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Sumber: Direktorat Jendral Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil (2012)

Kabupaten Karawang pada tahun 2012 ditetapkan sebagai penyangga produksi garam karena memiliki potensi luas lahan garam yang besar apabila di Kota/Kabupaten Luas Lahan

(Ha) Produksi (Ton) Rata-rata Produktivitas (Ton/Ha) 1. Cirebon 3 088.0000 289 518.0000 93.7800 2. Indramayu 2 193.6600 230 625.7900 105.1300 3. Karawang 289.0000 15 042.5000 52.0500

(23)

kembangkan dengan tindakan intensifikasi dan ekstensifikasi. Hal ini dilakukan dalam upaya meningkatkan produksi dan perbaikan mutu garam lokal, karena Indramayu dan Cirebon belum dapat memenuhi kebutuhan garam di Jawa Barat. Kebutuhan yang tinggi seharusnya petani dapat memperoleh penghasilan yang layak dari usaha garam, namun kenyataanya kehidupan petani garam di berbagai daerah di Indonesia termasuk di Kabupaten Karawang dihadapkan pada situasi sulit dan terpuruk. Banyak petani garam tidak dapat bertahan dalam pilihan usahanya. Bagi masyarakat pesisir, membuat garam termasuk salah satu sumber mata pencaharian penting yang diandalkan pada musim kemarau untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga.

Di Kabupaten Karawang terdapat sebanyak 281 petani garam, dengan rata-rata produktivitas garam yang masih rendah sebesar 55 Ton/Ha/Tahun. Kualitas garam yang dihasilkan oleh petani garam di Kabupaten Karawang belum memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) karena mutu garam yang memiliki kadar NaCl di bawah 94.00 persen, sedangkan garam konsumsi memerlukan kadar garam NaCl > 94.70 persen (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Karawang, 2012). Potensi luas lahan produksi garam Kabupaten Karawang tahun 2012 disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Potensi Luas Lahan Produksi Garam Kabupaten Karawang Tahun 2012

Kecamatan/Desa Luas Lahan Garam (Ha)

Kecamatan Cilebar/Desa Pusakajaya Utara 150

Kecamatan Tempuran/Desa Ciparagejaya 230

Kecamatan Cilamaya Kulon/Desa Pasir Jaya 60

Kecamatan Cilamaya Wetan/ Desa Muara Baru 200

Total Luas Lahan Potensi 640

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Karawang (2012)

Berdasarkan Tabel 4, potensi luas lahan produksi garam di Kabupaten Karawang sebesar 640 Ha. Hal ini membuktikan bahwa jika produksi garam di Kabupaten Karawang dikelola dengan baik akan menambah persedian garam nasional. Selama ini lahan garam di Kabupaten Karawang berada di pinggir pantai yang lokasinya terpencil, dengan akses terbatas menjadi salah satu penyebab rendahnya harga garam yang diterima petani garam. Harga garam di Kabupaten Karawang berkisar antara Rp 250 – Rp 400, dengan harga yang rendah dapat menurunkan daya tarik petani garam untuk memproduksi garam. Kondisi ini yang

(24)

menyebabkan Indonesia ketergantungan pada impor garam.

Dalam menanggulangi masalah tersebut, Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berupaya untuk meningkatkan produksi garam nasional dengan mendorong petani untuk melaksanakan usaha garam melalui program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR). Program ini selain bertujuan meningkatkan produksi garam rakyat, tetapi juga untuk memperbaiki kesejahteraan petani garam. Pada tahun 2011 program PUGAR dilaksanakan di 40 Kabupaten/Kota (Tujuh Kabupaten/Kota sebagai sentra PUGAR dan 33 Kabupaten/Kota sebagai penyangga PUGAR) dengan mengintensifkan potensi lahan garam yang ada (Direktorat Jendral Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil, 2012).

Pada tahun 2012 pemerintah melanjutkan program PUGAR dengan memperluas daerah penerima yaitu bertambahnya empat Kabupaten/Kota penerima, yakni Kabupaten Karawang, Aceh Utara, Aceh Timur, dan Lombok Tengah, di samping itu, KKP akan melanjutkan berbagai program, di antaranya pengembangan teknologi bio membran, peningkatan peran penyuluh garam serta koordinasi lintas kementerian. Dalam merealisasikan target produksi tahun ini sebesar 1.30 Juta Ton garam rakyat, KKP mengalokasikan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dan Non BLM (Sosialisasi, Pelatihan, Monitoring dan Evaluasi) sebesar Rp 107.60 Miliar. Sebanyak 29 000 petambak garam yang tergabung dalam 3 035 kelompok usaha garam rakyat dilibatkan untuk menggarap lahan garam seluas 16 500 Ha. Program PUGAR 2012, KKP menargetkan dapat memproduksi garam konsumsi nasional sebesar 1.70 Juta Ton (Direktorat Jendral Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil, 2012).

Program PUGAR yang dilaksanakan dalam rangka peningkatan produksi dan kualitas produk garam. Dalam jangka panjang program PUGAR dapat meningkatkan kesejahteraan petani garam dan mendukung swasembada garam nasional (Direktorat Jendral Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil, 2012).

Kesejahteraan petani garam sangat ditentukan oleh efisiensi ekonomi rumahtangga yang terlibat dalam usaha tersebut. Kesejateraan suatu rumahtangga dapat dilihat melalaui bagaimana rumahtangga tersebut dapat mencukupi kebutuhannya atau dapat dilihat dari pengeluaran rumahtangganya.

(25)

Secara teoritis, rumah tangga sebagai konsumen bertujuan untuk memaksimumkan utilitasnya, sedangkan sebagai produsen untuk memaksimumkan keuntungannya (Ghez dan Becker, 1975). Dalam mencapai tujuannya, petani garam harus mampu membuat pilihan dan mengambil keputusan yang tepat dalam mengalokasikan aktivitas ekonominya agar meningkatkan pendapatan. Gronau (1977) mengemukakan bahwa rumahtangga membedakan secara eksplisit antara waktu santai dengan waktu bekerja dalam rumahtangga.

Keputusan rumahtangga untuk hidup sejahtera ditunjukkan oleh alokasi waktu kerja anggota rumahtangga untuk mencari nafkah, pekerjaan rumahtangga dan kegiatan lainnya (Rochaeni dan Lokollo, 2005). Keputusan yang dapat diambil meliputi keputusan dalam alokasi curahan kerja, dan pendapatan dalam aktivitas produksi garam maupun usaha lainnya, serta keputusan dalam melakukan aktivitas konsumsi rumahtangga yaitu konsumsi pangan, konsumsi non pangan, investasi pendidikan, dan investasi kesehatan sehingga penting untuk dilakukan penelitian bagaimana dampak program PUGAR terhadap kesejahteraan rumahtangga petani di Kabupaten Karawang.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan data Badan Pusat Stasistik (2011a), jumlah penduduk miskin mencapai 30.02 juta jiwa yang mayoritas adalah masyarakat kelautan dan perikanan. Di Kabupaten Karawang produksi garam adalah sektor ekonomi yang potensial untuk dikembangkan sehingga hasil produksinya dapat meningkatkan pendapatan petani garam dan meningkatkan kesejahteraan petani serta mendukung swasembada garam nasional. Luas lahan produksi sebanyak 289 ha dengan luas lahan PUGAR 239 Ha dan luas lahan non PUGAR 50 Ha (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Karawang, 2012).

Kendala di Kabupaten Karawang yaitu teknologi produksi garam yang masih tradisional, harga jual garam antar kualitas produksi 1 dan 2 sama yaitu Rp 250-400 per Kg, lahan garam berada di pinggir pantai yang lokasinya terpencil, dengan akses terbatas menjadi salah satu penyebab rendahnya harga yang diterima petani garam, jauh lebih rendah dibandingkan harga di tingkat konsumen (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Karawang, 2012). Perkembangan harga garam nasional di tingkat petani disajikan pada Tabel 5.

(26)

Tabel 5. Perkembangan Harga Garam Nasional di Tingkat Petani Tahun 2005- 2011

Sumber: Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2012) Keterangan: KP = Kualitas Produksi

Harga garam dibedakan berdasarkan Kualitas Produksi (KP). Harga garam pada Tahun 2011 (Tabel 5) ditetapkan berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Nomor 02/DAGLU/PER/5/2011 tanggal 5 Mei 2011 tentang Penetapan Harga Penjualan Garam di Tingkat Petani Garam yaitu untuk KP 1 sebesar Rp 750 per Kg dan KP2 sebesar Rp 550 per Kg, namun di Kabupaten Karawang harga garam hanya berkisar Rp 250-400 per Kg untuk KP1 dan KP2. Rendahnya produktivitas produsen garam nasional disebabkan harga jual yang rendah di tingkat petani garam atau di gudang tengkulak (Izzaty dan Permana, 2011), serta permasalahan tata niaga usaha garam yang kurang efisien, sehingga dengan permasalahan tersebut mempengaruhi perekonomian petani garam di Kabupaten Karawang.

Pemerintah dalam menyelesaikan masalah tersebut memberikan bantuan program PUGAR kepada petani garam untuk meningkatkan produksi garamnya agar kesejahetaan petani meningkat. Dalam memenuhi kebutuhan rumahtangganya petani harus menentukan keputusan dalam pencurahan waktu kerja oleh anggota rumahtangga baik di dalam maupun di luar usaha garam akan mempengaruhi besar kecilnya tingkat pendapatan yang diperoleh rumahtangga. Pendapatan rumahtangga akan mempengaruhi tingkat dan pola konsumsi rumahtangga. Keputusan rumahtangga dalam mencurahkan waktu kerja, pendapatan, dan pengeluaran merupakan perilaku ekonomi rumahtangga. Berdasarkan uraian di atas, beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian meliputi:

1. Bagaimana pelaksanaan Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat No. Tahun Harga (Rp/Kg) KP1 KP2 KP3 1. 2005 200 150 80 2. 2006 200 150 80 3. 2007 250 190 4. 2008 325 250 5. 2009 325 250 6. 2010 325 250 7. 2011 750 550

(27)

( P U G A R ) dan Karakteristik rumahtangga petani garam di Kabupaten Karawang?

2. Faktor-fakor apa saja yang mempengaruhi keputusan ekonomi rumahtangga petani garam dalam alokasi curahan kerja, produksi dan pengeluaran rumahtangga di Kabupaten Karawang?

3. Bagaimana dampak Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) terhadap kesejahteraan rumahtangga petani garam di Kabupaten Karawang.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana dampak Program PUGAR terhadap kesejahteraan rumahtangga petani PUGAR dan Petani non PUGAR, maka dari tujuan umum tersebut dapat dirumuskan tujuan-tujuan khusus penelitian yaitu:

1. Mengidentifikasi pelaksanaan Program PUGAR dan Karakteristik rumahtangga petani garam di Kabupaten Karawang.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ekonomi rumahtangga petani garam dalam alokasi curahan kerja, produksi dan pengeluaran rumahtangga di Kabupaten Karawang.

3. Menganalisis dampak Program PUGAR terhadap kesejahteraan rumahtangga petani garam di Kabupaten Karawang.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian difokuskan untuk mengkaji dampak program PUGAR terhadap kesejahteraan rumahtangga petani garam PUGAR dan Non PUGAR. Dampak kebijakan dan program tersebut dilihat dari kesejahteraan petani garam. Oleh karena itu ruang lingkup dan keterbatasan dalam penelitian adalah:

1. Penelitian melakukan analisis ekonomi rumahtangga yang terlibat langsung dalam usaha garam di empat desa penghasil garam, yaitu Desa Muara Baru, Ciparagejaya, Pasir Jaya dan Pusaka Jaya Utara yang berada di Kecamatan yang berbeda.

(28)

2. Sampel dalam penelitian adalah rumahtangga petani garam penerima bantuan PUGAR dan Non PUGAR di empat lokasi.

3. Data yang digunakan adalah data Cross Section pada tahun 2012 yaitu data ekonomi rumahtangga petani garam.

4. Penelitian tidak memasukkan variabel jumlah hari panas pada model ekonomi rumahtangga, karena variabel tersebut tidak beragam.

5. Analisis pendapatan usaha garam dibedakan atas penguasaan status lahan yaitu untuk petani PUGAR adalah petani penggarap pemilik, penggarap sewa dan penggarap bagi hasil, sedangkan untuk petani non PUGAR hanya petani penggarap bagi hasil.

6. Perhitungan elastisitas yang dilakukan untuk jangka pendek dan tidak melakukan proyeksi terhadap kondisi yang akan datang.

7. Indikator kesejahteraan petani garam yang digunakan dalam penelitian adalah peningkatan pengeluaran rumahtangga petani garam.

(29)
(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemberdayaan

Pemberdayaan yang merupakan terjemahan dari kata empowerment (dari akar kata “to empower”) menurut kamus Bahasa Inggris (Webster dan Oxford) dapat diartikan dua yaitu pertama to give power or authority to (memberikan kekuasaan atau wewenang pada pihak lain); kedua to give ability to or enable (memberi kemampuan atau kesanggupan). Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya, dengan mendorong, memberikan motivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk memgembangkannya (Kartasasmita, 1996). Proses pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan, memandirikan dan menswadayakan masyarakat sesuai dengan potensi yang dimilikinya secara utuh dan komprehensif guna meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat, yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari kesenjangan dan keterbelakangan.

Pemberdayaan meliputi penguatan individu anggota masyarakat dan juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai kebudayaan modern, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawabaan, adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini. Demikian pula dengan pembaharuan lembaga-lembaga sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam pemberdayaan masyarakat yaitu (1) upaya ini harus terarah; (2) program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran; (3) menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri masyarakat sulit memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya (Kartasasmita 1996).

Menurut Pranarka dan Priyono (1996) Proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. Kecenderungan kedua menekankan pada proses menstimulasi, mendorong, atau memotivasi

(31)

individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Pemberdayaan yang dilaksanakan pada Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat ini sekaligus dua kecenderungan diatas. Proses pertama dilaksanakan melalui sosialisasi, sedangkan proses yang kedua melalaui pengguliran dana oleh pemerintah dalam hal ini yaitu Kementerian Kelautan dan Perikanan. Kedua kegiatan ini melibatkan secara aktif kelompok masyarakat yang akan diberdayakan sehingga pendekatan yang digunakan dapat digolongkan secara participatory approach. Program pemberdayaan yang berhasil adalah hanya jika masyarakat yang diberdayakan itu pada akhirnya tidak lagi hidup berkekurangan dan bahkan dapat memberikan kontribusi yang berarti pada pendapatan nasional.

\

Sumber: Gunadibrata (1996)

Gambar 1. Proses Pemberdayaan Masyarakat

2.2. Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat

Kegiatan Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) adalah program untuk peningkatan kesejahteraan dan kesempatan kerja petani garam rakyat dan pelaku usaha garam rakyat lainnya dalam mendukung swasembada garam nasional (Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil, 2012). Kegiatan PUGAR dalam rangka Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri-KP) dilaksanakan melalui tahap bottom-up, artinya masyarakat sendiri yang merencanakan kegiatan, melaksanakan dan melakukan monitoring dan evaluasi sesuai dengan mekanisme

AKTOR PROSES OUTPUT/OUTCOME

INPUT (Masyarakat)

IKLIM

FEED BACK

(32)

yang ditentukan.

Kegiatan PUGAR pada tahun 2011 dilaksanakan di 40 Kabupaten/Kota pada 10 Propinsi dengan jumlah penerima BLM sebanyak 1 728 Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) yang terdiri dari 16 399 Petani garam rakyat yang tersebar di 241 desa pesisir pada 90 kecamatan. PUGAR merupkan salah satu Program Prioritas Pembangunan Nasional yaitu sebagai Prioritas Nasional Ke-4 tentang penanggulangan kemiskinan. Oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan PUGAR 2012 mendapat perhatian dari Unit Kerja Presiden Bidang Pemantauan, Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UPK-4) sesuai instruksi Presiden RI Nomer 14 Tahun 2011 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2011 (Ditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil, 2012). Dalam rangka peningkatan Produksi dan kualitas garam menuju swasembada garam, diharapkan tercapaiannya sasaran kegiatan PUGAR 2012 yang tepat waktu, tepat sasaran, tepat guna di Tujuh kabupaten sentra garam rakyat dan 33 kabupaten/kota penyangga garam pada Sembilan provinsi (Ditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil, 2012). Fokus PUGAR terarah pada peningkatan kesempatan kerja dan kesejahteraan bagi petambak garam dan terdapat empat isu strategis yang menyebabkan pelaksanaan PUGAR yaitu :

1. Isu kelembagaan yang menyebabkan rendahnya kuantitas dan kualitas garam rakyat;

2. Isu permodalan yang menyebabkan para petambak garam terutama dalam kategori kecil dan penggarap terjerat pada bakul, tengkulak dan juragan;

3. Isu regulasi yang menyebabkan lemahnya keberpihakan dan proteksi pemerintah pada sektor garam rakyat, sehingga usaha garam rakyat menjadi tidak prospektif dan marketable;

4. Isu tata niaga garam rakyat yang sangat liberalistik dengan tidak adanya penetapan standar kualitas dan harga dasar garam rakyat, sehingga terjadi deviasi harga yang sangat tinggi di tingkat produsen petambak garam dan pelaku pasar, serta terjadinya penguasaan kartel perdagangan garam di tingkat lokal.

(33)

Usaha Garam Rakyat (PUGAR) Tahun 2012 adalah:

1. Memberdayakan kelembagaan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat petani garam untuk pengembangan kegiatan usahanya.

2. Meningkatkan kemampuan usaha kelompok masyarakat petani garam. 3. Meningkatkan akses kelembagaan masyarakat petambak garam kepada

sumber permodalan, pemasaran, informasi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

4. Meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat petani garam.

5. Terbentuknya sentra-sentra usaha garam rakyat di lokasi sasaran baru. 6. Meningkatkan kerjasama kemitraan dengan stakeholders terkait.

7. Meningkatkan produksi garam konsumsi untuk mendukung s wasembada garam konsumsi tahun 2012.

8. Meningkatkan kualitas garam rakyat.

Sasaran Program PUGAR pada tahun 2012 adalah sejumlah 3 035 Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR). Indikator Kegiatan PUGAR Tahun 2012 terdiri dari indikator output dan outcome yaitu :

1. Indikator Output

a. Tersalurkannya Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) sebesar Rp 84 736 300 000.

b. Terbentuk dan terfasilitasinya 3 035 KUGAR 2. Indikator Outcome

a. Tercapainya target produksi garam konsumsi sebanyak 1 300 000 ton. b. Meningkatnya kapasitas petani garam rakyat yang tergabung dalam

3 035KUGAR melalui pelatihan dan pendampingan.

c. Meningkatnya produktifitas tambak garam rakyat menjadi 73 ton/Hektar untuk lahan yang belum tersentuh dan 80 ton/Hektar untuk lahan yang sudah tersentuh PUGAR.

d. Meningkatnya Pendapatan KUGAR sebesar 15 persen.

e. Terwujudnya KUGAR menjadi anggota koperasi di empat kabupaten/kota baru di lokasi PUGAR Tahun 2012.

(34)

2.3. Usaha Garam Rakyat

Garam rakyat merupakan kegiatan pembuatan garam yang dilakukan oleh rakyat sebagian besar masyarakatnya membuat garam dan bahkan sudah menjadi rutinitas tahunan yang menjadi mata pencaharian yang menunjang untuk kehidupan setiap harinya. Produksi garam rakyat menjadi mata pencaharian utama pada saat musim kemarau melanda. Produksi garam sangatlah membantu perekonomian rakyat.

Mata pencaharian masyarakat terkait dengan lingkungan sekitar masyarakat itu sendiri, alam sekeliling memberikan kemungkinan-kemungkinan pada masyarakat pekerjaan yang dapat atau bisa memanfaatkan alam sekitar. Salah satu pekerjaan yang memanfaatkan alam yaitu petani garam, dengan bantuan sinar matahari petani garam membuat garam. Pembuatan garam tidak membutuhkan peralatan atau teknologi yang canggih, namun dalam pembuatan garam petani hanya membutuhkan sinar matahari dan lahan.1

Kualitas garam yang dapat dihasilkan petani adalah kualitas I (K I) dan Kualitas II (K II), teknik pembuatan garam rakyat dilakukan secara tradisional, yang dikenal dengan kristalisasi total (madurise process). Pada lahan satu hektar, dibagi dalam petak-petak sebanyak 12 petak/meja. Proses penguapan dilakukan pada delapan petak yang disebut meja penguapan atau peminihan. Empat meja lainnya adalah proses kristalisasi sampai menjadi butiran garam kristal. Pada luas lahan tersebut dibutuhkan tenaga kerja sebanyak dua orang dengan hasil produksi rata-rata 80 Ton pada iklim normal selama empat bulan. Usaha garam rakyat yang sudah berkembang di Indonesia yaitu di Kabupaten/Kota Cirebon, Indramayu, Rembang, Pati, Pamekasan, Sumenep, Karangasem, dan Bima (Ditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil, 2012).

2.4. Ekonomi Rumahtangga Petani

Petani adalah rumahtangga petani dalam perannya sebagai unit produksi yang hanya secara parsial terlibat dalam ekonomi pasar yang bersaing

1

(35)

tidak sempurna (Ellis, 1989). Ciri-ciri petani yaitu : (1) petani dengan kegiatan usaha taninya berbeda dengan perusahaan perkebunan dan perusahaan kapital lainnnya, (2) rumahtangga petani merupakan unit kegiatan usaha tani yang terintegrasi dengan sistem ekonomi, (3) sumberdaya lahan merupakan basis kegiatan usaha tani, (4) penggunaan tenaga kerja keluarga lebih dominan dibanding kan dengan penggunaan tenaga kerja luar keluarga, dan (5) usaha tani memeiliki dua sisi ganda sebagi unit produksi dan konsumsi sekaligus.

Ruang lingkup rumahtangga petani adalah bahwa usaha tani rumahtangga dianggap sebagai unit pengambilan keputusan untuk tujuan analisis ekonomi. Rumahtangga petani memaksimalkan keuntungan dengan maksimisasi utilitas tunggal yang mengedepankan kombinasi kesejahteraan dari seluruh anggota keluarga, oleh karena itu pendapatan merupakan satu-satunya variabel dalam fungsi utilitas.

Karakteristik ekonomi rumahtangga petani lainnya adalah selain keuntungan maksimum adalah tujuan petani melakukan kegiatan usaha tani untuk memenuhi kebutahan keluarga dan bukan bermotif bisnis dan selalu menghindari resiko. Ada empat katagori ketidakpastian yang dihadapi oleh petani yaitu resiko alam atau hasil yang tidak pasti, fluktuasi pasar atau harga tidak menentu, ketidakpastian yang diakibatkan oleh hubungan sosial pada perekonomian pedesaan dan ketidakpastian kebijakan pemerintah. Ketidakpastian tersebut mempunyai pengaruh terhadap pembuatan keputusan ekonomi yang dibuat oleh rumahtangga usaha tani.

Rumahtangga dipandang sebagai pengambil keputusan dalam kegiatan produksi dan konsumsi, serta hubungan alokasi waktu dan pendapatan rumahtangga (Backer, 1965), sedangkan Gronau (1977) mengemukakan bahwa rumahtangga membedakan secara eksplisit antara waktu santai dengan waktu bekerja dalam rumahtangga. Dengan asumsi bahwa perilaku rumahtangga untuk melaksanakan kegiatan rumahtangga dan waktu santai bereaksi sama terhadap perubahan lingkungan.

(36)

2.5. Konsumsi Rumahtangga

Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi pendapatan, maka porsi pengeluaran akan bergeser dari pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran bukan makanan (Badan Pusat Statistik, 2009). Menurut Badan Pusat Statistik (2009) pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup berbagai pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga atas barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan individu ataupun kelompok secara langsung. Pengeluaran rumah tangga disini mencakup pembelian untuk makanan dan bukan makanan (barang dan jasa) di dalam negeri maupun di luar negeri. Menurut Badan Pusat Statistik (2011a), pengeluaran konsumsi dikelompokkan menjadi pengeluaran untuk bahan makanan dan pengeluaran untuk bahan non-makanan, yaitu:

1. Konsumsi bahan makanan: padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur, susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, bahan minuman, bumbu-bumbuan, makanan dan minuman jadi, tembakau, dan sirih.

2. Konsumsi untuk bukan bahan makanan terdiri dari: perumahan, bahan bakar, penerangan, air, barang dan jasa, pakaian, alas kaki, dan barang-barang tahan lama.

2.6. Pendapatan Rumahtangga

Pengertian rumah tangga pada umumnya terdiri atas seorang kepala rumah tangga dan beberapa orang anggotanya. Kepala rumah tangga adalah orang yang paling bertanggungjawab akan rumah tangga tersebut, sedangkan anggota rumahtangga adalah mereka yang hidup dalam satu atap dan atau menjadi tanggungan kepala rumah tangga yang bersangkutan (Badan Pusat Statistik 2009).

Menurut Badan Pusat Statistik (2009), pendapatan rumah tangga adalah semua pendapatan yang diterima oleh rumah tangga, baik yang berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota rumah tangga. Pendapatan itu sendiri dapat berasal dari:

(37)

1. Pendapatan dari upah atau gaji yang diterima oleh seluruh anggota rumah tangga ekonomi yang bekerjasebagai buruh sebagai imbalan bagi pekerjaan yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau majikan atau instansi tersebut baik uang maupun barang dan jasa.

2. Pendapatan dari hasil usaha seluruh anggota rumah tangga yang merupakan pendapatan kotor, yaitu selisih nilai jual barang dan jasa yang diproduksi dengan ongkos produksinya.

3. Pendapatan lainnya yaitu pendapatan diluar upah atau gaji yang menyangkut usaha lain dari: (a) perkiraan sewa rumah milik sendiri; (b) bunga, deviden, royalti, paten, sewa atau kontrak, lahan, rumah, gedung, bangunan, peralatan dan sebagainya; (c) buah hasil usaha (hasil usaha sampingan yang dijual); (d) pensiunan dan klaim asuransi jiwa; serta (e) kiriman dari keluarga atau pihak lain secara rutin, ikatan dinas, beasiswa dan sebagainya.

2.7. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu terkait ekonomi rumahtangga dan program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat yang dapat dijadikan referensi antara lain penelitian Widiarto (2012), Priyanti et al. (2007), Siahaan (2008), Widiyanti (2007), Elinur (2004), Dirgantoro (2001), dan Pancasasti (2008).

2.7.1. Penelitian tentang Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat

Penelitian mengenai program PUGAR telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu penelitian oleh Widiarto (2012). Hasil penelitian disajikan pada Tabel 6. Penelitian tersebut mengkaji implementasi program PUGAR di Desa Losarang, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu.

2.7.2. Penelitian tentang Ekonomi Rumahtangga

Penelitian terdahulu terkait ekonomi rumahtangga petani garam adalah penelitian Priyanti et al. (2007), Siahaan (2008), Widiyanti (2007), Elinur (2004), Dirgantoro (2001), dan Pancasasti (2008). Hasil penelitian disajikan pada Tabel 7. Penelitian tersebut melihat faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan rumahtangga dan dampak adanya suatu kebijakan pemerintah.

(38)

No Penelitian dan Judul Tujuan Metode Hasil

1. Santoso Budi Widiarto (2012)/Kajian

Efektivitas

Implementasi Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat di Desa Losarang, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu 1. Mengkaji efektivitas implementasi program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat di Desa Losarang Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu 2. Mengidentifikasi Faktor-faktor internal dan eksternal apakah yang mempengaruhi keberhasilan usaha garam rakyat di Desa Losarang Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu 3. Mengevaluasi kelayakan usaha tambak garam anggota kelompok usaha garam rakyat peserta Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat di Desa Losarang Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu

Analisis kuantitatif dan kualitatif, Analisis SWOT, dan Analytical Hierarchy Process

1. Pembuatan garam sebelum adanya bantuan PUGAR masih tradisional, setelah adanya program PUGAR menjadi modern.

2. Rangkaian bantuan PUGAR yaitu Sosialisasi, Identifikasi petambak dan pembentukan kelompok, pemberian BLM berupa mesin, kincir angin dll.

3. Di Desa Losarang terdapat 17 KUGAR sedangkan di Kecamatan Losarang terdapat 52 KUGAR.

4. Produktivitas tambak garam pada tahun 2001-2010 rataannya sebesar 56.3 Ton/Ha setelah adanya program PUGAR rataan produktivitas garam sebesar 90.43 Ton/Ha

5. Nilai B/C ratio usaha garam di Desa losarang > 1 dengan nilai terendah 1.15 dan tertinggi 3.16 dapat disimpulakan usaha garam di Desa Losarang layak untuk dilaksananakan.

6. Dapat disimpulkan bahwa program PUGAR efektif diterapkam di Desa Losarang, Kabupaten Indramayu.

Tabel 6. Penelitian Terdahulu tentang Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat

(39)

Tabel 7. Penelitian Terdahulu tentang Ekonomi Rumahtangga

No. Penelitian dan Judul Tujuan Metode Hasil

1. Atien Priyanti, Bonar M Sinaga, Yusman Syaukat, S.U Kuntjoro (2007)/ Model Ekonomi

Rumahtangga Petani pada Sistem Integrasi Tanaman-Ternak: Konsepsi dan Studi Empiris

1. Mempelajari model ekonomi rumahtagga petani yang dapat digunakan sebagai salah satu model analisis dalam mengevaluasi keberhasilan program system integrasi tanaman-ternak terutama dalam mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku ekonomi rumahtangga dan keputusan ekonomi rumahtangga petani.

Model ekonomi rumahtangga (Konsep dan Studi Empiris) Model persamaan simultan dengan metode 2SLS

1. Model ekonomi rumahtangga petani mampu menjelaskan secara timbal balik pendapatan rumahtangga petani yang diperoleh dari memaksimumkan kepuasan dengan kendala produksi, alokasi waktu, dan distribusi pendapatan. penerapannya dalam program sistem integrasi tanaman-ternak dapat menunjukkan keterkaiytan antar keputusan rumahtangga petani. Meliputi aspek produksi, alokasi penggunaan tenaga kerja kelurga, penggunaan jumlah input dan biaya produksi, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani.

2. Studi empiris ekonomi rumahtangga petani yaitu (1) Muller et al. (1994) menggunakan metode linear expenditure, (2) Heatubun (2001) mengevaluasi kebrhasilan program pemberdayaan petani multikomoditi. model analissi yang digunakan adalah model persamaan simultandengan metode 2SLS. 2. Sanggam Ernist B. Siahaan (2008)/Analisis Aktivitas Ekonomi Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu

di Kecamatan

Tamansari Kabupaten Bogor

1. Menganalisis karakteristik rumahtangga pekerja industri kecil meliputi curahan kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahrangga

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan rumahtangga pekerja industri sepatu dalam mengalokasikan curahan kerja, pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga

Analisis deskriptif

dan model

persamaan simultan

1. Terdiri dari 19 persamaan, yaitu delapan persamaan struktural dan 11 persamaan identitas. Nilai dugaan statistik uji-F 97.093-99780.484, Nilai R2 berkisar antara 0.9166-0.9998 2. Curahan kerja di luar industri dipengaruhi oleh variabel upah

di luar industri, pengalaman kerja diliar industri, tingkat pendidikan kerja dan jumalh tanggungan keluarga

3. Pendapatan dari dalam industri dipengaruhi oleh harga jual per unit, jumlah produksi dan pengalaman kerja di dalam industri. dengan R2 sebesar 0.9989

4. Konsumsi pangan dipengaruhi oleh pendapatan yang siap dibelanjakan, konsumsi non pangan,tabungan dan jumlah tanggungan dewasa.

5. Investasi pendidikan dipengaruhi oleh pendapatan yang siap dibelanjakan, pengeluaran total selain pangan, tabungan, jumlah anak sekolah dan umur pekerja.

(40)

No Penelitian dan Judul Tujuan Metode Hasil 3. Tunggal Prasetya Widiyanti (2007)/ Analisis Ekonomi Rumahtangga Pengusaha Industri Kecil Tahu Kuning Kabupaten Bogor

1. Menganalisis curahan kerja, kontribusi pendapatan dan pengeluaran rumahtangga.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dan keterkaitan antara curahan kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga pengusaha industri kecil tahu kuning

Analisis estimasi menggunakan metode 2SLS

1. Curahan kerja rumahtangga secara total lebih besar curahan kerja di dalam industri dari pada di luar industri.

2. Pendapatan di dalam industri lebih besar dari pada pendapatan di luar industri yaitu sebesar 60.98 persen pendapatan berasal dari dalam industri.

3. Pengeluaran rumahtangga yang paling besar adalah untuk konsumsi sebesar 97.87 persen.

4. Model ekonomi rumahtangga pengusaha industri kecil tahu kuning terdiri dari 33 persamaan yaitu terdiri dari 13 persamaan struktural dan 20 persamaan identitas.

5. semua tanda dugaan pada persamaan sesuai harapan 4. Elinur (2004)/

Analisis Sosial Ekonomi

Rumahtangga Industri Produk Jadi Rotan di Kota Pekanbaru

1. Mempelajari keputusan ekonomi rumahtangga yang meliputi alokasi waktu kerja, pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga pengusaha dan pekerja industri produk jadi rotan

Analisis deskriptif dan Model persamaan simultan dengan metode 2SLS

1. Model keputusan ekonomi rumahtangga pengusaha industri produk jadi rotan terdapat 17 persamaan terdiri dari 11 persamaan struktural dan 6 persamaan identitas, sedangkan model keputusan ekonomi rumahtangga pekerja industri produk jadi rotan terdapat 11 persamaan terdiri dari 8 persamaan struktural dan 3 persamaan identitas

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomi rumahtangga pengusaha industri produk jadi rotan yaitu, produksi, curahan kerja keluarga, pengeluaran t.k luar curahan kerja di luar indistri, pendapatan, konsumsi pangan, konsumsi non pangan, investasi pendidikan, investasi usaha, tabungan. faktor- faktor keputusan ekonomi rumahtangga pekerja tidak di[engaruhi oleh investasi usaha, produksi produk jadi rotan, dan penggunaan tenaga kerja luar.

3. Simulasi peningkatan harga bahan baku, peningkatan upah, dan peningkatan retribusi menyebabkan memburuknya kesejahteraan pengusaha.

4. Simulasi peningkatan curahan kerja kerja keluarga di dalam usaha dan diluar usaha, serta perubahan jenis upah menjadi borongan dan kombinasi curahan kerja di dalam industri dan perubahan jenis upah menjadi borongan akan meningkatkan kesejahteraan pekerja industri.

Tabel 7. Lanjutan

2

1

2

(41)

No Penelitian dan Judul Tujuan Metode Hasil 5. Muhammad Arief

Dirgantoro (2001)/Alokasi Tenaga Kerja dan Kaitannya dengan pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani sawi

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi curahan tenaga kerja dan pendapatan anggota rumahtangga petani sawi di sector pertanian dan luar pertanian

2. Menganalisis keterkaitan pengalokasian curahan tenaga kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani sawi 3. Menganalisis dampak perubahan faktor

eksternal terhadap curahan tenaga kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani sawi

Model persamaan simultan dengan metode 2SLS

1. Model keseluruhan terdapat 44 persamaan yang terdiri dari 24 persamaan struktural dan 20 persamaan identitas.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomi rumahtangga petani sawi adalah curahan tenaga kerja rumahtangga di usaha sawi, di luar pertanian, diluar pertanian, pendapatan rumahangga, pengeluaran rumahtangga dan tabungan. 3. Simulasi faktor eksternal adalah (1) sewa lahan, harga benih

sawi, harga pupuk TSP meningkat 10 persen menyebabkan penurunan produksi sawi sehingga penurunan kesejahteraan petani sawi, atau kesejateraan petani semakin memburuk. (2) harga sawi meningkat menyebabkan petani sawi untuk meningkatkan produksi sawi dan meningkatkan luas lahan sehingga pendapatan petani sawi meningkat dan kesejahteraan petani meningkat, 6. Ranthy Pancasasti (2008)/Analisis perilaku Ekonomi Rumahtangga dan Peluang Kemiskinan Nelayan Tradisional (Studi Kasus: Rumahtangga Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang Propinsi Banten)

1. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peluang kerja suami dan isteri pada rumahtangga nelayan tradisional di luar sektor perikanan.

2. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku ekonomi rumahtangga nelayantradisional seperti keputusan rumahtangga

3. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peluang kemiskinan dalam rumahtangga nelayan tradisional

Model persamaan simultan dan model logit

1. Nilai Odds ratio variabel pendapatan suami sebesar 1.00 artinya peluang kerja suami atau nelayan diluar sektor perikanan dengan pendapatan tinggi atau rendah sama untuk bekerja. Nilai odds ratio isteri sebesar 1.00 peluang kerja isteri di luar sektor perikanan sama untuk bekerja.

2. Model ekonomi rumahtangga yang dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi, curahan waktu kerja di dalam sektor perikanan, curahan kerja diluar sektor perikanan, pendapatan di dalam dan diluar sektor perikanan, pengeluaran rumahtangga

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi peluang kemiskinan adalah faktor musim, kegiatan ekonomi rumahtangga dan sumberdaya manusia.

(42)

2.8. Kebaruan Penelitian

Penelitian mengenai dampak program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat terhadap kesejahteraan rumahtangga petani garam di Kabupaten Karawang. Keterbaruan dari penelitian ini adalah melihat dampak sebuah program pemerintah yang dapat mempengaruhi kesejahteraan petani garam, selain itu penelitian ini dilakukan se-Kabupaten, sehingga dapat melihat secara keseluruhan program PUGAR berlangsung di Kabupaten Karawang. Kemudian kebaruan penelitian ini juga melihat sebuah rumahtangga dalam membuat keputusan ekonomi rumahtangganya mulai dari alokasi curahan kerja, produksi garam, pendapatan rumahtangga hingga pengeluaran rumahtangga. selain itu penelitian ini juga menganalisis hasil pendapatan petani garam berdasarkan status penguasaan lahan.

Perbedaan penelitian dengan penelitian Widiarto (2012) yaitu penelitian ini melihat dampak program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat terhadap kesejahteaan rumahtangga petani garam, sedangkan penelitian Widiarto (2012) mengkaji efektivitas implementasi program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat. Perbedaan dengan penelitian Siahaan (2008) dan Widiyanti (2007) yaitu penelitian ini tidak hanya menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ekonomi rumahtangga tetapi juga menganalisis dampak kebijakan pemerintah terhadap kesejahteraan rumahtangga petani garam, sedangkan penelitian Siahaan (2008) dan Widiyanti (2007) hanya melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ekonomi rumahtangga. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Dirgantoro (2001) dan Elinur (2004) adalah metode analisis yang digunakan yaitu model persamaan simultan.

(43)
(44)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian berisi landasan teori yang menjadi dasar dalam menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang diuraikan meliputi teori alokasi waktu, model ekonomi rumahtangga, dan model ekononomi rumahtangga petani garam.

3.1.1. Teori Alokasi Waktu

Berdasarkan teori tradisonal, Becker (1965) menyatakan bahwa rumahtangga memaksimumkan kepuasannya dalam bentuk fungsi kepuasan yang dirumuskan melalui persamaan berikut :

U = U (Y1, Y2, Y3, ...., Yn) ...(1) dimana :

U = Total Kepuasan

Yi = Jumlah barang ke-i yang dibeli di pasar (i= 1, 2, 3,..., n) dengan kendala anggaran adalah :

∑Pi*Yi = I = W + V...(2) dimana :

Pi = Harga barang dan jasa Y ke-i

Yi = Barang dan jasa ke-i yang dibeli di pasar I = Pendapatan

W = Pendapatan dari upah V = Pendapatan dari selain upah

Rumahtangga adalah produsen sekaligus konsumen. Asumsi yang digunakan dalam kegiatan konsumsi, bahwa kepuasan rumahtangga bukan hanya dari barang dan jasa yang dapat diperoleh dari pasar. Tetapi juga dari berbagai komoditi yang dihasilkan oleh rumahtangga. Selanjutnya, Becker (1965) menyebutkan bahwa peningkatkan tingkat upah akan mengurangi rasio penggunaan waktu untuk menghasilkan berbagai barang alokasi waktu untuk

(45)

setiap kegiatan rumahtangga tidak saja ditentukan oleh tingkat upah, tetapi juga oleh faktor-faktor lain seperti harga input. Beberapa asumsi yang dipakai dalam teori ekonomi rumahtangga adalah sebagai berikut:

1. Waktu dan barang atau jasa merupakan unsur kepuasan.

2. Waktu dan barang atau jasa dapat dipakai sebagai input dalam fungsi produksi rumahtangga.

3. Rumahtangga bertindak selain sebagai konsumen juga sebagai produsen. Fungsi kepuasan rumahtangga pada teori ekonomi rumahtangga yang dikembangkan Becker (1965) sebagai berikut :

U = U (Zi,...Zm)...(3) dimana:

Zi = Komoditi yang dihasilkan rumahtangga; i = 1, 2, 3, ..., m

Dalam proses memaksimumkan kepuasan, rumahtangga dibatasi oleh kendala produksi, waktu dan pendapatan. Fungsi produksi rumahtangga dapat dituliskan sebagai berikut :

Zi = fi (Xi, Ti)...(4) dimana :

Xi = Barang dan jasa ke-i yang dibeli di pasar

Ti = Jumlah waktu yang dipakai untuk memproduksi barang Z ke-i Kendala pendapatan yang digunakan untuk membeli barang di pasar yaitu :

……….(5) dimana :

Pi = Harga barang dan jasa ke-i yang dibeli di pasar Tw = Waktu yang digunakan untuk bekerja

w = Upah per unit Tw

Kendala waktu dapat dituliskan sebagai berikut :

………..(6) dimana :

Ti = Jumlah waktu yang dipakai untuk memproduksi barang Z ke-i yang dapat dikonsumsi

Gambar

Gambar 1.  Proses Pemberdayaan Masyarakat
Gambar 2. Kurva Alokasi Waktu, Produksi dan Konsumsi
Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Potensi sumberdaya laut Indonesia
Gambar 4.  Diagram Keterkaitan Variabel Dalam Model Ekonomi Rumahtangga Petani Garam di Kabupaten Karawang
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil simulasi menunjukkan bahwa kombinasi kenaikan harga output dan harga input memberikan dampak yang positif bagi alokasi waktu kerja, kontribusi pendapatan dan alokasi

Hasil simulasi menunjukkan bahwa kombinasi kenaikan harga output dan harga input memberikan dampak yang positif bagi alokasi waktu kerja, kontribusi pendapatan dan alokasi

Dari pengamatan di lokasi, ternyata yang lebih berpengaruh terhadap tinggi rendahnya produktivitas usaha petani garam di Desa Bonto- kape Kecamatan Bolo dan Desa

Hanya meneliti tentang Pengaruh Curahan Tenaga Kerja dan Harga Jual terhadap Pendapatan Petani Garam di Desa Kertomulyo Kecamatan Trangkil Kabupaten

Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) di Desa Kedungmutih, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak Tahun 2011- 2013, telah mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam

Kombinasi peningkatan nilai alokasi bantuan modal dan tenaga kerja keluarga untuk usaha non- pertanian berdampak menurunkan pendapatan usaha tani jagung, usaha ternak

aparat desa dan kelompok PUGAR di Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng, Bali. 3) Kegiatan survei dan pengumpulan data seperti : kelompok PUGAR, produksi

Dari pengamatan di lokasi, ternyata yang lebih berpengaruh terhadap tinggi rendahnya produktivitas usaha petani garam di Desa Bonto- kape Kecamatan Bolo dan Desa